Laporan Kasus
Serial Kasus :
Penegakkan Diagnosis dan Manajemen Tatalaksana
Kista Odontogenik Regio Maksilla Anterior
di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Christin Rony Nayoan, Riece Hariyati, Anna Mailasari Kusuma Dewi, Dwi Antono
Departemen IK THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / SMF K THT–KL RSUP Dr. Kariadi Semarang
111
Serial Kasus : Penegakkan Diagnosis dan Manajemen Tatalaksana Kista Odontogenik Regio Maksilla Anterior di RSUP Dr. Kariadi Semarang
A B C
Gambar 1. Profil pasien 1, A. Tampak samping kiri, B. Tampak depan sebelum operasi,
C. Tampak depan sesudah operasi.
Dr. Kariadi dengan keluhan utama benjolan di pipi kiri. Pasien didiagnosis dengan massa padat regio
Sejak 1 tahun pasien mengeluh muncul benjolan di pipi maksilaris dengan diagnosis banding berupa ossfying
kiri yang semakin membesar, sampai saat ini berukuran fibroma. Pasien diprogramkan untuk operasi ekstirpasi
bola pingpong, teraba keras, dan tidak terasa nyeri, pipi massa dengan pendekatan midfacial degloving. Intra
kiri terasa tebal. Terdapat riwayat sakit gigi dan gigi operatif tampak massa berkapsul keputihan menyerupai
goyang. kista, permukaan rata, tidak berbenjol-benjol dan
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum terlokalisir memenuhi sinus maksila sinistra, tidak
baik sadar compos mentis. Pada wajah terlihat asimetris meluas ke cavumnasi dan sinus ethmoid. Tampak
dengan benjolan di regio maksila sinistra, berukuran 3 x 3 dinding anterior sinus maksila telah terdestruksi.Kista
x 3 cm, tidak hiperemis, perabaan keras, terfiksir, tidak dilepaskan dari perlekatannya pada dinding latero-
ada nyeri tekan, batas tidak tegas, perabaan tidak hangat. inferior maksilla. Kista berisi cairan putih kental, tidak
(Gambar 1). berbau.
Hasil pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorok Pasien kemudian dikonsulkan ke departemen gigi
dalam batas normal. Pada inspeksi cavum oris tampak sisa dan mulut dan jawaban konsulan tersebut adalah;
akar pada gigi 2.6. Hasil pemeriksaan X–foto Waters ditemukan periodontitis kronik gigi 2.6 e.c
memberi kesan gambaran radioopaq di regio sinus gangreneradiks yang dicurigai menjadi penyebab kista
maksilla sinistra, dengan batas tidak jelas terhadap odontogenik. Saran ekstraksi gigi 2.6, dan telah
struktur sekitarnya. Hasil nasofaringoskopi didapatkan dilakukan. Hasil pemeriksaan patologi anatomi dari
kesan tidak ada massa atau tanda peradangan di daerah jaringan yang diambil saat operasi adalah ditemukan
cavumnasi, ostium sinus dan nasofaring. Untuk melihat jaringan dilapisi epitel thorax semu berlapis dengan
perluasan massa dilakukan pemeriksaan Computed bagian bagian yang atipik, stroma jaringan ikat sembab
Tomografi Scan (CT-Scan) sinus paranasal dengan hiperemis, bersebukan lekosit PMN, limfosit dan
kontras, didapatkan kesan massa isodens ukuran 3,07 x makrofag yang mengandung hemosiderin. Tak tampak
3,33 x 2,95 cm. Ekspansil ke dinding anterior sinus tanda ganas pada sediaan ini. Sesuai dengan : Proses
maksilaris sinistra disertai destruksi dinding anterior radang non spesifik disertai selatipik yang masih
maksilla, mendesak sinus maksilaris ke medio posterior mungkin merupakan kista radikuler. Pasien disarankan
(Gambar 2). kontrol berkala atau bila ada keluhan.
112
Medica Hospitalia | Vol. 5, No. 2, November 2018
A B C
Gambar 3. A. Inspeksi daerah hidung, B. Profile pasien sebelum operasi, C. Profil pasien sesudah operasi
A B
Gambar 4. A. Hasil MSCT Scan SPN dengan kontras,
B. Massa yang diduga kista di dasar vestibulum nasi dekstra.
113
Serial Kasus : Penegakkan Diagnosis dan Manajemen Tatalaksana Kista Odontogenik Regio Maksilla Anterior di RSUP Dr. Kariadi Semarang
A B
114
Medica Hospitalia | Vol. 5, No. 2, November 2018
untuk lesi yang luas.6–8,10 CT–scan akan memberikan akan tetap tumbuh. Jika kista tidak bersih dibuang, kista
gambaran lesi bulat atau oval, hipodens, berbatas tegas residual dapat terbentuk.1,7 Pada pasien 1, penanganan
(sclerotic border) dapat disertai gigi yang terlibat dan dapat gigi yang terlibat adalah ekstraksi gigi 2.6 (e.c gangren
memberikan gambaran air fluid level bila terinfeksi. Bila radiks) sedangkan pada pasien 2 kemungkinan gigi yang
menempel ke tulang akan memberikan gambaran terlibat adalah incisivus 2 kanan atas dan saat
penipisan korteks tulang dan bila meluas ke sinus akan dikonsulkan tidak disarankan untuk diekstraksi karena
mengubah bentuk sinus oleh karena sinus terisi dengan gigi tersebut telah erupsi sempurna.
kista (Gambar 6).11 Gambaran CT–scan inilah yang Diagnosis pasti sebuah kista adalah dengan
menyebabkan kista odontogenik didiagnosis menjadi pemeriksaan histopatologi, gambaran kista radikuler
massa padat. Seperti halnya pada pasien dalam laporan adalah dinding kista dibatasi oleh epitel skuamosa
kasus ini, hasil pemeriksaan CT–scan menunjukkan berlapis dengan ketebalan yang bervariasi, mengandung
gambaran massa padat yang ekspansil dan menempel di infiltrat sel inflamasi yang bervariasi, termasuk limfosit,
tulang, bahkan mulai tampak gambaran destruksi dan netrofil. Lumen kista sering mengandung debris
tulang, sehingga pasien terdiagnosis menjadi massa di nekrotik selular. Biasanya disertai dengan badan hialin
regio maksilla anterior. yang berbentuk bulan sabit (Rushton bodies), kolesterol,
Tatalaksana pada kista odontogenik tergantung hemosiderin dan jaringan ikat dalam lapisan epitel.
dari lokasi, ukuran, bentuk kista dan kadang Sedangkan gambaran histopatologi kista dentigerosa
membutuhkan pengangkatan sebagian tulang, adalah kista dengan lumen kistik dibatasi epitel skuamus
kemudian dilanjutkan operasi ekstraksi gigi yang komplek tak berkeratin, sisa-sisa epitel enamel, dengan
terlibat. Pilihan paling utama adalah enukleasi dan jaringan ikat fibrosa yang disertai sel radang dan kelenjar
kuretase. Pilihan lain adalah dengan marsupialisasi sebasea. Lumen kista dapat terisi cairan kental
terutama pada kista yang ukurannya sangat besar, kekuningan dapat juga disertai titik-titik darah.1,3,6 Hasil
dengan tujuan untuk dekompresi dan mengecilkan pemeriksaan histopatologi pada kedua pasien ini sesuai
ukuran kista, marsupialisasi juga menjadi pilihan pada untuk gambaran kista odontogenik yaitu kista radikuler
anak-anak karena gigi lain masih dalam masa untuk pasien 1 dan dentigerosa untuk pasien 2.
pertumbuhan.1,3,8 Kunjungan setelah operasi dilakukan untuk
Enukleasi kista adalah tindakan untuk memantau penyembuhan luka operasi, komplikasi yang
mengangkat seluruh kista termasuk epitel dan kapsul terjadi, dan follow up radiologis untuk memantau
pembungkusnya dari dinding kavitas tulang kekambuhan. Pada kedua pasien dilakukan evaluasi
dengantidak menyisakan jaringan patologis. Resikodari untukmelihat penyembuhan luka, dan karena
operasi adalah merusak banyak pembuluh darah dan penyembuhan baik, pasien disarankan untuk kontrol bila
jaringan saraf yang dapat menimbulkan parastesia. ada keluhan atau muncul benjolan baru, dan sampai
Marsupialisasi adalah tindakan pengangkatan kista laporan ini dibuat, belum didapatkan kekambuhan pada
yang lebih sederhana dimana dibuat jendela operasi kedua pasien dalam laporan kasus ini.
menuju dinding kista dan mengangkatkista dan seluruh
lapisannya. Tehnik ini sangat berguna karena menjaga SIMPULAN
struktur di sekitarnya seperti nervusal veolaris inferior,
antrum maksilla dan hidung, yang dapat rusak bila Angka kejadian kista odontogenik di regio maksilla
dilakukan tindakan enukleasi, juga tehnik inidapat anterior cukup tinggi, jadi bila didapatkan massa diregio
membuat gigi yang belum erupsi menjadi erupsi maksilla anterior dengan gejala yang tidak spesifik maka
sempurna karena telah didekompresi. Resiko dari untuk menegakkan diagnosis awal dapat dengan
tehnik ini adalah jaringan untuk pemeriksaan orthopantomograph yang akan memberikan gambaran
histopatologis tidak banyak sehingga kadang tidak kista lebih jelas dibandingkan CT–scan.
representatif.3
Penanganan kista pada pasien dalam laporan DAFTAR PUSTAKA
kasus ini adalah dengan cara enukleasi untuk
mengekstirpasi kista. Pada pasien 1 pendekatan yang 1. Larsen PE. Odontogenesis and odontogenic cysts and tumors.
dilakukan dengan midfacial degloving sedangkan pada In: Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, Robbins KT,
Thomas JR, Harker LA, et al., editors. Cummings :
pasien 2 dengan pendekatan denker rhinotomy. Pada
Otolaryngology: Head and neck surgery. Fourth ed.
kedua operasi ini didapatkan massa berkapsul cairan Philadelphia: Mosby, Inc; 2005.
kental yang tidak berbau dan dicurigai kista. Pada kedua 2. R EG, B K, H O. The prevalence of inflammatory and
operasi ini dilanjutkan dengan kuretase sampai kedasar developmental odontogenic cysts in a Libyan population.
perlekatannya. Lybyan J Med, . 2007(AOP : 071216):75–7.
3. Coulthard P, Horner K, Sloan P, Theaker ED. Cysts. Master
Penatalaksaan selanjutnya pada kista
dentistry, oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology
odontogenik adalah mengekstraksi gigi yang terlibat. and oral medicine. British: Churchill Livingstone; 2003. p.
Ekstraksi gigi tanpa membuang kista menyebabkan kista 149–57.
115
Serial Kasus : Penegakkan Diagnosis dan Manajemen Tatalaksana Kista Odontogenik Regio Maksilla Anterior di RSUP Dr. Kariadi Semarang
4. Seno S, Ogawal T, Shibayama M, Ogawa F, Fukui J, Owaki S, et 8. Smith RA. Jaw cysts. In: Lalwani AK, editor. Current diagnosis
al. Endoscopic sinus surgery for the odontogenic maxillary and treatment New York: Mc Graw Hill; 2007.
cysts. Rhinology. 2009(47):305–9. 10. Meningaud J-P, Oprean N, Pitak-Arnnop P, Betrand J-C.
5. Tekkesin MS, Olgac V, Aksakalli N, Alatli C. Odontogenic and Odontogenic cysts: a clinical study of 695 cases. Journal of Oral
nonodontogenic cysts in Istanbul : Analysis of 5088 cases. Head Science. 2006;48(2):59–62.
& Neck 2012(June 2012):852–5. 11. Prabhu SP, Padwa BL, Robson CD, Rahbar R. Dentigerous cyst
6. Chung WL, Cox DP, Ochs MW. Odontogenic cysts, tumors and associated with a displaced tooth in the maxillary sinus: an
related jaw lesions. In: Bayley BJ, Johnson JT, Newlands SD, unusual cause of recurrent sinusitis in an adolescent. Pediatr
editors. Head and neck surgery – otolaryngology. Fourth ed. Radiol. 2009;39:1102–4.
Philadelphia: Lippincott williams and wilkins 2006. p. 1570–83.
7. Nunez-Urrutia S, Figueiredo R, Gay-Escoda C. Retrospective
clinicopathological study of 418 odontogenic cysts. Med Oral
Patol Cir Bucal. 2010(Sep):767–73.
116