Anda di halaman 1dari 7

HUKUM PERIKATAN

KELAS D

PEMBAYARAN PENAWARAN TUNAI KONSIGNASI DAN PEMBARUAN UTANG,


KOMPENSASI ATAU PERJUMPAAN UTANG, PERCAMPURAN UTANG

NAMA : YULIANATA LIALUBISMA

NIM : 170710101284

No. Presensi : 60

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN AJARAN 2018/2019


RESUME MATERI

Suatu perjanjian berakhir apabila tujuan dari perjanjian tersebut telah tercapai.
Tujuan suatu perjanjian tercapai apabila telah dilakukan pemenuhan hak dan kewajiban
pihak-pihak yang bersangkutan.1 Berakhirnya (hapus) suatu perikatan, telah diatur
dalam BAB IV BUKU III KUHPerdata, yakni pada Pasal 1381. Pasal tersebut
menegaskan bahwa suatu perikatan dalam kontrak yang timbul dari persetujuan atau
undang – undang, dapat berakhir (hapus), karena beberapa hal, yakni: 2

1. Pembayaran;
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;
3. Pembaruan utang;
4. Perjumpaan utang atau kompensasi;
5. Percampuran utang;
6. Pembebasan utang;
7. Musnahnya barang yang terutang;
8. Kebatalan atau pembatalan;
9. Berlakunya suatu syarat pembatalan (yang diatur dalam BAB I KUHPerdata);
10. Lewat waktu (yang diatur dalam BUKU IV, BAB VII KUHPerdata),

Fokus pembahasan berakhirnya (hapus), suatu perikatan dalam resume materi


ini, terbatas pada beberapa cara, yakni; pembayaran penawaran tunai konsignasi dan
pembaruan utang, perjumpaan utang atau kompensasi, percampuran utang (konfusio).
Adapun penjelasan dari beberapa cara diatas, adalah sebagai berikut.

1. Pembayaran Penawaran Tunai Konsignasi dan Pembaruan Utang

Pembayaran penawaran tunai konsignasi terjadi jika debitur telah


melakukan pembayaran dengan perantaraan notaris atau jurusita, kemudian
kreditur menolak penawaran tersebut, atas penolakan kreditur itu, kemudiann
debitur menitipkan pembayaran kepada Panitera Pengadilan Negeri untuk
disimpan, perikatan menjadi hapus (Pasal 1404 KUHPerdata).3

Undang-undang memberi kemungkinan bagi debitur melunasi hutang


perjanjian dengan jalan penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan
penitipan uang di pengadilan negeri. Dengan tindakan penawaran pembayaran
tunai yang diikuti dengan konsinyasi, debitur telah dibebaskan dari pembayaran
dengan mengakibatkan hapusnya perjanjian. Ini sesuai dengan ketentuan pasal

1
B, Erlina, ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM
PERJANJIAN SEWA MENYEWA ANTARA PEMILIK BANGUNAN DENGAN PT. INDOMARCO PRISMATAMA, Universitas
Bandar Lampung: Jurnal Ilmu Hukum, PRANATA HUKUM, Volume 12, 2 Juli 2017, hlm. 18
2
Hariri, Wawan Muhwan, 2011, HUKUM PERIKATAN DIlengkapi Hukum Perikatan dalam Islam, Bandung: Pustaka
Setia, hlm. 208.
3
Ibid., hlm. 217
1381 yang menentukan bahwa salah satu cara menghapuskan perjanjian ialah
dengan tindakan penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan konsinyasi.4

Penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penitipan hanya


mungkin dilakukan dalam perjanjian yang berbentuk pembayaran sejumlah
uang, atau perjanjian menyerahkan sesuatu benda bergerak, sehingga dalam
perjanjian yang obyek prestasinya melakukan atau tidak melakukan sesuatu,
maupun dalam levering benda tidak bergerak tidak mungkin konsinyai dapat
dilakukan.5 Supaya penawaran pembayaran itu sah, maka perlu dipenuhi
syarat-syarat berikut: 6

1. Dilakukan kepada kepada kreditur atau kuasanya;


2. Dilakukan oleh debitur yang berwenang membaya;.
3. Mengenai semua uang pokok, bunga, biaya yang telah ditetapkan;
4. Waktu yang telah ditetapkan telah tiba;
5. Syarat – sayarat utang telah terpenuhi;
6. Penawaran pembayaran dilakukan di tempat yang telah ditetapkan
atau di tempat yang telah disetujui; dan
7. Penawaran pembayaran dilakukan oleh notaris atau jurusita disertai
oleh dua orang saksi.

Apabila kreditur menolak pembayaran setelah debitur mengajukan


penawaran pembayaran, apabila uang untuk pembayaran dititipkan kepada
kuasa debitur dan telah memenuhi persyaratan-persyaratan diatas, debitur
bebas dari utangnya. Dengan demikian, mekanisme penawaran pembayaran
adalah;7

1. Barang atau uang yang akan dibayarkan ditawarkan secara resmi


oleh seorang notaris atau seorang jurusita pengadilan;
2. Notaris atau jurusita membuat perincian barang-barang atau uang
yang akan dibayarkan;
3. Notaris mendatangi tempat tinggal atau tempat pembayaran kreditur
sesuai perjanjian;
4. Pembayaran dilakukan oleh notaris berupa baarang atau uang;
5. Notaris atau jurusita sudah menyediakan suatu proses perbal atau
berita acara pembayaran akan ditulis dalam berita acara yang
dimaksudkan;
6. Debitur di muka Pengadilan Negeri mengajukan permohonan agar
pengadilan menegsahkan penaawaran pembayaran yang telah
dilakukan. Setelah penawaran pembayaran disahkan, barang atau
uang yang akan dibayarkan disimpan atau ditipkan kepada Panitera
Pengadilan Negeri. Dengan demikian, hapuslah utang piutang
tersebut. Barang atau uang tersebut, berada dalam simpanan
Kepaniteraan Pengadilan Negeri atas tanggungan (risiko) si
berpiutang. Si berutang sudah bebas dari utangnya. Segala biaya

4
Muwahid, Penerapan Konsinyasi dalam Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Surabaya: IAIN Sunan
Ampel Surabaya, hlm. 4.
5
Ibid.
6
Hariri, Wawan Muhwan, Op.cit., hlm. 217
7
Hariri, Wawan Muhwan, Loc.cit
yang dikeluarkan untuk untuk menyelenggarakan penawaran
pembayaran tunai dan penyimpanan, ditanggung oleh si berutang.

Sedangkan pembaruan utang (novasi), adalah suatu persetujuan yang


menyebabkan hapusnya suatu perikatan dan pada saat yang bersamaan timbul
perikatan lainnya yang ditempatkan sebagai pengganti perikatan semula.8
Unsur-unsur novasi ialah adanya perjanjian baru, adanya subjek yang baru,
adanya hak dan kewajiban sekaligus adanya prestasi.9

Ada tiga macam jalan untuk melaksanakan suatu novasi atau


pembaharuan utang yakni:10
a. Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru
guna orang yang mengutangkannya, yang menggantikan utang yang
lama yang dihapuskan karenanya. Novasi ini disebut dengan novasi
objektif.
b. Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang
berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya.
Novasi ini disebut dengan novasi subjektif pasif.
c. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru
ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si
berutang dibebaskan dari perikatannya. Novasi ini disebut dengan
novasi subjektif aktif.

2. Kompensasi

Kompensasi atau perjumpaan utang ialah penghapusan masing-


masing hutang dengan jalan saling memperhitungkan utang yang sudah dapat
ditagih antara kreditur dan debitur.11 Untuk terjadinya kompensasi diperlukan
persyaratan-persyaratan tertentu, sebagai-mana diatur dalam Pasal 1427
KUHPerdata:
1. Ada dua orang yang secara timbal balik merupakan debitur;
2. Objeknya sejumlah uang atau barang yang sejenis yang dapat
dipakai habis;
3. Hutang-hutangnya dapat ditagih seketika;
4. Hutangnya dapat ditetapkan jumlahnya.

Berikut bunyi pasal 1427 KUHPerdata;12

“Perjumpaan hanya terjadi antara dua utang yang dua-duanya berpokok


sejumlah utang, atau sejumlah utang, atau sejumlah barang-barang yang dapat
dihabiskandan jenis yang sama, dan yang dua-duanya dapat diselesaikan dan
ditagih seketika. Bahan makanan, gandum dan hasil-hasil pertanian yang

8
Hariri, Wawan Muhwan, Op.cit., hlm. 218.
9
Santoso, Lukman, HUKUM PERIKATAN, 2017, Ponorogo: Kementrian Agama Republik Indonesia, Institut Agama
Islam Negeri Ponorogo, hlm. 88.
10
Ibid.
11
Ibid., hlm. 89.
12
Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Bagian 4 tentang KOMPENSAI ATAU PERJUMPAAN UTANG, Pasal 1427
penyerahannya tidak dibantah dan harganya dapat ditetapkan menurut catatan
harga atau keterangan lain yang biasa dipakai di Indonesia, dapat
diperjumpakan dengan sejumlah uang yang telah diselesaikan dan seketika
dapat ditagih.”

Berikut contoh tindakan Kompensasi atau Perjumpaan Utang:13

A berhutang kepada B sebesar Rp. 10.000,00 dan B mempunyai hutang kepada


A sebesar Rp. 5.000,00, sehingga terjadi kompensasi antara mereka yang
menyebabkan A hanya membayar hutang kepada B Rp. 5.000,00.

Pengahapusan utang melalui kompensasi banyak dilakukan dalam


masyarakat kita, baik yang menggunakan adat maupun peraturan hukum yang
berlaku. Kompensasi tidak dapat dilakukan apabila sebelumnya tidak terjadi
kesepakatan para pihak. Oleh karena itu, apabila kreditur dengan seketika
merampas harta debitur karena merasa bahwa debitur tidak akan membayar
utangnya dengan uang, tindakan kreditur dipandang telah main hakim sendiri
dan dapat dikategorikan sebagai tindakan pidana perampasan atau perampokan
harta orang lain.14

3. Percampuran Utang

Percampuran utang atau Konfusio adalah percampuran kedudukan


sebagai orang yang berutang dengan berkedudukan sebagai kreditur menjadi
satu. Terdapat dua cara terjadinya konfusio, yaitu:15

a. Dengan jalan penerusan hak dengan alas hak umum. Misalnya: Seorang
kreditur meninggal dunia dan meninggalkan satu-satunya ahli waris yaitu
debitur. Ini berarti dengan meninggalnya kreditur maka kedudukan debitur
menjadi kreditur. Maka hutang-hutang debitur dibayarkan oleh ahli warisnya
dan menjadi lunas;

b. Dengan jalan penerusan hak di bawah alas hak khusus, misalnya pada
jual beli atau legaat.

Pada umumnya percampuran utang terjadi pada bentuk-bentuk debitur menjadi


ahli waris dari kreditur.

Percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 KUHPerdata sampai


dengan Pasal 1437 KUHPerdata. Adapun bunyi pasalnya adalah sebagai
berikut.

13
Santoso, Lukman, Op.cit, hlm. 89
14
Hariri, Wawan Muhwan, Op.cit., hlm. 223 – 224.
15
Santoso, Lukman, Loc.cit.
Pasal 1436 KUHPerdata;16

“Bila kedudukan sebagai kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang, maka
terjadilah demi hukum suatu percampuran utang dan oleh sebab itu piutang
dihapuskan.”

Pasal 1437 KUHPerdata;17

“Percampuran Utang yang terjadi pada debitur utama berlaku juga untuk
keuntungan para penanggung utangnya. Percampuran yang terjadi pada diri
penanggung utang, sekali-kali tidak mengakibat hapusnya utang pokok.

Percampuran yang terjadi pada diri salah satu dan pada debitur tanggung-
menanggung lain hingga melebihi bagiannya dalam utang tanggung-
menanggung.”

Percampuran utang dapat terjadi karena kedudukan kreditur dan debitur


dalam diri satu orang. Misalnya, kreditur meninggal dan debiturnya merupakan
satu-satunya ahli waris. Akibat dari percampuran utang, perikatan menjadi
hapus, dan hapusnya perikatan menghapuskan pula borgtocht. Hapusnya
borgtocht18 dengan pencampuran utang tidak mengahpuskan utang pokok.
Hapusnya utang tersebut dengan jalan penerusan hak dengan alas hak umum.
Jadi, apabila seorang kreditur meninggal dunia dan ahli warisnya adalah debitur,
secara otomatis utang debitur hapus karena ia telah menjadi kreditur.19

Percampuran utang yang terjadi pada debitur utama berlaku juga untuk
keuntungan penanggung utangnya (borg). Sebaliknya, percampuran hapusnya
utang pokok. Dengan demikian, percampuran utang dapat terjadi dengan jalan
penerusan hak dibawah alas hak khusus, misalnya dalam jual beli atau legaat.20

16
Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Bagian 5 tentang PERCAMPURAN UTANG, Pasal 1436
17
Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, Bagian 5 tentang PERCAMPURAN UTANG, Pasal 1437
18
Borgtocht atau penanggungan utang, dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 1820;
“Penanggungan ialah suatu persetujuan di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikat diri untuk
memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya”.
19
Hariri, Wawan Muhwan, Op.cit., hlm. 225.
20
Ibid.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Hariri, Wawan Muhwan, 2011, HUKUM PERIKATAN DIlengkapi Hukum Perikatan dalam Islam,
Bandung: Pustaka Setia.

Santoso, Lukman, HUKUM PERIKATAN, 2017, Ponorogo: Kementrian Agama Republik Indonesia,
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo.

Jurnal

B, Erlina, ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN


WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA ANTARA PEMILIK BANGUNAN DENGAN PT.
INDOMARCO PRISMATAMA, Universitas Bandar Lampung: Jurnal Ilmu Hukum, PRANATA HUKUM,
Volume 12, 2 Juli 2017.

Muwahid, Penerapan Konsinyasi dalam Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum, Surabaya:
IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang- Undang Hukum Perdata

Anda mungkin juga menyukai