01 Semen Portland (PC) Fix PDF
01 Semen Portland (PC) Fix PDF
Pengertian Semen
Semen adalah bahan pengikat hidrolis yang terbuat dari
penggilingan halus terak (klinker) dan gipsum (CSH ₂ )
secara bersama-sama yang bila dicampur dengan air akan
mengikat, mengeras dan membatu dan jika direndam
dalam air tidak akan larut.
Komposisi
1. C3S dan C2S adalah 70 – 80% dari berat semen
(bagian dominan yang memberikan sifat semen dan
mempunyai sifat mengikat)
2. C3A dan C4AF mempunyai sifat mengeras dan
mengeluarkan panas (hidrasi) dan menguapkan air
sepanjang 28 hari.
• C3 S
→jika terkena air akan cepat mengeras dan menghasilkan panas
→ panas tersebut akan mempengaruhi kecepatan mengeras
sebelum hari ke 14
• C2 S
→lebih lambat bereaksi dengan air
→berpengaruh terhadap semen setelah umur 7 hari
→mempengaruhi susut terhadap pengaruh panas akibat lingkungan
→memberikan ketahanan terhadap serangan kimia (chemical attack)
• C3 A
→bereaksi sangat cepat
→ memberikan kekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam
pertama
→berpengaruh pada panas hidrasi tertinggi
• C4AF
→ kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan
semen/beton
1. MgO
Senyawa ini adalah hasil pembawaan dari bahan dasar
kapur yang digunakan. Jumlah MgO dalam semen portland,
dibatasi maksimum 4%. Jika kadarnya melebihi jumlah ini
akan mengakibatkan semen menjadi tidak kekal (berubah
bentuk) setelah pengerasan terjadi. Perubahan bentuk ini
terjadi setelah pengerasan terjadi beberapa lama (setelah
sekian bulan atau bahka tahun). Perubahan bentuk terjadi
karena mengembangnya MgO, dari oksida membentuk
hidrat MgO(OH)₂ .
2. Kapur Bebas (CaO)
Karena susunan kimia ini yang kurang tepat pada waktu
pembuatan, dan atau karena pembakaran yang kurang
sempurna, dapat terjadi CaO (kapur kotor) yang tidak terikat
ke dalam empat senyawa semen.
4. Kadar alkali
Di dalam semen portland, kadar alkali biasanya rendah
(kurang dari 1%). Kadar alkali dalam semen
mempengaruhi waktu pengerasan. Pemakaian kadar
alkali yang lebih dari 0,6% dapat mengakibatkan terjadi
reaksi pengembangan bila semen dicampur agregat
yang bersifat alkali reaktif yaitu agregat yang
megandung silika amorf (gas alam, batu api, opal, dan
lain-lain).
2. Tipe II
→ Semen yang digunakan pada daerah yang terdapat serangan
asam-asam dan garam-garam sulat dan panas hidrasi tahap
sedang
→ Kandungan C3S 40-45% dan C3A 5-7%
→ Kehalusan ≥ 300 m2/kg
→ digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus-
menerus berhubungan dengan air tanah/air kotor, pondasi yang
tertanam didalam tanah yang mengandung garam-garam sulfat
3. Tipe III
→ Semen yang mempunyai kekuatan awal yang tinggi dalam
fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Kekuatan awal 3 hari
semen tipe III sama dengan kekuatan awal 28 hari semen tipe I
→ Digunakan pada daerah yang bertemperatur rendah/ daerah
yang mempunyai musim dingin.
→Kandungan C3S > 55% dan C3A > 12%
→Kehalusan ≥ 500 m2/kg
→ Digunakan untuk jalan raya, bandara dan bangunan tingkat
tinggi
4. Tipe IV
→ Semen digunakan pada daerah yang memiliki panas hidrasi
rendah
→Kandungan C3S maksimum 35%, C3A maksimum 7% dan C2S
40-50%
→Kehalusan butirnya lebih kasar dari tipe I
→ Digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan besar, bendungan,
pondasi besar
5. Tipe V
→ Semen yang mempunyai ketahanan terhadap asam-
asam dan garam-garam sulfat
→ Kandungan C3S 45-55% dan C3A < 5% (tapi > 4%
untuk proteksi tulangan)
→Kehalusan ≥ 300 m2/kg
→Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan
air laut, bangunan yang berhubungan dengan air buangan
industri, bangunan yang berhubungan dengan air yang
mengandung sulfat dalam prosentase yang tinggi
Fungsi Semen:
• Mengisi pori-pori antara butiran pasir dengan krikil
• Jika dicampur air supaya membentuk sifat plastis (sifat
yang mudah menimbulkan daya pengikatan)
Pengujian Semen Portland
1. Berat Jenis
→ Berdasarkan standard ASTM C – 188, berat jenis semen yang
disyaratkan melalui pengujian dengan metode Le Chatelier adalah
3,15 gr / m3
→Alat yang digunakan untuk pengujian adalah tabung Le Chatelier
Cara pengujian:
• menimbang berat semen sesuai ketentuan (m).
• mengisi botol Le Chatelier dengan kerosin pada skala tertentu
(V1),kemudian dimasukkan dalam air dengan suhu 20° C.
• masukkan benda uji ke dalam botol Le Chatelier, kemudian baca
skala pada botol (V2).
• menghitung berat jenis dengan rumus: m/(V₂ - V₁ )
2. Konsistensi Normal
→ Kosistensi normal adalah kadar air yang diperlukan untuk
semen melakukan proses hidrasi berjalan secara normal
untuk memperoleh kekuatan yang optimal
→ Alat yang digunakan untuk pengujian konsistensi normal
adalah ala vicat (standar SII/ASTM) dengan diameter alat 10
mm, kadar air yang diinginkan adalah kadar air pada saat
penurunan jarum 10 mm.
→ Konsistensi normal pada semen umumnya berkisar antara
25 sampai 26 % (persen)
Tergantung: kehalusan semen, komposisi senyawa, suhu
udara, dan kelembaban sekitar
3. Waktu Ikat
→ Pengikatan awal (setting time)
Yaitu waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur
dengan air dari kondisi plastis menjadi tidak plastis.
>>pengikatan awal tidak buleh kurang dari 60 menit
>>menurut standar SII pengikatan awal tidak boleh
kurang dari 45 menit Waktu ikat awal semen didapat ketika
penurunan mencapai 25 mm pada pengujian dengan vicat
4. Kehalusan Butir
Pengujian angka kehalusan butir dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Pengujian standar SNI (15-2045-1994)
• Pengujian dilakukan dengan menggunakan pesawat bline.
• Semen dinyatakan halus apabila luas permukaannya tidak boleh
kurang dari 2800 cm²/gram
b. Pengujian dengan ayakan standar
• Semen lolos ayakan diameter 0,12mm
• Perhitungan: berat tertinggal ayakan diameter 0,09mm dibagi
dengan berat benda uji mula-mula dikali 100%
5. Kekalan Butir
→Semen tidak boleh berubah bentuk
→ Jika semen berubah maka beton akan menjadi lebih keras yang
mengakibatkan timbulnya tegangan tarik yang berakhir pada beton
menjadi retak.
→ Alat yang digunakan untuk pengujian angka kekekalan butir semen
adalah autoclave.
→ Semen dinyatakan kekal apabila diuji dengan autoclave tidak boleh
berubah bentuk lebih dari 0,8%
6. Kuat Tekan
Kuat tekan pada semen timbul karena reaksi antara C3S dan C2S
dengan air membentuk Calsium Silikat Hidrat (C3S2H3) atau dalam
semen disebut Tobermorin.
Penyimpanan Semen
• Semen jika tidak digunakan, harus disimpan dengan
baik. Semen tidak boleh diletakkan langsung di atas
permukaan tanah atau lantai karena dapat
menyebabkan kelembaban. Jika lembab, ada uap air,
semen bereaksi dengan air sehingga mengeras. Oleh
karena itu, dudukan semen harus kering, bersih, dan
mempunyai sirkulasi udara yang baik.