Teknik digital merupakan mata kuliah keahlian Teknik Elektro yang bertujuan untuk membekali
mahasiswa terhadap kompetensi sistem dan rangkaian digital serta aplikasinya di dunia kerja. Mata kuliah
Teknik Digital mencakup Gerbang Logika Dasar, Aljabar Boole dan Teori De Morgan, Rangkaian Flip-flop
RS, D-Flip Flop, J K Flip-flop, Rangkaian Counter, Rangkaian Register, Rangkaian Adder dan Substractor,
rangkaian Decoder dan Encoder, rangkaian Analog to Digital Converter serta Rangkaian Digital to Analog
Converter. Setelah mengikuti dan menyelesaikan kuliah, mahasiswa diharapkan mampu mengenal,
memehami, mampu membuat rangkaian, mengukur dan menganalisis hasil kerja sesuai dengan standar
yang berlaku.
Gerbang Logika (Logic Gates) adalah sebuah entitas untuk melakukan pengolahan input-input
yang berupa bilangan biner (hanya terdapat 2 kode bilangan biner yaitu, angka 1 dan 0) dengan
menggunakan Teori Matematika Boolean sehingga dihasilkan sebuah sinyal output yang dapat digunakan
untuk proses berikutnya.
"Gerbang logika atau gerbang logik adalah suatu entitas dalam elektronika dan matematika
Boolean yang mengubah satu atau beberapa masukan logik menjadi sebuah sinyal keluaran logik. Gerbang
logika terutama diimplementasikan secara elektronis menggunakan diode atau transistor, akan tetapi
dapat pula dibangun menggunakan susunan komponen-komponen yang memanfaatkan sifat-sifat
elektromagnetik (relay), cairan, optik dan bahkan mekanik."
JENIS-JENIS GERBANG LOGIKA (LOGIC GATES)
Gerbang AND : Apabila semua / salah satu input merupakan bilangan biner (berlogika) 0, maka output
akan menjadi 0. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 1, maka
output akan berlogika 1.
Gerbang OR : Apabila semua / salah satu input merupakan bilangan biner (berlogika) 1, maka output
akan menjadi 1. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 0, maka
output akan berlogika 0.
Gerbang NOT : Fungsi Gerbang NOT adalah sebagai Inverter (pembalik). Nilai output akan berlawanan
dengan inputnya.
Gerbang NAND : Apabila semua / salah satu input bilangan biner (berlogika) 0, maka outputnya akan
berlogika 1. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 1, maka
output akan berlogika 0.
Gerbang NOR : Apabila semua / salah satu input bilangan biner (berlogika) 1, maka outputnya akan
berlogika 0. Sedangkan jika semua input adalah bilangan biner (berlogika) 0, maka
output akan berlogika 1.
Gerbang XOR : Apabila input berbeda (contoh : input A=1, input B=0) maka output akan berlogika 1.
Sedangakan jika input adalah sama, maka output akan berlogika 0.
Gerbang XNOR : Apabila input berbeda (contoh : input A=1, input B=0) maka output akan berlogika 0.
Sedangakan jika input adalah sama, maka output akan berlogika
B. RANGKAIAN LOGIKA KOMBINASI
Logika kombinasi merupakan salah satu jenis rangkaian logika yang keadaan outputnya hanya
tergantung pada kombinasi-kombinasi inputnya saja.
Selain menggunakan symbol elemen logika, deskripsi rangkaian logika kombinasi dapat dilakukan
dengan menggunakan persamaan logika. Secara umum persamaan logika diklasifikasikan ke dalam 2
bentuk, yakni Sum Of Product (SOP) dan Product Of Sum (POS). Dari masing-masing bentuk persamaan
tersebut dapat diklasifikasikan lagi menjadi bentuk standar dan tidak standar.
SOP merupakan persamaan logika yang mengekspresikan operasi OR dari suku-suku berbentuk
operasi AND. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa SOP adalah bentuk persamaan yang melakukan
operasi OR terhadap AND. Bentuk SOP ini terdiri dari 2 macam, yaitu SOP standar dan SOP tidak standar.
SOP standar adalah persamaan logika SOP yang setiap sukunya mengandung semua variabel input yang
ada, sedangkan SOP standar merupakan persamaan logika SOP yang tidak setiap sukunya mengandung
semua variabel input. Pada bentuk SOP standar, setiap sukunya dinamakan minterm, disingkat dengan
m(huruf kecil). Minterm bersifat unik, yakni untuk semua kombinasi input yang ada hanya terdapat satu
kombinasi saja yang menyebabkan suatu minterm bernilai 1. Dengan kata lain, suatu persamaan logika
dalam bentuk SOP, dapat dilihat dari outputnya yang berlogic 1. Tanda sigma () digunakan sebagai
pengganti operator-operator penjumlahan (operasi logika OR).
POS merupakan suatu persamaan logika yang mengekspresikan operasi AND dari suku-suku
berbentuk operasi OR atau dengan kata lain POS adalah bentuk persamaan yang meakukan operasi AND
terhadap OR. Bentuk POS ini terdiri dari 2 macam, yaitu POS standar dan POS tidak standar. POS standar
adalah persamaan logika POS yang setiap sukunya mengandung semua variabel input yang ada,
sedangkan POS standar merupakan persamaan logika POS yang tidak setiap sukunya mengandung semua
variabel input. Pada bentuk POS standar, setiap sukunya dinamakan maxterm, disingkat dengan M (huruf
besar). Sama halnya dengan minterm, maxterm juga bersifat unik, yakni untuk semua kombinasi input
yang ada hanya terdapat satu kombinasi saja yang menyebabkan suatu maxterm bernilai 0. Dengan kata
lain, suatu persamaan logika dalam bentuk POS, dapat dilihat dari outputnya yang berlogic 0. Tanda phi
() digunakan sebagai pengganti operator-operator perkalian (operasi logika AND).
3. Penyederhanaan Secara Aljabar
Bentuk suatu persamaan logika baik dalam bentuk SOP maupun POS yang diperoleh dari tabel
kebenaran umumnya jika diimplementasikan ternyata merupakan bentuk impelementasi yang tidak
efisien. Oleh karena itu, setiap persamaan logika yang akan diimplementasikan ke dalam bentuk rangkaian
logika pada dasarnya dapat dilakukan jika persamaan logika tersebut sudah dalam bentuk minimum, yaitu
dengan tahap minimisasi. Tahap minimisasi merupakan suatu cara untuk memanipulasi atau
menyederhanakan suatu persamaan logika dengan menggunakan teorema aljabar Boolean, diagram
venn, karnaugh map, dam sebagainya. Dengan menyederhanakan suatu persamaan logika sebelum
persamaan tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk rangkaian, terdapat beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh, yaitu :
Selain menggunakan teorema aljabar Boolean, agar suatu persamaan logika dengan cepat dapat
diketahui sudah dalam bentuk minimum atau masih perlu diminimumkan dapat digunakan metode
Karnaugh Map. Keuntungan yang diperoleh dari penyederhanaan persamaan logika dengan
menggunakan K-map ditinjau dari persamaan akhir yang dihasilkan selalu merupakan persamaan yang
tersederhana. Pembahasan lebih lanjut tentang karnaugh map akan dijelaskan pada bab minimasi.
C. TEKNIK MINIMALISASI DIGITAL
Teknik minimisasi dalam ilmu digital adalah suatu teknik yang digunakan untuk menyederhanakan
suatu persamaan logika. Mengapa suatu persamaan logika perlu disederhanakan?
Suatu persamaan logika perlu disederhanakan agar jika persamaan logika itu kita buat menjadi
sebuah rangkaian logika kita bisa ;
Berikut adalah contoh rangkaian yang belum diminimisasi dan rangkaian yang sudah diminimisasi.
Sebuah Multiplexer adalah rangkaian logika yang menerima beberapa input data digital dan
menyeleksi salah satu dari input tersebut pada saat tertentu, untuk dikeluarkan pada sisi output. Seleksi
data-data input dilakukan oleh selector line, yang juga merupakan input dari multiplexer tersebut.
Jumlah data input maksimum pada multiplexer adalah 2(jumlah Select line).
2. DEMULTIPLEXER
Sebuah Demultiplexer adalah rangkaian logika yang menerima satu input data dan
mendistribusikan input tersebut ke beberapa output yang tersedia.
Seleksi data-data input dilakukan oleh selector line, yang juga merupakan input dari demultiplexer
tersebut. Blok diagram sebuah demultiplexer ditunjukkan pada gambar :
Rangkaian Demultiplexer
Penjumlahan Biner
Bilangan biner juga dapat dijumlahkan sebagaimana dapat kita lakukan untuk bilangan desimal,
adapun aturan penjumlahan bilangan biner sebagai berikut:
Dalam melakukan penjumlahan biasanya kita selalu melibatkan penjumlahan dengan carry
in. Carry in adalah nilai carry out yang akan dijumlahkan pada penjumlahan bilangan berikutnya. Adapun
pola penjumlahanya sama saja dengan pola penjumlahan bilangan desimal, hanya saja bedanya disini kita
hanya punya nilai angka 0 dan 1. Adapun aturannya dapat dilihat pada pola rumus berikut:
0 + 0 = 0
0 + 1 = 1
1 + 0 = 1
1 + 1 = 10 (angka 2)
1 + 1 + 1 = 11 (angka 3)
Pengurangan biner pada prinsipnya hampir sama dengan penjumlahan biner, jika pengurang lebih
besar dari bilangan yang dikurangi maka perlu adanya pinjaman (borrow) pada bilangan
disebelahnya. Aturan dalam pengurangan bilangan biner dapat dilihat pada rumus berikut:
Sama halnya dengan penjumlahan yang melibatkan carry in, maka pada pengurangan biner kita
juga akan melibatkan borrow in seperti terlihat pada rumus dan pola pengurangan berikut ini:
Berikut merupakan contoh pengurangan bilangan biner:
F. Sistem Sandi
Data yang diproses dalam sistem digital, maupun komputer digital umumnya dipresentasikan
dengan menggunakan kode/sandi tertentu. Terdapat berbagai macam sistem kode seperti Binary-Coded
Decimal (BCD), excess-3, kode 2 of 5,BCH (Binary Code Hexadecimal) dan kode ASCII(American Standard
Code For Information Interchange) . Dengan menggunakan sistem pengkodean, dapat disajikan berbagai
macam jenis data seperti bilangan, simbol, maupun huruf ke dalam besaran digital. Selain itu, dengan
sistem pengkodean juga dapat disajikan bilangan positif maupun bilangan negatif dan bahkan bilangan
pecahan dengan titik desimal.
Kode BCD atau bilangan desimal yang dikodekan kedalam bilangan biner, sering ditulis dalam
bentuk BCD-8421 menggunakan kode biner 4-bit untuk mempresentasikan masing-masing digit desimal
dari suatu bilangan. ada 5 macam sistem sandi BCD:
• Kode 8421
• Kode 5421
Metode penyandian angka 0 s.d 4 adalah sama dengan angka binernya, kemudian 5 s.d 9
dikodekan dengan biner pencerminan yang diinversi dari biner 7 s.d 3.
contoh:
Metode penyandian angka 0 s.d 4 adalah sama dengan angka binernya, kemudian 5 s.d 9
dikodekan dengan biner pencerminan yang diinversi dari biner 4 s.d 0.
contoh:
• Kode Excess- 3
Kode ini memiliki kelebihan nilai 3 dari digit asalnya. Untuk menyusun kode XS-3 dari suatu
bilangan desimal, masing-masing digit ditambah dengan 3 desimal, kemudian dikonversi seperti
cara pada konversi BCD.
contoh:
• Kode 2 of 5
Kode ini memiliki 2 nilai bit “1” dari 5 bit yang tersedia. Penempatan bit “1” dimulai dari MSB,
sedang bit “1” untuk digit berikutnya mengikuti posisi di sebelahnya.
Contoh :
210 disimpan sebagai 100102 of 5.
2. Kode BCH (Binary Code Decimal)
Bilangan heksadesimal dalam setiap tempat dapat terdiri dari 16 bilangan yang berbeda-beda
(angka dan huruf). Bentuk biner untuk 16 elemen memerlukan 4 bit. Sebuah BCH mempunyai 4 bit biner
untuk setiap tempat bilangan heksadesimal.
Contoh:
Merepresentasikan nilai alphanueric (huruf, bilangan dan simbol) menjadi nilai-nilai biner.Nilai-
nilai ini akan dibaca dan diproses oleh peralatan digital (misal: komputer, microprosesor) dalam bentuk
biner.ASCII Code terdii dari 7 bit biner 2 7 = 128 kombinasi kode 7 bit : 3 bit MSB dan 4 bit LSB
Contoh:
• 100 0111 = G
• 100 = MSB dan 0111 = LSB