Bab 2 Final
Bab 2 Final
TINJAUAN PUSTAKA
1. Fasciitis Plantaris
peradangan terjadi sepanjang dasar kaki dari tumit sampai bagian bawah dari pangkal
plantaris adalah suatu kondisi peradangan pada jaringan lunak ditempat perlekatan
2. Anatomi fungsional
pada sisi luar dan dalam sendi tersebut. Bagian dasarnya melekat pada dasar
metatarsal pertama.
Bagian dorsal plantar fascia berada di fleksor digitorum brevis dimana biasa
ditemukan calcaneus spur. Otot abductor hallucis merupakan bagian medial dari
otot fleksor digitorum brevis. Otot ini berada berada di dalam dan superficial fascia.
7
8
Otot quadrates plantae berada di bagian dorsal fleksor digitorum brevis. Nerves
medial calcaneus membentang dari n tibialis yang berada di medial maleolus dan
1) Bagian central:
Bagian central merupakan bagian yang tebal , berada di belakang . Bagian ini
sagital septa yang mana menempel pada dataran plantar, ligamen interossei dan
2) Bagian lateral
digity quinty yang berada di diantara bagian lateral tuberositas calcaneus dan basis
metatarsal kelima. Bagian ini berfungsi untuk meneruskan bagian medial menuju
3) Bagian medial
Bagian ini menempel di belakang ligamen lacinate dan dilanjutkan di sekitar sisi
Gambar 2.1
2) bagian central
3) bagian lateral
b. Tulang calcaneus
prominentia tumit. Tulang ini berartikulasi di atas dengan talus dan di depan dengan
os cuboideum. Tulang ini memiliki enam permukaan (facies). Facies anterior hanya
Daerah licin diatas crista dipisahkan dari tendo oleh sebuah bursa. Facies superior
didominasi oleh dua facies artikularis untuk talus sebuah facies anterior dan facies
posterior yang besar, dipisahkan oleh alur kasar, yaitu sulcus calcanei.
Facies inferior memiliki sebuah tuberculum anterior pada garis tengah dan
sebuah tuberculum medialis besar dan tuberculum laterale lebih kecil pada batas
Facies medialis memiliki sebuah tonjolan besar mirip kerang, yang terjulur ke
medial dari margo superiornya, disebut sustentaculum tali. Facies lateralis hampir
rata. Pada bagian anteriornya terdapat peninggian kecil yang disebut tuberculum
peroneus.
c. Sistem otot
Sistem otot yang dibahas hanya tentang otot-otot yang melekat pada arcus
kaki.
1) M. Abductor Hallucis
calcaneus dan insersionya berada di sisi medial dari basis proksimal phalank ibu jari
dan bagian medial tulag sesamoid ibu jari. Fungsi otot ini untuk abduksi ibu jari.
plantar aponeurosis dan insersionya berada di bagian tengah metatarsal 2-5 dan
11
diantara otot Fleksor Digitorum Brevis . Fungsi otot ini untuk fleksi sendi
` 3) M. Abdductor Digitiminimi
insersionya berada di sisi lateral basis phalang proksimal jari ke -5. Fungsi otot ini
Keterangan
1) Otot abductor
hallucis
2) Otot fleksor
digitorum brevis
3) Otot abductor
digity minimi
Gambar 2.2
Otot pembentuk arkus kaki ( Wikipedia.org / wiki/ Plantar_fascia,2011)
12
d. Sistem persarafan
1) Saraf tibialis
Saraf tibialis adalah cabang dari n. ischiadicus yang lebih besar pada
sepertiga bawah paha bagian belakang. Berjalan naik melalui fossa poplitea dan
Saraf ini adalah cabang terminal n. tibialis . Saraf ini muncul dibawah
plantaris medialis pada sisi medialnya. Saraf ini terletak antara celah m. abductor
Saraf ini adalah cabang terminal n. tibialis . Saraf ini muncul dibawah retinaculum
flexorum dan menjalar kedepan dibawah m. abductor hallucis dan m flexor digitorum
2) caput metatarsal
3) n plantaris medialis
4) n. plantaris lateralis
3. Biomekanik
a. Persendian
pedis adalah bangunan bersegmen yang dapat menahan beban dalam bentuk
lengkungan. Pada kaki terdapat tiga lengkungan, yaitu arcus longitudinalis medialis,
dibentuk oleh calcaneus, talus, os naviculare, ketiga cuneiforme, dan ketiga ossa
cuboideum dan os metatarsale VI dan V. Arcus transversalis dibentuk atas basis ossa
3) ligamen talocalcaneus
4) ligamen calcaneovavicular
Gambar 2.4
Persendian pergelangan kaki ( www.home.comcas.net. 2011)
15
Gerakan yang diuraikan disini adalah gerakan aktif dan gerakan pasif pada
pergelangan kaki.
1) Gerak aktif
a) Dorsal fleksi
Yaitu gerakan dimana permukaan dorsal dari kaki bergerak ke atas menuju ke
permukaan depan dari tungkai. Otot-otot yang bekerja adalah otot tibialis anterior,
b) Plantar fleksi
menjauhi permukaan sebelah depan dari tungkai. Otot-otot yang bekerja adalah otot-
c) Inversi
Inversi adalah gerakan mengangkat pinggir medial atau dalam kaki disertai
rotasi ke medial. Otot-otot yang bekerja adalah otot tibialis anterior dan tibialis
posterior.
d) Eversi
Gerakan ini kebalikan dari gerakan inversi. Otot-otot yang bekerja adalah otot
.
16
2. Gerakan pasif
kebalikan dari gerakan varus. Gerakan calcaneus dihambat oleh tendo achiles.
lateroposterior ke anteromedial.
Gerakan ini terjadi pada sendi metatarsophalangeal. Aksis gerakan ini adalah
a. stance phase yaitu fase menumpu kaki menahan berat badan, dimulai dari
hell strike, mid stance dan diakhiri dengan push off. (1) hell strike adalah awal dari
siklus berjalan saat tumit menyentuh lantai, ankle berada dalam posisi dorsi fleksi,
pada gerakan heel strike os calcaneous merupakan tulang pertama yang menyentuh
landasan dan berfungsi sebagai penumpu berat badan, (2) foot flat, fase berjalan saat
kaki melakukan kontak sepenuhnya dengan landasan dalam keadaan rata dengan
lantai, (3) mid stance fase berjalan saat satu tungkai menumpu berat badan, (4) push
b. Swing phase yaitu fase dimana kaki tidak berada di landasan atau pada
posisi berayun. Fase swing terdiri dari tiga fase, yaitu: (1) fase
Gambar 2.5
5. Etiologi
sebab yang mungkin bisa menimbulkan (prediposisi) adalah: (1) trauma atau
benturan, (2) berdiri lama atau pembebanan yang berlebih, (3) pergeseran atau atrofi
bantalan lemak di tumit, (4) kekakuan pergelangan kaki atau ketegangan calf muscle
yang mengakibatkan fasia plantaris terulur berulang-ulang selama berjalan, (5) posisi
18
kaki pronasi pada fase heel strike dan mid-stance saat berjalan atau berlari, (6) strain
pada saat olah raga, (7) manifestasi rheumatism (RA, OA, spondilitis
ankylipoetika),(8) strain kronik akibat dari strain selama berdiri pada pasien dengan
arkus kaki yang berlebihan atau pasien dengan otot betis yang pendek atau kaku
Gambar 2.6
6. Patologi
injury.Adanya gaya regangan yang konstan dan berulang menyebabkan fasia yang
Tanda dan gejala fasciitis plantaris cukup khas, yaitu ditandai dengan nyeri
yang hebat pada saat bangun tidur dan memulai langkah pertama terutama pada pagi
hari setelah bangun tidur atau setelah istirahat / duduk lama, nyeri kemudian akan
( Barret,1999). Nyeri tumit adalah gejala yang sering dikeluhkan pada pasien dengan
plantar fasciitis. Fasciitis plantaris menyebabkan nyeri seperti ditusuk atau terbakar
yang biasanya bertambah buruk pada pagi hari karena fascia meregang sepanjang
malam. Segera setelah berjalan beberapa saat, nyeri yang dirasakan biasanya
berkurang, tetapi mungkin akan terasa nyeri kembali setelah berdiri beberapa lama
atau setelah bangun dari posisi duduk. Plantar fasciitis biasanya terjadi pada pasien
8. Prognosis
keadaan akhir yang mungkin terjadi dari serangan penyakit. Prognosis dari kasus ini:
20
(1) quo ad vitam baik, karena tidak mengancam jiwa pasien, (2) quo ad sanam baik,
(3) quo ad cosmeticam baik, karena penyakit ini tidak mengakibatkan kecacatan bagi
9. Diagnosis banding
Saraf medial dan lateral yang berjalan disepanjang malleolus sebelah dalam
dapat menjadi radang yang diakibatkan karena pronasi kaki yang berlebihan yang
mengakibatkan penekanan pada saraf tersebut. Pasien merasakan nyeri yang tajam
b. Fraktur calcaneus
Fraktur tulang calcaneus ini sebagian besar berbentuk crushing injury akibat
jatuh dengan tumit menyentuh tanah lebih dulu sedangkan penderita dalam posisi
tegak. Keadaan ini ditandai dengan nyeri tekan didaerah tumit. Dan pada pemeriksaan
foto rontgen dari samping lateral akan memperlihatkan gambaran fraktur pada
calcaneus.
21
Adanya rasa nyeri, sensasi rasa terbakar da kesemutan pada kaki sedangkan nyeri
pada fasciitis plantaris nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk pisau dan nyeri terasa
dipagi hari
d. Calcaneus spur
Calcaneus spurs adalah exostosis atau ossifikasi pada tuber calcanei yang
terbentuk seperti jalu ayam dengan apexnya masuk ke dalam aponeurosis plantaris
(Hudaya, 2002).
B. Problematika Fisioterapi
impairment adalah adanya gangguan kapasitas fisik yang berhubungan dan dapat
mengganggu aktifitas fungsional dasar dalam kasus ini adanya nyeri didaerah bawah
tumit dan nyeri semakin terasa pada tumit bagian posterior bila untuk aktivitas jalan.
tersebut tidak dapat melakukan aktifitas fungsionalnya secara mandiri. Dilihat dari
impairmentnya penderita mengalami gangguan berjalan fase heel strike, saat tumit
dengan individu lain atau komunikasi. Dilihat dari functional limitationnya penderita
C. Teknologi Intervensi
1. MWD
stressor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-balik
frekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm (Sujatno dkk, 2002).
Jarak antara emitter dengan kulit adalah 5-10 cm untuk emitter panjang, dosis mitis
sel-sel lokal kurang lebih 13% tiap kenaikan temperatur1ºC, (2) meningkatkan
vasodilatasi lokal, (3) meningkatkan elastisitas jaringan ikat menjadi lebih baik
seperti jaringan collagen kulit, otot, tendon, ligamen dan kapsul sendi akibat
tetapi terbatas pada jaringan ikat yang letak kedalamannya kurang lebih 3cm, (4)
jaringan yaitu adanya panas dalam jaringan, maka jaringan akan teregang dan akan
membuat vasodilatasi dan sirkulasi darah menjadi lancar. Sirkulasi darah yang lancar
stimulus nyeri akan lebih cepat terbawa oleh aliran darah, dengan demikian maka
Efek thermal dari MWD juga dapat merangsang termoreseptor yang ada di
serabut aferen yang berdiameter besar (A beta) maka akan mengaktivasi sel-sel
sendi dan otot (misalnya RA, post traumatik), (2) kelainan-kelainan saraf perifer
seperti neuropati dan neuralgia, (3) cidera pada tendon (sprain) dan cidera pada otot
(strain).
Kontra indikasi penggunaan M WD antara lain: (1) logam dalam tubuh (2)
alat-alat elektronis, (3) gangguan peredaran darah / pembuluh darah, (4) gangguan
Bahaya yang mungkin timbul pada kesalahan terapi adalah : (1) terjadinya
luka bakar, (2) terjadinya thrombosis vena, (3) terjadi penyebaran tumor dan cancer,
(4) peningkatan perdarahan jika pada saat diterapi pasien mengalami gangguan
c.Dosis
ada beberapa hal yang harus diperhatikan penentuan dosis dalam terapi
1) Lama pulsasi
intermiten di dalam jaringan .Kebanyakan alat memiliki nilai lama pulsasi 0,4 ms
Jika frekuensi pulsasi tinggi , maka intesitas rata-rata juga tinggi dan
sering menimbulkan panas. Frekuensi pulsasi juga menetukan efek kumulatif panas
yang terjadi.
3) Intensitas
mencapai 1000 wat . Pada alat yang modern intesitas maksimalnya 200 watt.
4) Lama pengobatan
5) Frekuensi pengobatan
Pada dosis yang tinggi pengobatan bias diberikan 2-3 kali perminggu atau
1 kali seminggu.
2. Ultrasound
dengan frekuensi lebih dari 20000 Hz. Bunyi ini tidak dapat didengar oleh manusia
tetapi dapat berguna dalam bidang kesehatan antara lain untuk terapi pada frekuensi
Bentuk gelombang dari ultrasound antara lain: (1) continous yaitu gelombang yang
dihantarkan secara terus – menerus, biasa diberikan pada kondisi akut, (2) interupted
/ pulsa yaitu gelombang yang terputus, dengan bentuk pulsa dan lamanya ditentukan
oleh karakteristik mesin yang digunakan, biasa diberikan pada kondisi kronis
Intensitas merupakan rata-rata- energi yang dipancarkan tiap unit area dan
dinyatakan dalam watt per senti meter per segi ( w/cm²) sedangkan power ialah
output dari tranduser yang dinyatakan dalam watt (w). Umumnya intensitas untuk
terapi US antara 0,5- sampai 5 w/cm ² dan yang paling sering digunakan dalam klinik
antara 0,5 sampai 3 w/cm². Perlu diperhatikan bahwa pemberian US dengan intensitas
1) Efek mekanik
Efek yang pertama kali didapat oleh tubuh adalah efek mekanik.Gelombang
frekuensi y ang sama dengan frekuensi dari ultrasound. Efek mekanik ini juga
2) Efek Thermal
Panas yang dihasilkan mesin ultra sound (US ) akan memberikan efek
thermal dalam jaringan.Panas yang dihasilkan tiap jaringan tidak sama, tergantung
pada pemilihan bentuk gelombang ( intermiten atau continius ) ,intensitas atau durasi
dibanding kulit dan otot serta periosteum .Efek dari pemanasan ini dapat
3) Efek biologi
Efek biologis merupakan hasil gabungan dari efek thermal dan efek mekanik.
Gabungan dari kedua hal ini akan menyebabkan terjadinya proses transduksi baru
berupa tissue damage yang akan menimbulkan sakit dimana terjadinya pembebasan
intensitas nyeri, yaitu terjadinya rangsang pencetus nyeri dan menyebabkan pelepasan
endorfin melalui stimulasi gaba sehingga muncul inflamasi baru dan terjadi
27
perubahan radang patologis menjadi radang yang bersifat fisiologis. Adapun efek
terjadi peningkatan fleksibilitas kolagen serta tidak adanya keterbatasn ROM yang
gangguan pada jaringan tulang sendi dan otot, (2) keadaaan postraumatik seperti
contusio, distorsi, luxation, dan fraktur, (3) rheumatoid arthritis stadium tidak aktif,
(4) kelainan atau penyakit pada sirkulasi darah, (5) penyakit-penyakit pada organ
dalam, (6) penyakit/kelainan pada kulit, (7) jaringan parut karena trauma atau operasi,
(8) Dupuytren Contracture, dan (9) luka terbuka (Sujatno, dkk, 2002).
daerah mata, jantung, uterus pada wanita hamil, epiphyseal plate, dan testis, (2)
hilangnya sensibilitas, (3) post laminectomy, (4) DM, (5) septis-inflamations, (6)
tumor, (7) post traumatik, (8) tromboplebitis dan varises, dan (9) endorprothese
c. Dosis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan dosis antara lain (Sujatno,
dkk, 2002):
28
1) Frekuensi
Frekuensi terapi tergantung pada kondisi penyakit. Pada kondisi akut dapat
diberikan setiap hari. Sedangkan pada kondisi kronis 2-3 kali per minggu.
2) Intensitas
Intensitas dapat dibagi menjadi 3 yaitu 1,2-3 W/cm2 (kuat), 0,3-1,2 W/cm2
3) Lama terapi
Lama terapi tergantung pada luas ERA dan area yang akan diterapi, misalnya
dalam terapi menggunakan ERA dengan luas 5 cm2 dan luas area terapi 15 cm2
maka lama waktu terapi adalah 3 menit (diperoleh dari luas area terapi dibagi luas
ERA).
3 ) Strecthing
memperpanjang struktur jaringan lunak yang memendek akibat proses patologik dan
Sebuah jurnal penelitian di Amerika menyatakan stretching pada calf muscle dan
otot kaki mampu mengurangi rasa nyeri yang terjadi akibat fasciitis plantaris. Dalam
sebuah penelitian terdapat 60 orang dengan fasciitis plantaris, kemudian 60 orang ini
29
sedangkan grup terapi lainnya hanya melakukan stretching pada kaki dan telapak kaki
saja. Tujuan terapi berfokus pada titik yang sakit atau lebih dikenal dengan trigger
point. Trigger point adalah bagian kecil dari otot yg terasa nyeri dan bertambah nyeri
yang signifikan pada penderita fasciitis plantaris pada grup pertama. Hasil penelitan
ini dapat dijadikan pedoman bagi para penderita fasciitis plantaris dalam
Pelaksananaanterapi(http://www.jospt.org/issues/articleID.2544,type.2/article_detail.
asp).