Anda di halaman 1dari 35

A.

Tinjauan Teori

1. Konsep Dasar Masa Nifas

a. Pengertian Masa Nifas

Beberapa pengertian yang menjelaskan tentang masa

nifas, diantaranya :

1) Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer

yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau

berarti masa sesudah melahirkan. Periode masa nifas

(puerperium) adalah periode waktu selama 6 minggu atau ±40

hari setelah persalinan (Vita Andina Sustanto. 2018 hlm 7).

Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir

setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum

hamil.

2) Masa nifas (puerperium) adalah periode pemulihan segera

setelah lahirnya bayi dan plasenta serta menceminkan

keadaan fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi kembali

mendekati keadaan sebelum hamil. Periode ini berlangsung

enam minggu atau beraklhir saat kembalinya kesuburan

(Marliandiani, Yefi 2015, hlm 2)

3) Masa Nifas atau (puerperium) adalah masa dimana tubuh ibu

melakukan adaptasi pascapersalinan, meliputi perubahan

kondisi tubuh ibu hamil kembali ke kondisi sebelum hamil.

Masa ini dimulai setelah plasenta lahir, dan sebagai penanda

berakhirnya masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan


sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil. Dengan

rentang masa nifas 6 minggu atau 42 hari (Astuti, Sri, dkk

2015, hlm 2).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Astuti Sri dkk (2015 hlm 3) tujuan dari pemberian

asuhan masa nifas adalah :

1) Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada

ibu nifas.

2) Berkolaborasi dengan dokter bila perlu.

3) Dukungan bagi ibu dan keluarganya dalam penyesusaian

terhadap anggota keluarga yang baru.

Menurut Vita Andina Sutanto (2018 hlm 9) tujuan dari pemberian

asuhan masa nifas adalah :

1) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas.

2) Menjada kesehatan ibu dan bayi.

3) Menjaga kebersihan diri.

4) Melaksanakan screening secara komprehensif.

5) Memberikan pendidikan lantasi dan perawatan payudara.

6) Pendidikan tentang peningkatan pengembangan hubungan

yang baik antara ibu dan anak.

7) Konseling Keluarga Berencana (KB)

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Menurut Siwi Elizabeth Walyani dkk (2017, hlm 4-5) peran dan

tanggungjawab Bidan antara lain :


1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama

masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi

ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.

2) Sebagai promotor hubungan antara ibu, bayi serta keluarga.

3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan

rasa nyaman.

4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang

berkaitan ibu dan anak.

5) Untuk mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6) Memeberi konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya masa

nifas, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan

kebersihan yang aman.

7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan

data, menetapkan diagnos dan rencana tindakan serta

melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan

bayi selama periode nifas.

8) Memberikan asuhan secara professional.

d. Tahapan Masa Nifas

Menurut Marliandiani, Yefi, dkk (2015, hlm 3) masa nifas

terbagi menjasi 3 tahapan yaitu puerperium dini, puerperium

intermedial, remote puerpeium.

1) Puerperium dini
Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

2) Puerperium intermedial

Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-

alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium

Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk

pulih kembali dan sehat sempurna baik selama hamil atau waktu

persalinan mengalami komplikasi. Rentang waktu remote

puerperium setiap ibu akan berbeda, bergantung pada berat

ringannya komplikasi yang dialami selama hamil dan persalinan.

Waktu sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-

minggu, bulanan, bahkan tahunan.

e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Menurut Vita, Andina, Sutanto, dkk (2018 hlm 31-31) tujuan dari

program nasional masa nifas adalah :

1) Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi

2) melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada

masa nifas.

4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan

menganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas.

1) Kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan).


a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

merujuk bila perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Mengajarkan car mempererat hubungan antara ibu dengan

bayi.

f) Menjaga agar bayi tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi.

2) Kunjungan Kedua (6 hari setelah persalinan)

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau .

b) Menilai adanya tanda-tanda infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan Ketiga (2 minggu setelah persalinan)


a) Mematikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal, dan tidak ada bau.

b) Menilai adanya tanda-tanda infeksi atau perdarahan

abnormal.

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan

istirahat.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada

tanda-tanda penyulit.

e) Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari-hari.

4) Kunjungan Keempat ( 6 minggu setelah persalinan)

a) Menanyakan ibu tentang penyakit-penyakit yang dialami.

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

Menurut Siwi, Elisabeth, Walyani, dkk (2017, hlm 61-66) terdapat

beberapa perubahan pada masa nifas yaitu :

a) Perubahan Sistem Reproduksi

1) Involusi Uterus

Merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi

sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari

desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi

neurotic (layu/mati).
Perubahan ini berhubungan erat dengan meometrium dan

dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk

meraba dimana TFU (tinggi fundus uteri)

1) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat

dengan berat 1000 gram.

2) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dubawah pusat.

3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan

pusat simpisis dengan berat 500 gram.

4) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba diatas

simpisis dengan berat 350 gram.

5) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak

teraba) dengan berat 50 gram.

2) Lokhea

Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa

nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua

yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi

basa/alkasil yang dapat membuat organisme berkembang

lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina

normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang

berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak

sedap menandakan adanya infeksi.

Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna

dan waktu keluarnya :

a) Lokhea rubra(merah kehitaman)


Lokhea yang keluar pada hari pertama sampai ke-4

masa puerperium.

b) Lokhea sanguinolenta (merah kecoklatan dan

berlendir)

Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan

berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai

hari ke-7 postpartum.

c) Lokhea serosa (kuning kecoklatan)

Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan, keluar pada

hari ke-7 sampai hari ke-14.

d) Lokhea alba (putih)

Lokhea ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu

postpartum.

e) Lokhea purulenta

terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau

busuk.

f) Lokheastatis

Lokhea tidak lancar keluarnya.

3) Perubahan pada Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus.

Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2

hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks

menutup.

4) Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan

bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,

kedua organ tersebut dalam keadaan kendur. Setelah 3

minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil

sementara labia menjadi lebih menonjol.

5) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur

karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak

maju. Pada postpartum hari ke-5, perineum sudah

mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap

lebih kendur daripada keadaan sebelum hamil.

6) Perubahan Payudara

Perubahan payudara dapat meliputi :

a) penurunan kadar progesteron secara tepat

denganpeningkatan hormon prolaktin setelah persalinan.

b) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi

pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.

c) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya

proses laktasi.

7) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu akan mengalami konstipasi setelah

persalinan. Hal ini disebabkan pada waktu persalinan, alat

pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon

menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu


persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta

kurangnya aktivitas tubuh.

8) Perubahan Sistem Perkemihan

Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu

akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.

Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter

dan edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi

(tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama

persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat

menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.

Keadaan tersebut disebut “diuresis”. (Siwi, Ekisabeth, Walyani

dkk ( 2017, hlm 66)

9) Perubahan Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus,

pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot

uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan perdarahan.

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang

meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur

menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna

terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

10) Perubahan Sistem Endokrin

Menurut Marliandiani, Yefi, dkk (2015, hlm 17) ada

beberapa perubahan sistem endokrin antara lain :

a) Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah

persalinan HCG (Human Chorionic Gonadotropin)

menurun dengan cepat dan menetap sampa 10% dalam 3

jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset

pemenuhan mammae pada hari ke-3 postpartum.

b) Hormom Pituitary

Menurunnya kadar estrogen merangsang kelenjar

pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin.

Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara dan

merangsang produksi ASI.

c) Hypotalamik Pituitary Ovarium

Kadar prolaktin meningkat secara progresif

sepanjang masa hamil. Pada ibu menyusui kadar prolaktin

meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan.

Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan

menyusui, dan banyak makanan tambahan yang di

berikan. Untuk ibu yang menyusui dan tidak menyusui

akan mempengaruhi lamanya ibu mendapatkan

menstruasi kembali.

d) Kadar Estrogen

Setelah persalinan terjadi penurunan kadar estrogen

sehingga aktivitas prolaktin meningkat dan dapat

mempengaruhi kelenjar mammaen dalam menghasilkan

ASI.

11) Perubahan Tanda Vital


Menurut Vita, Andina, Sutanto (2018, hlm 126) tanda-

tanda vital yang harus dikaji adalah :

a) Suhu Badan

Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu badan akan

naik sedikit (37,50°– 38°C) akibat dari kerja keras waktu

melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila

dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa.

Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi 17 karena

ada pembentukan ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan

adanya infeksi pada endometrium.

b) Nadi

Denyut nadi normal pada orang deawasa adalah 60-

80 kali permenit. Denyut nadi setelah melahirkan biasanya

akan lebih cepat.

c) Tekanan Darah

Tekanan darah biasanya tidak berubah,

kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu

melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi

pada saat postpartum menandakan terjadinya preeklampsi

postpartum.

d) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan

keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak

normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali

apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila


pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok.

12) Perubahan Sistem Kardiovaskuler

Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume

darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi

kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi

dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya

hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti

sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga

sampai kelima postpartum (Marliandiani, Yefi 2015, hlm 16).

13) Perubahan Sistem Hematologi

Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi

kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan

peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan

peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7

postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu

postpartum (Marliandiani, Yefi 2015, hlm 16).

3. Adaptasi Psikologi pada Masa Nifas

Ada 3 fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai

orangtua, yaitu fase taking in, fase taking hold, fase letting go

(Lubis, 2010).

1) Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah


melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada

dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan

sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu

cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti

mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi

pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu

perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah:

a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang

diinginkan tentang bayinya misalnya jenis kelamin

tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lain-lain.

b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan

fisk yang dialami ibu misalnya rasa mules karena

rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan

semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

2) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir

atau ketidak mampuan dan rasa tanggung jawabnya

dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitif

sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang

hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan

karena saat ini merasakan kesempatan yang baik untuk


menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan

bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

a) Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab

akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah

melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan

ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan

bayinya meningkat pada fase ini

4. Kebutuhan Dasar pada Ibu Nifas

Menurut Rahayu (2012, hlm 57-63) kebutuhan dasar pada ibu

nifas antara lain :

a. Nutrisi dan Cairan

1) Mengkonsumsi tambahan 510 kalori tiap hari.

2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,

mineral dan vitamin yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,

setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.

5) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

b. Ambulasi atau Mobilisasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar

secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun

dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin

untuk berjalan (Vita, Andina, Sutanto 2018, hlm 40)


c. Eliminasi

1) BAK (Buang Air Kecil)

Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum.

Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau

sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan

kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih

penuh, tidak menunggu 8 jam untuk kateterisasi ( Vita,

Andina, Stanto 2018, hlm 44)

2) BAB (Buang Air Besar)

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar

(defekasi) setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga

belum juga BAB, maka perlu diberi obat supositoria.

Konstipasi dapat terjadi karena ketakutan akan rasa sakit

jahitan dan hemoroid.

d. Kebersihan Diri dan Perineum

1) Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu untuk mencegah

infeksi dan alergi kulit pada bayi.

2) Membersihakan daerah kelamin dengan sabun dan air,

yaitu dari daerah depan ke belakang, baru setelah itu

anus.

3) Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.

4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai

membersihkan daerah kemaluan.


5) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk

menyentuh daerah luka agar terhindar dari infeksi

sekunder.

6) Keringkan sebelum memakai pembalut untuk mengurangi

rasa tidak nyaman.

7) Lakukan kompres dingin lalu kompres hangat.

e. Istirahat

1) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup.

2) Sarankan kembali pada kegiatan rumah tangga secara

perlahan.

3) Sarankan untuk istirahat siang selagi bayi tidur.

4) Kurang istirahat dapat menyebabkan:

a) Kurangnya suplai ASI.

b) Memperlambat proses involusi.

c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat

bayi sendiri

f. Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka

episiotomi telah sembuh dan lokhea telah berhenti dan

sebaiknya dapat ditunda sedapat mungkin hingga 40 hari

setelah persalinan. Pada saat itu diharapkan organ-organ

tubuh telah pulih (Vita, Andina, Sutanto 2018, hlm 46).

g. Latihan Senam Nifas

Sangat penting untuk mengembalikkan otot-otot perut

dan panggul agar kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat
dan menyebabkan otot perut menjadi lebih kuat sehingga

mengurangi rasa sakit pada punggung (Vita, Andina, Sutanto

2018, hlm 54)

h. Rencana KB

Pemilihan kontrasepsi sudah dipertimbangkan pada

masa nifas. Apabila hendak memkai kontrasepsi yang

mengandung hormon, harus menggunakan obat yang tidak

menganggu produksi ASI.

5. Proses Laktasi dan Menyusui

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran Air

Susu Ibu (ASI).

a. Beberapa pengertian yang menjelaskan tentang ASI diantaranya :

1) Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi.

Pemberian ASI sangat dianjurkan, terlebih saat 4 bulan

pertama, tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan (Siwi,

Elisabeth, Walyani, dkk 201u7, hlm14).

2) Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein, laktose, dan garam organik yang disekresi oleh kedua

belah kelenjar payudara ibu, sebagi makanan utama bagi bayi

(Vita, Andina, Sutanto 2018, hlm 75).

3) Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi

karena banyak mengandung komposisi kebutuhan energi dan

zat yang dibutuhkan (Marliandiani, Yefi, dkk 2015, hlm 59).

b. Komposisi ASI
Menurut Marliandiani, Yefi, dkk (2015, hlm 59-60) menjelaskan

komposisi ASI sebagai berikut :

1) Kolostrum

Kolustrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolustrum

ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari pertama sampai

hari ke empat pasca persalinan. Kolustrum merupakan cairan

dengan viskositas kental , lengket dan berwarna kekuningan.

Kolustrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin

A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada

ASI matur. Selain itu, kolustrum masih mengandung rendah

lemak dan laktosa. Protein utama pada kolustrum adalah

imunoglobulin (IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat

antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur

dan parasit.Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut

ukuran kita, tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara

mendekati kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari.

Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.

2) ASI Transisi/Peralihan

ASI transisi di produksi pada hari keempat atau ketujuh

sampai hari ke-10 atau ke-14 telah kolostrum sampai sebelum

ASI matang. Pada ASI Transisi kadar lemak, laktosa dan

vitamin larut air lebih tinggi,kadar protein dan mineral lebih

rendah, serta mengandung lebih banyak kalori.

3) ASI Matur
ASI matur keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya. ASI matur

terlihat lebih encer daripada susu sapi. Akan tetapi pada tahap

ini ASI banyak mengandung nutrisi yang sangat dibutuhkan

oleh bayi. Air susu matur merupakan nutrisi yang terus

berubah disesuaikan dengan stimulasi saat laktasi.

c. Anatomi dan Fisiologi Payudara

Payudara(mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak

dibawah kulit, diatas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu

untuk menutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar

payudara, diameter payudara 10-12 cm. Pada wanita yang tidak

hamil berat kurang lebih 200 gram, bergantung pada individu. Saat

hamil beratnya berkisar 400-600 gram dan saat menyusui

beratnmya mencapai 600-800 gram (Marliandani, Yefi, dkk 2015,

hlm50).

Gambar 2.1 anatomi payudara

(https://www.slideshare.net/stikesbykebidanan/struktur-payudara-

amp-fisiologi-laktasi-wurita)
Menurut Marliandiani, Yefi, dkk 2015, hlm 50 payudara

terdapat tiga bgaian utama, yaitu :

1) Pabrik ASI (alveoli)

a) Berbentuk seperti buah anggur.

b) Dindingnya terdiri dari sel-sel yang memproduksi ASI jika

dirangsang oleh hormon prolaktin.

2) Saluran ASI (duktus lactiferous)

Berfungsi untuk menyalurkan ASI dari pabrik ke gudang.

3) Gudang ASI (sinus lactiferous)

Tempat penyimpanan ASI yang terletak dibawah kalang

payudara (aerola)

4) Otot Polos (myoepithel)

a) Otot yang mengelilingi pabrik ASI.

b) Jika dirangksang oleh hormon oksitosin maka otot yang

melingkari pabrik ASI akan mengerut dan menyemprotkan

ASI didalamnya.

c) Selanjutnya, ASI akan mengalir kesaluran payudara dan

berakhir digudang ASI.

Menurut Marliandiani, Yefi, dkk (2015, hlm 50) ada 3 bagian utama

payudara, yaitu :

1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar pada payudara.

2) Aerola, yaitu bagian yang kehitaman ditengah.

3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol dipuncak

payudara.
d. Fisiologi Laktasi

Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang

dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam

menyusui bayinya. Laktasi atau menyusui mempunyai dua

pengertian, yaitu produksi ASI (refleks prolaktin) dan pengeluaran

ASI oleh oksitosin (refleks aliran atau let down reflect) Vita,

Andina, Sutanto (2018, hlm 67).

1) Reflek prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat

pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh

serabut afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu

memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin

ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar

(alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang

disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan

stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi

menghisap Siwi, Elisabeth, Walyani (2017, hlm10).


2) Reflek oksitosin atau pelepasan ASI (let down refleks)

Rangsangan putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke

kelenjar hipofisis depan, tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian

belakang melalui nervus vagus, dari grandula pituitary posterior

dikelurkan hormone oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu

kontraksi otot polos yang ada didinding alveolus dan dinding

saluran, sehingga ASI dipompa keluar. Makin sering menyusui,

pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga

kemungkinan terjadinya bendungan susu makin kecil, dan

menyusui akan makin lancar.

Tanda-tanda yang dirasakan ibu bila refleks oksitosin aktif,

seorang ibu mungkin akan mengalami :

1) Rasa diperas atau tajam pada payudara saat sebelum

meneteki atau selama meneteki.

2) ASI mengalir dari payudara bila ibu memikirkan bayinya

atau mendengar tangisannya.

3) ASI menetes dari payudara lain bila bayi menetek.

4) ASI mengalir dalam pancaran halus bila bayi lepas dari

payudara saat menetek.

5) Nyeri karena kontraksi rahim kadang dengan aliran darah

selama menetek dalam minggu pertama.

6) Hisapan pelan dan dalam pada bayi serta ia menelan yang

menunjukkan bahwa ASI mengalir dalam mulut bayi.


Menurut Vita, Andina, Sutanto (2018, hlm 74). Tiga

refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi, yaitu :

1) Refleks menangkap (rooting reflex)

Timbul bila bayi baru lahi tersentuh pipinya, bayi

akan menoleh kearah sentuhan, bila bibirnya dirangsang

dengan pappila mammae, maka bayi akan membuka

mulut dan berusaha untuk menangkap putting susu.

2) Refleks menghisap

Refleks ini timbul apabila langit-langit bayi tersentuk

biasanya oleh putting susu. Supaya putting mencapai

bagian belakang palatum makasebagian besar aerola

harus tertangkap mulut bayi. Dengan demikian, maka

sinus laktiferus yang berada dibawah aerola akan tertekan

gusi, lidah, dan palatum sehingga ASI terperas keluar.

3) Refleks Menelan

Bila mulut bayi terisi ASI ia akan menelannya.

Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI

Menurut Marliandiani, Yefi, dkk (20015, hlm. 53), cara

bidan dalam memberikan dukungan dalam pemberian ASI, yaitu :

1) Meyakinkan ibu dan keluarga bahwa bayi memperoleh

makanan yang mencukupi dari ASI ibunya.

2) Mendampingi dan mengajarkan ibu persiapan menyusui serta

memilih posisi yang senyaman mungkin saat menyusui

sehingga ibu mampu menyusui bayinya secara mandiri.


3) Biarkan bayi bersama ibunya segera sesudah dilahirkan

selama beberapa jam pertama (inisiasi dini).

4) Mengajarkan perawatan payudara pada ibu.

5) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI

Posisi menyusui yang benar merupakan hal yang penting.

Tanda-tanda bayi telah berada pada posisi yang baik pada

payudara, antara lain :

a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu.

b) Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara.

c) Aerola tidak akan dapat terlihat dengan jelas.

d) Ibu akan melihat bayi melakukan hisapan yang lamban

dan dalam, serta menelan ASI-nya.

e) Bayi terlihat tenng dan senang.

f) Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.

g) Telinga dan lengan bayi berada pada satu garis lurus.

h) Kepala tidak mengadah.

6) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat

gabung atau room in).

7) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya

sesering mungkin (biasanya, bayi yang baru lahir ingin minum

ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam ).

8) Menganjurkan ibu untuk memberikan kolostrum dan ASI saja

pada bayinya.

9) Menganjurkan ibu untuk menghindari susu botol dan dot

“empeng”.
e. Langkah-langkah menyusui yang benar

Menutut Vita, Andina, Sutanto (2018, hlm 91-92) langkah-langkah

menyusui yang benar yaitu:

1) Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI, dan

oleskan disekitar putting. Lalu, duduk dan berbaring dengan

santai.

2) Bayi diletakan menghadap ke ibu dengan posisi singgah

seluruh tubuh bayi. Jangan hanya leher dan bahunya saja,

tetapi kepala dan tubuh bayi lurus. Lalu, hadapkan bayi ke

dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting

susu.dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi

ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka

lebar.

3) Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga

bibir bawah bayi terletak dibawah puting susu.

4) Cara meletakan mulut bayi dengan benar yaitu dagu

menempel ke payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir

bawah bayi membuka lebar.

5) Ketika anak sudah merasa kenyang, ibu sudah bisa menyopot

puring dengan cara memasukan jari kelingking ke dalam

mulut.bayi lalu cukil puting ke arah luar. Kemudian ibu dapat

menyendawakan bayi agar anak bisa tidur dengan pulas.

f. Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut Siwi, Elisabeth, Walyani, dkk (2017, hlm 23-24) berikut ini

tanda-tanda bayi cukup ASI yaitu :


1) Dengan pemeriksaan kebutuhan ASI dengan cara menimbang

BB bayi sebelum mendapatkan ASI dan sesudah meminum

ASI dengan pakaian yang sama, dan selisih berat

penimbangan dapat diketahui banyaknya ASI yang masuk

dengan konvera kasar 1gr BB-1 ml ASI.

2) Secara subyektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan

ibu yaitu bayi merasa puas tidur, tidur pulas setelah

mendapatkan ASI dan ibu merasakan ada perubahan

tegangan pada payudara pada saat menyusui bayinya ibu

merasa ASI mengalir deras.

3) Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila

dirangsang (disentuh pipinya, bayi tidak mencari arah

sentuhan).

4) Bayi tumbuh dengan baik.

5) Pada bayi minggu I : Karena ASI banyak mengandung air,

maka salah satu adalah bayi tidak dehidrasi, anatara lain:

a) Kulitnya lembab kenyal.

b) Turgor kulit negatif.

c) Jumalah urine sesuai jumlah ASI/PASI yang

diberikan/24jam. (kebutuhan ASI bayi mulai 60ml/kg

BB/hari, setiap hari bertambah mencapai 200 1/kg BB/hari,

pada hari ke 14).

d) Selambat-lambatnya sesudah 2 minggu BB waktu lahir

tercapai lagi.
e) Penurunan BB faali selama 2 minggu sesudah lahir tidak

melebihi 10% BB waktu lahir.

f) Usia 5-6 Bulan BB mencapai 2x BB waktu lahir. 1 tahun 3x

waktu lahir dan 2 tahun 4 lahirnya. Naik 2kg/tahun atau

sesuai dengan kurve KMS.

g) BB usia 3 bulan +20% BB lahir=usia 1 tahun + 50% BB

lahir.

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI

1) Frekuensi pemberian ASI

2) Berat badan bayi saat lahir

3) Usia kehamilan saat melahirkan

4) Usia ibu dan paritas

5) Stress dan penyakit akut

6) Mengkonsumsi rokok

7) Menkonsumsi alkohol

8) Pil kontrasepsi

6. Manfaat Pemberian ASI

Menurut Marliandiani, Yefi, dkk (2015, hlm 58-59) ASI tidak

hanya memberikan manfaat untuk bayi saja, melainkan untuk ibu,

keluarga, dan negara.

1) Manfaat ASI untuk Bayi

a) Kualitas dan kuantitatif nutrisi yang optimal, namun tidak

meningkatkan resiko kegemukan.

b) Anti body tinggi sehingga anak lebih kuat


c) Tidak menimbulkan alergi dan menurunkan resiko kencing

manis.

d) Menimbulkan efek psikologis untuk pertumbuhan.

e) Mengurangi resiko karies gigi.

f) Mengurangi resiko infeksi saluran pencernaan (muntah,

diare)

g) Mengurangi resiko infeksi saluran pernafasan dan asma.

h) Meningkatkan kecerdasan.

i) Mudah dicerna sesuai kemampuan pencernaan bayi.

2) Manfaat ASI untuk ibu

a) Isapan bayi merangsang terbentuknya oksitosin sehingga

meningkatkan kontraksi rahim.

b) Mengurangi jumlah pendarahan nifas.

c) Mengurangi resiko karsinoma mamae.

d) Mempercepat pemulihan kondisi ibu nifas.

e) Berat badan lebih cepat kembali normal.

f) Metode KB paling aman, kadar prolaktin meningkat

sehingga akan menekan hormon FSH (follicestimulating

hormone) dan ovulasi.

g) Suatu kebanggaan bagi ibu jika dapat menyusui dan

merasa menjadi wanita sempurna.

3) Manfaat bagi keluarga.

a) Aspek ekonomi dan psikologis

Tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli

susu formula. Bayi yang sehat karena diberi ASI dapat


menghematkan biaya kesehatan dan mengurangi

kekhawatiran keluarga.

b) Aspek kemudahan

Lebih praktis saat bepergian karena tidak perlu membawa

botol,susu,air panas, dan segala macam perlengkapan

4) Manfaat bagi negara

a) Menurunkan angka kematian dan kesakitan anak.

Kandungan ASI yang berupa zat protektif dan nutrien

sesuai ASI yang sesuai dengan kebutuhan bayi, menjadi

status gizi bayi menjadi baik serta kesakitan dan kematian

anak menurun.

b) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi di rumah sakit berkurang karena rawat gabung

akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta

mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial.

c) Mengurangi devisa dalam pembelian susu formula.

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika

semua ibu memberikan ASI maka dapat menghemat

devisa yang seharusnya dipakai membeli susu formula.

d) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.

Anak yang mendapatkan ASI tumbuh kembang secara

optimal sehingga akan menjamin kualitas generasi

penerus bangsa.
7. Pijat Laktasi

Pijat laktasi adalah teknik pemijatan pada daerah leher, punggung

dan payudara yang bertujuan untuk merangsang sel saraf payudara

agar mengeluarkan hormone prolaktin dan oksitosin untuk

memproduksi ASI.

a. Tujuan Pijat Laktasi

a) Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.

b) Untuk mencegah terjadinya penyumbatan.

c) Untuk memperbanyak atau meningkatkan produksi ASI.

b. Waktu Pelaksanaan

Dilakukan minimal 1x dalam sehari.

c. Alat-alat dan Bahan

1) Handuk besar 2

2) Handuk kecil 1

3) Waslap 2

4) Peniti

5) Baby oil

d. Persiapan ibu

1) Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan

keringkan dengan handuk.

2) Baju ibu dibuka

3) Pasang handuk

e. Pelaksanaan Pijat Laktasi

Pelaksanaan pijat laktasi, yaitu:


1) Memijat kepala atau leher dipijat sampai ibu benar-benar rileks

2) Memijat punggung dengan menyusuri ruas tulang belakang,

dengan teknik pemijatan dari bawah di pijat ke atas, dengan

berbagai teknik bisa dengan telapak tangan ataupun ibu jari

secara berulang sampai rileks

3) Jika otot punggung sudah rilek melanjutkan untuk pemijatan

dibagian payudara dengan teknik :

a) Melakukan gerakan melingkar kecil-kecil, jika menemukan

daerah keras bisa memassage lebih intensive dan

melakukan massage pada daerah luar.

b) Melakukan gerakan melingkar dan pemijatan di bagian

aerola agar lebih lentur pada saat bayi menyusu dan yang

terakhir dilakukan pijatan membentuk diamond (pemijatan

ini dilakukan secara bergantian pada payudara kanan dan

kiri).
8. Massage punggung

a. Pengertian Massage Punggung

Massage Punggung adalah pemijatan pada tulang belakang

(costae 5-6 sampai scapula dengan gerakan memutar) yang

dilakukan pada ibu setelah melahirkan untuk membantu kerja

hormon oksitosin dalam pengeluaran ASI. Mempercepat syaraf

parasimpatis menyampaikan sinyal ke otak bagian belakang untuk

merangsang kerja opksitosin dalam mengalirkan ASI agar keluar.

Tindakan message punggung dapat mempengaruhi hormon

prolaktin yang berfungsi sebagai stimulus produksi ASI pada ibu

selama menyusui. Tindakan ini juga dapat membuat rileks pada

ibu dan melancarkan aliran syaraf serta saluran ASI pada kedua

payudara.

Pijat ini bisa dilakukan setelah ibu melahirkan bayinya dengan

durasi kuranglebih 15 menit, frekuensi pemberi pijatan selama 2x

sehari, pijatan dapat dilakukan oleh suami atau anggota keluarga

yang lain. Prosedur massage punggung melakukan pemijatan

lingkar menggunakan kedua ibu jari pada area punggung untuk

menstimulasi produksi ASI dan pemijatan dilakukan selama 15

menit.

a. Manfaat Massage Punggung

1) Menciptakan respon relaksasi.

2) Meningkatkan proses metabolisme.

3) Meningkatkan jaringan limfatik.

4) Mempercepat penyembuhan dan relaksasi otot.


5) Mengurangi ketegangan otot dan tingkat stress.

6) Memperlancar ASI.

b. Waktu Pelaksanaan

Dilakukan minimal 1 kali dalam sehari.

c. Alat-alat dan Bahan

1) Handuk besar

2) Baby oil

d. Persiapan Ibu

1) Baju ibu dibuka

2) Mengatur posisi senyaman mungkin.

e. Pelaksanaan Massage Punggung

1) Ibu dalam posisi miring ke kanan, ke kiri atau Ibu dalam posisi

duduk bersandar kedepan dengan melipat lengan dan

meletakkan dimeja yang ada dihadapannya, letakkan kepala

diatas lengan tersebut, biarkan payudara bergantung lepas

tanpa pakaian.

2) Meletakkan kedua ibu jari sisi kanan kiri tulang belakang pada

jarak satu jari telunjuk dari tulang atas, tarik kedua ibu jari
kearah bawah menyusuri tulang belakang hingga kedua ibu

jari berada disekitar costae ke 5-6, melakukan massage

dengan kedua ibu jari memutar searah jarum jam, lakukan

menyusuri garis tulang belakang keatas kemudian kembali lagi

ke bawah dan seterusnya

3) Lakukan massage selama 15 menit .

Anda mungkin juga menyukai