Tifoid
Oleh :
Pembimbing
dr. Aspri Sulanto, Sp.A
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : An. Rt
Jenis Kelamin : Laki Laki
Umur : 13 tahun
TTL : Langkapura, 10 Agustus 2005
Alamat : Labuhan Ratu
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. M
Umur : 36 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SLTA
Nama Ibu : Ny. S
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan Terakhir : SMA
Tanggal Masuk : 4 Juni 2018
Diagnosa Masuk : Colic Abdomen
Ruang Perawatan : Ruang Anak
B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama
Os datang dengan keluhan muntah 2 hari ini
2. Keluhan Tambahan
Lemas +, mual +, tanda pendarahan -
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan muntah 2 hari ini
F. RIWAYAT IMUNISASI
Ibu Os mengatakan sudah melakukan imunisasi namun lupa kapan
dilakukannya
H. SILSILAH KELUARGA
Laki-laki
Perempuan
Pasien
I. ANAMNESIS SYSTEM
Cerebrospinal System : Pusing (-), nyeri kepala (-), demam (+)
Respiration system : Sesak (-), batuk(-), pilek (-)
Cardiovascular system : tidak ada keluhan
Gastrointestinal system : BAB cair (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-)
Urogenital system : BAK (+)
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
- Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign
BB : 40 kg
TB : 157 cm
IMT : 21,36 kesan gizi baik
Nadi : 109 kali/menit
Respirasi : 24 kali/menit
Suhu : 37,50C
1. Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Sklera ikterik (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor (+/+)
Telinga : Nyeri tekan auricular (-), massa (-)
Hidung : Pernafasan cuping hidung (-), septum deviasi (-)
Mulut : Bibir kering (-), pecah-pecah (-)
Pharing : Hiperemis (-)
Gigi : Karies dentis (-)
2. Leher
Dalam batas normal
3. Thorax
Inspeksi : sianosis (-), gerakan simetris, massa (-), perubahan warna kulit (-)
Palpasi : vokal fremitus pada semua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Aukultasi: Suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
4. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, DBN, massa (-)
Palpasi : Iktus cordis teraba, massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : DBN
Auskultasi: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
5. Abdomen
Inspeksi : DBN, warna sama dengan kulit sekitar, massa (-)
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Massa(-), Nyeri tekan abdomen (-)
6. Genitalia
Dalam Batas Normal
7. Ekstremitas
Akral hangat (+), kaku sendi (-), sianosis (-), edema (-)
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Darah Lengkap (24 Mei 2018)
L. DIAGNOSA BANDING
colic abdomen
M. DIAGNOSA KERJA
Dispepsia
N. PENATALAKSANAAN
Kaen 3A
Ondan 2x1
Ranitidine 2x1
Ketorolace 2x1
O. FOLLOW-UP
4 juni
2018
S : Nyeri Abdomen dispepsia Kaen 3A
O : KU : sedang, CM Ondan 2x1
Nadi : 87 x/menit Ranitidine 2x1
RR : 22 kali/menit Ketorolace 2x1
Suhu : 36,10C
5 juni Mei
2018
S : nyeri abdomen dispepsia BLPL
berkurang, sudah tidak
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien dibawa ke IGD RS Pertamina Bintang Amin dengan keluhan nyeri pada
bagian perut sejak 2hari yang lalu. menurut keluarga pasien, mengatakan Pasien
sering muntah, muntah kurang lebih 11x . pasien juga mengatakan ini bukan
merupakan kejadian pertama yang dialami pasien. Riwayat keluarga tidak ada
yang mengalami penyakit seperti ini. Karena keluhan tidak kunjung membaik,
pasien dibawa ke IGD RSPBA pada tanggal 4 Mei 2018 oleh keluarganya.
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, Pernafasan 24 x/m, Nadi 89
x/menit, Suhu 36.50C.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kata ‘dispepsia’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘dys’ (poor) dan ‘pepse’
(digestion) yang berarti gangguan percernaan.2,5 Awalnya gangguan ini
dianggap sebagai bagian dari gangguan cemas, hipokondria, dan histeria.5
British Society of Gastroenterology (BSG) menyatakan bahwa istilah
‘dispepsia’ bukan diagnosis, melainkan kumpulan gejala yang mengarah pada
penyakit/gangguan saluran pencernaan atas.6 Definisi dispepsia adalah
kumpulan gejala saluran pencernaan atas meliputi rasa nyeri atau tidak
nyaman di area gastro-duodenum (epigastrium/uluhati), rasa terbakar, penuh,
cepat kenyang, mual atau muntah.
B. EPIDEMIOLOGI
C. Klasifikasi
Dispepsia diklasifikasikan menjadi dua, yaitu organik (struktural)
dan fungsional (nonorganik). Pada dispepsia organik terdapat penyebab yang
mendasari, seperti penyakit ulkus peptikum (Peptic Ulcer Disease/PUD),
GERD (GastroEsophageal Reflux Disease), kanker, penggunaan alkohol atau
obat kronis.1,3 Non-organik (fungsional) ditandai dengan nyeri atau tidak
nyaman perut bagian atas yang kronis atau berulang, tanpa abnormalitas pada
pemeriksaan fisik dan endoskopi
FAKTOR RESIKO
Demam
Riwayat kejang demam pada orang tua atau sudara kandung
Perkembangan terlambat
Problem pada masa neonatus
Anak dalam perawatan khusus
Kadar natrium rendah
Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali
rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau
lebih. Resiko rekurensi meningkat pada :
Usia dini
Cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul
Temperatur yang rendah saat kejang
Riwayat keluarga kejang demam
Riwayat keluarga epilepsi
D. PATOFISIOLOGIS
faktor lain seperti lingkungan dan pola makan (Yaranadi, 2013). Perubahan
F. DIAGNOSIS
2006b):
bisa bersifat lokal atau bisa sebagai manifestasi dari gangguan sistemik.
Harus menyamakan persepsi antara dokter dengan pasien untuk
intra lumen yang padat misalnya: tumor, organomegali, atau nyeri tekan yang
bila dispepsia itu disertai oleh keadaan yang disebut alarm symtomps yaitu
adanya penurunan berat badan, anemia, muntah hebat dengan dugaan adanya
obstruksi, muntah darah, melena, atau keluhan sudah berlangsung lama dan
terjadi pada usia lebih dari 45 tahun. Keadaan ini sangat mengarah pada
adanya kelainan struktural atau organik intra lumen saluran cerna bagian atas
dinding/mukosa saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau gambaran
dapat melewatinya
G. PENATALAKSANAAN
masyarakat.
1.Antasid 20-150 ml/hari Golongan obat ini mudah didapat dan murah.
mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama,
MgCl2.
Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor
muskarinik yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%.
mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang
Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari
bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas
(SCBA).
tidak