Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi listrik adalah energy yang sangat dibutuhkan.Tingginya kebutuhan

akan tenaga listrik, dibutuhkan suatu sistem pengelolaan energi listrik, ini agar

energi listrik tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal guna memenuhi

kebutuhan masyarakat akan energi listrik saat ini maupun di masa mendatang.

Oleh karena itu, diperlukan suatu perencanaan sistem tenaga listrik seperti desain

sistem pembangkit, jaringan transmisi dan sistem jaringan distribusinya. Salah

satu bagian dari sistem tenaga listrik yang menyalurkan energi listrik dari pusat

pembangkit sampai ke konsumen atau pelanggan adalah sistem distribusi.

Distribusi energi listrik yang berawal dari pembangkit dan diakhiri dengan

penggunaan oleh konsumen haruslah bersifat efektif, efisien dan dapat

diandalkan. Melihat dari kriteria tersebut maka dalam pembangkitan energi listrik

serta distribusi energy listrik haruslah dilakukan secara rasional dan ekonomis.

Sistem distribusi tegangan rendah merupakan bagian dari sistem distribusi

tenaga listrikyang terletak diantara gardu distribusi dan konsumen.Dalam sistem

distribusi diperlukan sistem penurun tegangan dan mendistribusikan energi listrik

kepada konsumen. Untuk itulah digunakan transformator yang pada umumnya

trafo terdiri dari satu inti dan dua kumparan. Peran trafo pada sistem distribusi

sangat pada penggunaan beban, semakin besar beban yang digunakan maka

semakin besar pula kapasitas trafo yang diperlukan. Melihat dari permasalahan
yang terjadi maka penulis akan membuat perencanaan jaringan tegangan

menengah, jaringan rendah hingga ke konsumen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem distribusi ketenagalistrikan ?

2. Bagaimana merencanakan suatu studi proyek perancangan distribusi dan

gardu distribusi ?

3. Bagaimana perhitungan teknis dan daftar material yang dibutuhkan

dalam perancangan distribusi dan gardu distribusi ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisannya sebagai berikut :

1. Memahami sistem distribusi ketenagalistrikan.

2. Mampu merencanakan suatu studi perencanaan proyek distribusi dan

gardu distribusi.

3. Menghitung perhitungan teknis dan daftar material yang dibutuhkan

dalam perancangan distribusi dan gardu distribusi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komponen Utama Konstruksi Gardu Distribusi

2.1.1 Penghantar

a. Penghantar telanjang (BC: Bare Conductor)

Konduktor dengan bahan utama tembaga (Cu) atau aluminium (Al)

yang dipilin bulat padat sesuai SPLN 42-10: 1986 dan SPLN 74:

1987. Pilihan konduktor penghantar telanjang yang memenuhi pada

decade ini adalah AAC atau AAAC. Sebagai akibat tingginya harga

tembaga dunia, saat ini belum memungkinkan penggunaan penghantar

berbahan tembaga sebagai pilihan yang baik. Adapun

bentukpenghantar AAAC dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Bare Conductor

b. Penghantar berisolasi setengah AAAC-S (Half insulated single core)

Konduktor dengan bahan utama alluminium ini diisolasi dengan

material XLPE (crosslink polyetilene langsung), dengan batas


tegangan 6 kV dan harus memenuhi SPLN No. 43-5-6 tahun 1995.

Adapun bentuk dari penghantar AAAC-S dapat dilihat pada gambar

2.2 berikut.

Gambar 2.2 AAAC-S

c. Penghantar berisolasi penuh (Three single core)

Konduktor berisolasi dengan material XLPE dan berselubung

PVC berpenggantung penghantar baja dengan tegangan pengenal

12/20 (24) kV. Oenghantar jenis ini khusus digunakan untuk SKUTM

dan berisolasi penuh sesuai SPLN 43-5-2: 1995-Kabel.

Adapun bentuk dari penghantar berisolasi penuh dapat dilihat

pada gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.3 Three Single Core


2.1.2 Isolator

Fungsi utamanya adalah sebagai penyekat listrik pada penghantar

terhadap penghantar lainnya dan penghantar terhadap tanah. Tetapi karena

penghantar yang disekatkan tersebut mempunyai gaya mekanis berupa berat

dan gaya tarik yang berasal dari berat penghantar itu sendiri, dari tarikan dan

karena perubahan akibat temperatur dan angin, maka isolator harus mempunyai

kemampuan untuk menahan beban mekanis yang harus dipikulnya. Untuk

penyekatan terhadap tanah berarti mengandalkan kemampuan isolasi antara

kawat dan batang besi pengikat isolator ke travers, sedangkan untuk

penyekatan antar fasa maka jarak antara penghantar satu dengan yang

dilakukan adalah memberi jarak antara isolator satu dengn lainnya dimana

pada kondisi suhu panas sampai batas maksimum dan angin yang meniup

sekencang apapun dua penghantar tidak akan saling bersentuhan.

Bahan isolator untuk SUTM adalah porselin / keramik yang dilapisi

glazur dan gelas, tetapi yang paling banyak adalah dari porselin ketimbang dari

gelas, dikarenakan udara yang mempunyai kelembaban tinggi pada umumnya

di Indonesia isolator dari bahan gelas permukaannya mudah ditempeli embun.

Warna isolator pada umumnya coklat untuk bahan porselin dan hijau-bening

untuk bahan gelas.

Konstruksi isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan-

lekukan yang bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada

kondisi hujan maka ada bagian permukaan isolator yang tidak ditempeli air
hujan. Berdasarkan beban yang dipikulnya isolator dibagi menjadi 2 jenis,

yaitu :

a. Isolator tumpu (Pin Insulator)

Insulator pin adalah alat yang mengisolasi kawat dari pendukung

fisik seperti pin (kayu atau logam paku berdiameter sekitar 3cm

dengan ulir sekrup ) pada telegraf atau tiang listrik. Adapun bentuk

fisik dari isolator tumpu dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Isolator Tumpu

b. Isolator Tarik( Pin Post)

Beban yang dipikul oleh isolator berupa beban berat penghantar

ditambah dengan beban akibat pengencangan ( tarikan ) penghantar,

seperti pada konstruksi tiang awal / akhir, tiang sudut , tiang

percabangan dan tiang penegang. Isolator dipasang di bagian sisi

Travers atau searah dengan tarikan penghantar. Penghantar diikat

dengan Strain Clamp dengan pengencangan mur - bautnya. Isolator

jenis ini pada sebagian konstruksi SUTM di Jawa Barat dipakai juga

untuk tarikan lurus atau sudut kecil yang dipasang menggantung di

bawah travers dan sebagai pengikat penghantarnya digunakan


suspension clamp seperti pada konstruksi SUTT. Adapun bentuk fisik

dari isolator tarik dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut.

Gambar 1.5 Isolator Tarik

2.1.3 Peralatan Hubung (Switching)

Peralatan Hubung (Switching) Pada jaringan SUTM digunakan juga

peralatan hubung untuk optimasi operasi distribusi.

Sesuai karakteristiknya, peralatan hubung dapat dibedakan atas :

1. Pemisah (Disconnecting Switch = DS)

2. Pemutus beban (Load Break Switch = LBS)

2.1.4 Peralatan Proteksi Jaringan

Beberapa peralatan proteksi jaringan adalah sebagai berikut :

a. Pemisah dengan pengaman lebur (Fused Cut-Out )

b. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)

c. Penangkal Petir ( Ligthning Arrester )

d. Saklar Seksi otomatis (Automatic Sectionalizer)

e. Penghantar tanah (Shield Wire)


a. Fuse Cut Out (FCO)

Pengaman lebur untuk gardu distribusi pasangan luar dipasang

pada Fuse Cut Out (FCO) dalam bentuk Fuse Link. Terdapat 3 jenis

karakteristik Fuse Link, tipe-K (cepat),tipe-T (lambat) dan tipe-H yang

tahan terhadap arus surja.

Apabila tidak terdapat petunjuk yang lengkap, nilai arus pengenal

pengaman lebur sisi primer tidak melebihi 2.5 kali arus nominal

primer transformator. Jika sadapan LightningArrester (LA) sesudah

Fuse Cut Out, dipilih fuse link tipe-H, jika sebelum Fuse Cut Out

(FCO) dipilih Fuse Link tipe-K.

Sesuai publikasi IEC 282-2 (1970/NEMA) di sisi primer berupa

pelebur jenis pembatas arus. Arus pengenal pelebur jenis letupan

(expulsion) tipe-H (tahan surja kilat) tipe-T (lambat) dan tipe-K

(cepat) menurut publikasi IEC No. 282-2 (1974)-NEMA untuk

pengaman berbagai daya pengenal transformator, dengan atau tanpa

koordinasi dengan pengaman sisi sekunder.Adapun bentuk fisik dari

FuseCut Out (FCO) dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut.

Gambar 2.6 Fuse Cut Out


b. Lightning Arrester (LA)

Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi

jaringan dan peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang

terjadi karena sambaran petir (flash over) dan karena surja

hubung(switching surge) di suatu jaringan. Lightning arrester ini

memberi kesempatan yang lebih besar terhadap tegangan lebih

abnormal untuk dilewatkan ke tanah sebelum alat pengaman ini

merusak peralatan jaringan seperti tansformator dan isolator.

Lightning Arrester berfungsi untuk melindungi Transformator

distribusi, khususnya pada pasangan luar dari tegangan lebih akibat

surja petir. Dengan pertimbangan masalah gangguan pada SUTM,

pemasangan Arester dapat saja dipasang sebelum atau sesudah FCO.

Untuk tingkat IKL diatas 110, sebaiknya tipe 15 KA. Sedang untuk

perlindungan Transformator yang dipasang pada tengah-tengah

jaringan memakai LA 5 KA dan di ujung jaringan dipasang LA 10

KA.Adapun bentuk fisik dari Lightning Arrester dapat dilihat pada

gambar 2.7 berikut.

Gambar 2.7 Lightning Arrester


2.1.5 Konektor

Konektor adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyambung kawat

penghantar. Jenis konektor yang digunakan ada beberapa macam yaitu :

a. Sambungan lurus (Joint Sleeve Connector),

b. sambungan ercabangan paralel ( Groove Connector ), dan

c. sambungan sementara yang bisa dibuka pasang ( Live Line Connector) .

Joint Sleeve Connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk

sambungan penghantar pada posisi lurus. Tap connector adalah jenis konektor

yang digunakan untuk sambungan penghantar pada titik pencabangan. Live

Line connector adalah jenis konektor yang digunakan untuk pekerjaan dalam

keadaan bertegangan (PDKB).Adapun bentuk fisik dari Konektor dapat dilihat

pada gambar 2.8 berikut.

Gambar 2.8 Konektor

2.1.6 Transformator distribusi fasa 3

Pengertian Transformator Distribusi, Tujuan dari penggunaan

transformator distribusi adalah untuk menaikkan dan menurunkan tegangan

utama dari sistem distribusi listrik untuk tegangan pemanfaatan penggunaan


konsumen.Transformator distribusi yang umum digunakan adalah

transformator step-down 20kV/400V.

Pada sistem distribusi listrik yang ada di Indonesia, tegangan

dibangkitkan pada pembangkit listrik sebesar 13,8 kV. Lalu tegangan

dinaikkan untuk disalurkan ke jalur transmisi listrik sebesar 150 kV.

Tegangan pada jalur transmisi yaitu sebesar 150 kV ini diturunkan

kembali untuk didistribusikan ke jalur distribusi listrik sebesar 20 kV.

Tegangan 20 kV ini disalurkan ke konsumen industri dan konsumen

rumah tangga. Untuk konsumen rumah tangga tegangan 20 kV ini diturunkan

kembali ke 380 V untuk pemakaian rumah tangga yaitu 220 V AC yang

didapat dari tegangan 1 phase to netral dari 380 VAC.

Berdasarkan standar IEC60076-1, penamaan vektor grup trafo tidak

berdasarkan lilitan primer dan sekunder, tetapi berdasarkan ratting tegangan

belitan HV-LV kemudian notasi angka jam yang menandakan pergeseran fasa

antara HV dan LV. Contoh untuk penamaan vektor grup Dyn 11 memiliki arti

bahwa belitan Hvterhubung delta dan belitan LV terhubung bintang dengan

titik star (n) dibawa keluar dan angka 11 menandakan pergeseran fasa LV

leading 30o terhadap HV.

Untuk transformator fase tiga, merujuk pada SPLN, ada tiga tipe vektor

grup yang digunakan oleh PLN, yaitu Yzn5, Dyn5 dan Ynyn0. Titik netral

dihubungkan dengan tanah. Untuk konstruksi, peralatan transformator

distribusi sepenuhnya harus merujuk pada SPLN D3.002-1: 2007.Adapun


bentuk fisik dari Vektor Group dan Daya Transformatordapat dilihat pada

table 2.1 berikut.

Tabel 2.1Vektor Group dan Daya Transformator

Transformator gardu pasangan luar dilengkapi bushing Tegangan

Menengah isolator keramik. Sedangkan Transformator gardu pasangan dalam

dilengkapi bushing Tegangan Menengah isolator keramik atau menggunakan

isolator plug-in premoulded.Adapun bentuk fisik dari transformator distribusi

dapat dilihat pada gambar 2.8 berikut.

Gambar 2.9 Transformator Distribusi


2.1.7 Tiang

a. Tiang kayu

SPLN 115: 1995 berisikan tentang kayu untuk jaringan distribusi,

kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa

wilayah pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu

memungkinkan, dapat diguanakan sebagai tiang penopang penghantar

SUTM.

b. Tiang besi

Tiang besi yang digunakan adalah jenis tiang yang terbuat dari pipa

besi yang disambungkan hingga diperoleh kekuatan beban tertentu

sesuai kebutuhan. Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk

area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan

dibandingkan tiang beton. Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana

total biaya material dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan

tiang beton akibat wilayah tersebut belum ada pabrik beton.

Adapun bentuk fisik dari spesifikasi tiang besi dapat dilihat pada

table 2.2.

Tabel 2.2 Spesifikasi Tiang Besi


c. Tiang beton

Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan di seluruh

PLN Karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang

lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi

rangkaian besi profil.Adapun bentuk fisik dari spesifikasi tiang beton

dapat dilihat pada table 2.3 .

Tabel 2.3. Spesifikasi Tiang Beton

2.2 Konstruksi Gardu Tiang

2.2.1 Ruang bebas hambatan (Right of Way) dan jarak aman (Safety Distance)

Ruang bebas hambatan atau right of way pada Gardu Tiang adalah daerah

bebas dimana gardu tersebut berlokasi. Pada ruang bebas tersebut tidak ada

penghalang yang menyebabkan komponen gardu beserta kelengkapannya

bersentuhan dengan pohon atau bangunan. Tersedia akses jalan masuk-keluar

gardu untuk keperluan kegiatan operasi dan pemeliharaan/perbaikan gardu.


Jarak aman bagian Gardu Tiang di sisi 20 Kv sesuai dengan ketentuan

saluran udara tegangan menengah adalah 2,5 meter dari sisi terluar konstruksi

gardu.Adapun bentuk fisik dari jarak aman SUTM dapat dilihat pada tabel 2.4

.Tabel 2.4 Jarak Aman SUTM

NO Uraian Jarak Aman ( m )

1. Terhadap Permukaan Jalan Raya ≥6

2. Balkon Rumah ≥ 2,5

3. Atap Rumah ≥2

4. Dinding Bangunan ≥ 2,5

5. Antena TV ≥ 2,5

6. Pohon ≥ 2,5

7. Lintasan Kereta Api ≥2

8. Underbuilt TM-TM ≥1

9. Underbuilt TM-TR ≥1

2.2.2 Spesifikasi Peralatan Gardu Tiang

a. Tiang

Tiang yang digunakan untuk Gardu Distribusi jenis ini dapat

berupa tiang besi ataupun tiang beton berkekuatan beban kerja

sekurang-kurangnya 500 daN, dengan panjang 11 atau 12 meter.

b. Peralatan Hubung dan Proteksi

Karakteristik listrik komponen utama instalasi Gardu Tiang yang

harus dipenuhi pada sisi Tegangan Menengah (TM), adalah :


- Tegangan pengenal : 24 kV

- Frequensi pengenal : 50 Hz

- Ketahanan isolasi terhadap tegangan impuls kering standar

(puncak) :125 kV

- Inpulse DCtest selama 1 menit : 50 kV

- Ketahanan tegangan jarak isolasi (isolation distance) di udara :

a. Tegangan impuls, kering (puncak) : 145 kV

b. Inpulse DC voltage selama 1 menit : 50 kV

c. ketahanan terhadapa arus hubung singkat (1 detik): 12.5 kV

d. Ams maksimum gangguan ke bumi selama 1 detik: 1 kV

e. Tegangan uji terhadap sirkuit bantu : 2 kV

f. Tegangan surja hubung dan pemutus tenaga hampa

udaraharus cocok untuk transformator terendam minyak

(tanpa penangkap petir) dengan tingkat isolasi dasar (BIL):

125 kV

Karakteristik listrik komponen utama instalasi Gardu Tiang

yang harus dipenuhi pada sisi Tegangan Rendah (TR) adalah :

- Tegangan pengenal : 230/400 V

- Frequensi pengenal : 50 Hz

- Tingkat isolasi dasar (puncak) : 6 kV

 PHB 250/500/630 A : 0.5 kA

 PHB 800 A : 0.5 kA

 PHB 1200 A : 0.5 kA


- Arus ketahanan waktu singkat selama 1 detik

- KHA busbar : 250/400/630/800/1200 A

- Kapasitas pengaman lebur HRC : 25 kA /400 V

- Tegangan ketahanan frequensi daya selama 1 menit : 2,5 kV

2.2.3 Jenis Konstruksi Gardu Tiang

a. Gardu Portal

Gardu Portal adalah gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan

memakai konstruksi dua tiang atau lebih. Tempat kedudukan

transformator sekurang-kurangnya 3 meter di atas tanah dan

ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi

operasi dan pemeliharaan. Transformator dipasang pada bagian atas

dan lemari panel / PHB- TR pada bagian bawah.

- Gardu Portal 50 kVA – 100 kVA, 2 jurusan TR

PHB-TR gardu ini dirancang untuk 2 jurusan Jaringan Tegangan

Rendah.

- Gardu Portal 160 kVA – 400 kVA, 2 jurusan TR

PHB-TR gardu ini dirancang untuk 4 jurusan Jaringan Tegangan

Rendah.

- Gardu Portal Pelanggan khusus

Gardu Portal untuk pelanggan khusus Tegangan Rendah dan

Tegangan Menengah.

- Gardu Portal SKTM Antenna


Gardu Portal ini lazimnya dibangun pada sistim distribusi

Tegangan Mnenegah dengan kabel bawah tabah yang karena

keterbatasan lahan, catu daya TM diperoleh dari Gardu Beton

terdekat dengan SKTM bawah tanah dengan panjang tidak

melebihi 100 meter. Untuk gardu portal antenna, kubikel

pengaman transformator ditempatkan pada gardu pemberi catu

daya.

- Gardu Portal RMU/Modular

Gardu Portal ini adalah gardu listrik dengan konstruksi sama

dengan gard Portal, dengan penempatan kubikel jenis RMU/

Modular dalam lemari panel (metal clad) yang terhindar dari air

hujan dan debu, dan dipasangkan pada jaringan SKTM.

b. Gardu Cantol

Gardu Cantol adalah tipe gardu listrik dengan transformator yang

dicantolkan pada tiang listrik besarannya kekuatan tiang minimal 500

daN. Gardu Cantol (single pole mounted distribution substation),

dimana transformator dan panel tegangan rendah menjadi satu yang

dicantolakan pad tiang dan umumnya adalah transformator jenis

Completely self protected (CSP).

- Gardu Cantol Sistem 3 Kawat

Lazimnya untuk tranformator fase ganda atau fase tiga sistem

3 kawat, tabung transformator berbentuk kotak dan


dilengkapidengan sirip radiator. Seluruh peralatan Lighting Arester

(LA) dan jarak TR harus ditambahkan dan dipasang pada tiang.

- Gardu Cantol Sistem 4 Kawat

Perbedaan konstruksi gardu cantol sistim 4 kawat dengan

sistim 3 kawat adalah pada konstruksi tranformatornya dimana

peralatan proteksi TM dan TR sudah dalam transformator,

sehingga konstruksi keseluruhan dapat disederhanakan.

c. Gardu Beton

Gardu betonadalah sebuah gardu yang seluruh komponen utama

instalasinya seperti Transformator dan Peralatan Protrksi di dalam

sebuah bangunan sipil yang di rancang di bangun dan di fungsikan

dengan kontruksi pasangan Batu dan Beton. Kontruksi Bangunan

Gardu ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan terbaik dengan

system keamanan Ketenagalistrikan. Cara mudah untuk membedakan

gardu ini lebih cenderung seperti bangunan sipil dan memiliki

halamaan cukup luas.

2.3 Jaringan Tegangan Menengah

2.3.1 Definisi JTM

Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu

kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama

adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan

kwalitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero


selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU

ketenagalistrikan No 30 tahun 2009.

Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan

operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kV, konstruksi JTM wajib

memenuhi kriteria enjinering keamanan ketenagalistrikan, termasuk

didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan lingkungan dan

antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara

atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan

Menengah atau Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan

dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan Dalam Keadaan

Bertegangan (PDKB) pada jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha

menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen.

Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat

pendistribusian daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan isolasi

penghantar untuk keamanan pada tegangan 20 kV.

Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di

Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari

transformator penurun tegangan Gardu Induk atau transformator penaik

tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala kecil, hingga

peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-coming) transformator distribusi 20

kV - 231/400V.
2.3.2 Jenis Konstruksi JTM

Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat dilihat

pada gambar 2.10

Gambar2.10 Saluran Udara Tegangan Menengah

Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi

termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini

terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah yang

digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar

telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan

penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait

dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus

dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau dengan

bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. Termasuk

dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga bila penghantar

yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S (half insulated

single core). Penggunaan penghantar ini tidak menjamin keamanan terhadap


tegangan sentuh yangdipersyaratkan akan tetapi untuk mengurangi resiko

gangguan temporer khususnya akibat sentuhan tanaman.

2.4 Jaringan Tegangan Rendah

2.4.1 Definisi JTR

Jaringan Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu

sistem tenaga listrik. Melalui jaringan distribusi ini disalurkan tenaga listrik

kepada para pemanfaat / pelanggan listrik.

Mengingat ruang lingkup konstruksi jaring distribusi ini langsung

berhubungan dan berada pada lingkungan daerah berpenghuni, maka selain

harus memenuhi persyaratan kualitas teknis pelayanan juga harus memenuhi

persyaratan aman terhadap pengguna dan akrab terhadap lingkungan.

Konfigurasi Saluran Udara Tegangan Rendah pada umumnya berbentuk radial.

2.4.2 Jenis Konstruksi JTR

Jenis konstruksi Jaringan Tegangan Rendah terdiri dari :

 Saluran Udara Tegangan Rendah Kabel pilin

 Saluran Udara Tegangan Rendah Bare Conductor

 Saluran Kabel tanah Tegangan Rendah

Saluran Udara Tegangan Rendah dengan Kabel pilin (twisted cable) ini

dapat dikonstruksikan pada :

 Tiang yang berdiri sendiri dengan panjang tiang 9 meter dan

ditanam 1/6 kali panjang tiang.


 Di bawah jaringan saluran udara tegangan menengah

 Pada dinding bangunan.

2.4.3 Komponen utama konstruksi JTR

Terdapat sejumlah komponen utama konstruksi pada Jaringan Tegangan

Rendah :

 Tiang Beton

 Penghantar Kabel Pilin Udara (NFA2Y)

 Penghantar Kabel Bawah Tanah (NYFGBY)

 Perlangkapan Hubung Bagi dengan Kendali

 Tension bracket

 Strain clamp

 Suspension bracket

 Suspension Clamp

 Stainless steel strip

 Stopping buckle

 Link• Plastic strap

 Joint sleeve

 Press Type ( Al – Al ; Al – Cu )

 Connector press type

 Piercing Connector Type

 Elektroda Pembumian

 Penghantar Pembumian
 Pipa galvanis

 Turn buckle

 Guy-wire insulator

 Ground anchor set

 Steel wire

 Guy-Anchor

 Collar bracket

 Terminating thimble

 U – clamp

 Connector Bloc
BAB III

LANGKAH KERJA

3.1 Langkah Kerja

Langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam melakukan tugas ini:

 Menentukanperumahan atau lokasi perencanaan.

 Mencari site plan dari perumahan tersebut.

 Melakukan survei lapangan.

 Menentukan letak tiang.

 Menghitung penghantar atau kabel ke setiap rumah.

 Menghitung daya total dari perumahan tersebut

 Menentukan jenis trafo dan besar daya trafo yang dibutuhkan.

 Menyusun laporan perencanan distribusi dan gardu distribusi.

 Melakukan asistensi ke dosen bersangkutan.

3.2 Penyelenggaraan Konstruksi

3.2.1 Alat kerja dan alat K3

a. Peralatan kerja

- Toolkit (Alat kupas kabel, kunci, obeng, tang dsb.)

- Ground Clatert

- Earth Tester

- Insulated Tester

- Tang Press

- Tangga Fiber
- Tambang Plastik 25 m

- Dokumen Gambar Kerja

- Alat Tulis

- Alat Komunikasi

b. Perlengkapan K3

- Pakaian Kerja Tangan Panjang

- Sepatu Safety

- Sarung Tangan Kulit

- Helm Pengaman

- Sabuk Pengaman

- Rambu-rambu

- Kaca Mata

3.2.2 Persiapan Konstruksi dan Proses Perizinan

Perencanaan konstruksi gardu tiang lazimnya sudah harus menjadi satu

kesatuan dengan perencanaan jaringan SUTM-nya. Pastikan terlebih dahulu

kebenaran peta rencana lokasi pendirian gardu distribusi, detail konstruksi dan

perolehan izin lokasi gardu. Bila lokasi gardu berada di tanah sertifikat hak

milik, harus diperoleh izin tertulis penggunaan tanah untuk gardu dari pemilik

tanah.

Perhatikan kekuatan tiang beton/besi untuk konstruksi gardu tiang yang

direncanakan bagi penempatan transformator distribusi, pondasinya dan

akurasi vertikalnya. Persiapan seluruh komponen utama dan kelengkapan


instalasi gardu tiang di lokasi. Termasuk yang harus diperhatikan adalah

dimensi cross-arm/dudukan dengan jarak-jarak dan besar lubang yang

dipersyaratkan.

Khusus transformator, periksa fisik transformator distribusi yang meliputi

sebagai berikut :

1. Packing transformator

2. Periksa aksesoris transformator, apakah sudah sesuai dengan syarat

kontak yang disepakati, misalnya termometer, oil level, buchholz

relay, breather (silica gel)

3. Periksa volume minyak pada gelas duga (oil level) dan kebocoran

pada transformator.

4. Periksa name plate serta sertifikat transformator, apakah telah sesuai

dengan permintaan, pemeriksaan antara lain :

- Daya / Kapasitas : kVA

- Tegangan sisi Teg. Tinggi : Volt

- Tegangan sisi Teg. Rendah : Volt

5. Pengujian ketahanan isolasi antara:

- Sisi tegangan rendah (TR) dengan sisi ftegangan menengah (TM)

- Sisi tegangan rendah (TR) dengan bodi (E)

- Sisi tegangan menengah (TM) dengan bodi (E)


3.2.3 Handling Transportasi dan Penaikan Trafo Ke Tiang

Kondisi kritis adalah kondisi pada saat memindahkan suatu

transformator, dari gudang ke lokasi pemasangan misalnya juga pada saat

penaikan/penurunan transformator dari/ ke atas truck. Ketentuan

penaikan/penurunan transformator distirubusi dari truk menggunakan alat

bantu forklift, mobile-crane/lifer (truk yang sudah dilengkapi lifter) atau

minimal tripod yang dapat di rakit dilokasi

Pelaksanaan penaikan/penurunan ke atau dari truk harus diperhatikan

dengan seksama untuk memastikan tidak terjadi kerusakan pada tangki

transformator berdaya < 100 kVA dan posisi saling diletakkan di bawah atau

pada dasar dan melingkar pada transformator yang akan ditarik, karena

tumpuan beratnya berada di dasar packing transformator.

Pelaksanaan penaikan/penurunan ke atau dari truk harus diperhatikan

dengan seksama untuk memastikan tidak terjadinya kerusakan pada tangki

transformator (bila menggunakan forklift) atau kerusakan isolator (umunya bila

menggunakan crane atau tripod). Pengangkutan transformator dari gudang

penyimpanan ke lokasi gardu dipersyaratkan/ tidak diperbolehkan adanya

guncangan-guncangan pada saat dibawah dengan kendaraan.

3.2.4 Pemasangan Instalasi

a. Instalasi Transformator Distribusi

Untuk instalasi ke atas tiang atau platform dudukannya, siapkan

terlebih dahulu takle/lifter dengan kekuatan cukup di tiang beton pada


peggantung croos-arm sementara untuk mengangkat transformator,

naikkan transformator dengan seksama, vertikal keatas dan setelah

duduk diatas croos-arm tiang/dudukan pada tiang beton rakit dengan

mur-baut yang erat.

b. Pemasangan Penghantar Pembumian

Bagian – bagian yang harus dibumikan pada gardu tiang adalah :

- Titik netral sisi sekunder transformator

- Bagian konduktif terbuka (BKT) instalasi gardu

- Bagian konduktif ekstra (BKE)

- Lighting arrester

Adapun bentuk fisik dari Instalasi Pembumian Pada Gardu Portal

dapat dilihat pada table 3.1 berikut.

Tabel 3.1 Instalasi Pembumian Pada Gardu Portal

NO Uraian Ukuran Minimal Penghantar

Pembumian ( Mm²)

1. Panel PHB TM ( Kubikel ) BC 16

2. Rak Kabel TM-TR BC 16

3. Pintu gardu/pintu besi BC Pita 16 (NYAF)

4. Rak PHB. TR BC 50

5. Badan Transformator BC 50

6. Titik Netral Sekunder BC 50

Transformator

Seluruh terminal pembumian tersebut disambung pada ikatan

penyama potensial pembumian dan selanjutnnya dihubungkan ke


elektrode pembumian. Nilai tahanan pembumian lightning Arrester

(LA), pembumian BKT dan BKE, pembumian titik netral

transformator dilakukan dengan memakai elektrode bumi sendiri-

sendiri, namun penghantar pembumian Lightning Arrester dan BKT

dan BKE dihubungkan dengan kawat tembaga 50 mm2. Penghantar-

penghantar pembumian dilindungi dengan pipa galvanis dengan

diameter 5/8 inci sekurang-kurangnya setinggi 3 meter diatas tanah.

c. Instalasi Terminal Kabel 20kV pada RMU

Laksanakan penyimpanan kabel untuk instalasi terminal kabel jenis

terminal kabel yang lazim digunakan adalah plug in premoulded yang

sesuai dengan rancangan RMU bersangkutan. Perubahan

konsep/modifikasi terminal kabel dari yang diisyaratkan pabrikan

RMU sangat tidak diijinkan. Perhatikan ketentuan penyiapan kabel,

pengepresan sepatu kabel dan instalasi plug-in terminal kabel pada

kabel.

Untuk jenis sambungan berada material misalnya terminal

transformator cudan kawat konduktor Al menggunakan bimetalic

konektor.

d. Instalasi Kabel Tegangan Rendah

Instalsai kabel tegangan renah antara terminal TR transformator

dengan PHB TR memakai kabel sekurang-kurangnya jenis NYY.

Ukuran kabel disesuaikan dengan kapasitas transformator. Kabel

dilindungi dengan pipa galvanis dengan diameter 4 inci sekurang-


kurangya setinggi 3 meter diatas tanah. Apabila menggunakan kabel

dengan pelindung metral (NYFGbY), bagian pelindung metal harus

dibumikan.

e. Penandaan Gardu Tiang

Setiap gardu tiang harus diberi identitas yang meliputi :

- Nomor Gardu

- Tanda peringatan (antara lain lambang kilat, tulisan tanda bahaya,

dll)

- Data historis gardu meliputi tangga dibangun, No.SPK, nama

pelaksanaan seluruh bagian gardu tiang dicat dengan warna silver

bronze. Jenis cat yang digunakan untuk luar harus tahan perubahan

cuaca.

f. Penyelesaian Akhir (finishing)

Setelah tahapan konstruksi pemasangan gardu selesai, maka

dilanjutkan dengan dengan uji teknisi dan komisioning sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, untuk kemudian diterbitkan sertifikat layak

operasi (SLO) oleh badan yang berwenang.

3.3 Gambar Rangkaian


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan perancangan proyek distribusi, maka dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam suatu system distribusi tenaga listrik, pada umumnya menggunakan

tegangan menengah dan tegangan rendah, melalui JTM dan JTR, dimana

tegangan menengah (20 KV) diturunkan menjadi tegan rendah (220/380 V)

melalui gardu distribusi

2. Penentuan jenis konstruksi yang dipilih untuk setiap tiang, Sangat

dipengaruhi oleh besarnya sudut yang terbentuk dari jaringan, dimana

dibutuhkan metode untuk memikul beban mekanik yang timbul serta

mempertahankan posisi tiang selalu tegak lurus sehingga lendutan yang

terjadi tetap memenuhi standard.

3. Setelah menyelesaikan tugas ini, mahasiswa dapat merancang,

melaksanakan, dan mengawasi proyek kelistrikan, khususnya jaringan

distribusi tegangan rendah berdasarkan PUIL dan standard konstruksi PLN

4.2 Saran

Adapun kritik dan saran penulis yaitu :

1. Sebaiknya perancang mengutamakan safety pada saat melakukan percobaan

maupun pengukuran Tegangan Menengah. Misalnya mengenakan sarung

tangan, helm, dan sepatu safety.


2. Pada saat melakukan perancangan, perancang benar-benar memanfaatkan

waktu yang ada untuk memahami denah rancangan yang diberikan sehingga

perancangannya lebih matang dan tepat.

Anda mungkin juga menyukai