Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Pembelajaran Sains
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan
peseta didik, saling bertukar pikiran dan informasi, serta tanya jawab. Kegiatan
pembelajaran seperti hubungan metamorfosis yaitu apa yang sudah diberikan
oleh guru peserta didik dapat menerima dan memahami materi yang sudah
disampaikan sehingga pe belanjaran akan berjalan dengan baik.
Sains dalam bahasa latin ialah scientia yang berarti saya tahu sedangkan
dalam bahasa inggris yaitu science yang memiliki arti pengetahuan. Jadi sains
adalah ilmu yang mempelajari fenomena apa saja yang terjadi di alam ini.
Pembelajaran sains merupakan suatu kegiatan proses antara guru
dengan peserta didik dalam menemukan pengetahuan baru mengenai fenomena
alam secara observasi maupun eksperimen.
2.1.2 Keterampilan Belajar Abad-21
Keterampilan belajar abad ke-21 merupakan kompetensi inti untuk
belajar dan inovasi yang diyakini dapat membantu peserta didik berkembang
di dunia yang saling terhubung secara digital dan global (Partnership for 21st
century sklills, 2016).
Pembelajaran mobile yang menggunakan teknologi baru dapat
memupuk keterampilan kompleks yang diperlukan untuk bekerja secara
produktif dengan orang lain. Teknologi baru dapat membantu peserta didik
untuk mengakses informasi dan memfasilitasi pembelajaran dengan cara-cara
baru dan inovatif (West and Vosloo, 2013:6).
Keterampilan abad 21 adalah (1) life and career skills, (2) learning and
innovation skills, dan (3) Information media and technology skills. Ketiga
keterampilan tersebut dirangkum dalam sebuah skema yang disebut dengan
pelangi keterampilan pengetahuan abad 21/21st century knowledge-skills
rainbow (Trilling dan Fadel, 2009). Yang ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar. Pelangi Keterampilan Pengetahuan Abad ke-21
Berdasarkan dari gambar pelangi keterampilan pengetahuan abad-21.
Yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Learning and Innovation
Skills saja.
Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi)
diantaranya meliputi critical thnking and problem solving (berpikir kritis dan
mengatasi masalah), communication and collaboration (komunikasi dan
kolaborasi), creativity and innovation (kreativitas dan inovasi.

Tabel : Keterampilan Belajar dan Berinovasi (Trilling dan Fadel, 2009)

Keterampilan Abad 21 Deskripsi


Keterampilan Belajaar 1. Berpikir kritis dan mengatasi masalah: siswa
dan Berinovasi mampu menggunakan berbagai alasan (reason)
seperti induktif atau deduktif untuk berbagai situasi;
menggunakan cara berpikir sistem; membuat
keputusan dan mengatasi masalah.
2. Komunikasi dan kolaborasi: siswa mampu
berkomunikasi dengan jelas dan
3. Kreativitas dan inovasi: siswa mampu berpikir
kreatif, bekerja secara kreatif.
Keterampilan di abad-21 diharapkan peserta didik menjadi pribadi yang
sukses. Berbagai macam kompetensi dan keterampilan di perlukan untuk
menghadapi kehidupan di abad-21.
Berdasarkan US-Partnership for 21st Century Skills (P21)
mengidentifikasi kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”.
Menurut Trilling dan Fadel “The 4Cs” sebagai berikut:

1. Critical Thinking
Aspek critical thinking (berpikir kritis) ini, peserta didik menggunakan
penalaran untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi secara mandiri,
memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menanalisa,
dan menyelesaikan masalah. Berikut indikator berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah. Indikator berpikir kritis adalah:
a. Menggunakan berbagai jenis penalaran (induktif, deduktif, dll) yang
disesuaikan dengan situasi yang dihadapi
b. Menggunakan pemikiran sistem
c. Menganalisis bagaimana bagian-bagian dari suatu sistem berinteraksi
satu sama lain untuk menghasilka hasil keseluruhan dalam sistem yang
komplek
d. Membuat penilaian dan keputusan
e. Menganalisis dan mengevaluasi bukti, argumen, klaim, dan keyakinan
secara efektif
f. Menganalisis dan mengevaluasi sudut pandang
g. Mensintesis dan membuat koneksi antara informasi dan argumen
h. Menafsirkan informasi dan menarik kesimpulan berdasarkan analisis
i. Mengkritisi pengalaman dan proses pembelajran

Indikator menyelesaikan masalah adalah:

a. Memecahkan berbagai jenis masalah yang melalui cara konvensional


maupun inovatif
b. Mengidentifikasi dan mengajukan pertanyaan penting yang
memperjelas berbagai sudut pandang dan mengarah ke solusi yang lebih
baik
2. Creativity and Innovation
Keterampilan kreativitas dan inovasi, peserta didik memliki kemampuan
untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-
gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda. Indikator berpikir kreatif adalah:
a. Menggunakan berbagai teknik kreasi yang beragam untuk menciptakan
ide atau memunculkan ide/gagasn
b. Menciptakan gagasan baru yang bermanfaat/berguna
c. Mengelaborasikan, menyaring, menganalisis dan mengevaluasi ide
sendiri dalam rangka untuk meningkatkan daya kreativitas
d. Menunjukkan orisinalitas dan kreativitas dalam pekerjaan dan
memahami batas dunia nyata untuk mengadopsi ide-ide baru
e. Bersikap terbuka dan responsif terhadap perpektif baru dan beragam
3. Communication
Keterampilan komunikasi yang baik duperlukan dalam menghadapi dunia
kerja dan kehidupan sehari-hari. Peserta didik dituntut untuk memahami,
mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam bentuk
berrkomunikasi secara lisan, tulisan, ataupun menggunakan multimedia.
Peserta didi menggunakan kemampuan untuk mengungkapkan ide-idenya,
baik secara individu maupun satat berdiskusi dengan teman-temanya saat
menyelesaikan permasalahan. Indikator keterampilan komunikasi adalah:
a. Mengatikulasikan pemikiran dan gagasan secara efektif, menggunakan
keterampilan komunikasi lisan, tertulis, dan nonverbal dalam berbagai
bentuk dan konteks
b. Mendengarkan secara efektif untuk menguaraikan makna, termasuk
pengetahuan, nilai, sikap, dan minat
c. Menggunakan kemampuan berkomunikasi untuk berbagai tujuan
d. Memanfaatkan berbagai media dan teknologi
e. Berkomunikasi secara efektif di lingkuangan yang beragam
4. Collaboration
Keterampilan kolaborasi menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama
berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan
taanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan
empati pada tempatnya, menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga
menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibilitas secara pribadi, pada
tempat kerja, dan hubungan bermasyarakat, menentapkan dan mencapai
standar dan tujuan yang tinggi untuk diri snediri dan orang lain, memaklumi
kerancuan. Pada aspek kolaaborasi siswa diharapkan dapa memenuhi
indikator dibawah ini:
a. Menunjukkan kemampuan untuk bekerrja secara efektif dan sikap
hhormat dengan anggota tim yang beragam
b. Berlatih fleksibilitas dan kemauan untuk membantu dalam membuat
kompromi yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama dalam
kelompok
c. Mempunyai tanggung jawab bersama untuk pekerjaan kolaboratif, dan
memegang teguh nilai kontribusi individu yang dibuat oleh masing-
masing anggota tim.

Keterampilan 4C tersebut penting diajajrkan pada peserta didik dalam


konteks bidang studi dan tema abad ke-21. Semua kecakapan dapat dimiliki
oleh peserta didik apabila peserta didik mampu mengembangkan pembelajaran
yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir
kritis dalam memecahkan masalah, serta mengarahkan kemampuan
komunikasi dan kolaborasi (Yulianti, 2018).

Faktanya kreativitas dan inovasi sangat tinggi dalam daftar


keterampilan abad ke-21 yang terus menuntut melakukan inovasi layanan baru,
proses yang lebih baik, dan peningkatan produk untuk ekonomi global dunia
(Motallebzadeh, K., dkk, 2018).

Keterampilan belajar dan inovasi dapat membedakan kemampuan


peserta didik untuk lebih kompleks di kehidupan dan lingkungan di abad-21.
Berdasarkan Partnership for 21st century skills, pada abad-21 hidup dalam
lingkungan yang penuh dengan teknologi dan media. Ditandai dengan: 1) akses
banyak informasi, 2) perubahan cepat dalam perangkat teknologi, dan 3)
kemampuan berkolaborasi dan memberikan kontribusi individu pada hal yang
belum pernah terjadi sebelumnya.

2.1.3 Pembelajaran STEM


STEM merupakan singkatan dari Science, Technology, Engineering,
and Mathematics. Istilah tersebut pertama kali muncul digunakan oleh
organisasi National Science Foundation (NSF) untuk mengembangkan
kualitas penduduk dan daya saing yang berhubungan dengan sains, teknologi,
teknik, dan matematika (Hanover Research, 2011).
Sains dan Matematika sangat berpengaruh terhadap pengembangan ide
dan inovasi dibidang teknologi dan rekayasa. Kedua bidang tersebut juga
membutuhkan sains dan matematika untuk menciptakan, membangun, serta
merancang suatu hal untuk kesempurnaannya. Dalam kehidupan nyata, sains,
teknologi, teknik, dan matematika selalu terintergrasi. Sehingga diperlukan
untuk mengajar STEM kepada semua peserta didik (Pawilen, G.T & Yuzon,
M.R.A., 2019:130-146).
Dewasa ini, STEM telah digambarkan sebagai keterampilan penting
untuk mengatasi perubahan mendasar dalam bagaimana untuk mengatasi masa
depan (Siekmann, G. & Korbell, P., 2016).
Pembelajaran STEM dapat didukung dengan karakteristiknya menurut
Deslauries, Schlew, dan Wieman, 2011 mempertimbangkan sifat-sifat STEM
sebagai berikut:
1. Terintegrasi, dengan kurikulum yang berpusat pada rinsip sains,
teknologi, teknik, dan matematika. Sehingga peserta didik dapat
belajar menerapkan informasi yang diperoleh sebelumnya secara
kreatif dan dapat mengatasi masalah yang belum pernah mereka
temui sebelumnya.
2. Berbasis penyelidikan, pembelajaran STEM meminta peserta didik
untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah dengan
menggunakan teknik tanya jawab yang tergabung dalam penelitian.
3. Kerja tim atau kelompok, meminta peserta didik untuk saling
bekerja sama dalam kelompok yang dapat meningkatkan
kepercayaan diri dan memberi wawasan tentang karakter yang
dimiliki masing-masing peserta didik.
4. Diskusi kelas, peserta didik berpartisipasi dalam kelompok untuk
menyelesaikan masalah.
5. Guru dapat dijadikan sebagai fasilitator dari proses pembelajaran
bukan hanya sebagai instruktur.

Dalam kegiatan pembelajaran penerapan STEM terdiri dari 4 C yaitu


critical thinking, creativyty, communication, and collaboration, dengan 4 C
tersebut peserta didik dapat menyelesaikan masalah secara inovatif serta dapat
menyampaikan solusi dengan baik (Beers, 2011).

Menurut Firman (2016) terdapat beberapa komponen STEM yang


saling terintergrasi satu sama lain yaitu science, technology, engineering, and
mathematics dapat di definisikan sebagai berikut:

1. Science: Studi sistematis dari sifat dan perilaku alam semesta


material dan fisik, berdasarkan pengamatan, percobaan, dan
pengukuran, dan perumusan undang-undang untuk
menggambarkan fakta-fakta secara umum. Ilmu pengetahuan dari
sains berperan menginformasikan proses rancangan teknik
(Yulianti, 2018).
2. Technology: cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
penciptaan dan penggunaan sarana teknis dan keterkaitan mereka
dengan kehidupan, masyarakat, dan lingkunga, mengacu pada mata
pelajaran seperti seni, industri, teknik, ilmu terapan, dan ilmu
pengetahuan, proses dan perangkat-perangkat yang kemudian
menciptakan benda dan mengoperasikannya (Yulianti, 2018).
3. Engineering: seni atau ilmu membuat aplikasi praktis dari
pengetahuan ilmu, murni, seperti fisika atau kimia, seperti dalam
pembangunan mesin, jembatan, bangunan, tambang, kapal, dan
pabrik kimia. Teknik merupakan tubuh pengetahuan tenatng desain
dan penciptaan benda buatan manusia dan sebuah proses untuk
memecahkan masalah. Teknik memanfaatkan konsep dalam sains,
matematika, dan alat-alat teknologi (Yulianti, 2018).
4. Mathematics: kelompok ilmu terkait, termasuk aljabar, geometri,
dan kalkulus, berkaitan dengan studi tentang jumlah kuantitass,
bentuk, dan ruang serta hubungan timbal balik dengan notasi
khusus matematika digunakan dalam sains, teknologi, dan teknik
(Yulianti, 2018).

Selain komponen STEM diatas, pendekatan STEM dapat


menumbuhkan keterampilan lain seperti kemampuan memecahkan masalah
dan ilmiah. Sehingga pentingnya literasi STEM yang mengacu pada individu
untuk mengetahui bagaimana persaingan di dunia nyata. Menurut Asmuniv
(2015) literasi STEM sebagai berikut:

Tabel Definisi Literasi Sains

Komponen STEM Literasi STEM


Science (Sains) Kemampuan dalam menggunakan
pengetahuan ilmiah dan proses untuk
memahami dunia alam serta kemampuan untuk
berpartisipasi dalam mengambil keputusan
untuk mempengaruhinya.
Technology (Teknologi) Pengetahuan baaimana menggunakan
teknologi baru, memahami baaimana teknologi
baru dikembangkan, dan memiliki kemampuan
untuk menganalisis bagaiana teknologi baru
mempengarui individu dan masyarakat.

Engineering (Teknik) Pemahaman tentang baaimana teknologi dapat


dikembangkan melalui proses desain
menggunakan tema pembelajaran berbasis
proyek dengan cara mengintegrasikan dari
beberapa mata pelajaran berbeda.

Mathematics (Matematika) Kemampuan dalam menganalisis, alasan, dan


mengkomunikasikan ide secara efektif dan
cara bersikap, meumuskan, memecahakan, dan
menafsirkan solusi untuk masalah matmatika
dalam penerapannya.

Pendekatan STEM terdapat tiga metode yang masing-masing memiliki


metodednya memiliki perbedaan pada tingkat konten STEM. Ketiga metode
tersebut terpisah, tertanam, dan terintegrasi oleh Quang et al (2015) sebagai
beikut:

1. Silo (Terpisah)
Metode silo, pendidik melatih masing-masing subjek STEM secara
terpisah. Setiap materi terfokus pada pengetahuan yang diharapkan
peserta didik mendapatkan pemahaman yang mendalam terkait materi.
Pembelajaran terkonsentrasi pada masing-masing individu
memungkinkan peserta didik untuk mendapaatkan pemahaman mata
pelajaran yang lebih mendalam. Peran penting seorang pendidik sangat
diperrlukan. Sayangnya metode ni memiliki kelemahan yaitu peserta
didik yang pasif dalam pembelajaran akan mengalami kesulitan dalam
berkontribusi sehingga dapat memungkinkan peserta didik salah dalam
memahami integrasi antar subjek STEM dalam kehidupan sehari-hari.
Metode silo dalam pendekatan STEM digambarkan dengan sebuah
lingkaran dimana setiap lingkaran sebagai disiplin STEM. Dimana setiap
subjek tersebut diajarkan secara terpisah untuk menjaga domain
pengetahuan dalam batas-batas dari masing-masing subjek, seperti yang
digambarkan berikut:
Science

Technology &
Mathematics Engineering

Gambar . Skema Metode Silo


2. Tertanam (Embedded)
Pada metode terrtanam meliputi kehidupan sehari-hari dan teknik
pemecahan masalah dalam konteks sosial, budaya, dan pengetahuan.
Pembelajaran cenderung lebih efektif dikarenakan memungkinkan
peserta didik untuk memperkuat apa yang dipelajari melalui aktivitas
peserta didik. Metode ini lebih menekankan untuk mempertahankan
integritas materi pelajaran bukan fokus pada interdisiplin mata
pelajarannya. Kelemahan pada metode ini yaitu penilaian, interaksi yang
terjadi antara pendidik dengan peserta didik dapat mengganggu dan
membangun pengetahuan secara tertanam. Skema metode tertanam
ditunjukkan pada gambar berikut:

Science

Mathematics

Technology &
Engineering

Gambar . Skema Metode Tertanam


3. Terpadu (Integrasi)
Metode terpadu atau integrasi, sesuai dengan namanya yaitu terpadu,
konten STEM dicampur dan dipelajari sebagai satu subjek, peserta didik
diharapkan menggunakan konsep STEM multidisiplin untuk
memecahkan masalah. Kurangnya struktur umum pelajaran dapat
membatasi pemahaman peserta didik. Hal ini, para pendidik dapat gagal
dalam menciptakan satu tujuan umum meskipun ada penggabungan
materi dari masing-masing disiplin. Dibawah ini gambar metode terpadu
pendekatan STEM. Integrasi dapat dilakukan dengan minimal dua
disiplin. Garis lingkaran pada gambar yang saling memotong
menunjukkan berbagai pilihan yang terlibat dalam integrasi yang dicapai

Science

Technology
Mathematics &
Engineering

Gambar . Skema Metode Terpadu


Salah satu pola integrasi yang mungkin dilaksanakan tanpa
merestrukturisasi kurikulum pendidikan dasar dan menengah di
Indonesia adalah mengintegrasikan konten enjinering, teknologi, dan
matematika dalam pembelajaran sains (termasuk fisika) berbasis
pendekatan STEM seperti yang diilustrasikan pada skema berikut
(Yulianti, 2018).

E
FISIKA

Gambar . Pendekatan STEM pada Pembelajaran Fisika


2.1.4 Project Based Learning
Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran
yang dapat melatih peserta didik untuk bereksplorasi dengan kreativitasnya
untuk menghasilkan produk akhir dalam pembelajaran. Project Based
Leraning (PjBL) merupakan suatu strategi pembelajaran yang membuat
peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan dengan membuat suatu
proyek yang bermanfaat. Pembelajaran ini juga memberikan pengalaman
kepada peserta didik untuk belajaar lebih detail, rinci, dan menantang dalam
waktu yang sudah ditetapkan oleh guru untuk menyelesaikan proyek (Wajdi,
2017).
Menurut para ahli Project Based Learning (PjBL) merupakan salah satu
model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat mengembangkan
keterampilan untuk menghadapi dunis kerja di abad-21 (Yulianti, 2018).
Pembelajaran berbasis proyek mengacu pada empat pilar pendidikan
universal, antara lain belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar
dengan melakukan (learning to do), belajar untuk hidup dalam kebersamaan
(learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be)
(Arisanti et al, 2016).
Karakteristik pembelajaran Project Based Learning adalah sebagai
berikut (Yulianti, 2018):
a) Peseta didik menjadi pusat atau sebagai obyek yang secara aktif
belajar pada proses pembelajaran.
b) Proyek-proyek yang direncanakan terfokus pada tujuan
pembelajaran yang sduah digariskan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar dalam kurikulum.
c) Proyek dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan sebagai
kerangka dari kurikulum (curriculum-fraing question).
d) Proyek melibatkan berbagai jenis dan bentuk assessmen yang
dilakukan secara kontinyu (on going assessmen).
e) Proyek berhubungan langsung dengan dunia kehidupan nyata.
f) Peserta didik menunjukkan pengetahuannya melalui produk atau
kinerjanya.
g) Teknologi mendukung dan meningkatkan proses belajar peserta
didik.
h) Keterampilan berpikir terintegrasi dalam proyek.
i) Strategi pembelajaran bervariasi karena untuk mendukung oleh
berbagai tipe belajar yang dimiliki oleh siswa (muliple learning
style).
Model pembelajaran ini memiliki kelemahan yaitu: 1) memerlukan
banyak waktu untuk menyelesaikan masalah; 2) membutuhkan biaya yang
cukup banyak; 3) banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas
tradisional, dimana instruktur memegang peran utama dikelas; 4) banyak
peralatan yang harus disediakan; 5) peserta didik yang memiliki kelemahan
dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan; 6)
ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok;
7)ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,
dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
(Setiani & Donni, 2015).
Terdapat langkah-langkah pembelajaran dalam project based learning
sebagai berikut (Setiani & Donni, 2015):
1. Penentuan Pertanyaaan Mendasar (Start with The Essential
Question)
Dimulai dengan pertanyaan essensial yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik mengenai tema proyek yang akan
dibuat.
2. Mendesain perencanaan Proyek (Desain a Plan for The Project)
Perencanaan proyek ini tentang aturan main pengerjaan proyek
yang akan dilakukan. Dilakukan secara kolaboratif antara guru dan
peserta didik
.
3. Menyusun Jadeal (Create a Schedule)
Pada tahap ini aktivitas yang akan dilakukan yaitu: 1) membuat
timeline untuk menyelesaikan proyek, 2) membuat deadline
penyelesaian proyek, 3) mengajak peserta didik agar merencanakan
cara yang baru, 4) membimbing peserta didik ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan 5)
meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
4. Memonitor perkembangan proyek peserta didik (Monitor Students
Project Progress)
Guru berrtanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap
aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Kegiatan ini
dilakukan dengan cara guru memfasilitasi peserta didik pada setiap
proses.
5. Menilai hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan
masing-masing peserta didik dalam hal ini terhadap kemampuan
berpikir kreatif peserta didik serta dapat membantu guru dalam
menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (evaluate the Experience)
Di akhir proses pembelajaran peserta didik diminta untuk
melakukan refleksi kegiatan pembelajaranya dan hasil proyek yang
sudah dijalankan. Guru dan peserta didik mengembangkan diskusi
untuk memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran.
Model pembelajaran project based learning dapat diterapkan dengan
pendekatan STEM pada setiap langkah. Pengaplikasian pendekatan STEM
dapat lebih banyak pada langkah perencanaan dan pengerjaan proyek. Peserta
didik mampu mengerjakan proyek lebih leluasa dengan mengaplikasikan sains
ke teknologi, enjiniring, dan matematika serta saling keterkaitannya satu sama
lain (Yulianti, 2018).
2.1.5 Materi Usaha dan Energi
2.1.5.1 Kompetensi Dasar
Komepetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Menurut Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 24 Tahun 2016 Kompetensi
Dasar Mata Pelajaran Fisika Kelas X tentang Usaha dan Energi
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel . Kompetensi Dasar materi Usaha dan Energi
Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis konsep energi, 4.9 Meneraapkan metode ilmiah
usaha (kerja), hubungan usaha untuk mengajukan gagasan
(kerja) dan perrubahan energi, penyelesaian masalah gerak
hukum kekekalan energi, serta dalam kehidupan sehari-hari,
penerapannya dalam peristiwa yang berkaitan dengan konsep
sehari-hari. enerrgi, usaha (kerja), dan
hukum kekekalan enerrgi.
2.1.5.2 Teori Usaha dan Energi
Usaha
Usaha merupakan suatu teori yang menghubungkan konsep
gaya dan energi. Dimana jika sebuah benda dikenai gaya maka benda
tersebut akan mempunyai enerrgi untuk bergerak sehingga
menghasilkan suatu usaha.
Dalam kehidupan sehari-hari, usaha seringkali didengar.
Usaha tersebut merrupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mencapai suatu tujuan atau kerja. Pengertian usaha dalam fisika adalah
gaya yang bekerja pada benda sehingga benda tersebut dapat berpindah
atau bergerak.
Usaha dalam bahasa inggris ialah “work” dan dilambangkan
dengan “W” dapat didefinikan sebagai hasil kali komponen gaya searah
perpindahan (𝐹𝑋 ) dengan besar perpindahannya (∆𝑋 ). Secara
matematis, dapat dituliskan sebagai berikut (Kanginan, 2016):
Awal Akhir

𝑭𝑿

∆𝑋

Gambar . Usaha oleh gaya 𝐹𝑋 menyebabkan benda berpindah


sejauh ∆𝑋 .
𝑊 = 𝐹𝑋 ∆𝑋
Dimana:
𝐹𝑋 = gaya yang searah perpindahan benda (𝑁)
∆𝑋 = perpindahan (𝑚)
𝑊 = usaha atau kerja (𝐽 = 𝑁𝑚)
Untuk gaya (𝐹) bekerja membentuk sudut 𝜃 terhadap
perpindahan (∆𝑋 ) seperti gambar berikut:

Awal 𝑭 Akhir

𝜽
𝑭𝒄𝒐𝒔𝜽

∆𝑋

Gambar . Usaha oleh gaya 𝐹 membentuk sudut 𝜃


Jika dituliskan secara matematis besar usaha oleh gaya (𝐹)
yang membentuk sudut (𝜃) adalah sebagai berikut:
𝑊 = 𝐹 cos 𝜃 ∆𝑋 atau 𝑊 = 𝐹∆𝑋 cos 𝜃
Dengan 0 ≤ 𝜃 ≤ 180° adalah sudut terkecil antara 𝐹 dan ∆𝑋 .
Satuan Internasional (SI) usaha adalah joule (J).
1 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒 = 1 𝑛𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
Misalkan gaya (𝐹) terhadap posisi benda (𝑥) digambarkan
dalam bentuk grafik seperti pada Gambar a dan Gambar b. Besar usaha
dapat dihitung dengan menghitung luas raster dibawah garis kurva.
Gambar . Grafik gaya terhadap posisi (a) gaya konstan dan (b)
gaya tidak konstan
Energi
Energi merupakan kemampuan untuk melakukan suatu
tindakan atau usaha (kerja). Energi itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani “ergon” yang berarti kerja. Satuan internasional energi adalah
𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒 atau 𝑁. 𝑚, sama seperti satuan usaha. Bentuk energi bermacam-
macam, lima bentuk utama energi adalah energi mekanik, energi kalor,
energi kimia, energi elektromagnetik (listrik, magnet, dan cahaya), dan
energi nuklir (Kanginan, 2016)
Bentuk energi berdasarkan pergerakan suatu benda terbagi
dalam dua jenis yaitu energi potensial dan energi kinetik.
1. Energi Potensial
Energi yang dimiliki suatu benda yang diakibatkan oleh kedudukan
atau posisi benda tersebut. Energi potensial digolongkan menjadi
dua yaitu energi potensial gravitasi dan energi potensial pegas.
a. Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial merupakan energi yang mempengaruhi benda
karena benda tersebut memiliki ketinggian. Energi potensial
dapat juga dimiliki oleh benda dalam keadaan tertekan seperti
anak panah yang akan dilepaskan dari busurnya. Secara
matematis dapat dituliskan:
𝐸𝑃 = 𝑚 𝑔 ℎ
Keterangan:
𝐸𝑃 = Energi Potensial (𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒)
𝑚 = massa benda (𝑘𝑔)
𝑔 = percepatan gravitasi (𝑚/𝑠 2 )
ℎ = ketinggian benda (𝑚)

b. Energi Potensial Pegas


Energi potensial pegas merupakan energi potensial saat pegas
diregangkan atau dimampatkan kemudian kembali ke posisi
semula. Contoh benda yang mengalami energi potensial pegas
adalah benda-benda yang elastis seperti karet ketapel, pegas,
karet busur panah, dan lain-lain. Secara matematis dapat
ditulis:
1
𝐸𝑃 = 𝑘(∆𝑥)2
2
Keterangan:
𝐸𝑃 = Energi Potensial (joule)
𝑘 = konstanta pegas (N/m)
∆𝑥 = pertambahan panjang pegas (m)
2. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya
(atau kecepatannya) seperti anak panah yang lepas dari busurnya
akan memiliki kecepatan. Secara matematis dapat dituliskan:
1
𝐸𝐾 = 𝑚𝑣 2
2
Keterangan:
𝐸𝐾 = Energi Kinetik (𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒)
𝑚 = massa benda (𝑘𝑔)
𝑣 = kecepatan benda (𝑚/𝑠)
Hukum Kekekalan Energi
Hukum Kekekalan Energi berbunyi energi tidak dapat
diciptakan ataupun dimusnahkan, energi hanya dapat diubah ke dalam
bentuk energi lainnya. Suatu benda memiliki energi karena benda
tersebut melakukan usaha dapat disebut energi mekanik (Kanginan,
2016).
Besar energi mekanik suatu benda adalah penjumlahan dari
energi potensial dengan energi kinetik:
𝐸𝑚 = 𝐸𝑃 + 𝐸𝐾
Bunyi Hukum Kekekalan Energi Mekanik adalah “Jika pada
suatu sistem hanya bekerja gaya-gaya yang bersifat konservatif, energi
mekanik sistem pada posisi apa saja selalu tetap (kekal). Artinya energi
mekanik sistem pada posisi akhir sama dengan energi mekanik pada
posisi awal”. Sehingga dapat dituliskan secara matematis:
𝐸𝑀1 = 𝐸𝑀2
𝐸𝑃1 + 𝐸𝐾1 = 𝐸𝑃2 + 𝐸𝐾2
1 1
𝑚𝑔ℎ1 + 𝑚𝑣1 = 𝑚𝑔ℎ2 + 𝑚𝑣2
2 2
2.2 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir penelitian ini disajikan pada Gambar berikut.

Anda mungkin juga menyukai