Anda di halaman 1dari 2

Penggunaan Antibodi Monoklonal

Pemanfaatan antibodi monoklonal dalam bidang kesehatan, baik untuk diagnostik atau
mengatasi penyakit kanker tertentu, telah banyak dilakukan. Antibodi monoklonal dapat
digunakan untuk tiga tujuan berikut:

1. Pemurnian reagen untuk tes atau penelitian


2. Sebagai penanda pada deteksi
3. Untuk terapi.

Beberapa antibodi monoklonal yang dilakukan untuk pengobatan berasal dari sel mencit
atau tikus, sering menimbulkan reaksi alergi pada pasien yang menerima terapi antibodi
monoklonal tersebut. Hal ini disebabkan karena protein mencit dikenal sebagai antigen asing
oleh sel tubuh pasien, sehingga menimbulkan reaksi respon imun antara lain berupa alergi,
inflamasi dan penghancuran atau destruksi antibodi monoklonal itu sendiri. Untuk mengatasi hal
tersebut maka dikembangkanlah antibodi monoklonal rekombinan manusia, yaitu suatu
monoklonal antibodi yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari protein yang berasal dari
manusia, untuk mengurangi efek penolakan oleh sistem imun pasien (Radji, M., 2011).

Aplikasi terapi antibodi monoklonal:


1. Diagnostik Imagin
Antibodi monoclonal dapat digunakan untuk melihat protein tertentu dalam tubuh, missal
antibodi monoclonal dikonjugasi dengan logam inert pasien yang dirontgen. Dari hasil
rontgen tersebut dapat dikenali protein tertentu yang terlibat dalam penyakit. Cara ini juga
diterapkan dalam melihat metastasis sel kanker.
2. Diagnostik Molekular
Antibodi monoklonal dapat diaplikasikan untuk identifikasi penyakit yang lebih dikenal
dengan imunologikal diagnostic. Dimana deteksi imunologik merupakan deteksi yang
sensitive, spesifik, dan sederhana.
3. Terapi Kanker
Para ahli bisa membuat antibodi monoklonal yang mampu bereaksi dengan antigen
spesifik berbagai jenis sel kanker. Dengan ditemukannya lebih banyak lagi antigen kanker,
berarti akan semakin banyak antibodi monoklonal yang bisa digunakan untuk terapi
berbagai jenis kanker.
Bila antibodi berikatan dengan antigen tumor spesifik yang terdapat di permukaan sel,
maka ia juga bisa menginduksi sel mengalami apoptosis. Misal, rituximab mengikat dua
molekul CD20, maka akan memicu sinyal masuk kedalam sel yang akan menginduksi
apoptosis. Bila rituximab berikatan silang dengan anti-antibodi, maka sinyal apoptotik
diintensifkan. Ikatan silang ini juga bisa terjadi bila antibodi terikat dengan sel imun lainnya
melalui rerseptor Fc-gamma (Fc R). (Kenneth & Spier, 1990)

Kenneth, C., dan Spier, R. E. (1990). Monoclonal Antibodies in Biology and Biotechnology:
Theoritical and Practical Aspects. New York: Cambridge University Perss

Anda mungkin juga menyukai