PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar bagi seorang anak baru lahir yang paling mendasar yaitu
tercukupinya pemberian ASI oleh seorang ibu. Pemberian ASI merupakan wujud kasih
sayang dari seorang ibu yang berpengaruh terhadap kualitas hidup bayi dimasa
mendatang (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008). Selain itu, ASI merupakan makanan
yang terbaik dan sempurna karena ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan
untuk perkembangan dan pertumbuhan seorang bayi (Depkes, 2010).
Pemberian ASI hendaknya ditingkatkan dan diberikan secara eksklusif. Asi
eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa
pemberian pendamping makanan. Pemberian ASI eksklusif mempunyai berbagai
manfaat yaitu untuk menambah sistem imun pada bayi sehingga tidak mudah terkena
penyakit, melindungi bayi dari alergi, meningkatkan kecerdasan bayi, dan dapat
membantu memperbaiki reflek menghisap, menelan, dan pernafasan bayi (Hubertin,
2004).
Pemberian ASI eksklusif di Indonesia di atur dalam keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif di
Indonesia. Serta pada tahun 2012 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yaitu PP Nomor 33 tahun 2012. Cakupan pemberian
ASI eksklusif secara nasional yaitu 61,33%. Angka tersebut sudah melampaui target
Renstra tahun 2017 yaitu 44%. Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di
Nusa Tenggara Barat sebesar 87,35%. sedangkan untuk persentase terendah di provinsi
Papua sebesar 15,32%. Masih terdapat lima provinsi yang belum mencapai target renstra
2017.
Persentase pemberian ASI eksklusif di Sumatera Barat di atas rata-rata nasional
sebesar 68,32%. Berdasarkan profil kesehatan Kota Padang tahun 2017, bayi yang
berumur 0-6 bulan yang tercatat dalam register pencatatan pemberian ASI tahun 2017
adalah sebanyak 10.834 orang dan mendapat ASI eksklusif sebanyak 8.191 (74,77%)
meningkat 2,5% dari tahun 2016 (72,2%). Puskesmas Alai, Pemancungan dan
Pengambiran sudah lebih dari 90%. Sedangkan cakupan paling rendah berada pada
wilayah kerja Puskesmas Andalas (59,85%).
Rendahnya pemberian ASI dapat menimbulkan dampak buruk bagi bayi mengingat
pemberian ASI eksklusif sangat dibutuhkan bagi bayi. Dampak buruk rendahnya
pemberian ASI adalah berkurangnya sistem kekebalan tubuh pada bayi, perkembangan
bayi yang lambat, dan kurangnya ikatan jalinan kasih antara anak dan ibu (Dinas
Kesehatan Kota Padang, 2017)
Dukungan orang terdekat juga merupakan faktor penting dalam meningkatkan
pemberian ASI eksklusif ibu terhadap bayi yaitu peran seorang suami. Dukungan suami
dalam pemberian ASI eksklusif kepada isteri dapat meningkatkan pikiran positif isteri,
isteri menjadi lebih berhati-hati dalam memberikan makanan tambahan, selain itu dapat
juga meningkatkan hormon prolaktin dan refleks let down (Sulistyoningsih, 2011).
Dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif dapat diwujudkan apabila suami
memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif agar lebih meningkatkan kualitas dalam
pemberian ASI (Budiarti, 2008). Tingkat pengetahuan suami dalam pemberian ASI
eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat,
pengalaman, informasi dan kebudayaan (Afifah, 2007).
Pada umumnya dukungan ayah dalam praktek pemberian ASI masih minim, salah
satunya karena secara kultural ada pembagian peran, dimana ayah berperan sebagai
pencari nafkah dan urusan rumah tangga semuanya diurusi oleh istri (Siregar, 2012).
Hasil studi pendahuluan pada bulan Desember 2016 melalui wawancara kepada 10
responden ibu menyusui di Puskesmas Bantul 1, didapatkan hasil 4 Dari responden
mengatakan memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, alasannya karena kandungan
ASI eksklusif lebih bagus daripada susu formula. Sedangkan 6 responden mengatakan
tidak memberikan ASI eksklusif (0-6 bulan). Mereka beralasan tidak memberikan ASI
eksklusif karena bayi rewel dan pengeluaran ASI sedikit. Menurut hasil studi
pendahuluan 4 orang suami mendukung dan memotivasi istrinya untuk memberikan ASI
Ekslusif kepada bayinya. Dan 6 orang lagi tidak mendukung atau menyerahkan semua
urusan bayi kepada istrinya karena suami sibuk bekerja. Berdasarkan latar belakang dan
studi pendahuluan diatas. Penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Suami tentang ASI eksklusif dengan Dukungan Suami dalam Pemberian
ASI Eksklusif di Puskesmas Andalas”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan suami dalam pemberian ASI
eksklusif di Puskesmas Andalas?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan suami dalam pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Andalas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat pengetahuan suami tentang ASI eksklusif di Puskesmas
Andalas.
b. Mengetahui dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas
Andalas.
c. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan suami tentang ASI eksklusif dan
dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Andalas.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan ilmu
pengetahuan kepada keluarga dan menjadi tambahan informasi tentang hubungan
tingkat pengetahuan suami dan dukungan suami tentang pemberian ASI eksklusif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai
hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan suami dalam pemberian ASI
eksklusif dan sebagai proses belajar dalam proses penelitian.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi institusi pendidikan khususnya dalam
bidang kepustakaan sebagai sumber kajian terkait dengan penelitian.
c. Bagi Lahan Penelitian
Dapat digunakan sebagai acuan pada dukungan suami dengan pemberian ASI
eksklusif.
d. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu penerapan teori pada asuhan
kebidanan dalam penerapan hubungan dukungan suami terhadap pemberian ASI
eksklusif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep ASI Eksklusif
1. Defenisi menyusui
Menyusui adalah proses memberikan ASI kepada bayi untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya ( Hait, 2003).
2. Defenisi ASI
ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi manusia, lebih udah bagi
bayi untuk mencernanya dan ASI tidak mudah menyebabkan sembelit. ASI
adalah susu yang diproduksi seorang ibu untuk konsumsi bayi dan merupakan
sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat. Asi
merupakan salah satu sumber makanan terbaik bagi bayi yang baru lahir karena
memiliki begitu banyak zat penting yang bagus guna meningkatkan kekebalan
tubuh terhadap penyakit. Penelitian juga menyatakan bahwa ASI adalah makanan
bayi yang tidak ada tandingannya (Lee, 2006:14).
3. Defenisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah tidak member bayi makanan atau minuman lain
termasuk air putih hanya ASI saja (kecuali obat-obatan, dan vitamin atau mineral
tetes, ASI perah oran glain juga diperbolehkan)selama 6 bulan.
ASI adalah air susu yang alami di produksi oelh ibu dan merupakan sumber
gizi yang ideal dan berkomposisi seimbang sesuai dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi, sehingga dapat dikatakan ASI adalah makanan yang paling
sempurna bagi bayi baik kuantitas maupun kualitasnya. ASI mengandung nutrisi
dan zat-zat penting yang berguna terhadap kekebalan tubuh bayi dari berbagai
penyakit infeksi. Oleh karena itu, sangat penting bagi bayi untuk segera diberikan
ASI sejak lahir karena pada saat itu bayi belum dapat memproduksi zat
kekebalannya sendiri.
ASI mengandung zat kekebalan terhadap infeksi yang disebabkan bakteri,
virus, jamur, dan lain-lain, sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi pada bayi
diantaranya pneumonia. Bayi yang mendapat ASI lebih jarang menderita sakit
bila dibandingkan dengan bayi yang mendapat susu buatan. Hal ini disebabkan
karena ASI mengandung zat kekebalan terhadap infeksi diantaranya protein,
laktoferin, immunoglobulin, dan antibody terhadap bakteri, virus, jamur dan lain-
lain.
ASI terbukti sebagai minuman sekaligus makanan yang luar biasa
manfaatnyakarena walaupun seorang ibu yang dalam keadaan kurang gizi
sekalipun, maka ASI tetap mengandung nutrisi essensial yang cukup untuk bayi
dan mampu mengatasi infeksi melalui komponen sel fagosit dan
immunoglobulin. Immunoglobulin ASI tidak diabsorbsi bayi tetapi berperan
memperkuat system imun local. ASI juga meningkatkan immunoglobulin A pada
mukosa traktus respiratorus.
4. Komposisi ASI Berdasarkan Kandungan Zat Gizi
a) Protein
Protein dalam ASI terdiri dari protein yang sulit dicerna dan mudah
dicerna. ASI lebih banyak mengandung protein yang mudah dicerna
daripada protein yang tidak mudah dicerna sedangkan pada susu sapi
kebalikannya. ASI mempunyai kadar protein yang paling rendah di anatara
susu mamalia. Dibandingkan dengan beberapa jenis mamalia
lainnya.Walaupun demikian, protein yang terkandung di dalam ASI
merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh otot dan tulang bayi manusia,
agar dapat berkembang baik dan berfungsi optimal. Protein di dalam ASI
benar – benar diciptakan dengan tepat, sehingga sesuai dengan tingkat
metabolisme yang dijalankan oleh berbagai sistem organ ditubuh bayi,
dengan demikian tubuh bayi akan dengan mudah menerimanya. ASI
mengandung protein lebih rendah dari air susu sapi (ASS), tetapi protein ASI
ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (lebih mudah dicerna).
b) Karbohidrat
2. Jenis Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat dalam konteks kesehatan beraneka ragam
pemahamanya. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis
pengetahuan diantaranyaadalah sebagai berikut.
a) Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk
pengalaman seseorang dan berisi factor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti
keyakinan pribadi, prespektif dan prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya
sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.
Pengetahuan implisit sering kali.berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak
disadari. Contoh sederhana seseorang mengetahui tentang bahaya merokok
bagi kesehatan, namun dia ternyata perokok.
b) Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau
disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
Perilakunya dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan
dengan kesehatan. Contoh sederhana seseorang telah mengetahui bahaya
merokok bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok.
4. Tahapan Pengetahuan
Tahapan pengetahuan menurut Benjamin S. Bloom (1956) ada 6 tahapan yaitu
sebagai berikut.
a) Tahu (Know)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahanm
defenisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan
sebagainya. Misalnya ketika seorang bidan diminta untuk menjelaskan
tentang ASI eksklusif, orang yang berada ditahapan ini dapat menguraikan
dengan baik dari defenisi ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, waktu
pemberian ASI eksklusif dan sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebgai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi tersebut
secara benar.
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluuruhan yang
baru.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilian terhadap suatu materi atau objek.
C. Dukungan Suami
1. Defenisi Dukungan Suami
Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang
lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atau
semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan
(Chaplin, 2006). Sumber-sumber dukungan sosial memberikan arti yang berbeda
bagi masing-masing individu. Dukungan sosial yang berarti bagi seseorang
mungkin tidak berarti bagi orang yang lain. Dukungan sosial dapat berasal dari
orang-orang yang penting yang dekat (significant others) bagi individu yang
membutuhkan bantuan.
Dukungan sosial bisa berasal dari partner, anggota keluarga, teman. Dalam
hubungan antar manusia terdapat tiga sumber dukungan sosial, yaitu: atasan atau
penyelia, rekan sekerja dan keluarga, termasuk suami-istri dan anggota keluarga
tidak kalah perannya walau hanya dalam bentuk dukungan emosional.
Gottlieb dalam Koentjoro (2002), berpendapat dukungan sosial terdiri dari
informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan nyata, atau tindakan
yang diberikan oleh keakraban sosial atau dapat dikatakan karena adanya
kehadiran mereka mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak
penerimanya. Dukungan suami masuk didalam lingkup dukungan sosial, dimana
yang dimaksud dari dukungan sosial adalah bentuk dukungan dan hubungan yang
baik untuk memberikan kontribusi penting pada kesehatan. Dukungan sosial
yang dibutuhkan adalah berupa dukungan secara emosional yang mendasari
tindakan. Hal tersebut akan membuat orang merasa diperhatikan, dicintai,
dimuliakan dan dihargai.
Dukungan suami yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan baik
fisik maupun psikologis yang diberikan suami terhadap istri. Suami ada pada saat
dibutuhkan dan dapat memberikan bantuan kepada istri. Dukungan sosial antara
lain bersumber dari suami, anak, saudara kandung, orang tua, rekan kerja, kerabat
juga tetangga (Cohen & Syme, 1985). Dukungan sosial memiliki kekuatan
sebagai pencegahan dan pendorong seseorang berperilaku sehat. Dukungan
sosial berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan. Ciri-ciri bentuk dukungan
sosial berkaitan dengan komposisi jaringan sosial atau sumber-sumber dukungan,
karakteristik fungsional ditandai dengan penyediaan sumber daya tertentu atau
jenis dari dukungan (Cohen et al., 1985). Dukungan sosial berpengaruh terhadap
penilaian individu dalam memandang seberapa berat suatu peristiwa yang terjadi
dalam hidup yang bias memengaruhi pilihan dalam upaya penanggulangan.
Dukungan sosial berdampak langsung terhadap perilaku kesehatan.
Menurut Sarason (1997), ada tiga cara untuk mengukur besarnya dukungan
sosial, yaitu pesceived social support, social embeddnes, dan enected support.
Ketiganya tidak memiliki korelasi yang signifikan antara satu dengan yang lain
dan masing-masing berdiri sendiri, yaitu:
a. Perceived social support; cara pengukuran ini berdasarkan pada perilaku
subjektif yang dirasakan individu mengenai tingkah laku orang disekitarnya,
apakah memberikan dukungan atau tidak.
b. Social embeddnes; cara pengukuran ini berdasarkan ada atau tidaknya
hubungan antara individu dengan orang lain sekitarnya. Fokus pengukuran
ini tidak melihat pada kualitas dan keadekuatan, tetapi hanya melihat jumlah
orang yang berhubungan dengan individu.
c. Enacted support; cara pengukuran ini memfokuskan pada seberapa sering
perilaku dari orang sekitar individu yang dapat digolongkan kedalam
pemberian dukungan sosial tanpa melihat adanya persepsi akan dukungan
sosial yang diterima individu.
2. Komponen-Komponen Dukungan
Para ahli berpendapat bahwa dukungan dapat dibagi ke dalam berbagai
komponen yang berbeda-beda. Weiss (1994) dalam Zainuddin (2000)
mengemukakan adanya 6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut
sebagai “The social provision scale” yang masing-masing komponen dapat
berdiri sendiri-sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun
komponen-komponen tersebut adalah:
a. Kerekatan emosional (Emosional attachement)
Jenis dukungan semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh
kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi
yang menerima. Sumber dukungan semacam ini yang paling sering dan
umum adalah diperoleh dari pasangan hidup, anggota keluarga, tenam dekat
atau sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis.
b. Intregitas sosial (sosial integration)
Jenis dukungan semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh
perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk
membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif
secara bersama-sama. Adanya kepedulian oleh masyarakat untuk
mengorganisasikan dan melakukan kegiatan bersama tanpa ada pamrih
akan banyak memberikandukungan. Pembentukan sikap terjadi secara
bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan
satu hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
c. Adanya pengakuan (Reassurance of Worth)
Pada dukungan jenis ini seseorang mendapat pengakuan atas kemampuan
dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau
lembaga. Sumber dukungan semacam ini dapat berasal dari keluarga atau
lembaga/instansi atau perusahaan/organisasi dimana seseorang pernah
bekerja.
d. Ketergantungan yang dapat diandalkan(ReliableReliance)
Dalam dukungan jenis ini, seseorang mendapat dukungan berupa jaminan
bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika seseorang
membutuhkan bantuan tersebut.Jenis dukungan ini pada umumnya berasal
dari keluarga.
e. Bimbingan (Guidance)
Dukungan jenis ini berupa hubungan kerja ataupun hubungan sosial yang
memungkinkan seseorang mendapatkan informasi, saran, atau nasehat yang
diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang
dihadapi.Jenis dukungan ini bersumber dari guru, alim ulama, pamong
dalam masyarakat, fitur yang dituakan dan juga orang tua.
f. Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan
dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan ini memungkinkan seseorang
untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk
memperoleh kesehjateraan. Sumber dukungan ini adalah keturunan (anak-
anak) dan pasangan hidup
3. Bentuk-Bentuk Dukungan
Menurut House (cit. Smet, 1994) dikutip oleh Boobak et. Al.
(2005) bentuk-bentuk ada 4 dukungan antara lain:
a. Dukungan Emosional: mencangkup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan, misalnya umpan balik
dan penegasan.
b. Dukungan Penghargaan: terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan)
positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan
atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan yang
lain , seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk
keadaanya (menambah penghargaan diri)
c. Dukungan instrumental: mencangkup bantuan langsung, berupa
dukungan materi, layanan, barang-barang finansial, seperti kalau orang-
orang memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan
pekerjaan pada waktu mengalami stress. Penyediaan bertujuan
menunjang kelancaran kerja, secara langsung akan meringankan beban
yang di tanggung seseorang.
d. Dukungan informatif: mencakup memberi nasehat, petunjuk-
petunjuk, saran-saran atau umpan balik.
Pemberian ASI
eksklusif
- Emosional
- Penghargaan
- Instrumental
- Informatif
E. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Dukungan suami
G. Defenisi Operasional
NO Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
1. Pemberian pemberian ASI Mengisi Kuesioner 0 = tidak, jika Ordinal
ASI saja tanpa kuesioner ibu memberikan
eksklusif makanan makanan
tambahan apapun tambahan selain
sampai usia bayi ASI sebelum
6 bulan usia 6 bulan
1 = Ya, jika ibu
memberikan
ASI saja tanpa
makanan
apapun sampai
usia 6 bulan
2. Tingkat Pemahaman Mengisi Kuesioner 0 = Kurang baik Ordinal
pengetahuan suami mengenai kuesioner yang jika nilainya
suami pemberian ASI diisi oleh suami ≤50%
eksklusif dari ibu yang
memiliki bayi 1 = Baik jika
0-6 bulan nilainya >50%
3. Dukungan Semua bentuk Mengisi Kuesioner 0 = Kurang baik Ordinal
suami perhatian suami kuesioner yang jika skor < skor
yang diberikan diisi oleh ibu rata=rata
oleh suami yang hamil
memiliki bayi 1 = Baik jika
berusia 0-6 bulan skor ≥ skor rata-
rata
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik menggunakan design cross sectional.
Penelitian ini menganalisa hubungan antara faktor yang mempengaruhi (independen)
dengan faktor yang dipengaruhi (dependen), dimana melakukan observasi atau
pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama. Dalam penelitian cross
sectional setiap responden hannya diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel
respon dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut, kemudian peneliti tidak melakukan
tindak lanjut.