Anda di halaman 1dari 1

Nama: Wa ode Haja Aminah

Prodi: D IV 1 B

Pokok Permasalahan:
Beberapa tahun lalu, saya berkunjung ke rumah tante saya ke kampung halaman, Kamaru, Kec.
Lasalimu,Kabupaten Buton. Dalam perjalanan dari kota Bau-bau, hati kecil saya terus bertanya-tanya
sekaligus sedih dan miris. Mengapa jalan poros Bau-bau-Kamaru semakin parah? Semakin kita menjauh
dari zona kota semakin terasa rusaknya jalan. Jalan yang seharusnya kelihatan mulus dan enak dilalui
oleh kendaraan jenis apapun karena Buton terkenal dengan ladang aspalnya rupanya hanya mimpi.

Persepsi serta asumsi publik soal Buton yang dikenal sebagai daerah penghasil aspal sangat kontras
dengan kenyataan di lapangan yang jalannya berlubang-lubang, bergelombang dan bebatuan tak
beraspal. Sisa-sisa aspal yang masih tertinggal di sebagian jalannya menunjukkan secara jelas kalau
pengaspalan jalan telah lama dilakukan dan tidak pernah dibenahi lagi. Kalaupun ada pengaspalan, ruas
jalan yang teraspal seringkali hanya bertahan seumur jagung saja alias cepat rusak.

Cepatnya kerusakan jalan yang telah diaspal di beberapa tempat tidak lepas dari kualitas pengaspalan
jalan yang campuran material aspalnya sangat minim. Campuran aspal yang buat diduga lebih banyak
mengandung pasir padahal stok aspal di bumi Buton Luar biasa.

Tanggapan:
Saya memilih mempertanyakan masalah itu pada pemerintah daerah Kabupaten Buton yang tidak
pernah memberikan perhatian khusus pada perbaikan jalan. Padahal eksploitasi tambang aspal terus
berlangsung di daerah buton utamanya di daerah Nambo, Kecamatan Lasalimu. Namun ternyata ada
beberapa tuntutan masyarakat tentang perbaikan jalan tersebut. Tetapi, mereka hanya bisa
memperbaiki lubang-lubang jalan raya tapi tidak untuk diaspal rata. Dari sinilah saya menduga adanya
kasus korupsi terhadap dana perbaikan jalan.Ada sekelompok orang yang melakukan korupsi sehingga
perbaikan jalan tersebut tidak sepenuhnya terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai