Anda di halaman 1dari 22

PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA BERDASARKAN

HASIL FORUM MUTU INDONESIA HEATHCARE QUALITY


NETWORK (IHQN) KE 15

DOSEN PENGAMPU :

Rahmi Sari Kasoema, M.Kes

DISUSUN OLEH:

Rita Apridayati

1915301078

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia
dan kasih saying-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas ini sesuia
dengan tenggang waktu yang telah ditetapkan. Sholawat beserta salam semoga
senantiasa dicurahkan selalu kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan proposal ini jauh dari


Sempurna.Dikarenakan keterbatasan kemampuan. Oleh karna itu peneliti sangat
mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang sifatnya membangun untuk
perbaikan karya tulis ilmiah ini nantinya.

Bukittinggi, 20 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1


1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan ....................................................................................................2
BAB II ISI ...............................................................................................................3
2.1 Penyusunan rencana strategi peningkatan mutu
pelayanan kesehatan .......................................................................... 3
2.2 Kebijakan dan strategi nasional mutu pelayan kesehatan
dari pedoman who menjadi regulasi di Indonesia ............................. 4
2.3 Mutu kesehatan di luar negri/ best practice tradisional
medicine (Thailand) .......................................................................... 9
2.4 Peran pusat penelitian dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan .......................................................................... 9
2.5 Upaya meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan
dalam pelayanan kesehatan .............................................................. 10
2.6 Pemberdayaan pasien dan keluarga dalam meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan ................................................................ 11
2.7 Hasil diskusi sesi parallel ................................................................. 13
BAB III PENUTUP ..............................................................................................15
3.1 kesimpulan ...........................................................................................15
3.4 Saran ....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan
yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat.Salah satu sarana pelayanan
kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit merupakan
lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional dan mengemban tugas
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena
pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan
pada tujuan nasional dibidang kesehatan.Tidak mengherankan apabila bidang
kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan
yang terbaik untuk masyarakat. Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya
adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah
negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh
masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Untuk mempertahankan
pelanggan, pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga kepercayaan konsumen
secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk
memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan. Konsumen
rumah sakit dalam hal ini pasien yang mengharapkan pelayanan di rumah sakit,
bukan saja mengharapkan pelayanan medis dan keperawatan tetapi juga
mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang baik dan hubungan harmonis antara
staf rumah sakit dan pasien, dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang akan diangkat
dalam makalah ini adalah :
1. Penyusunan rencanastrategi peningkatan mutu pelayanan kesehatan
2. Kebijakan dan strategi nasional mutu pelayan kesehatan dari pedoman
who menjadi regulasi di indonesia
3. Mutu kesehatan di luar negri/ best practice tradisional medicine
(thailand)
4. Peran pusat penelitian dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

1
5. Upaya meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pelayanan
kesehatan
6. Pemberdayaan pasien dan keluarga dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan
7. Hasil diskusi sesi paralel

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita semua, khususnya para
pembaca memahami dan bisa melihat gambaran yang sesungguhnya
mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia.

2
BAB II.
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Penyusunan rencana strategi peningkatan mutu pelayanan kesehatan
1. Meningkatkan jumlah dan kualitas sumber daya kesehatan
2. Meningkatkan pelayanan dasar dan rujukan yang berkualitas
3. Meningkatkan vakupan akses, keterjangkauan dan mutu pelayanan
kesehatan
4. Peningkatan masalah gizi kurang
5. Meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatn lingkungan
Kebijakan dan Strategi Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan (KSN-MPK) : Dari
Pedoman WHO menjadi Strategi di Indonesia
Bagian 1. Dari Cakupan ke Cakupan Efektif
Quality in Universal Health Coverage

Kematian: Non-utilisasi atau mutu yang rendah?

8·6 million excess deaths were amenable to health care


◦ 5·0 million were estimated to be due to poor-quality care
◦ 3·6 million were due to non-utilisation of health care.

3
Capaian Utama Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan di Indonesia
Untuk itu, perlu kebijakan dan strategi nasional mutu pelayanan kesehatan (KSN-
MPK) yang menyeluruh sebagai kerangka aksi bagi program kesehatan, fasilitas
kesehatan, tenaga kesehatan dan pemangku kepentingan dalam menyediakan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan meningkatkan mutu

2.2 dan strategi nasional mutu pelayan kesehatan dari pedoman who menjadi
regulasi di Indonesia
Strategi umum

a) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang bermutu dan


mengutamakan keselamatan pasien-masyarakat
b) Meningkatkan kepatuhan seluruh penyedia pelayanan pemerintah dan
swasta terhadap standar mutu klinis dan keselamatan pasien-masyarakat
c) Mendorong budaya peningkatan mutu di fasilitas pelayanan kesehatan dan
pada pelaksanaan program kesehatan
d) Memberdayakan pasien, keluarga dan masyarakat

Strategi fungsional

a) Menguatkan regulasi, tata kelola, struktur organisasi, sumber daya dan


peran seluruh komponen sistem kesehatan lainnya
b) Meningkatkan komitmen pemerintah pusat, daerah dan pemangku
kepentingan Mendorong pengukuran mutu, penelitian dan pemanfaatan
informasi strategis

Deskripsi Strategi Umum dan Fungsional


STRATEGI 1

Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang bermutu dan mengutamakan


keselamatan pasien-masyarakat
Tujuan :

a) Tersedia fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan dengan


dukungan tenaga kesehatan, sarana-prasarana yang memadai serta
memenuhi standar mutu dan keselamatan pasien-masyarakat

4
Program :

b) Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan dan fasilitas


kesehatan lainnya dengan target rencana stratejik Kementerian Kesehatan
dan standar mutu
c) Akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan dan program kesehatan di
daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan
d) Perijinan fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, serta
pemberian kewenangan terbatas

STRATEGI 2
Meningkatkan kepatuhan seluruh penyedia pelayanan pemerintah dan swasta
terhadap standar mutu klinis dan keselamatan pasien-masyarakat
Tujuan :

a) Kepatuhan penyedia layanan kesehatan terhadap standar mutu klinis dan


keselamatan pasien-masyarakat meningkat di seluruh tingkat fasilitas
pelayanan kesehatan; upaya promotif, preventif, kuratif hingga
rehabilitatif; serta di program kesehatan (UKP dan UKM)

Program :

a. Fasilitasi penyusunan dan akses informasi Pedoman Nasional Pelayanan


Kedokteran, Panduan Praktek Klinis, Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Masyarakat, dan Pedoman K3
b. Peningkatan pemahaman, kompetensi tenaga fungsional dan pengelola
program dalam melaksanakan standar mutu klinis dan keselamatan pasien-
masyarakat
c. Implementasi pedoman dan standar mutu pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien-masyarakat di seluruh tatanan dan jenis fasilitas
pelayanan kesehatan serta program kesehatan
d. Peningkatan pengawasan implementasi pedoman dan standar mutu
pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien-masyarakat di seluruh
tatanan dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan serta program kesehatan

5
STRATEGI 3
Mendorong budaya mutu di fasilitas pelayanan kesehatan dan pada pelaksanaan
program kesehatan
Tujuan :

a. Upaya peningkatan mutu di berbagai tingkat dan jenis fasilitas pelayanan


kesehatan serta di program kesehatan saling memperkuat, terintegrasi dan
berkesinambungan
b. Penerapan budaya mutu pada setiap program pelayanan di fasilitas
pelayanan kesehatan
c. Peningkatan pemahaman dan komitmen seluruh stakeholder akan
pentingnya mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien-masyarakat

Program :

a. Mengembangkan sistem peningkatan mutu di fasyankes dan pada program


kesehatan
b. Penguatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien-masyarakat melalui
pengembangan kepemimpinan strategis dan kolaborasi interprofesi
c. Mengembangkan akreditasi rumah sakit, Puskesmas dan sarana lainnya
dengan melibatkan stakeholders terkait
d. Meningkatkan program pengawasan pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan akreditasi dengan melibatkan stakeholders terkait
e. Mengembangkan kurikulum pendidikan budaya mutu dan keselamatan
pasien-masyarakat bagi calon tenaga kesehatan
f. Mengembangkan mekanisme monitoring evaluasi peningkatan budaya
mutu di fasyankes

STRATEGI 4 (Memberdayakan pasien, keluarga dan masyarakat )


Tujuan ;

a. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang


berorientasi pada kepentingan dan keselamatan pasien-masyarakat sesuai
evidence based dan value based serta melibatkan konsumen kesehatan
secara aktif.

6
b. Pasien-masyarakat menjadi mitra dalam upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien-masyarakat

Program :

a. Meningkatkan pemahaman pasien dan tenaga kesehatan perihal patient &


family engagement
b. Menciptakan budaya mutu pelayanan kesehatan dan patient & family
engagement kepada seluruh stakeholders
c. Edukasi dan sebaran informasi kesehatan berdasarkan bukti
d. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien-masyarakat
e. Meningkatkan keterlibatan pasien dan keluarga di 4 level: direct care,
organization, community, policy
f. Memberikan pemahaman terkait tata kelola klinis, formularium obat dan
informed consent
g. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien-masyarakat

STRATEGI 5
Menguatkan regulasi, tata kelola, struktur organisasi, sumber daya dan peran
seluruh komponen dalam sistem kesehatan nasional
Tujuan :

a. Tercipta tata kelola, struktur organisasi dan deskripsi peran yang jelas dan
sinergis dalam mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien-
masyarakat, serta dukungan sistem pembiayaan dan komponen sistem
kesehatan lainnya untuk upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan
b. Adanya penguatan regulasi tata kelola, struktur organisasi, sumber daya
dan peran semua komponen sistem kesehatan nasional yang berjalan
sinergis dan terintegrasi sehingga upaya peningkatan mutu menjadi
tanggung jawab semua pihak.

Program :

7
a. Memprioritaskan dan mengevaluasi mutu dan keselamatan pasien-
masyarakat pada tataran kebijakan, perencanaan dan program kesehatan
b. Menguatkan regulasi dan sistem penerapannya tentang mutu pelayanan
kesehatan dan keselamatan pasien-masyarakat
c. Memperkuat tata kelola struktur organisasi dan memperjelas pembagian
peran dan tanggungjawab dalam mutu pelayanan kesehatan di berbagai
tingkatan (kabupaten hingga nasional), kementerian dan lembaga terkait
d. Mengembangkan mekanisme penguatan sistem pembiayaan dan
komponen sistem kesehatan lainnya untuk upaya peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien-masyarakat
e. Mengembangkan mekanisme monitoring dan evaluasi implementasi
kebijakan, perencanaan dan program mutu dan keselamatan pasien-
masyarakat

STRATEGI 6
Meningkatkan komitmen pemerintah pusat, daerah dan pemangku kepentingan
Tujuan :

a. Alokasi pembiayaan program peningkatan mutu pelayanan dan


keselamatan pasien dari sumber pembiayaan pusat dan daerah meningkat
serta dukungan seluruh pemangku kepentingan ditingkatkan, disertai law
enforcement (reward dan punishment)
b. Penyesuaian pembiayaan standar pelayanan minimal

Program :

a. Peningkatan kemampuan kepemimpinan dalam manajemen mutu


b. Penguatan komitmen pemerintah pusat, daerah dan pemangku kepentingan
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan termasuk pemenuhan SPM

STRATEGI 7
Mendorong pengukuran mutu, penelitian dan pemanfaatan informasi strategis

Tujuan :

8
a. Kuantitas dan kualitas penelitian mutu dan keselamatan pasien-masyarakat
serta pemanfaatan informasi untuk perencanaan dan monitoring evaluasi
meningkat

Program :

a. Pemantapan indikator, sistem pengukuran mutu beserta system


informasinya
b. Penelitian mutu dan keselamatan pasien
c. Pemanfaatan informasi strategis mengenai mutu pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien-masyarakat
d. Pemanfaatan teknologi informasi… (usulan pak Dirjen)—termasuk
interface dokter-pasien juga akan banyak interface IT

2.3 Mutu kesehatan di luar negri/ best practice tradisional medicine


(Thailand)
Thailan memiliki pelayanan kesehatan yang sangat baik dan tersebar dieluruh
pelosok negri. Tidak diketahui secara pasti biaya berobat tapi yang jelas saking
murahnya, para pelancong maupun ekspatriat gak akan membutuhkan asuransi
kesehatan, sebab biaya pelayanan kesehatan diluar negeri gajah putih sangat
murah dengan prosedur penangan medis yang sangat baik.

2.4 Peran pusat penelitian dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan


Dalam rangka membangun mekanise kerjasama antara pusat dan daerah dalam
mewujudkan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, maka berbagai
institusi di tingkat pusat, Untuk itu memgebangkan tim peningkatan mutu dan
keselamatan pasien termasuk program akreditasi RS. Pada level nasional ,
pemerintah pusat perlu mengembangkan mekanisme kerja dengan dinkes
provinsi.dengan adanya penelitian mutu pelayanan lebih baik.

9
2.5 Upaya meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam pelayanan
kesehatan
Competence is an abstract construct. As widely understood in medical fields,
competence “is the habitual and judicious use of communication, knowledge,
technical skills, clinical reasoning, emotions, values, and reflection in daily
practice for the benefit of the individual and community being served” (Epstein &
Hundert, 2002, p. 226).
Competency, with its plural form, competencies, is a narrower, more
atomistic concept to label particular abilities (M. K. Smith, 1996). In other words,
a competency is a single skill or ability, which can be derived from functional job
analysis

Contoh kompetensi fungsional


Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat:
a. Mengidentifikasi kebutuhan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku, serta
modifikasi gaya hidup untuk promosi kesehatan pada berbagai kelompok
umur, agama, masyarakat, jenis kelamin, etnis, dan budaya
b. Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka
promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat
c. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan
pada individu, keluarga dan masyarakat
d. Melakukan pencegahan timbulnya masalah kesehatan
e. Melakukan kegiatan penapisan faktor risiko penyakit laten untuk
mencegah dan memperlambat timbulnya penyakit

10
f. Melakukan pencegahan untuk memperlambat progresi dan timbulnya
komplikasi penyakit dan atau kecacatan
g. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat
a. Menginterpretasi data klinis dan merumuskannya menjadi
diagnosis
b. Menginterpretasi data kesehatan keluarga dalam rangka
mengidentifikasi masalah kesehatan keluarga
c. Menginterpretasi data kesehatan masyarakat dalam rangka
mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis komunitas
d. Memilih dan menerapkan strategi penatalaksanaan yang paling
tepat berdasarkan prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti
e. Mengelola masalah kesehatan secara mandiri dan bertanggung
jawab (lihat Daftar Pokok Bahasan dan Daftar Penyakit) dengan
memperhatikan prinsip keselamatan pasien

2.6 Pemberdayaan pasien dan keluarga dalam meningkatkan mutu


pelayanan kesehatan
Walaupun pelayanan kesehatan makin berkembang – ini buah dari
pembangunan bidang kesehatan banyaknya pasien yang tidak mendapatkan
layanan kesehatan masih menjadi salah satu persolan penting kesehatan.Akses
pasien terhadap layanan kesehatan kemudian menjadi isu dan ini membuat
pemberdayaan pasien menjadi perhatian.Dukungan keluarga bagi pasien untuk
mengakses layanan kesehatan menjadi alternatif, keluarga ditempatkan sebagai
sumber dukungan bagi pasien untuk memampukan mereka mengakses layanan
kesehatan.
pemberdayaan pasien dan keluarga. Ada dua argumen yang ingin
diketengahkan: 1) Pemaknaan terhadap pemberdayaan pasien sebagai manajemen
diri adalah tepat, tetapi mengabaikan makna relasional pemberdayaan, sehingga
keluarga lebih ditempatkan sebagai agen sosialisasi/pendidik dari pada
penghubung dan pelayan; 2) Perspektif terhadap keluarga sering romantisme,
sehingga mengabaikan dinamika dan kris keluarga. Terlebih dahulu akan

11
dibicarakan pemberdayaan pasien, setelah itu dinamika dan krisis keluarga, dan
kemudian isu dukungan keluarga bagi pasien.
1. Pemberdayaan Pasien
Ada berbagai definisi pemberdayaan pasien yang ada:
a. Pemberdayaan pasien didefinisikan sebagai suatu "proses yang
membantu orang mendapatkan kendali atas kehidupan mereka sendiri
dan meningkatkan kapasitas mereka untuk bertindak atas isu-isu yang
mereka anggap penting"
b. Pemberdayaan pasien adalah "proses multi-dimensi yang membantu
orang mendapatkan kontrol atas kehidupan mereka sendiri dan
meningkatkan kapasitas mereka untuk bertindak pada isu-isu yang mereka
sendiri anggap penting."
c. Pemberdayaan kolektif adalah "proses di mana individu dan
masyarakat dapat mengekspresikan kebutuhan mereka, menyampaikan
keprihatinan mereka, menyusun strategi untuk keterlibatan dalam
pengambilan keputusan, dan mengambil tindakan politik,sosial, dan
budaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. "
d. Intinya, pemberdayaan pasien adalah upaya untuk mengubah situasi pasien
dari situasi yang tidak mampu ke situasi yang mampu.
Ringkasnya, pemberdayaan pasien relasional adalah memampukan
lingkungan sosial untuk memampukan pasien mengakses layanan kesehatan.Ini
tidak berarti pemberdayaan dalam artian manajemen diri pasien tidak
penting.Penekanan pada manajemen diri hanya tidak cukup.Perlu pula
pemberdayaan terhadap lingkungan sosial pasien.Makalah ini fokus pada keluarga
sebagi aktor pemberdayaan pasien.Ini memerlukan terlebih dahulu pembicaraan
tentang keluarga sebagai salah satu pilar pendukung pasien, Keluarga Sebagai
PilarMengapa keluarga?Jawaban terhadap pertanyaan ini memerlukan
pembicaraan pengelolaan dan pemberi layanan dalam masyarakat modern. Dalam
pengelolaan dan pemberi layanan, termasuk bidang kesehatan, keluarga salah satu
dari empat pihak: pemerintah, swasta, komunitas, dan keluarga.
e. Pemberdayaan Keluarga

12
Dengan konsep pemberdayaan relasional, keluarga diberdayakan untuk
memampukan pasien mengakses layanan kesehatan.Ini berarti keluarga menjadi
sasaran pemberdayaan, bukan pasien. Perlu juga diingat, pemberdayaan keluarga
tidak sama dengan memanfaatkan dan menggunakan keluarga untuk memecahkan
masalah kesehatan, melainkan memampukan untuk bertindak, termasuk untuk
membuat keputusan, yang dengan tindakan itu pasien dapat mengakses layanan
kesehatan atau berperilaku sehat.
Bersumber dari berbagai bacaan, agar pasien mampu mengakses layanan
kesehatan, keluarga dituntut melakukan tiga hal: sosialisasi/edukasi, segera
membawa pasien ke pusat layanan kesehatan terdekat, dan mendeteksi dini
penyakit sehingga pengobatan efektif. Akan tetapi, sering keluarga lebih
ditempatkan sebagai aktor sosialisasi/edukasi dari pada perantara dan
pelayan.Akibatnya, program pemberdayaan keluarga terfokus pada kemampuan
keluarga untuk menjadi pendidik terhadap pasien.Ini penekanan yang
berkelebihan terhadap faktor predisposisi dengan mengabaikan faktor struktural.

2.7 Hasil diskusi sesi parallel


PENINGKATANMUTU PELAYANANKESEHATAN REPRODUKSI
Nurhayati, S.ST. M. BiomedDosen Univ. Fort De Kock
Konsep remaja danKesehatan Reproduksi
REMAJA?
Menurut Kartono (1990) senada dengan pendapat Konopka dan Ingersoll
dalam Hurlock (2004).
1. Remaja Awal (12-15 Tahun)
2. RemajaPertengahan (15-18 Tahun)
3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Gilmer dalam Sulaeman (1995) pada Laki-laki
1. Pre adolesen, yaitu antara usia 10-13 tahun
2. Masa adolesen awal, yaitu antara usia 13-17tahun
3. Masa adolesen akhir, dari usia 18-21 tahun
Menurut WHO Remaja berada pada usia 10-20 thGilmer dalam Sulaeman
(1995) pada perempuan :

13
1. Pre adolesen datang padausia 10-11 tahun
2. Masa adolesen awal antara usia 12-16 tahun
3. Masa adolesen akhir antara17-21 tahun.
KesehatanReproduksiadalah kondisikesejahteraan fisik,mental dan social
secara lengkap, danbukan hanya bebasdari penyakit, ataukelemahan,
dalamsemua hal yangberkaitan dengansistem reproduksi,dan
prosesnya.(ICPD Cairo, 1994)Menurut WHO, Kesehatan Seksual
adalahKombinasi dari bagian kegiatan seksual yang bersifat fisik,
emosional, intelektual dan sosial, sehingga seks adalah pengalaman positif
yang dapat meningkatkan kualitas hidup, menjadikanlingkungan kita lebih
baik untuk kehidupan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suramnya wajah pelayanan kesehatan di Indonesia haruslah menjadi
pelajaran bagi semua pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Bukan hanya
peranan dokter ataupun Menteri Kesehatan dalam perwujudan hidup sehat
melainkan partisipasi semua masyarakat. Harus ada perubahan pandangan dalam
upaya untuk hidup sehat. Dokter dan semua elemen dalam dunia kesehatan harus
lebih peduli terhadap masyarakat. Aspek-aspek sosial haruslah dijunjung tinggi
bukan hanya aspek finansial yang mendapatkan porsi perhatian secara lebih.
Begitu juga dengan masyarakat harus bersinergi dengan pelayan kesehatan
tersebut dengan menghargai dan melakukan respon yang positif terhadap posisi
mereka sebagai pelayan masyarakat. Memang solusi ini terkesan teoritis. Akan
tetapi perlu disadari bahwa perubahan itu tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba.
Perubahan membutuhkan proses yang panjang dan melelahkan. Nampaknya apa
yang Aa’ Gym sampaikan mengenai konsep perubahan sangatlah relevan dengan
kondisi sekarang.
Kiat mengubah bangsa : mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang
paling kecil dan dianggap sepele dan mulailah sekarang juga.Dua hal yang dijelaskan
sebelumnya mengenai mahalnya harga hidup sehat dan pelayanan kesehatan di Indonesia
adalah dua hal yang sangat terkait. Stigma yang hadir di tengah-tengah masyarakat saat
ini adalah biaya kesehatan yang mahal tidaklah ditunjang oleh pelayanan kesehatan yang
memadai. Dua hal yang seharusnya tidak beririsan sama sekali. Karena berbagai faktor
pelayanan yang kurang baik orang-orang dengan kantong tebal lebih memilih berobat ke
luar negeri. Karena mahalnya biaya untuk berobat justru rakyat kecil memilih jalur
alternatif bahkan yang berbau klenik sekalipun sebagai shortcut untuk sembuh. Dua mata
uang yang sangat berbeda antara kedua kondisi di atas.
Memilih berobat ke luar negeri tidak bisa dianggap sebagai sebuah tindakan
mengkhianati bangsa. Karena kenyataannya rumah sakit-rumah sakit yang ada di
Indonesia tidak memiliki fasilitas yang cukup lengkap untuk memberikan kredit jaminan
kesehatan lebih baik pada pasiennya. Namun ada pihak-pihak tertentu yang melakukan
perawatan ke luar negeri karena ketidakpercayaannya terhadap kapasitas dokter-dokter
dan rumah sakit yang ada di negeri ini. Perspektif seperti ini mengundang banyak
pertanyaan. Sebenarnya melakukan perawatan ke luar negeri berarti membunuh secara

15
perlahan kinerja dokter dan rumah sakit lokal. Namun seharusnya hal ini jadi batu
loncatan bagi para dokter dan rumah sakit untuk dapat meningkatkan kredibilitasnya
sehingga kepercayaan pasien terhadap mereka dapat dijaga. Dengan demikian
generalisasi akan kemampuan dokter dan rumah sakit yang kurang memadai dapat
dihilangkan. Ketika kepercayaan masyarakat akan kapasitas dokter yang ada di Indonesia
dapat dijawab dengan baik oleh dokter itu sendiri maka akan terjalin kerjasama yang
sangat baik antara kedua belah pihak.
Dan juga hendaknya kita sebagai umat Islam bisa merujuk kepada
solusi Islam yang mana pastinya memberikan kemasyalahatan bagi kita
semua. Yang mana aturan Islam sudah memberi solusi bagi permasalahan
kesehatan.Terbukti bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin.

3.2 Saran-saran
Untuk memberikan pelayanan berkualitas yang berorentasi pada
kebutuhan pelanggan dan citra rumah sakit yang baik dimasyarakat maka
pihak rumah sakit perlu melakukan upaya perbaikan yang berkesinambungan
dengan langkah-langkah sbb :
a. Meningkatkan pelayanan kepada pasien dengan sikap yang ramah dan
juga bisa mengerti dan memahami keadaan pasien.
b. Meningkatkan kedisiplinan dan kometmen dalam bekerja pada seluruh
petugas Rumah Sakit agar bisa memberikan pelayanan yang cepat,
tepat, akurat, dan dapat melaksanakan tugas, fungsi serta peranannya
dengan baik sesuai dengan visi dan misi.
c. Untuk meningkatkan kualitas teknis, perlu dilaksanakan program
pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan standar pelayanan prima
sehingga mampu memberikan pelayanan yang dapat memenuhi
kebutuhan dan kepuasan bagi pasien.
d. Untuk meningkatkan kualitas fungsional, perlu dilaksanakan pelatihan
terutama yang berkaitan dengan hubungan manusia yaitu mengenai
sikap dan cara komunikasi yang baik guna memberikan karakter
kepribadian pada sumber daya manusia.
e. Pihak Rumah Sakit diharapkan terus meningkatkan sarana, prasarana
dan kesehatan lingkungan Rumah Sakit serta memelihara dan

16
memperbaiki fasilitas yang telah ada, seperti pengadaan alat-alat medis
dan penunjang medis, perbaikan fasilitas di ruang rawat inap dan
kebersihan lingkungan Rumah Sakit.

17
DAFTAR PUSTAKA

2016 Global Burden of Disease study; Lancet, September 5, 2018


http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(18)31668-4. Data dari 137 negara

Draft Working Paper Evaluasi 8 Sasaran Peta Jalan JKN dengan Pendekatan
Realist Evaluation 2018:
https://drive.google.com/file/d/1RlCGK8MQFMIsZb9PALd9jL7HxiXENGmN/vi
ew

18

Anda mungkin juga menyukai