DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH:
Rita Apridayati
1915301078
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia
dan kasih saying-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas ini sesuia
dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan. Sholawat beserta salam semoga
senantiasa dicurahkan selalu kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat.Salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan
lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional dan mengemban tugas
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena
pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan
pada tujuan nasional dibidang kesehatan.Tidak mengherankan apabila bidang
kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan
yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya
adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah
negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh
masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Untuk mempertahankan
pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga kepercayaan konsumen
secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk
memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan. Konsumen
rumah sakit dalam hal ini pasien yang mengharapkan pelayanan di rumah sakit,
bukan saja mengharapkan pelayanan medis dan keperawatan tetapi juga
mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang baik dan hubungan harmonis antara
staf rumah sakit dan pasien, dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan diangkat
dalam makalah ini adalah :
1. Penyusunan rencanastrategi peningkatan mutu pelayanan kesehatan
2. Kebijakan dan strategi nasional mutu pelayan kesehatan dari pedoman
who menjadi regulasi di indonesia
3. Mutu kesehatan di luar negri/ best practice tradisional medicine
(thailand)
4. Peran pusat penelitian dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
1
5. Upaya meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pelayanan
kesehatan
6. Pemberdayaan pasien dan keluarga dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan
7. Hasil diskusi sesi paralel
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita semua, khususnya para
pembaca memahami dan bisa melihat gambaran yang sesungguhnya
mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia.
2
BAB II.
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Penyusunan rencana strategi peningkatan mutu pelayanan kesehatan
1. Meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya kesehatan
2. Meningkatkan pelayanan dasar dan rujukan yang berkualitas
3. Meningkatkan vakupan akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan
4. Peningkatan masalah gizi kurang
5. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatn lingkungan
Kebijakan dan Strategi Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan (KSN-MPK) : Dari
Pedoman WHO menjadi Strategi di Indonesia
Bagian 1. Dari Cakupan ke Cakupan Efektif
Quality in Universal Health Coverage
3
Capaian Utama Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan di Indonesia
Untuk itu, perlu kebijakan dan strategi nasional mutu pelayanan kesehatan (KSN-
MPK) yang menyeluruh sebagai kerangka aksi bagi program kesehatan, fasilitas
kesehatan, tenaga kesehatan dan pemangku kepentingan dalam menyediakan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan meningkatkan mutu
2.2 dan strategi nasional mutu pelayan kesehatan dari pedoman who menjadi
regulasi di Indonesia
Strategi umum
Strategi fungsional
4
Program :
STRATEGI 2
Meningkatkan kepatuhan seluruh penyedia pelayanan pemerintah dan swasta
terhadap standar mutu klinis dan keselamatan pasien-masyarakat
Tujuan :
Program :
5
STRATEGI 3
Mendorong budaya mutu di fasilitas pelayanan kesehatan dan pada pelaksanaan
program kesehatan
Tujuan :
Program :
6
b. Pasien-masyarakat menjadi mitra dalam upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien-masyarakat
Program :
STRATEGI 5
Menguatkan regulasi, tata kelola, struktur organisasi, sumber daya dan peran
seluruh komponen dalam sistem kesehatan nasional
Tujuan :
a. Tercipta tata kelola, struktur organisasi dan deskripsi peran yang jelas dan
sinergis dalam mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien-
masyarakat, serta dukungan sistem pembiayaan dan komponen sistem
kesehatan lainnya untuk upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
b. Adanya penguatan regulasi tata kelola, struktur organisasi, sumber daya
dan peran semua komponen sistem kesehatan nasional yang berjalan
sinergis dan terintegrasi sehingga upaya peningkatan mutu menjadi
tanggung jawab semua pihak.
Program :
7
a. Memprioritaskan dan mengevaluasi mutu dan keselamatan pasien-
masyarakat pada tataran kebijakan, perencanaan dan program kesehatan
b. Menguatkan regulasi dan sistem penerapannya tentang mutu pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien-masyarakat
c. Memperkuat tata kelola struktur organisasi dan memperjelas pembagian
peran dan tanggungjawab dalam mutu pelayanan kesehatan di berbagai
tingkatan (kabupaten hingga nasional), kementerian dan lembaga terkait
d. Mengembangkan mekanisme penguatan sistem pembiayaan dan
komponen sistem kesehatan lainnya untuk upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien-masyarakat
e. Mengembangkan mekanisme monitoring dan evaluasi implementasi
kebijakan, perencanaan dan program mutu dan keselamatan pasien-
masyarakat
STRATEGI 6
Meningkatkan komitmen pemerintah pusat, daerah dan pemangku kepentingan
Tujuan :
Program :
STRATEGI 7
Mendorong pengukuran mutu, penelitian dan pemanfaatan informasi strategis
Tujuan :
8
a. Kuantitas dan kualitas penelitian mutu dan keselamatan pasien-masyarakat
serta pemanfaatan informasi untuk perencanaan dan monitoring evaluasi
meningkat
Program :
9
2.5 Upaya meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pelayanan
kesehatan
Competence is an abstract construct. As widely understood in medical fields,
competence “is the habitual and judicious use of communication, knowledge,
technical skills, clinical reasoning, emotions, values, and reflection in daily
practice for the benefit of the individual and community being served” (Epstein &
Hundert, 2002, p. 226).
Competency, with its plural form, competencies, is a narrower, more
atomistic concept to label particular abilities (M. K. Smith, 1996). In other words,
a competency is a single skill or ability, which can be derived from functional job
analysis
10
f. Melakukan pencegahan untuk memperlambat progresi dan timbulnya
komplikasi penyakit dan atau kecacatan
g. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat
a. Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi
diagnosis
b. Menginterpretasi data kesehatan keluarga dalam rangka
mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga
c. Menginterpretasi data kesehatan masyarakat dalam rangka
mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis komunitas
d. Memilih dan menerapkan strategi penatalaksanaan yang paling
tepat berdasarkan prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti
e. Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung
jawab (lihat Daftar Pokok Bahasan dan Daftar Penyakit) dengan
memperhatikan prinsip keselamatan pasien
11
dibicarakan pemberdayaan pasien, setelah itu dinamika dan krisis keluarga, dan
kemudian isu dukungan keluarga bagi pasien.
1. Pemberdayaan Pasien
Ada berbagai definisi pemberdayaan pasien yang ada:
a. Pemberdayaan pasien didefinisikan sebagai suatu "proses yang
membantu orang mendapatkan kendali atas kehidupan mereka sendiri
dan meningkatkan kapasitas mereka untuk bertindak atas isu-isu yang
mereka anggap penting"
b. Pemberdayaan pasien adalah "proses multi-dimensi yang membantu
orang mendapatkan kontrol atas kehidupan mereka sendiri dan
meningkatkan kapasitas mereka untuk bertindak pada isu-isu yang mereka
sendiri anggap penting."
c. Pemberdayaan kolektif adalah "proses di mana individu dan
masyarakat dapat mengekspresikan kebutuhan mereka, menyampaikan
keprihatinan mereka, menyusun strategi untuk keterlibatan dalam
pengambilan keputusan, dan mengambil tindakan politik,sosial, dan
budaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. "
d. Intinya, pemberdayaan pasien adalah upaya untuk mengubah situasi pasien
dari situasi yang tidak mampu ke situasi yang mampu.
Ringkasnya, pemberdayaan pasien relasional adalah memampukan
lingkungan sosial untuk memampukan pasien mengakses layanan kesehatan.Ini
tidak berarti pemberdayaan dalam artian manajemen diri pasien tidak
penting.Penekanan pada manajemen diri hanya tidak cukup.Perlu pula
pemberdayaan terhadap lingkungan sosial pasien.Makalah ini fokus pada keluarga
sebagi aktor pemberdayaan pasien.Ini memerlukan terlebih dahulu pembicaraan
tentang keluarga sebagai salah satu pilar pendukung pasien, Keluarga Sebagai
PilarMengapa keluarga?Jawaban terhadap pertanyaan ini memerlukan
pembicaraan pengelolaan dan pemberi layanan dalam masyarakat modern. Dalam
pengelolaan dan pemberi layanan, termasuk bidang kesehatan, keluarga salah satu
dari empat pihak: pemerintah, swasta, komunitas, dan keluarga.
e. Pemberdayaan Keluarga
12
Dengan konsep pemberdayaan relasional, keluarga diberdayakan untuk
memampukan pasien mengakses layanan kesehatan.Ini berarti keluarga menjadi
sasaran pemberdayaan, bukan pasien. Perlu juga diingat, pemberdayaan keluarga
tidak sama dengan memanfaatkan dan menggunakan keluarga untuk memecahkan
masalah kesehatan, melainkan memampukan untuk bertindak, termasuk untuk
membuat keputusan, yang dengan tindakan itu pasien dapat mengakses layanan
kesehatan atau berperilaku sehat.
Bersumber dari berbagai bacaan, agar pasien mampu mengakses layanan
kesehatan, keluarga dituntut melakukan tiga hal: sosialisasi/edukasi, segera
membawa pasien ke pusat layanan kesehatan terdekat, dan mendeteksi dini
penyakit sehingga pengobatan efektif. Akan tetapi, sering keluarga lebih
ditempatkan sebagai aktor sosialisasi/edukasi dari pada perantara dan
pelayan.Akibatnya, program pemberdayaan keluarga terfokus pada kemampuan
keluarga untuk menjadi pendidik terhadap pasien.Ini penekanan yang
berkelebihan terhadap faktor predisposisi dengan mengabaikan faktor struktural.
13
1. Pre adolesen datang padausia 10-11 tahun
2. Masa adolesen awal antara usia 12-16 tahun
3. Masa adolesen akhir antara17-21 tahun.
KesehatanReproduksiadalah kondisikesejahteraan fisik,mental dan social
secara lengkap, danbukan hanya bebasdari penyakit, ataukelemahan,
dalamsemua hal yangberkaitan dengansistem reproduksi,dan
prosesnya.(ICPD Cairo, 1994)Menurut WHO, Kesehatan Seksual
adalahKombinasi dari bagian kegiatan seksual yang bersifat fisik,
emosional, intelektual dan sosial, sehingga seks adalah pengalaman positif
yang dapat meningkatkan kualitas hidup, menjadikanlingkungan kita lebih
baik untuk kehidupan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suramnya wajah pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi
pelajaran bagi semua pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bukan hanya
peranan dokter ataupun Menteri Kesehatan dalam perwujudan hidup sehat
melainkan partisipasi semua masyarakat. Harus ada perubahan pandangan dalam
upaya untuk hidup sehat. Dokter dan semua elemen dalam dunia kesehatan harus
lebih peduli terhadap masyarakat. Aspek-aspek sosial haruslah dijunjung tinggi
bukan hanya aspek finansial yang mendapatkan porsi perhatian secara lebih.
Begitu juga dengan masyarakat harus bersinergi dengan pelayan kesehatan
tersebut dengan menghargai dan melakukan respon yang positif terhadap posisi
mereka sebagai pelayan masyarakat. Memang solusi ini terkesan teoritis. Akan
tetapi perlu disadari bahwa perubahan itu tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba.
Perubahan membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan. Nampaknya apa
yang Aa’ Gym sampaikan mengenai konsep perubahan sangatlah relevan dengan
kondisi sekarang.
Kiat mengubah bangsa : mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang
paling kecil dan dianggap sepele dan mulailah sekarang juga.Dua hal yang dijelaskan
sebelumnya mengenai mahalnya harga hidup sehat dan pelayanan kesehatan di Indonesia
adalah dua hal yang sangat terkait. Stigma yang hadir di tengah-tengah masyarakat saat
ini adalah biaya kesehatan yang mahal tidaklah ditunjang oleh pelayanan kesehatan yang
memadai. Dua hal yang seharusnya tidak beririsan sama sekali. Karena berbagai faktor
pelayanan yang kurang baik orang-orang dengan kantong tebal lebih memilih berobat ke
luar negeri. Karena mahalnya biaya untuk berobat justru rakyat kecil memilih jalur
alternatif bahkan yang berbau klenik sekalipun sebagai shortcut untuk sembuh. Dua mata
uang yang sangat berbeda antara kedua kondisi di atas.
Memilih berobat ke luar negeri tidak bisa dianggap sebagai sebuah tindakan
mengkhianati bangsa. Karena kenyataannya rumah sakit-rumah sakit yang ada di
Indonesia tidak memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk memberikan kredit jaminan
kesehatan lebih baik pada pasiennya. Namun ada pihak-pihak tertentu yang melakukan
perawatan ke luar negeri karena ketidakpercayaannya terhadap kapasitas dokter-dokter
dan rumah sakit yang ada di negeri ini. Perspektif seperti ini mengundang banyak
pertanyaan. Sebenarnya melakukan perawatan ke luar negeri berarti membunuh secara
15
perlahan kinerja dokter dan rumah sakit lokal. Namun seharusnya hal ini jadi batu
loncatan bagi para dokter dan rumah sakit untuk dapat meningkatkan kredibilitasnya
sehingga kepercayaan pasien terhadap mereka dapat dijaga. Dengan demikian
generalisasi akan kemampuan dokter dan rumah sakit yang kurang memadai dapat
dihilangkan. Ketika kepercayaan masyarakat akan kapasitas dokter yang ada di Indonesia
dapat dijawab dengan baik oleh dokter itu sendiri maka akan terjalin kerjasama yang
sangat baik antara kedua belah pihak.
Dan juga hendaknya kita sebagai umat Islam bisa merujuk kepada
solusi Islam yang mana pastinya memberikan kemasyalahatan bagi kita
semua. Yang mana aturan Islam sudah memberi solusi bagi permasalahan
kesehatan.Terbukti bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin.
3.2 Saran-saran
Untuk memberikan pelayanan berkualitas yang berorentasi pada
kebutuhan pelanggan dan citra rumah sakit yang baik dimasyarakat maka
pihak rumah sakit perlu melakukan upaya perbaikan yang berkesinambungan
dengan langkah-langkah sbb :
a. Meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan sikap yang ramah dan
juga bisa mengerti dan memahami keadaan pasien.
b. Meningkatkan kedisiplinan dan kometmen dalam bekerja pada seluruh
petugas Rumah Sakit agar bisa memberikan pelayanan yang cepat,
tepat, akurat, dan dapat melaksanakan tugas, fungsi serta peranannya
dengan baik sesuai dengan visi dan misi.
c. Untuk meningkatkan kualitas teknis, perlu dilaksanakan program
pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan standar pelayanan prima
sehingga mampu memberikan pelayanan yang dapat memenuhi
kebutuhan dan kepuasan bagi pasien.
d. Untuk meningkatkan kualitas fungsional, perlu dilaksanakan pelatihan
terutama yang berkaitan dengan hubungan manusia yaitu mengenai
sikap dan cara komunikasi yang baik guna memberikan karakter
kepribadian pada sumber daya manusia.
e. Pihak Rumah Sakit diharapkan terus meningkatkan sarana, prasarana
dan kesehatan lingkungan Rumah Sakit serta memelihara dan
16
memperbaiki fasilitas yang telah ada, seperti pengadaan alat-alat medis
dan penunjang medis, perbaikan fasilitas di ruang rawat inap dan
kebersihan lingkungan Rumah Sakit.
17
DAFTAR PUSTAKA
Draft Working Paper Evaluasi 8 Sasaran Peta Jalan JKN dengan Pendekatan
Realist Evaluation 2018:
https://drive.google.com/file/d/1RlCGK8MQFMIsZb9PALd9jL7HxiXENGmN/vi
ew
18