Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL

Penerapan Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan


Pemecahan Masalah pada Materi Sistem Persamaan Linear Tiga
Variabel di Kelas X SMA N 1 Modoinding

Oleh
Syelin S. Lolowang
15 504 107

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................ 3
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 6
A. Kajian Teori ............................................................................................ 6
B. Kerangka Berpikir .................................................................................. 14
C. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 16
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 16
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 16
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 16
D. Variabel Penelitian.................................................................................. 17
E. Desain Penelitian .................................................................................... 17
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 18
G. Instrumen Penelitian ............................................................................... 18
H. Prosedur Penelitian ................................................................................. 18
I. Teknik Analisis Data .............................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang mampu

mengahadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga merupakan

usaha sadar dan terencana secara sistematis dan kreatif dimana peserta didik

mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian diri, dan ketrampilan agar

mampu menyelesaikan masalah yang di hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang dikenal, dipelajari

dan yang mendasari perkembangan teknologi serta berperan penting dalam

memajukan daya pikir manusia. Matematika tidak hanya sekedar mengetahui hal-

hal yang berhubungan dengan perhitungan tapi juga memakai logika untuk

mencari pola sehingga persoalan dapat diselesaikan dengan cepat. Disamping itu,

matematika juga berguna bagi perkembangan kepribadian seperti pribadi yang

memiliki sikap kritis dan berpikir logis.

Meskipun matematika berguna, masih banyak siswa yang tidak termotivasi

untuk mempelajarinya, ada yang tidak menyukai bahkan takut terhadap

matematika. Kemungkinan ini disebabkan oleh karakteristik matematika yang

bersifat abstrak serta banyak menggunakan simbol-simbol, sehingga mereka

mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Hal ini berdampak pada hasil belajar

yang belum memuaskan.

Permasalahan yang banyak dihadapi dalam matematika biasanya dalam

bentuk soal cerita. Soal cerita berbeda dengan soal biasa lainnya, karena dalam
soal cerita siswa harus benar-benar memahami setiap kalimat yang ada dalam soal,

kemudian dibuat model matematika sebelum menjawab soal tersebut. Siswa

diharapkan menyelesaikan soal cerita melalui tahap demi tahap sehingga dapat

dilihat alur berpikirnya. Oleh sebab itu, soal cerita lebih sulit dipecahkan dari pada

soal yang sudah berbentuk bilangan matematika.

Pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Modoinding tidak terlepas dari

kenyataan yang disebutkan diatas khususnya dalam memahami soal-soal

pemecahan masalah. Berdasarkan hasil wawancara di SMA Negeri 1 Modoinding,

siswa masih kesulitan memahami serta menerjemahkan soal cerita khususnya

materi Sistem Persamaan Linear Tiga Variable (SPLTV) ke dalam model

matematika.

Banyak faktor yang mempengaruhi capaian hasil belajar. Faktor-faktor

tersebut berupa faktor dari dalam diri siswa seperti penguasaan konsep dasar,

motivasi, minat dan faktor dari luar seperti lingkungan, model dan strategi

pembelajaran, serta sumber belajar. Tanpa mengabaikan faktor-faktor lain,

ternyata peran guru dalam proses pembelajaran cukup dominan dalam

menentukan capaian hasil belajar.

Menurut Eggen (dalam Eggen,Kauchan: 2012) proses pembelajaran di kelas

banyak pengaruhnya terhadap capaian hasil belajar, seperti peran guru dalam

proses pembelajaran. Pembelajaran yang bersifat “ Student center ” diyakini lebih

efktif dari pada yang bersifat “ Teacher center “ untuk membelajarkan siswa.

Dalam pengamatan penulis yang dilakukan di SMA Negeri 1 Modoinding, terlihat


guru masih menggunakan metode ceramah dengan tanya jawab. Dengan kata lain

guru bersifat dominan sedangkan siswa bersifat pasif dalam proses pembelajaran.

Perkembangan kurikulum saat ini mengharuskan guru matematika memilih

model yang tepat untuk mengajar matematika. Salah satu model yag sesuai dalam

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada materi SPLTV adalah

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau

pembelajaran berbasis masalah. Menurut Tan (dalam Rusman: 2010) PBL

merupakan model pembelajaran yang mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa

melalui kerja kelompok sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan

pemecahan masalahnya. Penggunaan model pembelajaran ini diduga dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami masalah serta menyelesaikan

masalah. Model pembelajaran ini mampu membuat siswa untuk lebih kreatif dan

kritis dalam menyelesaikan suatu masalah matematika. Oleh karena itu, peneliti

melakukan penelitian ini dengan judul : Penerapan Model Problem Based

Learning (PBL) Tehadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi

Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV) di Kelas X SMA N 1

Modoinding.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya motivasi siswa untuk mempelajari matematika.


2. Rendahnya penguasaan konsep dasar matematika siswa dalam

menyelesaikan soal matematika.

3. Model pembelajaran yang masih kurang tepat dalam mengembangkan

kemampuan pemecahan masalah.

4. Model pembelajaran Problem Based Learning belum dilaksanakan.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada penerapan model pembelajaran

PBL dan dampaknya terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pada

materi SPLTV.

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini didasarkan pada batasan

masalah diatas adalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh penggunaan

model pembelajaran PBL terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah

pada materi SPLTV ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran PBL

terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pada materi SPLTV.


F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian ini adalah :

a) Bagi siswa

Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa dan

meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada materi SPLTV

b) Bagi Guru

Sebagai bahan masukan untuk memperbaiki cara mengajar guru dalam

proses belajar mengajar di dalam kelas sehingga siswa dapat

memperlajari materi yang sajikan.

c) Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi

semua kalangan demi menambah dan memperluas pengetahuan serta

pengalaman dalam penulisan karya ilmiah. Selain itu dapat menjadi

acuan bagi peneliti akan memasuki dunia pendidikan sebagai pengajar.

Serta digunakan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Manado.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah adalah bagian yang tidak dapat

dipisahkan oleh siswa terutama proses perkembangan siswa. Menurut Siswono

(dalam Asizah:2014) pemecahan masalah adalah suatu proses atau upaya individu

untuk merespon atau mengatasi halangan ketika suatu jawaban belum tampak

jelas. Sedangkan menurut Polya (dalam Tambunan:2014) pemecahan masalah

sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan mencapai suatu tujuan

yang tidak segera dicapai.

Meurut Dewanti (dalam Ratnasari:2014), kemampuan pemecahan masalah

merupaka keterampilan yang diperoleh siswa dari belajar matematika, sehingga

latihan merupakan hal yang penting agar siswa semakin terampil. Semakin siswa

berpengalaman dalam memecahkan berbagai masalah, semakin baik pula

kemampuan pemcecaha masalahnya. Sedangkan menurut God dan Silay (dalam

Maulidi,dkk:2014) kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan siswa

menggunakan informasi yang ada untuk menentukan apa yang harus dikerjakan

dalam suatu keadaan tertentu.

Suhendra dkk (dalam Wijayanti:2014) menyatakan kemampuan dalam

pemecahan masalah adalah sebuah kemampuan tertentu dalam memecahkan

masalah (hal-hal yang tidak rutin) dengan cara-cara yang rasional. Sedangkan

menurut Utan (dalam Wijayanti:2014), kemampuan pemecahan masalah


merupakan suatu jenis kemampuan yang didalamnya meliputi beberapa

kemampuan, yakni :

1) Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah.

2) Membuat model matematika dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan

menyelesaikannya.

3) Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika

atau diluar matematika.

4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta

memeriksa kebenaran hasil atau jawaban.

5) Menerapkan matematika secara bermakna.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan

pemecahan masalah adalah suatu ketrampilan dalam menyelesaikan masalah

dengan proses dan cara yang rasional, dan juga merupakan metode penemuan

solusi melalui tahap-tahap pemecahan masalah. Bisa juga dikatakan bahwa

pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan.

Soal matematika yang menuntut kemampuan pemecahan masalah biasanya

disajikan dalam bentuk soal cerita. Raharjo dan Astuti (Wijaya dan

Masriyah:2012) mengatakan bahwa soal cerita yang terdapat dalam matematika

merupakan persoalan-persoalan yang terkait dengan permasalahan-permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dicari penyelasaiannya dengan

menggunakan kalimat matematika. Kalimat matematika yang dimaksud dalam

pernyataan tersebut adalah kalimat yang memuat operasi-operasi hitung bilangan.


Sedangkan menurut Atim (2008), soal cerita merupakan permasalahan yang

diyatakan dalam bentuk kalimat bermakna dan mudah dipahami.

Selanjutnya, Haji (dalam Wibowo,dkk:2011) mengemukakan bahwa soal

yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam bidang studi

matematika dapat berbentuk soal cerita. Soal cerita merupakan modifikasi dari

soal-soal hitungan yang berkaitan dengan kenyataan yang ada di lingkungan siswa.

Menurut Abidin (dalam Wibowo,dkk:2011), soal cerita adalah soal yang

disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan

masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Bobot masalah yang

diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin besar

bobot masalah yang diungkapkan, memungkinkan panjang cerita yang disajikan.

Berdasarkan pengertiajn diatas, maka dapat disimpulkan bahwa soal cerita

merupakan modifikasi sari soal hitungan yang dinyatakn dalam bentuk kalimat

yang persoalannya terjkait kehidupan dan pengalaman sehari-hari, juga berfungsi

untuk melihat kesulitan yang dialami siswa.

2. Model pembelajaran Problem Based Learning

Duck (dalam Karunia dan Mokhammad:2015) mengemukakan, bahwa PBL

merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana

belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia

nyata.

Problem Based Learning, bersandar pada teori belajar kognitif-

konstruktivistik. Vygotsky menekankan perhatiannya pada hakikat sosial dari


pembelajaran. Dalam belajar, siswa akan lebih mudah menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka berbicara dengan teman lain

mengenai problemnya. Tidak satupun dapat memecahkan masalah sendiri. Kerja

kelompok membantu siswa pada suatu pemecahan masalah, pengalaman

mendegarkan ide orang lain, mencoba dan selanjutnya menerima balikkan untuk

pemecahan masalah.

Prinsip-prinsip dalam Problem Based Learning mengacu kepada

arateristiknya. Berdasarkan beberapa pendapat-pendapat tentang karakteristik

Problem Based Learning dapat diketahui bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah

memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) belajar aktif secara self-directed

learning; (2) belajar secara integrated; (3) belajar secara keseluruhan; (4) belajar

untuk memahami; (5) belajar untuk memecahkan masalah; (6) belajar berdasar

masalah; (7) peran guru sebagai fasilitator; dan (8) penilaian berdasarkan solusi

yang ditawarkan untuk penyelesaian masalah.

Belajar aktif secara self-directed learning memiliki arti bahwa siswa

melakukan kegiatan belajar secara aktif baik fisik maupun intelektualnya. Siswa

aktif mencari, menemukan, dan mengkontruksi pengetahuan, serta menggunakan

pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan masalah. Kondisi inilah yang

menjadikan kegiatan belajar harus dilaksanakan secara terintegrasi (integrated)

dan menyeluruh

Tujuan penggunan metode Problem Based Learning adalah (1) menjadikan

siswa aktif dalam belajar; (2) meningkatkan kemampuan dalam mengkonstruksi

pengetahuan: (3) menghindari miskonsepsi; (4) meningkatkan


kemampuan/ketrampilan pemecahan masalah; (5) membiasakan untuk

menerapkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dimiliki untuk

memecahkan masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari; (6) mengambangkan

empati; dan (7) meningkatkan ketrampilan intelektual, sosial dan personal siswa,

misalnya membaca, mendengar pendapat orang lain, bertanya, menjelaskan,

memilih, merumuskan, mengkaji, merancang, memecahkan masalah, menyepakati,

membagi tugas, beragumentasi, bekerjasama, dan sebagainya.

Problem Based Learning memiliki kelebihan dalam hal: (1) menjadikan

pembelajaran berpusat pada siswa; (2) mendorong siswa untuk mengembangkan

diri secara holistik/menyeluruh yaitu melatih kemandirian, kemampuan bekerja

kelompok, dan menanggapi tantangan dalam menyelesaikan suatu permasalahan;

(3) meningkatkan kemampuan komunikasi; (4) mengembangkan kemampuan

berinteraksi sosial; (5) mendorong siswa untuk mendapatkan pengetahuan lebih

dalam pemecahan masalah; dan (7) meningkatkan semangat dan motivasi siswa

untuk belajar. Kelebihan model pembelajaran PBL. Sedangkan kekurangan PBL

adalah (1) bagi siswa yang malas tujuan dari model pembelajaran PBL tidak akan

dapat dicapai; (2) model pembelajaran ini membutuhkan penalaran berpikir

tingkat tinggi sehingga siswa yang tidak suka bernalar akan sulit mengimbangi.

Berdasarkan pada beberapa pendapat tentang Pembelajaran Berbasis

Masalah disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah kegiatan

pembelajaran yang memfokuskan pada identifikasi serta pemecahan masalah

nyata, praktis, kontekstual, berbentuk masalah yang open ended yang ada dalam

kehidupan siswa sebagai titik sentral kajian untuk dipecahkan melalui prosedur
ilmiah dalam pembelajaran, yang kegiatannya biasanya dilaksanakan secara

berkelompok.

Masalah yang dimaksudkan di sini adalah masalah-masalah yang ada dan

dialami oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya, sesuai dengan substansi

kompetensi dasar mata pelajaran masing-masing, misalnya masalah kenakalan

remaja, pelanggaran disiplin, kepatuhan terhadap tata tertib, penyalahgunaan

narkoba, pelanggaran norma, kemiskinan, perilaku sehat, komunikasi dengan

sesama, mengekspresikan seni dan hobi, dan sebagainya.

Pembelajaran Berbasis Masalah menuntut siswa menggunakan pengetahuan

yang dimilikinya untuk diimplementasikan, dipergunakan dalam menyelesaikan

berbagai masalah dalam kehidupan sehari-harinya, mencari pengetahuan untuk

menyelesaikan masalah seta mengembangkan sikap dan ketrampilan intelektual

untuk beerja sama, berbagi, peduli, rasa ingin tahu, dan saling menghargai

sesamanya.

Tabel 1. Sintaks Model Problem Based Learning

Langkah Deskripsi
Langkah 1  Guru menyajikan fenomena yang mengandung
Klarifikasi masalah yang sesuai dengan kompetensi dasar atau
Permasalahan indikator. Bentuknya bisa berupa gambar, teks, video,
vignetts, fenomena riil, dan sebagainya.
 Siswa melakukan identifikasi terhadap fenomena yang
ditampilkan guru untuk menemukan masalah dari
fenomena yang ditampilkan.
 Siswa melakukan klarifikasi terhadap masalah yang
ditemukan

Langkah 2  Siswa mengidentifikasi masalah dan melakukan


Brainstorming brainstorming dengan fasilitas guru.
 Guru memfasilitasi siswa untuk mengklarifikasi fakta,
konsep, prosedur dan kaidah dari masalah yang
ditemukan.
 Siswa melakukan brainstorming dengan cara sharing
information, klarifikasi informasi dan data tentang
masalah yang ada, melakukan peer learning dan
bekerja sama (working together).
 Siswa mendapatkan deskripsi dari masalah, apa saja
yang perlu dipelajari untuk menyelesaikan masalah,
deskripsi konsep yang sudah dan belum diketahui,
menemukan penyebab masalah dan menyusun rencana
untuk menyelesaikan masalah.
 Siswa mengembangkan alternatif penyelesaian
masalah.
 Siswa menyusun dan mengembangkan action plan
untuk penyelesaian masalah.

Langkah 3  Siswa melakukan kegiatan pengumpulan data dan


Pengumpulan informasi terkait dengan penyelesaian masalah:
Informasi dan perpustakaan, web, dan berbagai sumber data yang
Data lain serta melakukan observasi.
 Siswa secara mandiri mengolah hasil pengumpulan
informasi/data untuk dipergunakan sebagai solusi
dalam menyelesaikan masalah.

Langkah 4  Siswa kembali melakukan brainstorming, klarifikasi


Berbagi informasi, konsep dan data terkait dengan
Informasi dan permasalahan yang ada dan menemukan solusinya,
Berdiskusi melakukan peer learning dan bekerja sama (working
untuk together).
Menemukan  Siswa merumuskan dan menetapkan solusi
Solusi (pemecahan masalah).
Penyelesaian  Siswa menyusun laporan hasil diskusi penyelesaian
Masalah masalah.
Langkah 5  Siswa mempresentasikan hasil brainsormingnya
Presentasi tentang solusi yang dikemukakan untuk penyelesaian
Hasil masalah.
Penyelesaian  Siswa mempresentasikan hasil kerjanya didepan kelas.
Masalah  Siswa melihat kembali, menganalisi, mengevaluasi
dan refleksi terhadap pemecahan masalah yang
ditawarkan beserta reasoningnya dalam diskusi kelas.
 Siswa melakukan perbaikan berdasarkan hasil diskusi.

Langkah 6  Siswa mengemukakan ulasan terhadap pembelajaran


Refleksi yang dilakukan.
 Guru dan siswa memberikan apresiasi atas partisipasi
semua pihak.
 Guru dan siswa melakukan refleksi atas kontribusi
setiap orang dalam proses pembelajaran.

3. Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel

Sistem persamaan linear tiga variabel ada suatu sistem persamaan linear

dengan tiga variabel.

Bentuk umum sistem persamaan linear dengan tiga variabel x, y dan z

adalah

𝑎1 𝑥 + 𝑏1 𝑦 + 𝑐1 𝑧 = 𝑑1
{𝑎2 𝑥 + 𝑏2 𝑦 + 𝑐2 𝑧 = 𝑑2
𝑎3 𝑥 + 𝑏3 𝑦 + 𝑐3 𝑧 = 𝑑3

Dengan 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 , 𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 , 𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 , 𝑑1 , 𝑑2 , 𝑑3 , 𝑥, 𝑦 dan 𝑧 ∈ 𝑅,dan 𝑎1 , 𝑏1 ,

dan 𝑐1 tidak sekaligus ketianya 0 dan 𝑎2 , 𝑏2 , dan 𝑐2 tidak sekaligus ketiganya 0,

dan 𝑎3 , 𝑏3 , dan 𝑐3 tidak sekaligus ketiganya 0.

𝑥, 𝑦 dan 𝑧 adalah variabel

𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 adalah koefisien variabel 𝑥.

𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 adalah koefisien variabel 𝑦,

𝑐1, 𝑐2 , 𝑐3 adalah koefisien variabel 𝑧.

𝑑1 , 𝑑2 , 𝑑3 adalah konstanta persamaan.

Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel (SPLTV) juga memiliki beberapa

ciri – ciri tersendiri, yaitu sebagai berikut :

a. Menggunakan relasi tanda sama dengan (=)

b. Memiliki tiga variabel

c. Ketiga variabel tersebut memiliki derajat satu (berpangkat satu)


Terdapat empat komponen dan unsur yang selalu berkaitan dengan sistem

persamaan linear tiga variabel (SPLTV), yaitu : suku, variabel, koefisien dan

konstanta.

Metode penyelesaian :

a. Metode substitusi.

b. Metode eliminasi

c. Metode gabungan (substitusi dan eliminasi

B. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit

dan dipahami oleh siswa. Motivasi serta minat siswa dalam belajar matematika

masih sangat kurang. Hal ini disebabkan model pembelajaran matematika yang

digunakan guru masih kurang tepat. Dalam pembelajaran matematika itu sendiri

penggunaan model pembelajaran adalah hal yang sangat menunjang kegiatan

pembelajaran sehingga dapat mengembangkan ketrampilan berpikir siswa.

Model pembelajaran yang selama ini digunakan masih bersifat terpusat pada

guru sehingga siswa kurang berpatisipasi dalam proses pembelajaran. Dalam

pembelajaran matematika partisipasi siswa sangat berpengaruh terhadap capaian

hasil belajar. Pembelajaran yang berpusat pada siswa membuat siswa lebih

berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga bisa mengembangkan

kemampuan berpikir siswa dalam penyelesaian masalah.

Model pembelajaran PBL adalah model pembelajaran yang bisa

menngembangkan kemampuan siswa untuk belajar, bekerja secara berkelompok


untuk mencari solusi dari permasalahan. Dengan menggunakan model ini siswa

akan lebih berkembang lagi dalam hal ketrampilan berpikir dalam memecahkan

masalah.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat diduga bahwa pembelajaran

matematika SPLTV akan mencapai hasil yang maksimal bila menggunakan model

pembelajaran PBL dalam proses pembelajaran itu sendiri.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir di atas, hipotesis

penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kemampuan siswa dalam pemecahan masalah di kelas X SMA N 1 Modoinding

yang diajar menggunakan model Problem Based Learning lebih baik dari

daripada menggunakan model pembelajaran konvensional dalam materi SPLTV.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan

masalah yang diajar menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih

tinggi dari pada menggunakan model pembelajaran konvesional pada materi

SPLTV. Untuk itu diperlukan data kemampuan pemecahan masalah siswa dari

perlakuan kedua model tersebut. Bentuk penelitian yang akan dilakukan dalam

penelitian ini adalah bentuk penelitian eksperimen dengan jenis eksperimen semu.

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Modoinding yang berlokasi di

Kecamatan Modoinding Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara.

Adapun mengenai pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun

ajaran 2019/2020.

C. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah data kemampuan pemecahan masalah

seluruh siswa kelas X MIA SMA N 1 Modoinding yang terdaftar pada tahun

ajaran 2019/2020 yang berjumlah 3 kelas. Dan sampel diambil 2 kelas dari 3 kelas,

salah satunya di jadikan kelas eksperimen sedangkan kelas yang lainnya sebagai

kelas kontrol.
D. Variable penelitian

a. Variable Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem

Based Learning pada kelas eksperimen dan model pembelajaran

konvesional pada kelas kontrol.

b. Variabel Terikat

Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang akan diambil dari

hasil posttest siswa kelas X MIA khususnya kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

E. Desain Penelitian

Bentuk desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Postest Only Control Group Design. Kelompok pertama dilakukan perlakuan dan

disebut kelompok eksperimen dan kelompok lain tidak dilakukan perlakuan dan

disebut kelompok kontrol. Pengaruh perlakuan (treatment) dianalisis dengan uji

beda, digunakan statistik t-test. Model eksperimennya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel 2 Rancangan Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Tes Akhir

(Kelas) (Treatment) (Posttest)

Eksperimen X1 Y1

Kontrol X2 Y2
Ket.

X1 = kegiatan pembelajaran Problem Based Learning

X2 = kegiatan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran langsung

Y1 = nilai posttest kelas ekperimen

Y2 = nilai posttest kelas kontrol

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik yang digunakan penulis untuk melakukan

pengumpulan data adalah pemberian tes tertulis sebagai tes akhir (posttest) dalam

bentuk uraian pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mendapatkan data

dalam penelitian ini.

G. Intrument Penelitian

Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini berupa perangkat

pembelajaran dan tes kemampuan pemecahan masalah. Perangkat pembelajaran

terdiri dari silabus, RPP dan LKPD sedangkan tes kemampuan pemecahan

masalah terdiri dari kisi-kisi dan tes tertulis.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 tahap yakni tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

1. Tahap persiapan
Peneliti membuat perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), media yang hendak digunakan

dan instrumen penelitian)

2. Tahap pelaksanaan

a) Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran PBL dan

model pembelajaran langsung pada kelas yang di tentukan.

b) Memberikan tes akhir untuk kedua kelas eksperimen dan kelas kontrol

3. Tahap evaluasi

Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi pada akhir pelajaran berupa

posttest (tes akhir).

I. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji

prasyarat data yang terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas varians.

a. Uji normalitas

Uji Normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Dalam penelitian ini untuk pengujian kenormalan data akan

diuji menggunakan Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(1) H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

(2) Menentukan taraf nyata 𝛼 = 0,05

(3) Pengujian H0 dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :


 Pengamatan 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 dijadikan bilangan 𝑧1 , 𝑧2 , … , 𝑧𝑛 dengan

𝑥𝑖 −𝑥̅
menggunakan rumus 𝑧𝑖 = (𝑥̅ dan masing-masing merupakan rata-rata
𝑠

dan simpangan baku sampel).

 Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang 𝐹(𝑧𝑖 ) = 𝑃(𝑧 ≤ 𝑧𝑖 ).

 Selanjutnya dihitung proporsi 𝑧1 , 𝑧2 , … , 𝑧𝑛 yang lebih kecil atau sama

dengan 𝑧𝑖 . Jika proporsi ini dinyatakan oleh 𝑆(𝑧𝑖 ) maka 𝑆(𝑧𝑖 ) =

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑧1 ,𝑧2 ,… ,𝑧𝑛


𝑛

 Hitung selisih 𝐹(𝑧𝑖 ) − 𝑆(𝑧𝑖 ) kemudian tentukan harga mutlaknya |𝐹(𝑧𝑖 ) −

𝑆(𝑧𝑖 )| = 𝐿0

 Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut,

sebutlah harga besar terbesar ini 𝐿0

(4) Sebagai kriteria pengujian hipotesis :

 Tolak H0 jika L0> Ltabel

Terima H0 jika L0≤ Ltabel (Sudjana, 2005: 109)

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk membuktikan keseragaman data yang

merupakan syarat dari suatu eksperimen terhadap kedua kelas yang akan diambil

berdasarkan pengacakan. Analisis pengujian homogenitas dilakukan melalui uji

kesamaan dua ragam dengan statistic uji F. dengan hipotetis pengujian sebagai

berikut :
𝐻0 : 𝜎12 = 𝜎22

𝐻1 ∶ 𝜎12 ≠ 𝜎22

Statistik uji yang digunakan untuk menguji kesamaan variansi dilakukan

melalui uji kesamaan dua ragam dengan statistik uji-F dengan rumus:

𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
F= 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Jika jika Fhitung >Ftabel maka tolak H0 dengan α = 5 %

Jika jika Fhitung <Ftabel maka terima H0 dengan α = 5 %

2. Uji hipotesis

Jika 𝜎12 = 𝜎22 maka menggunakan rumus :

̅̅̅𝟏 − ̅̅̅)
(𝒙 𝒙𝟐
𝒕=
𝑺 𝟏 𝟏
√(
𝒏𝟏 𝒏𝟐 )
+

Dengan varians sampel gabungan :

(𝑛1 − 1)𝑠12 + (𝑛2 − 1)𝑠22


𝑠2 =
𝑛1 + 𝑛2 − 2

Jika 𝜎12 ≠ 𝜎22 maka menggunakan rumus :

̅̅̅𝟏 − ̅̅̅)
(𝒙 𝒙𝟐
𝒕=
𝟐 𝟐
√ 𝒔𝟏 + 𝒔𝟐
𝒏𝟏 𝒏𝟐

Keterangan :

𝑥1 : rata-rata skor tes akhir pada kelas eksperimen pertama


̅̅̅

𝑥2 : rata-rata skor tes akhir pada kelas eksperimen kedua


̅̅̅
𝑛1 : jumlah siswa dari kelas eksperimen pertama

𝑛2 : jumlah siswa dari kelas eskperimen kedua

s : standar deviasi

𝑠12 : varians dari kelas eksperimen pertama

𝑠22 : varians dari kelas eksperimen kedua (Sudjana, 2005: 239)

Hipotesis statistic yang diuji dalam penelitian ini adalah :

H0 : 𝜇1 = 𝜇2

H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2

Kriteria uji hipotesis dalam penelitian ini adalah jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0

diterima dan H1 ditolak, dan jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0 ditolak dan H1

diterima.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta :

Gava (Wijayanti, 2014) (Wijayanti, 2014)Media, 2014

Karunia dan Mokhammad. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT

Refika Aditama,2017

Kurnia Asizah. Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Perbedaan Jenis

Kelamin. Sidoarjo : STKIP PGRI Sidoarjo, 2014

Maulidi, dkk. Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Strategi Pembelajaran

Thinking aloud Pair Problem Solving Siswa Kelas X SMA. Malang :

Universitas Negeri Malang, 2014

Paul Eggen dan Don Kauchak. Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta : PT

Indeks, 2012

Ratnasari Desi. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah,

2014

Rusman. Model-Model Pembelajaran. Bandung : PT Raja Grafindo Persada, 2010

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2010

Sudjana. Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 2005

Tambunan. Strategi Heuristik dalam Pemecahan Masalah Matematika Sekolah.

Medan : Universitas Quality, 2014

Wibowo Sigit,dkk. Meningkatkan Kemampuan Penyelesaian Soal Cerita Dalam

Matematika Melalui Metode Problem Based Learning. Surakarta :

Universitas Sebelas Maret, 2011


Wijaya Aris, Masriyah. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Cerita Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Surabaya : FMIPA

UNESA, 2012

Wijaya Aris, Masriyah. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal

Cerita Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Surabaya : FMIPA

UNESA, 2012

Wijayanti Selvia. Pengaruh Model Pembelajaran Treffinger Terhadap

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Jakarta : UIN Syarif

Hidayatullah, 2014

Yamin, M. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta : Gaung

Persada Press Group, 2013

Anda mungkin juga menyukai