(Fix) Makalah Kep - Jiwa II
(Fix) Makalah Kep - Jiwa II
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2019/2020
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulisa panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Pasien dengan Resiko Bunuh diri” ini dengan baik
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlah
membantu dalam penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu,
penulis mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki
makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
Bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Gagasan bunuh diri mungkin juga muncul pada orang yang tidak mengalami
gangguan mental saat mereka berada dalam keadaan depresi atau mengalami
penyakit fisik.
Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat setiap
tahun, dan jumlah usaha bunuh diri diperkirakan akan 10-20 kali lebih tinggi
dari ini.Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa salah satu upaya
bunuh diri terjadi kira-kira setiap tiga detik, dan terdapat satu orang setiap
menit yang meninggal karena bunuh diri.Penyebab bunuh diri merupakan hal
yang kompleks.Beberapa orang tampak sangat rentan untuk bunuh diri ketika
menghadapi peristiwa kehidupan yang sulit atau kombinasi stressor. Faktor-
faktor ini termasuk adanya gangguan mental sebelumnya atau
penyalahgunaan zat, riwayat bunuh diri dalam keluarga dekat, kekerasan
keluarga jenis apa pun, dan adanya perpisahan atau perceraian.
Pada sebuah studi epidemiologi di Amerika Serikat yang dilakukan
Kessler dan kawan – kawan (dkk), memperkirakan tingkat keinginan bunuh
diri sebesar 2,8% - 3,3% dari populasi umum, dan Weissman dkk,
melaporkan. antara 2 dan 18% pada sembilan negara.
Pasien dengan gangguan depresif mayor memiliki risiko yang besar
terjadinya bunuh diri
Pada sejumlah studi psikologis otopsi dari sampel bunuh diri menunjukkan
bahwa hanya sebagian kecil terjadi bunuh diri tanpa bersamaan dengan
diagnosis psikiatri yaitu sekitar 5% hingga 7%.Dari laporan studi klinis
menunjukkan sebesar 78 – 89 % pasien gangguan depresif mayor berat
memiliki keinginan dan percobaan bunuh diri.Dan adanya data yang
menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang melakukan bunuh diri
sebelumnya tidak melakukan percobaan bunuh diri dan setidaknya ada satu
4
studi tentang percobaan bunuh diri yang menemukan sekitar 10% akhirnya
mati dengan bunuh diri.Dengan demikian gagasan dan perencanaan bunuh diri
merupakan hal yang serius dibandingkan dengan percobaan bunuh diri.
Risiko untuk terjadinya bunuh diri bagi seorang individu yang dirawat di
rumah sakit pada episode gangguan depresif mayor berat diperkirakan 15%.
Pada penelitian yang dilakukan Beck, dan kawan - kawan terhadap 207
pasien rawat inap yang memiliki gagasan bunuh diri 7 % selama periode 5 -
10 tahun, terdapat 14 pasien yang melakukan bunuh diri. Beck mengamati
secara klinis bahwa ketika pasien depresi yakin tidak ada solusi untuk masalah
kehidupan yang serius, mereka memandang bunuh diri sebagai jalan keluar
dari situasi yang tak tertahankan.Menurut formulasi Beck's, putus asa
merupakan karakteristik inti dari depresi dan berfungsi sebagai penghubung
antara depresi dan bunuh diri.
1.3 Tujuan
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.1 Definisi
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang
dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri
karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu
gagal dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan
(Stuart,2006).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4).
Risiko bunuh diri dapat diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri
sendiri, mencederai diri, serta mengancam jiwa. (Nanda, 2012)
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
6
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya
untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri.
(Clinton, 1995, hal. 262).
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan
sengaja (DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik
besar dalam psikiatri. Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari.
Percobaan bunuh diri 10 kali lebih sering, sekarang peracunan diri sendiri
bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang masuk rumah sakit dan pada
pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak.
Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang
kelas sosial disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri
cenderung dilakukan oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai
dengan depresi besar dan bersifat impulsif.
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang yang dapat mengahiri hidupnya
sendiri dalam waktu singkat.(Attempt suicide, 1991).
Menurut Budi Anna Keliat, bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Keadaan ini didahului oleh respons
maladaptive. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Setiap aktivitas yang jika tidak dicegah akan menimbulkan kematian.(Stuart &
Sundeen, 1995)
Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi tiga kategori:
1. Ancaman bunuh diri – peringatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut
mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang tersebut mungkin menunjukkan
7
secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau
mingkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal melalui pemberian
hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya. Pesan- pesan ini harus
dipertimbangkan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir. Ancaman
menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian. Kurangnya respons
positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh
diri.
2. Upaya bunuh diri – semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan
oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri – mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan yang tidak benar-
benar ingin mati mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui
tepat pada waktunya.
2.1.2 Etiologi
Faktor Penyebab bunuh diri
Penyebab bunuh diri pada anak:
Pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan
Situasi keluarga yg kacau
Perasaan tdk disayang atau selalu dikritik
Gagal sekolah
Takut atau dihina disekolah
Kehilangan org yg dcintai
Dihukum org lain
(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987,
hlm.518)
8
Kehilangan org yg dicintai
Keadaan fisik
Masalah dgn org tua
Masalah seksual
Depresi
(Hafen & Frandsen 1985, dikutip oleh Cook & Fontaine, 1987,
hlm.518)
Penyebab bunuh diri pada mahasiswa:
Self ideal terlalu tinggi
Cemas akan tugas akademik yg banyak
Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan kasih
sayang orang tua
Kompetisi untuk sukses
(Hendlin 1982, dikutip oleh Cool & Fontaine,1987,hlm.518)
9
(Stuart dan Sundeen, 1987, hal 488)
Faktor Predisposisi
10
Beberapa peneliti percaya bahwa ada gangguan pada level
serotonin di otak, dimana serotonin diasosiasikan dengan
perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain mengatakan
bahwa perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana
orang yang suicidal mempunyai keluarga yang juga
menunjukkan kecenderungan yang sama. Walaupun demikian,
hingga saat ini belum ada faktor biologis yang ditemukan
berhubungan secara langsung dengan perilaku bunuh diri
e. Psikologis
Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003)
mengidentifikasi tiga bentuk penjelasan psikologis mengenai
bunuh diri. Penjelasan yang pertama didasarkan pada Freud
yang menyatakan bahwa “suicide is murder turned around 180
degrees”, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri dengan
kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan. Secara
psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri
mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia
merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap
untuk menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang
tersebut. Meskipun individu mengidentifikasi dirinya dengan
objek kasih sayang, perasaan marah dan harapan untuk
menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu, perilaku
destruktif diri terjadi
f. Sosiokultural
Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim
yang memandang perilaku bunuh diri sebagai hasil dari
hubungan individu dengan masyarakatnya, yang menekankan
apakah individu terintegrasi dan teratur atau tidak dengan
masyarakatnya
g. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.
11
h. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
prilaku destrukif diri.
Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan
yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup
yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat
atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal
tersebut menjadi sangat rentan.
a. Perilaku Koping
b. Mekanisme Koping
12
diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan
koping alternatif.
13
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
14
*Inspirasi *Apatis
*Tetap Hati *Gagal dan Kehilangan
*Ragu-ragu
*Sedih
*Depesi
*Bunuh diri
15
memecahkan masalah yang dihadapai. (Budi Anna Keliat, 1991:3-
4)
2.1.5 Pathway
16
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber social.
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
17
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi
antara individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan
norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan
tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan
padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.
2.1.8 Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
18
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian
19
rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda
kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
8. Symptom yang menyertainya
8.1 Apakah klien mengalami :
1. Ide bunuh diri
2. Ancaman bunuh diri
3. Percobaan bunuh diri
4. Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
8.2 Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan
anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko
bunuh diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh
diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi
diantaranya :
a) Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
b) Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau
perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan
rencananya
c) Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk
merencanakan dan mengagas akan suicide
d) Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu
diakses oleh klien
20
VI. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
VII. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
VIII. Peroleh riwayat penyakit fisik klien
21
memperhatikan indikasi terhadap kecemasan dan distress yang berat serta
topic dan ekspresi dari diri klien yang di hindari atau diabaikan.
2. Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien,
karena hal ini akan mempengaruhi penilaian profesional
3. Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu
membangun hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dank
lien.
4. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu
mempengaruhi emosional klien
5. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan
membuat kabur penilaian profesional.
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Perilaku Kekerasan Setelah dilakukan 1. Menemani pasien terus-
(Resiko Mencederai perawatan kepada menerus sampai dia dapat
diri sendiri) pasien, dengan dipindahkan ketempat
tujuan : pasien
yang aman
merasa aman dan
2. Menjauhkan semua benda
selamat
yang berbahaya (misalnya
pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien
benar-benar telah
meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4. Dengan lembut
22
menjelaskan pada pasien
bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan bunuh
diri
23
3 Gangguan Konsep Tujuan : 1. Mendiskusikan tentang
Diri (Harga Diri 1) Pasien cara mengatasi keinginan
Rendah) mendapat bunuh diri, yaitu dengan
perlindungan dari meminta bantuan dari
lingkungannya keluarga atau teman.
2) Pasien dapat 2. Meningkatkan harga diri
mengungkapkan pasien, dengan cara:
perasaanya a. Memberi
3) Pasien dapat kesempatan pasien
meningkatkan mengungkapkan
harga dirinya perasaannya
4) Pasien dapat b. Berikan pujian
menggunakan bila pasien dapat
cara penyelesaian mengatakan
masalah yang perasaan yang
baik positif.
c. Meyakinkan
pasien bahwa
dirinya penting
d. Membicarakan
tentang keadaan
yang sepatutnya
disyukuri oleh
pasien
e. Merencanakan
aktifitas yang
dapat pasien
lakukan
3. Meningkatkan
kemampuan
menyelesaikan masalah,
dengan cara:
24
a. Mendiskusikan dengan
pasien cara
menyelesaikan
masalahnya
b. Mendiskusikan dengan
pasien efektifitas masing-
masing cara penyelesaian
masalah
c. Mendiskusikan dengan
pasien cara
menyelesaikan masalah
yang lebih baik
25
BAB III
STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI
KERJA
”Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan
itu muncul, maka untuk mengatasinya A harus langsung minta bantuan
kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang
26
besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau teman
jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan”.
TERMINASI
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
b. Tindakan:
ORIENTASI
27
”Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar A tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita
berbincang-bincangnya Pak/Bu?”Sambil kita awasi terus A.
KERJA
”Bapak/Ibu,A sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan
sahabat karibnya akibat bencana yang lalu, sehingga sekarang A selalu ingin
mengakhiri hidupnya. Karena kondisi A yang dapat mengakiri kehidupannya
sewaktu-waktu, kita semua perlu mengawasi A terus-menerus. Bapak/Ibu dapat
ikut mengawasi ya..pokoknya kalau alam kondisi serius seperti ini A tidak
boleh ditinggal sendidrian sedikitpun”
TERMINASI
”Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
”Coba bapak dan ibu sebutkan lagi cara tersebut”Baik, mari sama-sama kita
temani A, sampai keinginan bunuh dirinya hilang.
a. Tujuan:
28
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
ORIENTASI
”Assalamu’alaikum B!, masih ingat dengan saya khan?Bagaimana perasaanB
hari ini? O... jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada
perasaan ingin bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas
tentang bagaimana cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama?
Dimana?”Disini saja yah!
KERJA
“Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”
ada perasaan / dorongan bunuh diri, tolong panggil segera saya atau perawat
yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunh diri saya akan ketemu B lagi,
29
untuk membicarakan cara meninngkatkan harga diri setengah jam lagi dan disini
saja.
3.3 SP 3 Pasien: Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien
isyarat bunuh diri
ORIENTASI
“Assalamu’alaikum B! Bagaimana perasaan B saat ini? Masih adakah
dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita
akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang masih B
miliki. Mau berapa lama? Dimana?”
KERJA
Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih
dan rugi kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam
kehidupan B. Keadaan yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus.
Ternyata kehidupan B masih ada yang baik yang patut B syukuri.Coba B
sebutkan kegiatan apa yang masih dapat B lakukan selama ini”.Bagaimana
kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali
apa-apa saja yang B patut syukuri dalam hidup B? Ingat dan ucapkan hal-hal
yang baik dalam kehidupan B jika terjadi doronganmengakhiri kehidupan
(affirmasi).Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih B miliki
dan perlu disyukuri! Nanti jam 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah
dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan
yang tidak terkendali segera hubungi saya ya!”
30
3.4 SP 4 Pasien: Berikut ini percakapan untuk meningkatkan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh
diri
ORIENTASI
”Assalamu’alaikum, B. Bagaimana perasaannyai? Masihkah ada keinginan
bunuh diri? Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang
kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama
ini timbul. Mau berapa lama? Di saja yah ?”
KERJA
« Coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri. Selain bunuh diri,
apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita
diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita
pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut B cara
yang mana? Ya, saya setuju. B bisa dicoba!”Mari kita buat rencana kegiatan
untuk masa depan.”
TERMINASI
31
BAB IV
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di
dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan,
dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Terapi aktivitas stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam
kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah.
4.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Membantu klien meningkatkan harga diri untuk berhubungan dengan orang lain
dalam suatu kelompok
2. Tujuan Khusus
a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Klien dapt menilai kemampuan yang dapat digunakan
c. Klien dapat menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuannya
4.3 Sasaran
32
penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dan lain-lain)
4.4 Metode
33
kembali dengan klien untuk mengikuti terapi aktifitas
kelompok stimulasi persepsi untuk harga diri rendah
b. Pembukaan
a. Leader memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, asal dan tempat
tinggal
b. Leader menjelaskan tujuan terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi
untuk harga diri rendah
c. Membuat kontrak waktu dengan klien dan lamanya permainan
berlangsung
d. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok antara lain : jika
klien ingin ke kamar mandi atau toilet harus minta ijin kepada leader,
bila ingin menjawab pertanyaan klien diminta untuk mengacungkan
tangan dan diharapkan klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Role play
Permainan dimulai dengan bermain peran oleh fasilitator sesuai petunjuk
leader selama 5 menit. Setelah itu observer menghidupkan tape recorder
dan memulai permainan, semua fasilitator duduk di kursi. Selama musik
masih berbunyi para fasilitator mengedarkan kotak dari fasilitator satu ke
fasilitator berikutnya. Bagi fasilitator yang memegang kotak pada saat
musik dihentikan, fasilitator diminta untuk memperkenalkan diri, dan
menyampaikan pengalamannya yang paling menyenangkan. Peserta yang
lain diminta untuk menanggapi dan mengajukan pertanyaan.
d. Permainan
e. Evaluasi
1) Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah melakukan
permainan
2) Klien dapat menyebutkan keuntungan dari permainan tersebut
3) Klien dapat mengungkapkan usul atau pendapat dari kegiatan
permainan
f. Penutup
1. Leader menyampaikan apa yang telah dicapai anggota
kelompok setelah mengikuti permainan
34
2. Perawat memberikan reinforcement positif pada setiap klien
yang mengikuti permainan
a. Sound system
b. Lagu
c. Name tag
d. Spidol
Keterangan :
= Klien
= Fasilitator
= Observer
= Leader
= Co Leader
35
2.8 ORGANISASI KELOMPOK
Leader : Yayuk Nuryadi
Co-Leader : Maria Marsyom
Fasilitator : Alief Munandar
Observer : Deloni Mansoben
6 Mengungkapkan harapan-
harapan diri.
7 Mengungkapkan perasaan
setelah melakukan permainan.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
36
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien menyampaikan hal-
hal positif dirinya. Beri tanda “√” jika klien mampu dan tanda “x” jika klien
tidak mampu.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa.
Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif
terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian.
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan.
(Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang yang dapat mengahiri hidupnya
sendiri dalam waktu singkat.(Attempt suicide, 1991).
5.2 Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail Wiscarz dan Sandra J. Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
39