Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada bagian perawatan intensif dan bedah

Keselamatan Kesehatan Kerja dan Keselamatan Pasien

Dosen Pembimbing :

Ibu Puteri Indah Dwipayanti, S.Kep.Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Nila Kurnia Setiawan 0117056


Faradila Maulana 0117044

Mohammad Syaihu Abdi 0117054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2019

1
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak.
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain
kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto, 09 September 2019

Nama NIM Tanda Tangan Mahasiswa


Nila Kurnia Setiawan 0117056
Faradila Maulana 0117044
Mohammad Syaihu A 0117054

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT,karena atas rahmat dan karunia-
Nya kami berhasil menyelesaikan penulisan makalah dengan judul Peningkatan mutu
pelayanan keperawatan pada bagian perawatan intensif dan bedah

Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapatkan banyak bimbingan dan dukungan
dari Ibu Puteri Indah Dwipayanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku fasilitator dalam materi yang
dibahas pada makalah ini. Dan tidak lupa anggota kelompok yang ikut serta dalam
penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan wawasan serta


pengetahuan pembaca.

Mojokerto, 09 September 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

Cover ............................... 1
LEMBAR PERNYATAAN ............................... 2
KATA PENGANTAR ............................... 3
DAFTAR ISI ............................... 4
BAB I PENDAHULUAN ………………….. 5
A. Latar Belakang ............................... 5
B. Rumusan Masalah ............................... 5
C. Tujuan ............................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................... 6
A. Peningkatan mutu pada bagian perawatan ............................... 6
intensif (ICU)
B. Peningkatan mutu pada bagian beadah ………………....... 9
BAB III PENUTUP ............................... 12
KESIMPULAN ............................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................... 13
LEMBAR PENILAIAN ………………… 14

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan utama dari pelayanan rumah sakit. Hal ini
terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam kepada pasien yang
membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan pelayanan kesehatan lainnya yang
hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada kliennya. Dengan demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya
secara terus-menerus dan berkesinambungan sehingga pelayanan rumahsakit akan meningkat
juga seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan. (Ritizza, 2013).

Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan fungsi dari
manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen keperawatan adalah suatu tugas
khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/ pengelola keperawatan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik
sumber daya maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang
efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan masyarakat. (Donny, 2014)

Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan keperawatan, maka dalam makalah


ini penulis akan menguraikan tentang pengertian, proses, dimensi, penilaian, strategi,
indikator, standar, dan peran dalam menejemen mutu pelayanan keperawatan sehingga dapat
menggambarkan bagaimana manajemen keperawatan yang bermutu seharusnya dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peningkatan mutu pada bagian keperawatan intensif ?
2. Bagaimana peningkatan mutu pada bagian bedah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya peningkatan mutu pada bagian keperawatan intensif
2. Untuk mengetahui upaya peningkatan mutu pada bagian bedah

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peningkatan mutu pada bagian perawatan intensif (ICU)

Pendahuluan

Keselamatan pasiean adalah komponen intidari seluru aspek pelatihan , pendidikan,dan


standart pada pelayanan di ICU .riwayat menciptakan budaya aman , belajar dari kesalahan,
mencega cidera, dan bekerja sebagai bagian dari tim multi disiplin semuanya berkontri busi
pada ke disiplinan keselamatan dan asuhan penyakit .rangkaian pemberian asuhan ,
proses,dan ceklis semuanya adalah istilah yang saat ini sudah dikenal dengan baik oleh
mereka yang bekerja di ICU

Masalah

Suatu audit di ICU menunjukkan isiden pneumonia yang terkait dengn penggunaan fentilator
(fentilator-assosiated pneomonia,VAP) sebanyak 17 per1000 hari fentilasi , dan kejadian
infeksi aliran dara etrkait dengn penggunaan akses sentral(central line assosiated bloodstrem
infeksion ,CLABSI) . sebanyak 22 per 1000 hari kateterisasi.peningkatan mutu diperlukan
untuk mengurangi pemborosan , cedera, dan variasi yang tidak diinginkan dalam praktik
klinis serta menyedikan pelayanan kesehatan

Dibentuklah tim multidisiplin yang terdiri dari staf medis dan perawat ,
apoteker,fisioterapis,dan ahli gizi . tim ini bertemu langsung secara rutin atau mealui diskusi
online untuk memecahkan masalah dan memandu pengujian untuk menerapkan perubahan .

Intervensi

Setelah pertemuan mingguan brainstorming awal yang diikuti oleh tim multi disiplin ,suatu
diagram pendorong(driver diagram) asukan penyakit kritis dan diagram pareto digunakan
untuk menyroti tantangan penting dan mempertimbangkan bagaimana perubahan dapat
mengatasi tantangan-tantangan ini diagram pareto digunakan untuk neringkas dalam tampilan
berbentuk grafik dan menunjukkan kepentingan relatif dari perbedaan antar kelompok
data;panjang batang mewakili frekuensi masalah dan di rancang dengan urutan menurun
untuk secara fisual menggambarkan situasi mana yang paling signifikan . diagram pendorong

6
membantu untuk mengklarifikasi pemahaman kita tentang bagaimana sistem ICU itu sendiri
bekerja dan mengidentifikasi perubahan yang dianggap perlu untuk meningkatkan mutu

Tujuan proyek ini adalah untuk mengurangi rasio kematian terstandardisasi di ICU hingga
10% antara desember 2007 hingga desember 2012. Perubahan meliputi delapan proses kunci
yang dapat membantu untuk memberikan perawatan kritis yang andal :

1. Rangkaian pemberian asuhan pneumonia terkait penggunaan ventilator.


2. Rangkaian pemberian asuhan insersi kateter vena sentral (central venous catheter,
CVC)
3. Perawatan kateter ven sentral.
4. Perawatan kateter vena perifer (peripheral venous catheter, PVC)
5. Visite bangsaltim multidisiplin
6. Tujuan harian
7. Kontrol glikemia
8. Higine tangan

Cerita pasien, ceria yang baik dan yang buruk, digunakan untuk menjelaskan area pelayanan
dengan praktik yang baik dan menentukan apa yang salah ketika pelayanan dilakukan secara
tidak optimal (lihat Bab 28). Rangkaian pemberian asuhan untuk memastikan kepatuhan yang
baik dengan praktik berbasis bukti serta checklist untuk prosedur berisiko tinggi atau yang
rumit (misalnya rapid sequence induction and intubation, dan insersi CVC) juga digunakan.

Strategi dan Pengukuran Perubahan

Model untuk peningkatan mutu digunakan untuk mengawali serangkaian pengujian berskala
kecil untuk menerapkan perubahan yang dilakukan oleh suatu tim multidisiplin. Pertama,
model ini memulai dari yang kecil dengan satu pasien, satu perawat, dan satu dokter pada
satu shift. Jika sejumlah pemahaman tentang proses sudah didapat dan telah diterapkan
dengan andal, maka selanjutnya model ini akan diuji dengan tiga, kemudian lima pasien pada
berbagai waktu yang berbeda sebelum disebarluaskan ke seluruh ICU.

Motivasi dan komunikasi dengan para anggota tim diasilitasi oleh pengarahan tentang
keselamatan dua kali sehari dan ditempelkannya tampilan tingkat infeksi dibagian tengah
area klinis ICU secara terbuka dan transparan. Penilaian real-tie dipajang dalam bentuk
diagram harian dan bulanan.

7
Hasil

Penurunan yang signifikan terhadap tingkat VAP dan CLABSI dicapai dalam waktu lebih
dari 250 hari dan 730 hari antar kejadian. Hal ini berhubungan dengan penurunan 0,5 hari
pada waktu yang dihabiskan dengan ventilitator, serta penurunan 1,1 hari pada durasi (lama)
tinggal di ICU. Analisis 5 mengapa (5 whys) pada Bab 27 digunakan untuk menggali apakah
penurunan durasi tinggal dapat dijelaskan oleh alasan selain penurunan tingkat infeksi yang
didapat dirumah sakit (yaitu pasien yang lebih tidak sakit). Analisis menunjukan meskipun
terdapat peningkatan komleksitas dan keparahan kasus, namun durasi tinggal rata-rata di ICU
masih berkurang hingga 1,1 hari yang sesuai dengan penurunan 0,23 pada rasio kematian
terstandardisasi dari 0,92 menjadi 0,69 (lihat diagram deret angka pada gambar 34,2)

Kesimpulan

Tingkat infeksi ICU yang dipajang untuk umum membantu berbagai transisi ICU menjadi
budaya yang transparan dan berfokus pada keselamatan. Pengujian skala kecil untuk
menerapkan perubahan, yang dipandu oleh model untuk peningkatan mutu berperan dalam
mengubah praktik pada lingkungan berisiko tinggi ini. Rangkaian pemberian asuhan, tujuan
harian, dan checklist juga membantu untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas tinggi dan andal.

8
B. Peningkatan mutu pada bagian bedah

Masalah

Waktu peralihan (turnover time) di ruang operasi dapat menjadi penyebab kurangnya
efisiensi pembedahan. Hal ini memiliki banyak implikasi, meliputi penundaan operasi yang
telah dijadwalkan,biaya lembur staf, dan ketidakpuasan pasien dan profesional kesehatan.

Suatu departemen bedah yang sibuk di rumah sakit pendidikan di AS ingin meningkatkan
mutu pengalaman operasi bagi pasien bedah. Ketika proses diaudit,lamanya waktu peralihan
diketahui dua kali lipat dari nilai rata-rata nasional. Suatu pendekatan tim multidisiplin
dibentuk dengan melibatkan semua pemangku kepentingan dalam suatu latihan pemetaan
proses untuk memahami sistem yang ada saat ini dengan lebih baik dan menentukan mengapa
proses mengalami kegagalan. Wawasan dari proses pembelajaran ini digunakan untuk
merancang ulang proses-proses yang sudah ada.

Pengalaman untuk menjalankan aktivitas pemetaan proses

Suatu peta interaksi-proses menunjukkan langkah-langkah yang dilakukan pada interaksi-


interaksi penting antar fungsi (input dan output) serta aktivitas-aktivitas (tindakan untuk
menggerakkan proses yang sering kali dilakukan secara paralel).Hal ini memungkinkan
anggota tim untuk memahami area pelayanan mana yang hanya membuang-buang waktu
serta kelebihan,dan menemukan area `hot spot` untuk berfokus pada upaya-upaya
peningkatan mutu.

Langkah 1:Mendefinisikan masalah

Masalah ini didefinisikan sebagai: `untuk mengurangi waktu peralihan di ruang operasi
(waktu di antara pasien meninggalkan ruang operasi dan pasien lain dibawa masuk untuk
kasus berikutkan )hingga 50%.`

Langkah 2:Membentuk tim

Proses peralihan di ruang operasi membutuhkan upaya tim yang melibatkan dokter spesialis
bedah,dokter spesialis anestesi,perawat bedah,staf perawat tambahan,staf pembantu umum
bagian pemindahan,dan perawat bangsal. Memiliki pemimpin yang memiliki opini kunci dari
setiap kelompok merupakan hal penting untuk kredibilitas proyek. Menempatkan berbagai
professional kesehatan dalam satu meja forum diskusi akan memunculkan sejumlah

9
perselisihan tentang persepsi masing-masing terhadap proses-setiap anggota tim memiliki
pandangan yang unik tentang system dan menilai proses secara berbeda. Ketika satu
kelompok tidak terwakili, maka akan menjadi sulit untuk memunculkan pertanyaan tentang
konstribusi mereka karena jawabannya tidak ada di dalam ruang diskusi (misalnya siapa yang
menjadwalkan staf pembantu umum bagian pemindahan? Dan siapa yang berkomunikasi
dengan mereka jika ada penundaan?).

Seorang fasilitator netral yang mengamati dengan cermat aktivitas pemetaan proses ini akan
membantu untuk memfokuskan perhatian pada masalah yang sedang dibahas, mencegah
pertemuan keluar dari target, dan menjaga kelompok tetap pada jalurnya untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati di awal.

Langkah 3:Memetakan proses `sebagaimana adanya`

Suatu peta proses disusun untuk menggambarkan secara visual bagaimana ruang operasi
dijalankan pada saat ini. Digambarkan suatu ilustrasi proses berukuran besar dan ditempelkan
memo-memo kecil berwarna (sticky notes) pada peta tersebut untuk menegaskan aktivitas
yang bermanfaat dan aktivitas yang tidak bermanfaat.

Memo tempel tersebut berfokus pada area masalah yang membutuhkan perhatian dan
pengambilan keputusan. Pada masing-masing langkah secara garis yang dibutuhkan untuk
setiap langkahnya.

Langkah 4:Menentukan alat ukur untuk peningkatan mutu dan menganjurkan


perubahan

Tujuan berikutnya adalah untuk menentukan perubahan yang dapat terukur pada masing-
masing kelompok untuk membantu meningkatkan mutu system. Area masalah yang
melibatkan masing-masing kelompok diidentifikasi, dan tim mengajukan perubahan yang
telah disetujui bersama

Langkah 5:Memetakan proses `yang seharusnya` dan penerapannya

Saat peningkatan mutu dan perubahan telah diidentifikasi dan disepakati oleh kelompok
maka dibuatlah peta untuk mendefinisikan proses yang ‘seharusnya’. Suatu pilot project
diluncurkan pada satu ruang operasi. Anggota tim yang telah ditetapkan bertanggung jawab
untuk mendokumentasikan waktu untuk masing-masing proses setiap peralihan. Pengarahan
tim dilakukan setiap hari setalah peralihan kedua untuk membahas apa yang sudah berjalan

10
dengan benar dan apa yang masih salah selama peralihan, serta tantangan apa yang dihadapi
tim. Siklus plan-do-study-act (PDSA) yang dilakukan berulang-ulang memberi pencerahan
bagi proses tunggal yang membutuhkan sejumlah penyesuaian.

Perubahan-perubahan yang dipandu oleh peta proses

Pada akhir hari pertama, waktu peralihan telah berkurang hingga 50%, dalam upaya
menyesuaikan dengan standar nasional yang dapat diterima. Tim dengan segera menyadari
alasan utama dilakukannya perubahan adalah peningkatan komunikasi antara tim dan rasa
memiliki individu terhadap langkah-langkah yang diambil oleh setiap anggota tim pada aliran
proses. Sebagai upaya untuk mempertahankan perubahan, maka factor-faktor yang cenderung
mengembalikan pada proses yang lama ( yaitu staf yang melewatkan periode percobaan awal
dan terus menggunakan metode lama) diidentifikasi menggunakan diagram tulang ikan.
Model untuk peningkatan mutu digunakan untuk menguji ide-ide perubahan untuk
meredakan dampak dari factor-faktor tersebut. Suatu diagram deret angka untuk waktu
peralihan saat ini masih di pajang diruang operasi untuk memastikan waktu peralihan tetap
berada pada waktu yang dianggap masuk akalmoleh para anggota tim.

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Indicator mutu pelayanan keperawatan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu
institusi rumah sakit, karena mutu pelayanan merupakan penilaian bagi masyarakat terhadap
suatu rumah sakit. Indicator mutu ini merupakan citra dari suatu rumah sakit.

12
DAFTAR PUSTAKA

13
Lampiran 2. Lembar Penilaian makalah dan presentasi kelompok (dilampirkan
dalam makalah)

FORMAT PENILAIAN MAKALAH:

No Aspek yang Bobot Nilai Kriteriapenilaian


dinilai Maks
1 Pendahuluan 2% 2 Menjelaskan topik, tujuan, dan deskripsi
singkatmakalah

Supervisial, Sangat
tidakspesifik spesifik
dan relevan
2 Laporan 5% 5 Laporan lugas dan ringkas serta lengkap
analisis
masalah
Intervensi 16% 16 Penjelasan teori konsep dasar keperawatan
keperawatan /fisiologi/patofisiologi terkait
yang Analisis peran perawat dalam intervensi
diusulkan serta kaitan intervensi dengan proses
keperawatan
Pengalaman atau realita di klinik dan gap
Literature review
Ide logis dan ringkas
Menunjukkan kemampuan analisis
Argument logis dan rasional
Analisa kritis rencana aplikasi ide atau hasil
pembahasan
Literatur yang digunakan terkini dan
berkualitas serta extensive
Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan menuliskan
refleksi atas kritik jurnal
Penguranga -7.5% -7.5 Nilai akan mendapatkan pengurangan jika
nilai kriteria berikut tidak terpenuhi:
Jumlah halaman< 10 atau lebih dari 20
halaman (batas toleransi 5%)
Tidak mengikuti aturan penulisan referensi
dengan benar
Penulisan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, termasuk tanda baca.

NILAI MAKSIMAL 25

Komentar Fasilitator:
..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................
..............................................

14
Presentasi Kelompok (5%)

No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE


1 Kemampua nmengemukakan intisari makalah 1
2 Kemampuan menggunakan media & IT 1
3 Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok 1
4 Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 2
TOTAL NILAI MAKSIMUM 5

Soft skill yang dinilai selama diskusi: team work, berpikir kritis, komunikasi
Komentar Fasilitator:
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
....................................................
Penilaian mahasiswa lain: (nilai maksimum 10)
POINT
NO. ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE
PENILAIAN
Aktifbertanya 10%
Aktif memberikan ide/pendapat 10%
Selama proses Inovatif dan kreatif dalam
1 diskusi memberikan pendapat.
(50%) Kemampuan analitik dalam 30%
mengajukan pertanyaan dan
memberikan solusi
Ringkas dan padat 20%
Resume
3 Isi resume 20 %
(50%)
Simpulan & saran 10%
TOTAL NILAI MAKSIMUM 10

15

Anda mungkin juga menyukai