Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang merupakan salah
satu organisasi otonom (ortom) dari Muhammadiyah, organisasi ini merupakan wadah bagi mahasiswa yang memiliki tujuan membentuk akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah, menilik lebih dalam lagi tujuan Muhammadiyah adalah “Menegakkan dan Menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujud Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. Dari tujuan Muhammadiyah tersebut lahirlah trilogi IMM sebagai ruang lingkup gerakan yang berupa keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan. Dalam bidang keagamaan, kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM, sedangkan fungsi dari kepribadian Muhammadiyah sendiri adalah untuk menjadi landasan dan pedoman bagi para aktivis/kader Muhammadiyah dalam menjalankan roda organisasi sehingga tidak terombang-ambing oleh pengaruh luar dan tetap istiqomah pada tujuan Muhammadiyah. Dalam bidang kemahasiswaan sudah tentu IMM adalah organisasi mahasiswa islam yang memiliki fungsi sebagai eksponen stabilitator dan dinamisator bagi mahasiswa, stabilitator yang dimaksud adalah IMM mewadahi mahasiswa agar tetap teguh dan kokoh terhadap idealismenya sebagai wakil dari masyarakat yang hendak membawa perubahan, sedangkan dinamisator adalah IMM sebagai ortom Muhammadiyah yang memiliki kepribadian berkemajuan dan perubahan (tajdid) sudah seharusnya para kader penuh semangat menjalankan tujuan organisasi beserta kaderisasinya dan mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan zaman. Dalam bidang kemasyarakatan, IMM memandang Ilmu sebagai Amaliyah IMM dan Amal sebagai Ilmiyah IMM, artinya setiap Ilmu yang dimiliki harus diamalkan dalam bermasyarakat, namun amal tersebut memiliki feedback berupa Ilmu yang didapatkan dari masyarakat. Dari trilogi diatas terbentuklah trikoda IMM sebagai kewajiban skill yang harus dimiliki kader, yaitu religiusitas, intelektualitas, dan humanitas. Sudah tentu trikoda tidak bisa dibentuk secara instan, harus ada fasilitator yang bisa mendampingi kader dari awal untuk berproses di dalam ikatan. Fasilitator dalam IMM disebut instruktur, instruktur merupakan Korps (sekelompok orang) yang dibentuk oleh BPH Komisariat, yang bersama-sama menjalankan tugas keinstrukturan dan masing-masing bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tertentu dari materi perkaderan, yang dimana menurut spesifikasinya tersebut ia mengarahkan kepada tujuan yang diharapkan pada Sistem Perkaderan Ikatan. Nilai filosofis dari Sitem Perkaderan IMM yaitu ketika Rasulullah mempunyai sahabat yang bernama Arqam Ibn Abil Arqam, di rumah Arqam ini Perkaderan dilakukan oleh Rasulullah hingga melahirkan generasi awal Islam seperti Abu Bakar, Ali Ibnu Thalib, Siti Khadijah dan yang lainnya, kemudian rumah Arqam ini dinamakan Darul Arqam. Perkaderan merupakan suatu hal yang wajib dilakukan bagi suatu organisasi, terlebih IMM sebagai organisasi mahasiswa islam yang merupakan ortom dari Muhammadiyah dan dituntut untuk melanjutkan estafet perjuangan secara militan dan progresif. Dalam Perkaderan IMM secara formal dimulai dari Darul Arqam Dasar (DAD), tujuan dari adanya DAD adalah sebagai gerbang utama masuk IMM dan memberi makna filosofis tentang Al-Islam, Ke-Muhammadiyahan, dan Trilogi yang terkandung dalam IMM. Pada sebuah DAD perlu adanya seorang instruktur yang bekerja sebagai pemandu dan pemegang kendali orientasi materi dan kualitas acara perkaderan sebagai proses melahirkan kader militan dan progresif. Instruktur juga harus memiliki fungsi pembinaan serta figuritas bagi para kader, pembinaan artinya instruktur sebagai pendidik yang membantu kader agar terus berproses mulai dari awal perkaderan maupun pendampingan pasca perkaderan dan figuritas berarti instruktur sebagai figur profil kader IMM yang berakhlak mulia dan berilmu. Dari segi struktural pimpinan IMM, Instruktur berstatus sebagai LSO (Lembaga Semi Otonom) dibawah bidang kader yang menangani perkaderan. Prinsip kerja dari Instruktur adalah Intelejen, Responsif, Dewasa, dan Kolektif Pada kegiatan perkaderan, tim Instruktur terbagi menjadi 4 bagian yaitu Master Of Training (MOT), Imam Training, Observer, dan Anggota Tim Instruktur. Tugas dari MOT adalah memimpin secara umum dan bertanggung jawab atas pelaksanaan keinstrukturan, jika diperlukan dapat mengangkat wakil MOT, tugas dari Imam Training yaitu memandu keinstrukturan dalam aspek menjalankan syariat agama islam, tugas Observer yaitu sebagai evaluator perkembangan peserta secara personal dan kolektif sesuai dengan targetnya, sedangkan tugas dari Anggota Tim Intruktur yaitu menjalankan tugas keinstrukturan dan masing-masing bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tertentu pada materi perkaderan. Seorang instruktur harus memiliki marwah dalam kegiatan perkaderan, seperti halnya seorang instruktur harus berlagak egois dan sok sehingga kesannya terlihat memiliki sedikit waktu dan wawasan, selain itu seorang instruktur harus bisa memotong pembicaraan peserta dan bertengkar dengan peserta pada waktu tertentu. Walaupun seorang instruktur berlagak seperti itu, namun seorang instruktur harus memiliki pemahaman kompetensi personal maupun sosial, serta profesional dan menguasai pengetahuan maupun bidang intelektual tertentu, meskipun realitanya seorang instruktur sedikit lupa pemahaman kewajiban yang disampaikan pada saat Latihan Instruktur. Instruktur IMM harus berkarakter dan militan. Militansi instruktur IMM yakni ketangguhan ber-IMM yang dibangun di atas basis nilai-nilai dasar gerakan seperti memiiki komitmen tinggi pada tujuan IMM dan rela berkorban untuk perjuangan IMM. Marwah seorang instruktur akan terbangun dan terlihat ketika seorang instruktur mampu memanifestasikan kriteria serta sikap yang telah disebutkan diatas, selain itu seorang instruktur harus selalu tidak kenal lelah menyampaikan ayat perkaderan kepada dampingan atau kader dibawahnya atau bahkan teman satu angkatan, karena telah banyak ayat perkaderan yang bisa dijadikan pedoman dalam pentingnya perkaderan seperti Ali-Imron ayat 104 dan 110, An-Nisa ayat 9, Al-Ahzaab ayat 21 dan ayat perkaderan yang lainnya. Untuk Al-Ahzaab ayat 21 dijelaskan bahwasanya Rasulullah merupakan suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan selalu mengingat Allah akan kedatangan hari kiamat, hal ini jika direlasikan dengan perkaderan yaitu seorang kader yang berjuang dalam Ikatan harus benar- benar mengharap ridho dan rahmat Allah untuk berjuang sekuat tenaga dalam mewujudkan cita- cita luhur dari organisasi, tidak berharap mendapat gaji ataupun mencari keuntungan pribadi yang lainnya dan menjadikan Rasulullah sebagai teladan dalam berjuang dan selalu mengingat hari akhir agar selalu memiliki kualitas yang baik dalam mendapat dan mengamalkan 3I yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Ketegasan dan Keuletan seorang instruktur akan menghasilkan marwah, marwah yang tinggi akan menghasilkan kader berkualitas, kader yang berkualitas menggerakkan ikatan secara dinamis dan progresif. Maka dari itu perlu adanya sebuah pengembalian atau reaktualisasi fungsi pada Instruktur untuk menjadi pilar penggerak Ikatan. Billahi fii sabililhaq Fastabiqul Khairat.