Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sebagaimana didefinisikan dalam bab pendahuluan, meliputi jumlah dari


kegiatan belajar dan pengalaman bahwa seorang siswa memiliki arah menurut sekolah. Ini
berarti bahwa sekolah harus bertanggung jawab untuk mengembangkan, merencanakan, dan
mengimplementasikan kurikulum sesuai kebutuhan baik siswa dan masyarakat.Dengan
demikian, proses pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan dan teknis harus mencerminkan
pemikiran terbaik dari pendidik dan dilakukan secara sistematis dan teratur, Finch. C. R dan
Crunkilton. J. R, (1979).

Sebelum kurikulum diaplikasikan dalam pembelajaran, tentu melalu berbagai proses yang
rumit dan sistematis. Segala sesuatu sebelum kurikulum siap diaplikasikan harus melalui suatu
proses perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik akan mendukung pelaksanaan baik,
apapun bentuk kegiatannya. Setiap perencanaan dalam pengembangan kurikulum selalu diawali
dengan pengambilan keputusan, dimana keputusan ini akan menentukan di masa mendatang.

Menurut Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979), sebuah kurikulum apapun sebelum


dapat ditawarkan, keputusan harus dibuat untuk melaksanakan kurikulum dan ada banyak faktor
yang harus dipertimbangkan sebelum keputusan dibuat. Selanjutnya dikatakan, keputusan harus
terkait dengan kebijakan negara, penentuan prioritas, program pendidikan dan standar sleksi dan
aspek lain dari keseluruhan kurikulum. Sehingga kurikulum pendidikan kejuruan dan teknik
perlu mengikuti proses pengembabilan keputusan yang sistematis berdasarkan informasi akurat
tentang sekolah dan masarakat.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara mengambil keputusan dalam perencanaan kurikulum?
2. Apa saja nilai-nilai yang ada dalampengambilan keputusan yang sistematis?
3. Bagaimana pengaruh filsafat pada pengambilan keputusan?
4. Apa saja strategi pengambilan keputusan?
2

5. Bagaimana cara menetapkan standar pengambilan keputusan?

C. Tujuan

Pengambilan keputusan sebagai bagian integral dari perencanaan kurikulum sangat


memegang peran kunci. Sehingga penekanan penekanan khsusu detempatkan pada proses
pembuatan keputusan, nila pengambilan keputusan yang sistematis, efek filsafat dan faktor
sosiopisiologi, pembentukan standar dan jenis data sehingga sampai pada pembuatan keputusan
pada perencanaan kurikulum.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Membuat Keputusan dalam Perencanaan Kurikulum

Membuat keputusan dalam perencanaan kurikulum harus melihat berbagai masalah yang
timbul dalam pendidikan.Masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan secara langsung atau
tidak langsung berimbas pada kurikulum.sehingga keputusan dalam perencanaan kurikulum
harus memperhatikan berbagai masalah yang ada. Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979),
menjelaskan hubungan keputusan untuk pengembangan kurikulum.

Dimana masalah yang berkembang dapat mempengaruhi keputusan kebijakan atau


keputusan operasional, Perumusan Tujuan dan Sasaran, Perumusan Prosedur dan Strategi,
Aplikasi Adm. untuk Kurikulum, Hari demi Hari Aplikasi ke Kurikulum.

Keputusan kebijakan dibagi menjadi dua area. Satu set dari keputusan kebijakan berfokus
pada tujuan perumusan tujuan dan sasaran untuk organisasi pendidikan. Tujuan ini harus
melayani sebagai dasar untuk arah dari unit pendidikan dan dasar bagi pengembangan
kurikulum. Aspek lain dari kebijakan keputusan terdiri dari masalah yang harus dipecahkan
relatif terhadap penyusunan prosedur dan strategi yang diperlukan untuk keberhasilan
pencapaian tujuan dan sasaran.

Keputusan yang dibuat pada tingkat operasional adalah tanggung jawab administrator dan
/ atau guru di lokasi seluruh organisasi pendidikan.Pengambil keputusan operasional, dalam
beberapa contoh, butuh masukan dari orang tua, siswa, pemilih, pemimpin sipil, bisnis dan
pemimpin industri, dan pembuatan kebijakan kelompok saat tiba di solusi masalah. Keputusan
kebijakan akan mempengaruhi keputusan operasional masa depan dan keputusan operasional
akan mendukung, mendefinisikan, memodifikasi, merevisi, atau mengidentifikasi kemungkinan
perubahan yang diperlukan dalam pernyataan kebijakan saat ini.

B. Nilai Pengambilan Keputusan yang Sistematis


4

Mengembangkan kurikulum yang efektif bukan tugas yang mudah, tapi merupakan satu
set tugas yang harus sistematis direncanakan, dilaksanakan dan dianalisis. Perencanaan efektif
akan menghasilkan kurikulum berkualitas untuk pengembangan siswa. Lulusan akan mudah
mendapatkan pekerjaan maupun kegiatan lain untuk menunjang hidup mereka. Perencanaan
yang efektif dapat meningkatkan kesempatan memadai bagi beroperasinya pendidikan kejuruan.
Perencanaan secara sistematis memungkinkan pendidik kejuruan untuk lebih bersaing dengan
orang lain yang mencari keuntungan pendidikan.

C. Pengaruh Filsafat pada Pengambilan Keputusan

Sebuah organisasi pendidikan keutusan tidak hanya dididasarkan pada aspek ekonomi
saja, tetapi harus memperhatikan aspek filosofi yang dimiliki mereka yang terkait dengan proses
pendidikan. Filsafat yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan yaitu filsafat pengambil
keputusan maupun filsafat Negara.Filsafat merupakan rujukan dasar dalam pengambilan
keputusan terhadap materi yang berhubungan dengan kehidupan manusia, (Efendi.M,
2009).Sementara itu menurut Katz dan Kahn, (1966) dalam Finch. C. R dan Crunkilton. J. R,
(1979), ada 4 (empat) faktor pisikologikal yang mempengaruhi keputusan terkait pada aspek
personal pembuat keputusan.

1.Orientasi mereka untuk kekuasaan versus orientasi ideologis mereka.

2.Emosionalitas mereka versus obyektivitas mereka.

3.Kreativitas mereka versus akal sehat mereka coaventional.

4.Orientasi aksi mereka dibandingkan kualitas kontemplatif mereka.

D.Strategi Pengambilan Keputusan

Menurut Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979), ada tiga strategi yang dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan, yaitu MBO, decision tree, PERT, dan problem solving.
5

1. Management by Objectives (MBO)

Pendekatan MBO untuk pengambilan keputusan telah digunakan oleh organisasi


pendidikan dalam beberapa tahun terakhir. Secara singkat, proses MBO dalam pendidikan dapat
digambarkan sebagai proses di mana administrator danguru bersama-sama mengidentifikasi
tujuan-tujuan umum organisasi dan mendefinisikan setiap peran dalam membantu orang untuk
memenuhi tujuan tersebut. Selanjutnya, tujuan tersebut berfungsi untuk mengukur kemajuan
setiap individu dalam menyelesaikan tanggung jawabnya dan kemajuan organisasi dalam
memenuhi tujuan.

Jantung dari pendekatan MBO adalah tujuan, tujuan ini harus hati-hati diturunkan. Unsur
kunci dari tujuan ini adalah bahwa persentase, rasio, angka, rata-rata, dan mutlak lainnya yang
ditentukan sehingga semua yang terkait tahu persis apa standar yang harus dipenuhi. Lima
langkah-langkah berurutan diikuti dalam mengembangkan tujuan: a) Menemukan tujuan, b)
mengatur tujuan, c) validasi tujuan, d) implemetasi tujuan, dan e) pengendalian dan pelaporan
status tujuan.

2. Decision Tree (Pohon Keputusan)

Meskipun pohon keputusan pada dasarnya dirancang untuk penggunaan bisnis eksekutif,
pendekatan ini memiliki nilai penting bagi pendidik dan harus diuji oleh siapapun yang secara
aktif terlibat dalam pengambilan keputusan kurikuler. Pendekatan ini didasarkan pada premis
bahwa, pada waktu yang berbeda dalam kehidupan pada keputusan organisasi, poin kunci
keputusan dicapai dan pengambil keputusan dengan nyata dapat mengilustrasikan ini dalam
bentuk cabang-cabang pohon.

Pohon keputusan dapat membantu manajemen dalam mengklarifikasipilihan, resiko,


tujuan, keuntungan moneter, dan kebutuhan informasi yang terlibat dalam masalah investasi,
(Magee, (1964), dalam Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979). Pendekatan pohon keputusan
tidak memberikan jawaban yang pasti untuk para pengambil keputusan tetapi dapat membantu
untuk memperjelas alternatif yang tersedia di berbagai poin keputusan penting.

3. Program Evaluation and Technique (PERT)


6

PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution Review Technique adalah suatu
metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada tahun 1950 untuk
mengatur program misil.Metodologi PERT divisualisasikan dengan suatu grafik atau bagan yang
melambangkan ilustrasi dari sebuah proyek.Diagram jaringan ini terdiri dari beberapa titik
(nodes) yang merepresentasikan kejadian (event) atau suatu titik tempuh (milestone).Titik-titik
tersebut dihubungkan oleh suatu vektor (garis yang memiliki arah) yang merepresentasikan suatu
pekerjaan (task) dalam sebuah proyek.Arah dari vektor atau garis menunjukan suatu urutan
pekerjaan.

Sebuah pekerjaan yang dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lain disebut juga
sebagai pekerjaan pararel (pararel task atau concurrent task). Dari sebuah diagram PERT dapat
digunakan untuk mengetahui suatu urutan aktivitas kritis atau aktivitas yang harus dilakukan
sebagai prioritas utama (critical path), penjadwalan dengan aktivitas lain, dan jumlah pekerja
yang dibutuhkan.

Inti dari mengambil keputusan, adalah sebagai berikut:

a) Keputusan dibuat untuk mempelajari kelayakan mendirikan program.


b) Standar untuk program didirikan.
c) Data sekolah terkait diidentifikasi.
d) Komunitas data terkait diidentifikasi.
e) Angka pendaftaran calon ditentukan.
f) Tersedia Berkualitas instruktur.
g) Fasilitas saat ini dinilai.
h) Dukungan anggaran saat ini dan masa depan.
i) Peluang dan proyeksi kesempatan kerja ditentukan.
j) Analisis data terkait sekolah.
k) Analisis data terkait masyarakat.
l) Analisis data komposit dan proposal akhir disiapkan.
m) Laporan ditinjau oleh penasehat dewan pendidikan kejuruan.
n) Proposal disetujui oleh sutradara kejuruan dan administrasi sekolah.
o) Proposal disampaikan ke sekolah papan.
p) Dewan sekolah membuat keputusan akhir.
7

4. Problem Solving (pemecahan masalah)

Pendekatan lain untuk pengambilan keputusan yaitu dengan pendekatan problem


solving.Pada kenyataannya, terlepas dari mana pengambilan keputusan oleh sebuah organisasi
dapat digunakan pendekatan problem solving atau pemecahan masalah.Mengidentifikasi masing-
masing pendekatan kunci titik di mana masalah harus diselesaikan. Perbedaan dasar cara di mana
masalah didekati dan tingkat mana prosedur diformulasikan.Pendekatan yang umum digunakan
saat menggunakan pemecahan masalah terdiri dari:

a) Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.


b) Menganalisis masalah.
c) Sesampainya di solusi alternatif yang tepat.
d) Menjelaskan konsekuensi solusi alternativ tersebut.
e) Memilih solusi alternatif terbaik untuk masalah ini, dan
f) Menganalisis konsekuensi aktual yang timbul dari keputusan tersebut.

E. Menetapkan Standar Pengambilan Keputusan

Kekuatan yang memiliki dampak besar pada jenis standar dianjurkan terdiri dari guru
atau perwakilan usaha atau industri yang berhubungan dengan okupasi wilayah kejuruan di
bawah pertimbangan.Individu yang mungkin dianggap peran kunci dalam pembentukan standar
termasuk guru-guru kejuruan, siswa, majikan, karyawan dalam pekerjaan yang berhubungan
dengan daerah kejuruan dalam diskusi kejuruan direksi dan pengawas dan perencana kurikulum.
Dalam beberapa kasus, standar tertentu dapat dikembangkan secara nasional dan diterapkan
untuk semua negara bagian dan program lokal.

Meskipun jumlah standar mungkin berbeda dengan yang berbeda program kejuruan, ada
beberapa standar umum yang harus ditetapkan terlepas dari daerah kejuruan adalah: 1)
pendaftaran calon, 2) ketersediaan instruktur berkualifikasi, 3) fasilitas yang tersedia, 4)
perlengkapan tersedia, 5) pendanaan yang tersedia, 6) kesempatan kerja, 7) program kejuruan
lain serupa yang tersedia, 8) apakah program-program kejuruan mendukung tujuan dan filosofi
8

sekolah, 9) apakah pengiriman program menjunjung tinggi petunjuk yang ditetapkan dan 10)
peluang untuk program kerjasama pendidikan kejuruan.

F. Mengidentifikasi Jenis Data yang akan Dikumpulkan

Setelah standar telah didirikan, maka dapat diidentifikasi berbagai jenis data yang
diperlukan untuk membantu pengambil keputusan.Setelah standar ditetapkan, pengumpulan data
sekarang mungkin dimulai. Ada dua bidang utama dari data yang akan dibutuhkan. Yang
pertama mungkin disebut sebagai data sekolah terkait dan kedua data masyarakat terkait.

Data terkait sekolah : fasilitas, tren pendaftaran dan dana yang tersedia.

Data terkait masyarakat : wilayah geografis, trend penduduk, tenaga kerja permintaan
pasar, pusat pelatihan.

G. Membuat Keputusan dalam Perencanaan Kurikulum

Dari sudut pandang perencanaan kurikulum, proses pengambilan keputusan dapat


dipandang terdiri dari beberapa tahap, masing-masing yang dibangun di atas yang lain dan
semakin melibatkan spesialis kurikulum pengumpulan data dan pengambilan keputusan kegiatan.

1.Mendefinisikan masalah dan menjelaskan alternatif.

2.Menetapkan standar untuk setiap alternatif.

3.Mengumpulkan data terkait sekolah & komunitas yang sejalan dengan standar.

4.Menganalisis data.

5.Memutuskan alternatif mana yang didukung oleh data.


9

BAB III

KESIMPULAN

Membuat keputusan dalam perencanaan kurikulum harus melihat berbagai masalah yang
timbul dalam pendidikan. Masalah-masalah ini secara langsung atau tidak langsung akan
berimbas pada kurikulum.

Pengembalian keputusan yang sistematis akan menghasilkan perencanaan yang efektif,


dimana efektifitas ini sangat mendukung beroperasinya pendidikan kejuruan yang memadai.

Pengambilan keputusan dalam perencanaan kurikum dipengaruhi oleh filsafat dan faktor
sosiopsikologi personal pengambil keputusan.

Ada 4 (empat) starategi dalam pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan dalam perencanaaan kurikulum yaitu MBO, pohon keputusan, PERT dan
problem solving.

Penentuan standar dalam pengambilan keputusan perlu melibatkan berbagai unsur seperti
guru terutama guru produktif, dunia usaha dan dunia industri, siswa, najikan, karyawan,
pengawas dan perencana kurikulum.

Membuat keputusan dalam perencanaan kurikulum diawali dengan pengumpulan data


sekolah dan masyarakat dengan memperhatikan standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
10

DAFTAR PUSTAKA

Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979), Curriculum Development in Vocational and Technical


Education, Planning, Content and Implemetation. Edisi ke 2.Library of Cingress in Publication
data.

Efendi, M. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran : Pengantar ke Aarah Pemahaman KBK, KTSP
dan SBI. Edisi ke 1.Fakultas Ilmu Pendidikan Iniversitas Negeri Malang.

Katz dan Kahn, (1966) dalam Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979),(empat) faktor
pisikologikal yang mempengaruhi keputusan.

Magee, (1964), dalam Finch. C. R dan Crunkilton. J. R, (1979),Pohon keputusan.

http://daun2001.blogspot.co.id/2013/05/making-decision-in-planning-curricullum.html.

Di akses pada tanggal 10 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai