Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN NYERI PADA PASIEN PALIATIF

Pertemuan ke-14

1. Definisi Nyeri

The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai “an
unpleasant sensory and emotional experience which we primarily associate with tissue
damage or describe in terms of such damage, or both.

” Definisi ini menyatakan bahwa nyeri merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory,
emosional, kognitif dan eksistensi dari keadaan pathology fisik tidaklah mutlak muncul pada
pasien yang sedang mengalami nyeri. (The IASP, dalam Parrot,2002)

Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Walaupun
demikian nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik
secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan
atau factor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain.

1. Etiologi Nyeri

Penyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan
dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab adalah trauma
(mekanik, thermal, kimiawi maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi
darah dan lain-lain.

a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami


kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka.

b. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas atau dingin.

c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.Trauma
elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor
rasa nyeri.

d. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan


yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase.

e. Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat
adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor
nyeri.

f. Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan
karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap
fisik. Nyeri karena factor ini disebut pula psychogenic pain.
1. Klasifikasi Nyeri

Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat,
berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan.

a. Nyeri berdasarkan tempatnya;

1 Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada
mukosa, kulit.

2 Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada
organ-organ tubuh visceral.

3 Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur
dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan daerah asal
nyeri.

4 Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat,
spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya;

1 Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.

2 Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang
lama.

3 Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri tersebut biasanya menetap sekitar 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat-ringannya;

1 Nyeri rendah , yaitu nyeri dengan intensitas rendah

2 Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

3 Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan;

1. Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang
dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin
sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit
arteriosclerosis pada arteri koroner.
2. Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini
polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
1. Patofisiologi Nyeri

Berdasarkan karakteristik klinis yang muncul, timbul banyak opini mengenai jenis-jenis
mekanisme terjadinya nyeri. Sebuah klasifikasi berdasarkan patofisiologi, membagi secara
luas sindrom nyeri, yaitu nociceptive, neuropathic, psychogenic dll. Sedangkan dalam diktat
ini akan dibahas lebih lanjut mengenai patofisiologi nyeri nociceptive.

Nociceptive Pain Secara klinis, sensasi nyeri dikatakan “nociceptive” jika nyeri tersebut
secara langsung berkaitan dengan derajat kerusakan jaringan. Nyeri nociceptive yang terjadi
diasumsikan sebagai hasil dari aktivasi normal system nociceptive oleh noxious stimuli.
Nociception terdiri dari empat proses : transduction, transmission, modulation dan
perception. Somatosensory secara normal memproses kerusakan jaringan yang didalam
prosesnya terjadi interaksi antara system saraf afferent dan inflamasi yang menyertai.
Nociceptors (serabut delta A dan C) termasuk didalam System afferent primer, adalah saraf
efferent dengan diameter kecil dan merespon kepada noxious stimuli dan dapat ditemukan
dikulit, otot, sendi dan jaringan visceral tubuh. Noxious stimuli yang dimaksud adalah
Bradikinin, Prostaglandin dan substansi/zat P.

 Bradikinin.

Merupakan vasodilator kuat yang meningkatkan permeabilitas kapiler dan mengkonstriksi


otot halus. Zat ini mempunyai peran penting dalam proses kimia dari nyeri, baik ditempat
sebuah luka terjadi bahkan sebelum impuls yang dikirim sampai keotak. Zat ini merangsang
pelepasan Histamin dan bersamaan dengan histamine menyebabkan kemerahan, bengkak dan
nyeri biasanya akan lebih diperhatikan bila timbul peradangan.

 Prostaglandin.

Merupakan zat yang menyerupai hormone yang mengirim stimuli nyeri tambahan ke system
saraf pusat.

 Substansi/zat P.

Merupakan zat yang dipercaya bertindak sebagai stimulant dilokasi reseptor nyeri dan
mungkin juga terlibat dalam respon inflamasi (peradangan) di jaringan local (Fuller &
Schaller-Ayers,1990 dalam Taylor, 1993)

Proses nociceptive dimulai dengan aktivasi receptor-receptor spesifik ini, yang mengarah ke
transduksi; sebuah proses yang menyebabkan terjadinya depolarisasi saraf peripheral akibat
terpajannya saraf dengan stimulus yang tepat. Setelah depolarisasi terjadi, transmisi dari
informasi berlanjut ke akson disepanjang medulla spinalis menuju otak. Kemudian terjadilah
proses perubahan bentuk sinyal (modulasi) terhadap input disetiap tingkatan neuroaksis.
Perubahan ini melibatkan aktiivitas saraf afferent dan efferent, dan terjadi di bagian dorsal
horn dari medulla spinalis. Informasi yang sampai dihipothalamus dan struktur otak lain
kemudian dikenali sebagai rasa nyeri. Proses ini disebut perception.

Nyeri neuropatik, Nyeri ini biasanya bertahan lebih lama dan merupakan proses input
sensorik yang abnormal oleh sistem saraf perifer. Mekanismenya mungkin karena dinamika
alami pada sistem saraf, misalnya: Pasien mungkin akan mengalami : rasa terbakar,
hyperalgesia dll.
Neri Psikogenik, terjadi karena sebab yang kurang jelas atau susah diidentifikasi, bersumber
dari emosi atau psikis dan biasanya tidak disadari. Contoh : orang yang marah tiba-tiba
merasa nyeri pada dadanya.

1. E. Penanganan Nyeri (Pain Management)

Managemen nyeri atau Pain management adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis
yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Management nyeri
ini menggunakan pendekatan multidisiplin yang didalamnya termasuk pendekatan
farmakologikal (termasuk pain modifiers), non farmakologikal dan psikologikal.

Setiap orang memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain terhadap nyeri yang
mungkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong perawat untuk meningkatkan
kemampuan dalam menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa
nyeri. Hal yang sangat mendasar bagi perawat dalam melaksanakannya adalah kepercayaan
perawat bahwa rasa nyeri yang dialami oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi, kesediaan
perawat untuk terlibat dalam menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan
kompetensi untuk terus mengembangkan upaya-upaya mengatasi nyeri atau pain
management.

Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi pasien yang
sedang mengalami nyeri, bersifat farmakologi dan non farmakologi. Tapi Tindakan
mengatasi nyeri – pain management, yang dapat dilakukan oleh perawat sebagai penyedia
asuhan keperawatan.

1. Managemen Nyeri Farmakologikal

Yaitu terapi farmakologis untuk menanggulangi nyeri dengan cara memblokade transmisi
stimulan nyeri agar terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal
terhadap nyeri.

Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah

a. Analgesik Narkotik

menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal :
persepsi nyeri).

b. Analgesik Lokal

Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan langsung keserabut
saraf.

c. Analgesik yang dikontrol klien


sistem analgesik yang dikontrol klien terdiri dari impus yang diisi narotika menurut resep,
dipasang dengan pengatur padalubang injeksi intravena.

d. Obat – obat nonsteroid


obat.obat non steroid non inflamasi bekerja terutama terhadap penghambat sintesa
prostaglandin. Pada dosis rendah obat-obat ini bersifat analgesik. Pada dosis tinggi obat ini
bersifat anti inflamatori,sebagai tambahan dari khasiat analgesik.

2. Managemen Nyeri Non Farmakologikal

Merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan menggunakan


pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain dengan distraksi, relaksasi,
massage, akupuntur oleh akupunturist, therapy music, pijatan, dan guided imaginary yang
dilakukan oleh seseorang yang ahli dibidangnya dan disebut sebagai therapist.

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan
berbeda pada tiap orang. Dalam konteks asuhan keperawatan, perawat harus memperhatikan
dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami oleh klien diatasi oleh
perawat melalui intervensi keperawatan.

1. F. Tujuan Penatalaksanaan Nyeri

 Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri


 Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang
persisten
 Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
 Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri
 Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari

1. G. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri

1) Usia

 Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak.
 Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi.
 Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap
nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami
penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

2) Jenis kelamin

3) Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
4) Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama
timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi
nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri

5) Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola
koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

6) Support keluarga dan social Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung
kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan,dll

DAFTAR PUSTAKA

Baresford, Larry.1998. A piece of pain Relief. Chicago.Hospital and Health Network.

Hilton. A.P.2004.Fundamental Nursing Skills. USA: Whurr Publisher Ltd

Khalsa,Singh M.D., Cameron Stauth.2004.

Kozier,et.al.2004. Fundamentals of nursing ; concepts, process and practice Seventh


edition. United States: Pearson Prentice Hall

Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison CD,
Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed. Philadelphia, PA:
Lippincott Williams & Wilkins

Potter, P.A & Perry, A.G.(1993). Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice.
Third edition. St.Louis: Mosby Year Book

Taylor, Lilis & LeMone.(1993). Fundamental of Nursing; the art and science of nursing
care. Third edition. Philadelphia: Lippincot-Raven Publication

Anda mungkin juga menyukai