Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

“Pasein dengan Resiko Bunuh Diri”

Dosen Pengampuh : Ns.M.Rhommandoni,S.Kep.,M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 7

Alief Munandar (20170811024011)

Yulian C Loupatty (20170811024098

Yayuk Nuryadi (20170811024114)

Deloni Mansoben (20170811024004)

Maria B Marsyom (2017081102483)

Italina Salla (20170811024030)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2019/2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2


KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 5
BAB II ................................................................................................................................ 6
LANDASAN TEORI .......................................................................................................... 6
2.1 KONSEP BUNUH DIRI .......................................................................................... 6
2.1.1 Definisi............................................................................................................... 6
2.1.2 Etiologi............................................................................................................... 8
2.1.3 Rentang Respon ............................................................................................... 13
2.1.4 Tingkah Laku Bunuh Diri ................................................................................ 14
2.1.5 Pathway............................................................................................................ 16
2.1.6 Tanda dan Gejala ............................................................................................. 16
2.1.7 Jenis-Jenis Bunuh Diri ..................................................................................... 17
2.1.8 Penatalaksanaan ............................................................................................... 18
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 19
2.2.1 Pengkajian........................................................................................................ 19
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 22
2.2.3 Intervensi ......................................................................................................... 22
BAB III ............................................................................................................................. 26
STRATEGI KOMUNIKASI ............................................................................................ 26
TERMINASI..................................................................................................................... 28
BAB IV ............................................................................................................................. 32
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) ................................................................... 32
BAB V .............................................................................................................................. 38
PENUTUP ........................................................................................................................ 38
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 38
5.2 Saran ................................................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 39

2
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulisa panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Pasien dengan Resiko Bunuh diri” ini dengan baik

Pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dengan matakuliah


Keperawatan Jiwa II.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlah
membantu dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki
makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua

Jayapura, Oktober 2019

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Gagasan bunuh diri mungkin juga muncul pada orang yang tidak mengalami
gangguan mental saat mereka berada dalam keadaan depresi atau mengalami
penyakit fisik.
Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap
tahun, dan jumlah usaha bunuh diri diperkirakan akan 10-20 kali lebih tinggi
dari ini.Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa salah satu upaya
bunuh diri terjadi kira-kira setiap tiga detik, dan terdapat satu orang setiap
menit yang meninggal karena bunuh diri.Penyebab bunuh diri merupakan hal
yang kompleks.Beberapa orang tampak sangat rentan untuk bunuh diri ketika
menghadapi peristiwa kehidupan yang sulit atau kombinasi stressor. Faktor-
faktor ini termasuk adanya gangguan mental sebelumnya atau
penyalahgunaan zat, riwayat bunuh diri dalam keluarga dekat, kekerasan
keluarga jenis apa pun, dan adanya perpisahan atau perceraian.
Pada sebuah studi epidemiologi di Amerika Serikat yang dilakukan
Kessler dan kawan – kawan (dkk), memperkirakan tingkat keinginan bunuh
diri sebesar 2,8% - 3,3% dari populasi umum, dan Weissman dkk,
melaporkan. antara 2 dan 18% pada sembilan negara.
Pasien dengan gangguan depresif mayor memiliki risiko yang besar
terjadinya bunuh diri
Pada sejumlah studi psikologis otopsi dari sampel bunuh diri menunjukkan
bahwa hanya sebagian kecil terjadi bunuh diri tanpa bersamaan dengan
diagnosis psikiatri yaitu sekitar 5% hingga 7%.Dari laporan studi klinis
menunjukkan sebesar 78 – 89 % pasien gangguan depresif mayor berat
memiliki keinginan dan percobaan bunuh diri.Dan adanya data yang
menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang melakukan bunuh diri
sebelumnya tidak melakukan percobaan bunuh diri dan setidaknya ada satu

4
studi tentang percobaan bunuh diri yang menemukan sekitar 10% akhirnya
mati dengan bunuh diri.Dengan demikian gagasan dan perencanaan bunuh diri
merupakan hal yang serius dibandingkan dengan percobaan bunuh diri.
Risiko untuk terjadinya bunuh diri bagi seorang individu yang dirawat di
rumah sakit pada episode gangguan depresif mayor berat diperkirakan 15%.
Pada penelitian yang dilakukan Beck, dan kawan - kawan terhadap 207
pasien rawat inap yang memiliki gagasan bunuh diri 7 % selama periode 5 -
10 tahun, terdapat 14 pasien yang melakukan bunuh diri. Beck mengamati
secara klinis bahwa ketika pasien depresi yakin tidak ada solusi untuk masalah
kehidupan yang serius, mereka memandang bunuh diri sebagai jalan keluar
dari situasi yang tak tertahankan.Menurut formulasi Beck's, putus asa
merupakan karakteristik inti dari depresi dan berfungsi sebagai penghubung
antara depresi dan bunuh diri.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang akan dibahas adalah :

1. Apa itu bunuh diri?


2. Apa saja etiologi dari bunuh diri?
3. Bagaiaman rentang respon seseorang?
4. Apa saja tingkah laku seseorang yang ingin bunuh diri
5. Apa saja tanda dan gejala seseorang yang ingin bunuh diri?
6. Apa saja jenis-jenis bunuh diri?
7. Apa saja konsep asuhan keperawatan dari pasien dengan resiko bunuh diri?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Definisi dari bunuh diri


2. Etiologi bunuh diri
3. Rentang respon
4. Tingkah laku bunuh diri
5. Tanda dan gejala bunuh diri
6. Jenis-jenis bunuh diri
7. Konsep asuhan keperawatan Pasien dengan resiko bunuh diri

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 KONSEP BUNUH DIRI

2.1.1 Definisi

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu
gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart,2006).

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).
Risiko bunuh diri dapat diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri
sendiri, mencederai diri, serta mengancam jiwa. (Nanda, 2012)
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif

6
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).

Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri.
(Clinton, 1995, hal. 262).

Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan
sengaja (DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik
besar dalam psikiatri. Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari.
Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri
bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada
pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak.

Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang
kelas sosial disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri
cenderung dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai
dengan depresi besar dan bersifat impulsif.

Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang yang dapat mengahiri hidupnya
sendiri dalam waktu singkat.(Attempt suicide, 1991).
Menurut Budi Anna Keliat, bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons
maladaptive. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Setiap aktivitas yang jika tidak dicegah akan menimbulkan kematian.(Stuart &
Sundeen, 1995)
Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi tiga kategori:
1. Ancaman bunuh diri – peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan

7
secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau
mingkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian
hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya. Pesan- pesan ini harus
dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman
menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respons
positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
2. Upaya bunuh diri – semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan
oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri – mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-
benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui
tepat pada waktunya.

2.1.2 Etiologi
Faktor Penyebab bunuh diri
Penyebab bunuh diri pada anak:
 Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
 Situasi keluarga yg kacau
 Perasaan tdk disayang atau selalu dikritik
 Gagal sekolah
 Takut atau dihina disekolah
 Kehilangan org yg dcintai
 Dihukum org lain
(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987,
hlm.518)

Penyebab bunuh diri pada remaja:


 Hubungan interpersonal yg tdk bermakna
 Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
 Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan
 Perasaan tdk dimengerti org lain

8
 Kehilangan org yg dicintai
 Keadaan fisik
 Masalah dgn org tua
 Masalah seksual
 Depresi
(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987,
hlm.518)
Penyebab bunuh diri pada mahasiswa:
 Self ideal terlalu tinggi
 Cemas akan tugas akademik yg banyak
 Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih
sayang orang tua
 Kompetisi untuk sukses
(Hendlin 1982, dikutip oleh Cool & Fontaine,1987,hlm.518)

Penyebab bunuh diri pada lansia:


 Perubahan status dari mandiri ketergantung
 Penyakit yg menurunkan kemampuan fungsi
 Perasaan tdk berarti dimasyarakat
 Kesepian & isolasi sosial
 Kehilangan ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
 Sumber hidup berkurang
(Hendlin 1982, dikutip oleh Cool & Fontaine,1987,hlm.518)
Faktor Resiko Bunuh Diri
 Kegagalan untuk adaptasi, tidak dapat menghadapi stress
 Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal / gagal melakukan hubungan yang berarti
 Perasaan marah / bermusuhan. (dapat merupakan hukuman diri
sendiri)
 Cara untuk mengakhiri keputusan
 Tangisan minta tolong
Tabel faktor risiko tingkah laku bunuh diri

9
(Stuart dan Sundeen, 1987, hal 488)

Faktor Risiko tinggi Risiko tinggi


Umur 45 tahun dan remaja 25-45 tahun dan <12
tahun
Jenis Laki-laki Perempuan
Status kawin Cerai, pisah, janda/duda Kawin
Jabatan Profesional Pekerjaan kasar
Pengangguran Pekerja Pekerjaan
Penyakit fisik Kronik, terminal Tidak ada yang serius
Gangguan metal Depresi, halusinasi Gangguan kepribadian
Pemakaian obat dan Ketergantungan Tidak
akohol

Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh


diri antara lain :
a. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh
diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi
c. Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
d. Biologis
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan
penjelasan biologis yang tepat untuk perilaku bunuh diri.

10
Beberapa peneliti percaya bahwa ada gangguan pada level
serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan dengan
perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan
bahwa perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana
orang yang suicidal mempunyai keluarga yang juga
menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun demikian,
hingga saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan
berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri
e. Psikologis
Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003)
mengidentifikasi tiga bentuk penjelasan psikologis mengenai
bunuh diri. Penjelasan yang pertama didasarkan pada Freud
yang menyatakan bahwa “suicide is murder turned around 180
degrees”, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan
kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan. Secara
psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri
mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia
merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap
untuk menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang
tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan
objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk
menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku
destruktif diri terjadi
f. Sosiokultural
Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim
yang memandang perilaku bunuh diri sebagai hasil dari
hubungan individu dengan masyarakatnya, yang menekankan
apakah individu terintegrasi dan teratur atau tidak dengan
masyarakatnya
g. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.

11
h. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
prilaku destrukif diri.
Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan
yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup
yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat
atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal
tersebut menjadi sangat rentan.

a. Perilaku Koping

Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang


mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh
diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social
maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial
dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan
perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat menyebabkan
kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan
menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan
keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.

b. Mekanisme Koping

Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi


mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku
bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan

12
diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan
koping alternatif.

Respon adaptif Respon maladaptif

Peningkatan diri Beresiko Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh diri


destruktif tidak langsung

Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping.


Ancaman bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk
mendapatkan pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang
terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada diri
seseorang.

2.1.3 Rentang Respon

Menurut Yosep, Iyus (2009)

1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan


diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.
Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang
berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap
situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang
merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal
terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang
kurang tepat (maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya
untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan
terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak
masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.

13
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

2.1.4 Tingkah Laku Bunuh Diri


a. Rentang Menghargai-Merusak Diri
Rentang sehat sakit dapat dipakai untuk mengabarkan respon
adaptif sampai respon maladaptif pada bunuh diri.

Respon adaptif Respon maladapif


--------------------------::--------------------------::----------------------------::------------
-----
Menghargai diri Berani mengambil Merusak diri sendiri
Bunuhdiri
risiko dalam secara tidak langsung
mengembangkan diri

Gambar : Rentang menghargai-merusak diri


(Stuart dan Sundeen, 1987) hlm. 484)

Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau


stressor. Respon individu terhadap stressor tergantung pada
kemampuan masalah yang dimiliki serta tingkat stress yang dialami.
Individu yang sehat senantiasa berespon secara adaptif dan jika gagal
ia berespon secara maladaptif dengan menggunakan koping bunuh
diri. (Budi Anna Keliat, 1991:2-3)
b. Rentang Harapan-Putus Harapan
Beck, Rawlins dan Willliam(1984, hlm:499) mengemukakan
bahwa individu berharapan. Rentang arapan-putus harapan merupaan
rentang adaptif-maladaptif.

Respon adaptif Respon maladapif


----------------------------------------------------------------------------------------------
Harapan: Putus Asa :
*Yakin *Tidak berdaya
*Percaya *Putus asa

14
*Inspirasi *Apatis
*Tetap Hati *Gagal dan Kehilangan
*Ragu-ragu
*Sedih
*Depesi
*Bunuh diri

Gambar : Rentan harapan-putus harapan. (Beck, dkk.,1984, hlm:499)

Individu putus harapan menunjukkan perilaku seperti diatas,


berikut ini penjelasannya :
a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis. Individu yang
tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah,
karena merasa mampu, seolah-olah koping yang biasa bermanfaat
sudah tidak berguna lagi Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu
mengembangkan koping yang baruserta yakin tidak ada yang
membantu
b. Kehilangan, ragu-ragu. Individu yang mempunyai cita-cita
terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita
–citanya tidak tercapai. Demikian pula jika individu kehilangan
sesuatu yang dimilikinya misalya kehilangan pekerjaan atau kesehatan,
perceraian, perpisahan. Individu akan merasa gagal, kecewa, rendah
diri yang semua akan berakhir pada perilaku bunuh diri
c. Depresi. Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang
ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Bnyak teori yang
menjelaskan tentang depresi dan semua sepakat keadaan depresi
merupakan indikasi terjadinya bunuh diri. Individu berpikir tentang
bunuh diripada waktu depresi berat, namun tidak mempunyai
tenaga untuk melakukannya. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat
individu ke luar dari keadaan depresi.
d. Bunuh diri. Ini adaah tindakan agresif yang langsung terhadap iri
sendiri untuk mengakiri kehidupan, Keadaan ini didahului oleh
respons maladadtif yang telah disebutkan sebelumnya. Bunuh diri
mungkin merupakan keputusan terakhir dari indiviu untuk

15
memecahkan masalah yang dihadapai. (Budi Anna Keliat, 1991:3-
4)

2.1.5 Pathway

2.1.6 Tanda dan Gejala


a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri).

16
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber social.
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

2.1.7 Jenis-Jenis Bunuh Diri


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)

Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini


disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang
menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan
integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak
menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan mereka yang menikah.

b. Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)

Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung


untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok,
ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.

c. Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)

17
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi
antara individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan
norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan
tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan
padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.

2.1.8 Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh


diri salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (videbeck,
2008), obat-obat yang biasanya digunakan pada klien resiko bunuh diri
adalah SSRI (selective serotonine reuptake inhibitor) (fluoksetin 20
mg/hari per oral), venlafaksin (75-225 mg/hari per oral), nefazodon (300-
600 mg/hari per oral), trazodon (200-300 mg/hari per oral), dan bupropion
(200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut sering dipilih karena tidak
berisiko letal akibat overdosis.
Mekanisme kerja obat tersebut akan bereaksi dengan sistem
neurotransmiter monoamin di otak khususnya norapenefrin dan serotonin.
Kedua neurotransmiter ini dilepas di seluruh otak dan membantu
mengatur keinginan, kewaspadaan, perhataian, mood, proses sensori, dan
nafsu makan.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri
selanjutnya perawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang tepat
bagi klien. Tujuan dilakukannya intervensi pada klien dengan resiko bunuh
diri adalah (Keliat, 2009)
1) Klien tetap aman dan selamat
2) Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya
3) Klien mampu mengungkapkan perasaannya
4) Klien mampu meningkatkan harga dirinya
5) Klien mampu menggunakan cara penyelesaian yang baik

18
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian

1. Riwayat masa lalu :


a) Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
b) Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
c) Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
d) Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
e) Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisosial
f) Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru
dialami
3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
4. Riwayat pengobatan.
5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari
individu dengan gangguan mood.
7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
a) Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang
sulit.
b) Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang
teratur dan cara-cara melaksanakan rencana tersebut.
c) Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat
gelisah, keparahan gangguan mood
d) Sistem pendukung yang ada.
e) Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain
(baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan
riwayat penyalahgunaan zat.
f) Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar
keluarga klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan

19
rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda
kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
8. Symptom yang menyertainya
8.1 Apakah klien mengalami :
1. Ide bunuh diri
2. Ancaman bunuh diri
3. Percobaan bunuh diri
4. Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
8.2 Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan
anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko
bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh
diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi
diantaranya :
a) Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
b) Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau
perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan
rencananya
c) Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas akan suicide
d) Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu
diakses oleh klien

Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang


riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :

I. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik


II. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
III. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan
mendorong komunikasi terbuka
IV. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang
dimengerti klien
V. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya

20
VI. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
VII. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
VIII. Peroleh riwayat penyakit fisik klien

Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki resiko


apabila menunjukkan perilaku sebagai berikut :

1. Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri


2. Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh
diri.
3. Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
4. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
5. Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6. Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
7. Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8. Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9. Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau
kehilangan yang bertubi-tubi dan secara bersamaan
10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri
misal pistol, obat, racun
11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan
pengobatan
12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan social

Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu


memahami petunjuk dalam melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga
untuk mendapatkan data yang akurat. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam
melakukan wawancara adalah :

1. Tentukan tujuan secara jelas : Dalam melakukan wawancara, perawat


tidak melakukan diskusi secara acak, namun demikian perawat perlu
melakukannya wawancara yang fokus pada investigasi depresi dan pikiran
yang berhubungan dengan bunuh diri.
Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu
diobservasi dari komunikasi non verbal. Hal ini perawat tetap

21
memperhatikan indikasi terhadap kecemasan dan distress yang berat serta
topic dan ekspresi dari diri klien yang di hindari atau diabaikan.
2. Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien,
karena hal ini akan mempengaruhi penilaian profesional
3. Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu
membangun hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dank
lien.
4. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu
mempengaruhi emosional klien
5. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan
membuat kabur penilaian profesional.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


i. Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)
ii. Resiko Bunuh Diri
iii. Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

2.2.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Perilaku Kekerasan Setelah dilakukan 1. Menemani pasien terus-
(Resiko Mencederai perawatan kepada menerus sampai dia dapat
diri sendiri) pasien, dengan dipindahkan ketempat
tujuan : pasien
yang aman
merasa aman dan
2. Menjauhkan semua benda
selamat
yang berbahaya (misalnya
pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien
benar-benar telah
meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4. Dengan lembut

22
menjelaskan pada pasien
bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan bunuh
diri

2 Resiko Bunuh Diri Tujuan : Keluarga 1. Menganjurkan


berperan serta keluarga untuk
melindungi ikut mengawasi
anggota keluarga pasien serta jangan
yang mengancam pernah
atau mencoba meninggalkan
bunuh diri pasien sendirian
2. Menganjurkan
keluarga untuk
membantu
perawat menjauhi
barang-barang
berbahaya
disekitar pasien
3. Mendiskusikan
dengan keluarga
perlunya
melibatkan pasien
agar tidak sering
melamun sendiri
4. Menjelaskan
kepada keluarga
pentingnya pasien
minum obat secara
teratur

23
3 Gangguan Konsep Tujuan : 1. Mendiskusikan tentang
Diri (Harga Diri 1) Pasien cara mengatasi keinginan
Rendah) mendapat bunuh diri, yaitu dengan
perlindungan dari meminta bantuan dari
lingkungannya keluarga atau teman.
2) Pasien dapat 2. Meningkatkan harga diri
mengungkapkan pasien, dengan cara:
perasaanya a. Memberi
3) Pasien dapat kesempatan pasien
meningkatkan mengungkapkan
harga dirinya perasaannya
4) Pasien dapat b. Berikan pujian
menggunakan bila pasien dapat
cara penyelesaian mengatakan
masalah yang perasaan yang
baik positif.
c. Meyakinkan
pasien bahwa
dirinya penting
d. Membicarakan
tentang keadaan
yang sepatutnya
disyukuri oleh
pasien
e. Merencanakan
aktifitas yang
dapat pasien
lakukan
3. Meningkatkan
kemampuan
menyelesaikan masalah,
dengan cara:

24
a. Mendiskusikan dengan
pasien cara
menyelesaikan
masalahnya
b. Mendiskusikan dengan
pasien efektifitas masing-
masing cara penyelesaian
masalah
c. Mendiskusikan dengan
pasien cara
menyelesaikan masalah
yang lebih baik

25
BAB III

STRATEGI KOMUNIKASI

3.1 SP 1 Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan


bunuh diri

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

”Assalamu’alaikum A kenalkan saya adalah perawat B yang bertugas di ruang


Mawar ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”

”Bagaimana perasaan A hari ini?”

“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan selama


ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?”

KERJA

“Bagaimana perasaan A setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana


ini A merasa paling menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan
diri? Apakah A merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang
lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A
sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk menyakiti
diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa A mati? Apakah A pernah
mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A
rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera
dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien,
misalnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya A membutuhkan
pertolongan segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”. ”Saya
perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan A.”

”Nah A, Karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk


mengakhiri hidup A, maka saya tidak akan membiarkan A sendiri.”

”Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan
itu muncul, maka untuk mengatasinya A harus langsung minta bantuan
kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang

26
besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau teman
jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”.

”Saya percaya A dapat mengatasi masalah, OK A?”

TERMINASI
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”

”Coba A sebutkan lagi cara tersebut”

”Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang”

( jangan meninggalkan pasien )

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh


diri

a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang

mengancam atau mencoba bunuh diri

b. Tindakan:

1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan


pernah meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-
barang berbahaya disekitar pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun sendiri
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara
teratur

SP 2 Keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien


yang mencoba bunuh diri

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

”Assalamu’alaikum Bapak/Ibu, kenalkan saya B yang merawat putra bapak


dan ibu di rumah sakit ini”.

27
”Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar A tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita
berbincang-bincangnya Pak/Bu?”Sambil kita awasi terus A.

KERJA
”Bapak/Ibu,A sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan
sahabat karibnya akibat bencana yang lalu, sehingga sekarang A selalu ingin
mengakhiri hidupnya. Karena kondisi A yang dapat mengakiri kehidupannya
sewaktu-waktu, kita semua perlu mengawasi A terus-menerus. Bapak/Ibu dapat
ikut mengawasi ya..pokoknya kalau alam kondisi serius seperti ini A tidak
boleh ditinggal sendidrian sedikitpun”

”Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat


digunakan A untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang.
Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada disekitar A”. ” Selain itu, jika
bicara dengan A fokus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negatif.

”Selain itu sebaiknya A punya kegiatan positif seperti melakukan hobbynya


bermain sepak bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri”

TERMINASI
”Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
”Coba bapak dan ibu sebutkan lagi cara tersebut”Baik, mari sama-sama kita
temani A, sampai keinginan bunuh dirinya hilang.

Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah

1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri

a. Tujuan:

1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya


2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b.Tindakan keperawatan

1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu


dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting

28
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien

e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:


a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik

3.2 SP 2 Pasien: Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
”Assalamu’alaikum B!, masih ingat dengan saya khan?Bagaimana perasaanB
hari ini? O... jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada
perasaan ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas
tentang bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama?
Dimana?”Disini saja yah!

KERJA
“Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”

”Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk


mengakhiri hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”

”Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau


keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta
bantuan kepada perawat atau keluarga dan teman yang sedang besuk.
Jadi usahakan B jangan pernah sendirian ya..”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan
kembali apa yang telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagimana Masih
ada dorongan untuk bunuh diri? Kalau masih ada perasaan / dorongan
bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat yang lain. Kalau
sudah tidak ada keinginan bunuh diri saya akan ketemu B lagi, untuk
membicarakan cara meninngkatkan harga diri setengah jam lagi dan
disini saja.

ada perasaan / dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat
yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunh diri saya akan ketemu B lagi,
29
untuk membicarakan cara meninngkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini
saja.
3.3 SP 3 Pasien: Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien
isyarat bunuh diri

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B! Bagaimana perasaan B saat ini? Masih adakah
dorongan

mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita
akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B
miliki. Mau berapa lama? Dimana?”

KERJA
Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih
dan rugi kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam
kehidupan B. Keadaan yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus.
Ternyata kehidupan B masih ada yang baik yang patut B syukuri.Coba B
sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selama ini”.Bagaimana
kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali
apa-apa saja yang B patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal
yang baik dalam kehidupan B jika terjadi doronganmengakhiri kehidupan
(affirmasi).Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih B miliki
dan perlu disyukuri! Nanti jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah
dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan
yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!”

30
3.4 SP 4 Pasien: Berikut ini percakapan untuk meningkatkan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh
diri

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
”Assalamu’alaikum, B. Bagaimana perasaannyai? Masihkah ada keinginan
bunuh diri? Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang
kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama
ini timbul. Mau berapa lama? Di saja yah ?”

KERJA
« Coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri. Selain bunuh diri,
apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita
diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita
pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut B cara
yang mana? Ya, saya setuju. B bisa dicoba!”Mari kita buat rencana kegiatan
untuk masa depan.”

TERMINASI

Bagaimana perasaan B, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi


masalah yang B akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, B menyelesaikan
masalah dengan cara yang dipilih B tadi. Besok di jam yang sama kita akan
bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman B menggunakan cara yang
dipilih”.

31
BAB IV

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


BERFOKUS PADA STIMULASI PERSEPSI UNTUK

HARGA DIRI RENDAH

4.1 Latar Belakang

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan,
dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

Terapi aktivitas stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.

4.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Membantu klien meningkatkan harga diri untuk berhubungan dengan orang lain
dalam suatu kelompok

2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Klien dapt menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Klien dapat menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuannya

4.3 Sasaran

a. Klien dengan gangguan harga diri rendah


b. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat (tidak sedang mengidap

32
penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain)

4.4 Metode

Role Play dan Diskusi

4.5 Strategi Pelaksanaan

1. Diskripsi struktur kelompok


a. Leader
1) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai
2) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
3) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
4) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5) Menjelaskan permainan
b. Co Leader
1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
2) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
c. Fasilitator
1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2) Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
d. Observer
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan
berlangsung
3) Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder)
2. Langkah-langkah kegiatan
a) Perkenalan dan pengarahan
1. Mempersiapkan lingkungan : suasana tenang dan nyaman
(tidak ribut)
2. Mempersiapkan tempat : pengaturan posisi tempat duduk,
leader berdiri di depan dan berkomunikasi dengan seluruh
anggota kelompok
3. Mempersiapkan anggota kelompok : membuat kontrak

33
kembali dengan klien untuk mengikuti terapi aktifitas
kelompok stimulasi persepsi untuk harga diri rendah
b. Pembukaan
a. Leader memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, asal dan tempat
tinggal
b. Leader menjelaskan tujuan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi
untuk harga diri rendah
c. Membuat kontrak waktu dengan klien dan lamanya permainan
berlangsung
d. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok antara lain : jika
klien ingin ke kamar mandi atau toilet harus minta ijin kepada leader,
bila ingin menjawab pertanyaan klien diminta untuk mengacungkan
tangan dan diharapkan klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Role play
Permainan dimulai dengan bermain peran oleh fasilitator sesuai petunjuk
leader selama 5 menit. Setelah itu observer menghidupkan tape recorder
dan memulai permainan, semua fasilitator duduk di kursi. Selama musik
masih berbunyi para fasilitator mengedarkan kotak dari fasilitator satu ke
fasilitator berikutnya. Bagi fasilitator yang memegang kotak pada saat
musik dihentikan, fasilitator diminta untuk memperkenalkan diri, dan
menyampaikan pengalamannya yang paling menyenangkan. Peserta yang
lain diminta untuk menanggapi dan mengajukan pertanyaan.

d. Permainan

Klien diminta untuk mengambil tempat duduk di kursi yang tersedia.


Selanjutnya bermain sesuai dengan role play diatas

e. Evaluasi
1) Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah melakukan
permainan
2) Klien dapat menyebutkan keuntungan dari permainan tersebut
3) Klien dapat mengungkapkan usul atau pendapat dari kegiatan
permainan
f. Penutup
1. Leader menyampaikan apa yang telah dicapai anggota
kelompok setelah mengikuti permainan

34
2. Perawat memberikan reinforcement positif pada setiap klien
yang mengikuti permainan

4.6 Media dan Alat :

a. Sound system
b. Lagu
c. Name tag
d. Spidol

4.7 Setting Tempat

Keterangan :

= Klien

= Fasilitator

= Observer

= Leader

= Co Leader

35
2.8 ORGANISASI KELOMPOK
Leader : Yayuk Nuryadi
Co-Leader : Maria Marsyom
Fasilitator : Alief Munandar
Observer : Deloni Mansoben

2.9 EVALUASI DAN DOKUMENTASI


Nama Peserta TAK
No Aspek yang Dinilai

1 Mengikuti kegiatan dari awal


sampai akhir.

2 Memperkenalkan diri kepada


klien lain.

3 Mengungkapkan hal-hal positif


diri klien.

4 Mengungkapkan hal-hal positif


tentang fisik.

5 Mengungkapkan hal-hal positif


peran.

6 Mengungkapkan harapan-
harapan diri.

7 Mengungkapkan perasaan
setelah melakukan permainan.

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

36
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien menyampaikan hal-
hal positif dirinya. Beri tanda “√” jika klien mampu dan tanda “x” jika klien
tidak mampu.

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).

Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang yang dapat mengahiri hidupnya
sendiri dalam waktu singkat.(Attempt suicide, 1991).

5.2 Saran

Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasien yang


ingin mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku
bunuh diri pasien
Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan jiwa.

38
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna.1991. Tingkah Laku Bunuh Diri. Jakarta: Arcan

Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC

NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification


2012-2014.
Philadelphia: NANDA International.

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis


KeperawatanDiagnosa
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta:
EGC

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Yosep, I. 2010.Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

39

Anda mungkin juga menyukai