Anda di halaman 1dari 4

RESUME

Tujuan
 Menjelaskan persyaratan stabilitas untuk bahan aktif dan produk farmasetika yang
dapat berlaku untuk registrasi di negara-negara yang termasuk anggota WHO Eastern
Mediterranean Region (EMR)
 Informasi terkait stabilitas ini dapat diterima untuk seluruh negara anggota EMR.

Guidelines
1. Active Substance
General

 Informasi terkait stabilitas bahan aktif merupakan salah satu bagian penting
dalam melakukan penilaian stabilitas
 Untuk bahan aktif yang tidak tercantum di dalam monografi, diperlukan
suatu studi stabilitas
 Untuk bahan aktif yang telah tercantum di dalam monografi, dimana telah
diketahui produk degradasi yang dihasilkan dan batasan untuk masing-
masingnya, namun belum ada pernyataan mengenai re-test period, terdapat
dua opsi:
 Konfirmasi dari pihak perusahaan pembuat produk farmasetika tsb bahwa
bahan aktif yang digunakan telah sesuai dengan persyaratan monografi
 Perusahaan menyusun suatu pengujian ulang berdasarkan pada hasil uji
stabilitas jangka panjang terhadap bahan aktif

2. Stress Testing

 Stress testing terhadap bahan aktif dapat membantu dalam mengidentifikasi


produk hasil degradasi, serta dapat menentukan jalur degradasinya dan
stabilitas intrinsik dari molekul, serta memvalidasi stabilitas yang
menunjukkan kekuatan dari prosedur analisis yang digunakan
 Jenis stress testing yang dilakukan bergantung pada bahan aktif itu sendiri
dan jenis produk yang dianalisis.
 Untuk bahan aktif obat, dapat dilakukan pendekatan-pendekatan berikut:
 Bila bahan obat telah dijelaskan di dalam suatu monografi, dan telah
memenuhi persyaratan sepenuhnya, maka tidak dibutuhkan lagi data terkait
produk degradasi yang dihasilkan, dalam hal “uji kemurnian”.
 Untuk bahan obat yang tidak tercantum di dalam monografi, terdapat dua
opsi:

1.Jika tersedia, diperlukan publikasi data-data literatur yang relevan untuk


mendukung jalur degradasi yang diusulkan
2.Jika tidak ada data yang tersedia di dalam literatur, termasuk farmakope,
maka perlu dilakukan stress testingStress testing dapat dilakukan pada setiap
bets dari bahan aktif, dimana harus mencakup efek dari temperatur (dengan
peningkatan 10°C di atas temperatur uji dipercepat), kelembaban (e.g. 75%
RH), dan jika diperlukan pengaruh oksidasi dan fotolisis terhadap bahan
aktif

 Pengujian juga harus mengevaluasi kerentanan bahan aktif terhadap hidrolisis


pada beberapa nilai pH, bila terdapat di dalam larutan atau suspensi
 Pengujian fotostabilitas sebaiknya menjadi salah satu bagian penting dalam
stress testing.
 Penentuan produk degradasi di bawah kondisi ‘stress’ dapat bermanfaat untuk
menentukan jalur degradasi dan menyusun serta memvalidasi prosedur analisis
yang sesuai.
 Akan tetapi, tida diperlukan suatu pengujian yang spesifik untuk produk
degradasi tertentu, bila telah diketahui bahwa produk ini tidak terbentuk di
bawah kondisi uji dipercepat maupun uji jangka panjang

3.Pemilihan Bets

 Untuk bahan aktif yang telah diketahui, dalam hal ini pengguna bukanlah
produsen dari bahan aktif tersebut, maka data stabilitas yang diperoleh dari
produsen harus dilampirkan.
4.Container Closure System (Sistem Wadah Tertutup)
 Uji stabilitas harus dilakukan pada zat aktif yang dikemas dalam sistem wadah
tertutup yang sama dengan wadah yang digunakan dalam penyimpanan dan
distribusi.
5. Spesifikasi
 Uji stabilitas dilakukan kepada zat aktif yang diperkirakan berubah selama
penyimpanan sehingga mempengaruhi kualitas, keamanan, dan/atau efikasi.
 Pengujian yang dilakukan : sifat fisika, kimia, biologi, dan uji mikrobiologi.
 Prosedur analisis uji kestabilan yang dilakukan harus tervalidasi
6. Frekuensi Pengujian
 Uji stabilitas jangka panjang  frekuensi pengujian harus cukup untuk
mengetahui sifat kestabilan zat aktif yang diuji.
 Untuk periode pengujian > 12 bulan, frekuensi pengujian dapat dilakukan setiap
tiga bulan pada tahun pertama, kemudian setiap enam bulan pada tahun kedua,
dan sekali setahun pada tahun berikutnya selama periode pengujian.
 Pada uji stabilitas dipercepat dengan periode pengujian enam bulan, dilakukan
minimal 3 kali pengujian meliputi waktu awal dan waktu akhir pengujian (0, 3,
dan 6 bulan).
7. Kondisi Penyimpanan
 Uji stabilitas jangka panjang harus dilakukan minimal 12 bulan pada sekurang-
kurangnya 3 batch.
 Data dari kondisi penyimpanan dipercepat dan data dari kondisi penyimpanan
menengah jika sesuai dapat digunakan untuk mengevaluasi efek dari
penyimpanan dalam kondisi yang tidak sesuai terhadap satbilitas zat aktif,
misalnya saat proses pengiriman atau saat sedang ditangani.

Kasus Umum
Kasus umum berlaku jika zat aktif tidak secara khusus tercakup oleh bagian
berikutnya. Kondisi penyimpanan alternatif dapat digunakan jika dibenarkan.

Jangka Waktu Pengujian


Uji Stabilitas Kondisi Penyimpanan
Minimum

Jangka Panjang* 25 °C ± 2 °C / 60 % RH ± 5 12 Bulan


% RH
atau
30 °C ± 2 °C / 65 % RH ± 5
% RH
Menengah** 30 °C ± 2 °C / 65 % RH ± 5 6 Bulan
% RH
Dipercepat 40 °C ± 2 °C / 75 % RH ± 5 6 Bulan
% RH

 Pemilihan kondisi penyimpanan ditentukan oleh zona iklim di mana zat aktif
disimpan. Pengujian pada kelembaban lebih tinggi seperti 30 °C ± 2 °C / 75 % RH ±
5 % RH juga diperbolehkan.
 Jika kondisi penyimpanan uji stabilitas jangka panjang yang digunakan 30 °C ± 2 °C
/ 65 % RH ± 5 % RH, uji stabilitas menengah tidak dilakukan.
Zat aktif yang dimaksudkan penyimpanannya dalam lemari es

Jangka Waktu
Uji Stabilitas Kondisi Penyimpanan
Pengujian Minimum

Jangka Panjang 5 °C ± 3 °C 12 Bulan


Dipercepat* 25 °C ± 2 °C / 60 % RH ± 5 % RH 6 Bulan
Atau
30 °C ± 2 °C / 65 % RH ± 5 % RH

 Pemilihan kondisi penyimpanan ditentukan oleh zona iklim di mana zat aktif
disimpan. Pengujian pada kelembaban lebih tinggi seperti 30 °C ± 2 °C / 75 % RH ±
5 % RH juga diperbolehkan.

Zat aktif yang dimaksudkan penyimpanannya dalam freezer.

Jangka Waktu Pengujian


Uji Stabilitas Kondisi Penyimpanan
Minimum

Jangka Panjang -20 °C ± 5 °C 12 ulan

 Dengan tidak dilakukannya uji stabilitas dipercepat, dilakukan pengujian pada satu
batch dalam suhu dinaikkan (misalnya 5 °C ± 3 °C atau 25 °C ± 2 °C atau 30 °C ± 2
°C) untuk mengetahui stabilitas zat aktif dalam kondisi penyimpanan yang tidak
sesuai, misalnya saat proses pengiriman atau saat sedang ditangani.
Zat aktif yang penyimpanannya dalam suhu di bawah -20 °C
 Untuk zat aktif yang dimaksudkan penyimpanannya dalam suhu di bawah -20 °C
harus diperlakukan sesuai kasus masing-masing

Anda mungkin juga menyukai