Anda di halaman 1dari 7

 Diagnosis

Anamnesis dan menentukan lokasi sumber perdarahan serta menemukan

penyebabnya harus segera dilakukan. Perdarahan dari bagian anterior kavum nasi

biasanya akibat mencungkil hidung, epistaksis idiopatik, rinitis anterior dan penyakit

infeksi. Sedangkan dari bagian posterior atau media biasanya akibat hipertensi,

arteriosklerosis, fraktur atau tumor. Lakukan pengukuran tekanan darah dan periksa

faktor pembekuan darah. Disamping pemeriksaan rutin THT, dilakukan pemeriksaan

tambahan foto tengkorak kepala, hidung dan sinus paranasal, kalau perlu CT-scan.

 Penatalaksanaan

 Prinsip:

o Menghentikan Perdarahan

o Mencegah Komplikasi

o Mencegah Berulangnya Epistaksis

 Tatalaksana:

o Perbaiki keadaan umum

o Cari sumber perdarahan

o Hentikan perdarahan

o Cari faktor penyebab berulangnya perdarahan

1. Perhatikan keadaan umum pasien

2. Pastikan pasien tidak syok

3. First Aid
4. Pemasangan tampon:

a. Anterior

Apabila kauter tidak dapat mengontrol epistaksis atau bila sumber perdarahan

tidak dapat diidentifikasi, maka diperlukan pemasangan tampon anterior dengan

menggunakan kapas atau kain kassa yang diberi vaselin atau salap antibiotik.2,10

Tampon ini dipertahankan selama 3 – 4 hari dan kepada pasien diberikan antibiotik

spektrum luas.12 V aghela (2005) menggunakan swimmer’ s nose clip untuk

penanggulangan epistaksis anterior.13

b. Posterior

Perdarahan dari bagian posterior lebih sulit diatasi, sebab biasanya

perdarahan hebat dan sulit dicari sumber perdarahan dengan rinoskopi anterior.
Epistaksis posterior dapat diatasi dengan menggunakan tampon posterior, bolloon

tamponade , ligasi arteri dan embolisasi.

1. Tampon Posterior

Prosedur ini menimbulkan rasa nyeri dan memerlukan anestesi umum atau

setidaknya dengan anestesi lokal yang adekuat. Prinsipnya tampon dapat menutup

koana dan terfiksasi di nasofaring untuk menghindari mengalirnya darah ke

nasofaring. Kemudian dilakukan pemasangan tampon anterior. Tekhnik ini pertama

sekali diperkenalkan oleh Bellocq, dengan menggunakan tampon yang diikat dengan

tiga pita (band). Masukkan kateter karet kecil melalui hidung kedalam faring,

kemudian ujungnya dipegang dengan cunam dan dikeluarkan dari mulut agar dapat

diikat pada kedua ujung pita yang telah disediakan. Kateter ditarik kembali melalui

rongga hidung sehingga tampon tertarik ke dalam koana melalui nasofaring. Bantuan

jari untuk memasukkan tampon kedalam nasofaring akan mempermudah tindakan

ini.4,5 Apabila masih tampak perdarahan keluar dari rongga hidung, maka dapat pula

dimasukkan tampon anterior ke dalam kavum nasi. Kedua pita yang keluar dari nares

anterior kemudian diikat pada sebuah gulungan kain kasa didepan lubang hidung,

supaya tampon yang terletak di nasofaring tidak bergerak. Pita yang terdapat di

rongga mulut dilekatkan pada pipi pasien. Gunanya untuk menarik tampon keluar

melalui mulut setelah 2 – 3 hari.

2. Tampon Balon


Pemakaian tampon balon lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan

pemasangan tampon posterior konvensional tetapi kurang berhasil dalam mengontrol

epistaksis posterior. Ada dua jenis tampon balon, yaitu: kateter Foley dan tampon
balon yang dirancang khusus. Setelah bekuan darah dari hidung dibersihkan,

tentukan asal perdarahan. Kemudian lakukan anestesi topikal yang ditambahkan

vasokonstriktor. Kateter Foley no. 12 - 16 F diletakkan disepanjang dasar hidung

sampai balon terlihat di nasofaring. Kemudian balon diisi dengan 10 -20 cc larutan

salin dan kateter Foley ditarik kearah anterior sehingga balon menutup rongga

hidung posterior. Jika dorongan terlalu kuat pada palatum mole atau bila terasa sakit

yang mengganggu, kurangi tekanan pada balon. Selanjutnya dipasang tampon

anterior dan kateter difiksasi dengan mengunakan kain kasa yang dilekatkan pada

cuping hidung. Apabila tampon balon ini gagal mengontrol perdarahan, maka

dilakukan pemasangan tampon posterior.


5. Ligasi

Penanganan yang paling efektif untuk setiap jenis perdarahan adalah dengan

meligasi pembuluh darah yang ruptur pada bagian proksimal sumber perdarahan

dengan segera. Tetapi kenyataannya sulit untuk mengidentifikasi sumber perdarahan

yang tepat pada epistaksis yang berat atau persisten. Ada beberapa pendekatan ligasi

arteri yang mensuplai darah ke mukosa hidung.

- Ligasi a. Maksillaris interna

- Ligasi a. Karotis eksterna

- Ligasi a. Ethmoidalis anterior

6. Embolisasi

 Perawatan Rumah Sakit

Indikasi rawat:

- Pada pasien dengan tampon anterior bilateral,

- Tampon posterior/ tampon belloque,


- Hipertensi

- Epistaksis berulang dan pada keadaan dengan risiko tinggi (orang tua, debil,

alkoholik, penyakit hati)

- Saat dirawat pasien tirah baring dengan kepala lebih tinggi, humidifikasi

kamar harus diperhatikan

- Pertimbangkan pemberian oksigen dosis rendah.

 Komplikasi

- Aspirasi darah ke saluran nafas bawah

- Syok

- Anemia

- Gagal ginjal

- Penurunan tekanan darah yang mendadak menyebabkan : hipotensi,

hipoksia, iskemia serebri, insufisiensi koroner, infark miokard

- Akibat pembuluh darah yang terbuka : infeksi (perlu antibiotik)

- Pemasangan tampon :

- Rhino-sinusitis

- Otitis media

- Septikemia

- Toxic Shock Syndrome

- Lain-lain :

- Hemotimpanum : akibat mengalirnya darah melalui tuba Eustachius.

- Bloody tears
DAFTAR PUSTAKA

Balenger JJ, Snow JrJB. Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery, 15th

Ed.William & Wilkins, Baltimore, 1996.

Delfitri Munir, Yuritna Haryono, Andrina Y.M. Rambe . Epistaksis. Departemen

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Bedah Kepala leher Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Majalah Kedokteran Nusantara

Volume 39 No. 3 September 2006.

Roland NJ, McRae RDR dan Mc.Cobe AW. Key topics in Otolaryngology, Bios

Scientific Publisher Limited, 1995.

Anda mungkin juga menyukai