Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL PEND.

PANCASILA
DISKRIMINASI PAPUA DI SURABAYA

Disusun Oleh:
1. Achmad Diki Arisandi 6. Hammam Yutri
2. Akmal Yose Pradana 7. Juan Rainaldi M. W.
3. Alif Haykal F. 8. M. Irsan Lukmanul H.
4. Egi Krismawan P. 9. Novalda Salsabila K.
5. Gilang Alfajar 10. Rizky Heryanto H.
KELAS : TE-02

PROGRAM STUDI S1 – TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
Belakangan ini, seringkali terjadi diskriminasi di Indonesia. Diskriminasi ini terjadi karena ada
kesalahpahaman dalam suatu kelompok atau golongan masyarakat. Contohnya yang terjadi di
Surabaya akhir-akhir ini, yaitu diskriminasi terhadap mahasiswa Papua yang berkuliah di daerah
Surabaya.

Pada dasarnya, Diskriminasi tidak sesuai dengan Pancasila Sila kedua. Prinsip kemanusiaan yang
adil dan beradab ialah salah satu sikap serta perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat dan
hakikat manusia yang berbudi pekerti, dan berbudaya. Pancasila sila kedua merupakan
pandangan hidup bagi bangsa indonesia sehingga bisa dijadikan pedoman hidup bangsa
indonesia untuk mencapai kesejahteraan lahir maupun batin dalam bermasyarakat. Dimensi-
Dimensi yang terkait dengan sila kedua berupa:

1. Mampu mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
2. Mampu Mengakui persamaan derajat antar sesama makhluk
3. Mampu mengembang sikap saling mencintai sesama manusia
4. Mampu mengembang sikap tenggang rasa
5. mampu mengembangkan sikap tidak semena – mena terhadap orang lain
6. Mampu menjunjung tinggi Nilai kemanusiaan
7. Harus berani membela kebenaran

Latar belakang tindakan diskriminasi masyarakat Papua di Surabaya pada tahun 2019 disebabkan
karena kesalahpahaman aparatur negara kepada mahasiswa Papua di Surabaya.

Dikutip dari https://bbc.com (2019) BBC News Indonesia bertemu dan mewawancarai sejumlah
pihak yang melihat dan terlibat insiden di Surabaya.

15 Agustus 2019
Sejumlah pejabat dan personel Satpol PP Kecamatan Tambaksari datang ke pondokan
mahasiswa Papua yang kerap disebut Asrama Kamasan. Mereka datang bersama personel
Koramil 02/0831 dan Polsekta Tambaksari.

Asrama dan kantor kecamatan berjarak sekitar 350 meter. Adapun Koramil 02/0831 dan Polsekta
Tambaksari berkantor di alamat yang sama dengan kecamatan. Tiga institusi ini bernaung dalam
konsep tiga pilar kecamatan.

Kerusuhan di Papua 'membuat khawatir' warga pendatang.

Blokir internet di Papua disebut tanpa dasar hukum, pegiat hak digital akan gugat pemerintah ke
pengadilan.

Korban meninggal akibat konflik di Nduga, Papua 182 orang: 'Bencana besar tapi di Jakarta
santai-santai saja.

Pejabat kecamatan Tambaksari, yang tak mau identitasnya disebut, menunjukkan kepada BBC
tayangan video kedatangan rombongan mereka ke Asrama Kamasan.
Dalam video itu, Camat Tambaksari, Ridwan Mubarun, terlihat berdiri di depan pagar asrama
dan bertukar kalimat dengan beberapa mahasiswa Papua.

Ridwan terdengar berkata, "Biar saya yang pasang bendera daripada ormas yang datang ke sini."
Anggota Satpol PP akhirnya menancapkan tiang berbendera Merah Putih di depan gerbang
Asrama Kamasan.

Penuturan versi kecamatan ini sesuai dengan kronologi yang dipublikasikan penghuni asrama
dan Sahura, pengacara publik LBH Surabaya yang mendampingi mereka.

"Kami didatangi camat, Satpol PP, dan TNI untuk memasang bendera di depan asrama," begitu
kronologi tertulis versi penghuni Asrama Kamasan.

16 Agustus 2019
Pejabat kecamatan yang meminta namanya tak disebut, mengklaim, tiang yang mereka
tancapkan sehari sebelumnya telah berpindah tempat.

Menurutnya, tiang yang tadinya berdiri di depan pagar hari itu berada di antara batas asrama dan
rumah sebelahnya.

Sekitar pukul 09.00 WIB, versi mahasiswa Papua, rombongan kecamatan, koramil, dan polsekta
lalu mengecor tiang bendera bendera baru. Titiknya persis di lokasi sebelumnya.

Dalam kronologi tertulis mereka, penghuni asrama Kamasan berkata pengecoran tiang bendera
itu dilakukan anggota Satpol PP serta polisi dan tentara tak berseragam.

Sebelum pukul 16.00 sore, rombongan pejabat kecamatan, koramil, dan polsekta Tambaksari
kembali datang ke asrama. Pemicunya, tiang bendera yang mereka pasang bengkok ke arah
tanah.

Bendera Merah Putih yang terpasang pada tiang itu menyentuh got di depan pagar asrama.
Pimpinan rukun warga menyebut foto kondisi tiang dan bendera itu menyebar di grup Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Pacar Keling, Tambaksari.

Siapa yang sebenarnya merusak tiang bendera?


Dorlince Iyowau, perwakilan mahasiswa Papua di Surabaya berkata kepada BBC, "Kami tidak
tahu-menahu soal bendera yang jatuh di got itu."

"Kami tahu ketika TNI datang dobrak-dobrak tanpa pendekatan hukum, yang langsung main
hakim sendiri dengan Satpol PP dan ormas reaksioner."

"Jadi sekali lagi kami tidak tahu soal kejadian bendera yang jatuh dan kami tidak pernah
membuang bendera yang mereka maksud itu ke got," kata Dorlince.
Sementara itu, pimpinan RW di kawasan asrama Kamasan juga tak mengetahui pelakunya.

"Kondisi bendera itu kami tahu dari grup WhatsApp. Saya tidak melihat dengan mata sendiri.
Tapi yang semua yang melihat pasti emosi," ujarnya.

Dikutip dari https://tirto.id/ (2019) di Surabaya, personel Brigade Mobil melancarkan 23 kali
tembakan gas air mata ke asrama mahasiswa Papua. Sekitar 43 mahasiswa Papua di asrama itu
ditangkap paksa dan dibawa ke Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. “Ada lima orang
luka-luka. Satu terkena tembakan gas air mata di kakinya, tiga dipukul, satu bapak kena tampol
di alis matanya," ujar Dorlince Iyowau, salah satu mahasiswa yang ditangkap, kepada Tirto,
akhir pekan lalu. Sehari sebelumnya, Jumat, 16 Agustus, sekelompok personel TNI menggedor
gerbang asrama. Alasannya, mereka melihat ada bendera Merah Putih yang dipasang pemerintah
Kota Surabaya jatuh ke selokan. Secara bertahap Satpol PP dan ormas berdatangan. Mengepung
asrama itu sampai selama 24 jam. Bermacam makian bernada rasisme diteriakkan sambil
sesekali melempari batu ke arah asrama Papua. Esoknya, 43 mahasiswa Papua yang ditangkap
itu dibebaskan oleh polisi karena tidak memiliki bukti kuat atas kasus penghinaan terhadap
lambang negara.

Dengan demikian, kita mengetahui bahwa mahasiswa Papua yang berada di Surabaya telah
dilanggar hak asasi manusia-nya oleh para oknum yang tidak bertanggung jawab. Tentu hal ini
harus menjadi cerminan untuk kita agar tidak melakukan hal yang semena-mena terhadap
saudara kita sendiri. Hal tersebut apabila kita biarkan hanya akan membuat negara kita semakin
terpecah belah dan lama lama akan hancur.

Anda mungkin juga menyukai