KELAS D
NIM : 170710101284
No. Presensi : 60
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
Suatu perjanjian berakhir apabila tujuan dari perjanjian tersebut telah tercapai.
Tujuan suatu perjanjian tercapai apabila telah dilakukan pemenuhan hak dan kewajiban
pihak-pihak yang bersangkutan.1 Berakhirnya (hapus) suatu perikatan, telah diatur
dalam BAB IV BUKU III KUHPerdata, yakni pada Pasal 1381. Pasal tersebut
menegaskan bahwa suatu perikatan dalam kontrak yang timbul dari persetujuan atau
undang – undang, dapat berakhir (hapus), karena beberapa hal, yakni: 2
1. Pembayaran;
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;
3. Pembaruan utang;
4. Perjumpaan utang atau kompensasi;
5. Percampuran utang;
6. Pembebasan utang;
7. Musnahnya barang yang terutang;
8. Kebatalan atau pembatalan;
9. Berlakunya suatu syarat pembatalan (yang diatur dalam BAB I KUHPerdata);
10. Lewat waktu (yang diatur dalam BUKU IV, BAB VII KUHPerdata),
1
B, Erlina, ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM
PERJANJIAN SEWA MENYEWA ANTARA PEMILIK BANGUNAN DENGAN PT. INDOMARCO PRISMATAMA, Universitas
Bandar Lampung: Jurnal Ilmu Hukum, PRANATA HUKUM, Volume 12, 2 Juli 2017, hlm. 18
2
Hariri, Wawan Muhwan, 2011, HUKUM PERIKATAN DIlengkapi Hukum Perikatan dalam Islam, Bandung: Pustaka
Setia, hlm. 208.
3
Ibid., hlm. 217
1381 yang menentukan bahwa salah satu cara menghapuskan perjanjian ialah
dengan tindakan penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan konsinyasi.4
4
Muwahid, Penerapan Konsinyasi dalam Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Surabaya, hlm. 4.
5
Ibid.
6
Hariri, Wawan Muhwan, Op.cit., hlm. 217
7
Hariri, Wawan Muhwan, Loc.cit
yang dikeluarkan untuk untuk menyelenggarakan penawaran
pembayaran tunai dan penyimpanan, ditanggung oleh si berutang.
2. Kompensasi
8
Hariri, Wawan Muhwan, Op.cit., hlm. 218.
9
Santoso, Lukman, HUKUM PERIKATAN, 2017, Ponorogo: Kementrian Agama Republik Indonesia, Institut Agama
Islam Negeri Ponorogo, hlm. 88.
10
Ibid.
11
Ibid., hlm. 89.
12
Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Bagian 4 tentang KOMPENSAI ATAU PERJUMPAAN UTANG, Pasal 1427
penyerahannya tidak dibantah dan harganya dapat ditetapkan menurut catatan
harga atau keterangan lain yang biasa dipakai di Indonesia, dapat
diperjumpakan dengan sejumlah uang yang telah diselesaikan dan seketika
dapat ditagih.”
3. Percampuran Utang
a. Dengan jalan penerusan hak dengan alas hak umum. Misalnya: Seorang
kreditur meninggal dunia dan meninggalkan satu-satunya ahli waris yaitu
debitur. Ini berarti dengan meninggalnya kreditur maka kedudukan debitur
menjadi kreditur. Maka hutang-hutang debitur dibayarkan oleh ahli warisnya
dan menjadi lunas;
b. Dengan jalan penerusan hak di bawah alas hak khusus, misalnya pada
jual beli atau legaat.
13
Santoso, Lukman, Op.cit, hlm. 89
14
Hariri, Wawan Muhwan, Op.cit., hlm. 223 – 224.
15
Santoso, Lukman, Loc.cit.
Pasal 1436 KUHPerdata;16
“Bila kedudukan sebagai kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, maka
terjadilah demi hukum suatu percampuran utang dan oleh sebab itu piutang
dihapuskan.”
“Percampuran Utang yang terjadi pada debitur utama berlaku juga untuk
keuntungan para penanggung utangnya. Percampuran yang terjadi pada diri
penanggung utang, sekali-kali tidak mengakibat hapusnya utang pokok.
Percampuran yang terjadi pada diri salah satu dan pada debitur tanggung-
menanggung lain hingga melebihi bagiannya dalam utang tanggung-
menanggung.”
Percampuran utang yang terjadi pada debitur utama berlaku juga untuk
keuntungan penanggung utangnya (borg). Sebaliknya, percampuran hapusnya
utang pokok. Dengan demikian, percampuran utang dapat terjadi dengan jalan
penerusan hak dibawah alas hak khusus, misalnya dalam jual beli atau legaat.20
16
Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Bagian 5 tentang PERCAMPURAN UTANG, Pasal 1436
17
Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Bagian 5 tentang PERCAMPURAN UTANG, Pasal 1437
18
Borgtocht atau penanggungan utang, dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 1820;
“Penanggungan ialah suatu persetujuan di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikat diri untuk
memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya”.
19
Hariri, Wawan Muhwan, Op.cit., hlm. 225.
20
Ibid.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hariri, Wawan Muhwan, 2011, HUKUM PERIKATAN DIlengkapi Hukum Perikatan dalam Islam,
Bandung: Pustaka Setia.
Santoso, Lukman, HUKUM PERIKATAN, 2017, Ponorogo: Kementrian Agama Republik Indonesia,
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.
Jurnal
Muwahid, Penerapan Konsinyasi dalam Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Surabaya:
IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Peraturan Perundang-Undangan