Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENYEGARAN KADER PADA PENGETAHUAN DAN

SIKAP KADER TERHADAP PENCAPAIAN PROGRAM GIZI DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS RASIMAH AHMAD
KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2016

OLEH :
ZURAIDAH HAFNI NST
NPM 1513211137

PROGRAM STUDI S1 GIZI


STIKES PERINTIS PADANG
TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia tergolong negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi karena

5.119.935 (28,47%) dari 17.983.244 balita di Indonesia termasuk kelompok gizi kurang

dan gizi buruk. Angka ini meningkat pada tahun 2005 yaitu dari 1,8 juta menjadi 2,3 juta

pada tahun 2006 dari total seluruh balita di Indonesia (WHO, 2005). Dan anak usia

bawah lima tahun yang mengalami underweight sebanyak 19.6%, kematian anak

dibawah 5 tahun sebanyak 39 per 1000 kelahiran hidup. Sementara masalah gizi di

Indonesia mengakibatkan lebih dari 80 % kematian anak (WHO, 2011). Jumlah

penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak, dan keadaan kurang gizi menjadi

penyebab sepertiga dari seluruh kematian anak di seluruh dunia. Indonesia termasuk

diantara rombongan 36 negara di dunia yang memberi 90 % kontribusi masalah gizi

dunia (WHO, 2012). Secara nasional presentasi pada pemberian cakupan ASI Eksklusif

42 % dan status gizi anak yang gizi kurang mengalami peningkatan19,9%, berstatus gizi

lebih 11,5% serta kasus anak kurus 13,5%, dengan stunting 36,4% dan kasus anemia

pada wanita usia 15 – 49 tahun 23% yang menunjukkan masalah gizi di berbagai daerah

di Indonesia masih menjadi masalah terutama pada status gizi anak ( WHO, 2015).

UNICEF melaporkan Indonesia berada diperingkat kelima dunia untuk Negara

dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya dengan perkiraan yaitu

sebanyak 7,7 juta balita. Menurut Riskesdas, prevalensi balita yang mengalami

kekurangan gizi pada tahun 2007 sebesar 18,4% dan mengalami penurunan menjadi

17,9% pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2013 balita yang kekurangan gizi

mengalami peningkatan sebesar 19,6% dimana balita yang mengalami gizi buruk
sebesar 5,7% dan 13,9% berstatus gizi kurang (Riskesdas,2013). Bila dilakukan

konversi ke dalam jumlah absolutnya, ketika jumlah Balita tahun 2013 adalah

23.708.844, sehingga jumlah Balita Giburkur sebesar 4.646.933 (19,6%).

Dan pada tahun 2012, Jumlah balita yang kekurangan gizi di Indonesia saat ini

sekitar 900 ribu jiwa. Jumlah tersebut merupakan 4,5 persen dari jumlah balita

Indonesia, yakni 23 juta jiwa. Daerah yang kekurangan gizi tersebar di seluruh

Indonesia, tidak hanya daerah bagian timur Indonesia (BPS, 2013).

Hasil Riset Kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 Untuk Provinsi Sumatera

Barat dari hasil Riskesdas tahun 2013 hasil pencapaian program gizi untuk D/S atau

partisipasi ibu membawa balita ditimbang 60,37%, Balita dengan status gizi kurus 5,2 %,

stunting 17,6%, Cakupan Asi Ekslusif 68%, sedangkan proporsi rumah tangga yang

mengkonsumsi garam beryodium 63,2%, Cakupan Balita 6-59 bulan dapat vitamin A

70,9%.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi untuk pencapaian

program gizi di Kota Bukittinggi dengan D/S 63,8% dari Target 85%, N/D 88,4 % dari

target 89%, Vitamin A pada Balita 77,5 % dari target 87%, Asi Ekslusif 68,2% dari

target 83%, Tablet Tambah Darah Pada bumil 91,8% dari target 89 %, vitamin A pada

Bufas 89,4% dari target 89%. (Laporan Tahunan Dinkes Bukittinggi, 2015).

Untuk meningkatkan Status Gizi di masyarakat pemerintah telah

menyediakan sarana seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang dijalankan

oleh kader-kader posyandu. Kader posyandu merupakan seorang tenaga sukarela

yang dipilih dari masyarakat dan untuk membantu mengembangkan kesehatan

masyarakat dengan menjalankan kegiatan di posyandu yang diantaranya

meningkatkan status gizi menjadi sasaran dalam kegiatan pada bayi, balita, ibu

hamil dan ibu menyusui merupakan golongan rawan terhadap masalah


kekurangan gizi. Peran kader dalam meningkatkan status gizi diantaranya

memberikan penyuluhan dan memberikan informasi yang bertujuan agar ibu-ibu

balita dapat mengetahui tentang gizi dan sadar akan pentingnya gizi tersebut. Hal ini

akan menambah kemauan ibu - ibu membawa anaknya untuk datang sehingga bayi

dan anak-anak dapat tercegah dari penyakit berbahaya dan mematikan. Pencegahan

tersebut akan berdampak positif pada penurunan jumlah angka kematian bayi dan

anak-anak, dan bisa meningkatkan jumlah status gizi balita/anak dan orang tua sesuai

target yang telah ditetapkan. Penjelasan-penjelasan di atas terlihat bahwa kegagalan

atau keberhasilan tidak terlepas dari peranan kader posyandu (Susanti & Handoko,

2013).

Kader posyandu sebagai penggerak kegiatan posyandu diharapkan dapat

memberikan informasi gizi yang tepat.Pemberian informasi gizi yang dilakukan oleh

kader dapat diperoleh melalui pelatihan ataupun penyegaran kader tentang materi –

materi gizi.Sehingga dengan dilaksanakannya pelatihan ataupun penyegaran materi gizi

pada kader dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap kader sehingga keadaan status

gizi masyarakat dapat meningkat. Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap didalam

kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo,2003).

Penelitian yang dilakukan Ruba, Zainal & Mato (2013) di Puskesmas Kota

Kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara Timur, terdapat hubungan antara

pendidikan, pelatihan, dan pengetahuan terhadap kinerja kader posyandu.

Menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor :

411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revitalisasi

Posyandu bahwa posyandu harus mampu dalam upaya pemenuhan kebutuhan

kesehatan dasar dan peningkatan status gizi masyarakat serta posyandu harus

mampu berperan sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat.


Puskesmas Rasimah Ahmad merupakan salah satu Puskesmas di Kota

Bukittinggi, yang terdapat 23 posyandu, yang mana kader melaksanakan kinerja dengan

presentasi kegiatan pemberian Fe 3 ibu hamil 78 %, pemberian kapsul Vitamin A Balita

(6 – 59 bulan) 69,4 %, dan pemberian kapsul Vitamin A pada Bufas 78,66% serta

cakupan ASI Eksklusif 45,1%. Tingkat partipasi masyarakat untuk datang ke posyandu

(D/S) belum mencapai target yaitu hanya 49,9%, sedangkan target 85%. Tingkat

keberhasilan penimbangan Balita (N/D) hanya mencapai 83,6% dari target sebesar 90% ,

yang dapat disimpulkan pencapaian program gizi di puskesmas Rasimah ahmad paling

rendah bila dibandingkan dengan 6 Puskesmas yang berada di kota Bukittinggi. (Laporan

Tahunan Puskesmas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui pengaruh penyegaran

kader pada pengetahuan dan sikap kader terhadap pencapaian program gizi di posyandu

di wilayah kerja puskemas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi.

1.2 Rerumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut. “Pengaruh penyegaran kader pada pengetahuan dan sikap kader terhadap

pencapaian program gizi di wilayah kerja puskemas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi

tahun 2016.”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh penyegaran kader pada pengetahuan dan sikap kader

terhadap pencapaian program gizi di wilayah kerja puskemas Rasimah Ahmad Kota

Bukittinggi tahun 2016.


1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan responden ( kader ) sebelum penyegaran kader di

wilayah kerja Puskemas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi tahun 2016.

b. Untuk mengetahui sikap responden ( kader ) sebelum penyegaran kader di wilayah

kerja Puskemas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi tahun 2016.

c. Untuk mengetahui pengetahuan responden ( kader ) sesudah penyegaran kader di

wilayah kerja Puskemas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi tahun 2016.

d. Untuk mengetahui sikap responden ( kader ) sesudah penyegaran kader di wilayah

kerja Puskemas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi tahun 2016.

e. Untuk mengetahui pencapaian program gizi diwilayah kerja Puskemas Rasimah

Ahmad Kota Bukittinggi tahun 2016.

f. Untuk mengetahui pencapaian program gizi diwilayah kerja Puskemas Rasimah

Ahmad Kota Bukittinggi tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan/ Puskesmas

Dapat dijadikan sebagai bahan dalam meningkatkan pembinaan dan pelatihan kader

dalam pelaksanaan program gizi di wilayah kerjanya.

1.4.2 Bagi masyarakat/ kader

Dapat menambah dan meningkatkan ilmu kader sehingga dapat mengenal dan

menangani masalah gizi yang ditemui kader pada masyarakat.

1.4.3 Bagi institusi pendidikan

Dapat menambah referensi bacaan serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan

mahasiswa,pembaca pada umumnya dan dapat dijadikan acuan untuk peneliti selanjutnya.

1.4.4 Bagi penelitian

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penyegaran kader

terutama tentang gizi.


1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini direncanakan akhir bulan Januari sampai bulan Maret 2017 di

Wilayah Kerja Puskesmas Rasimah Ahmad untuk mengetahui pengaruh penyegaran

kader pada pengetahuan dan sikap kader terhadap pencapaian program gizi di wilayah

kerja Puskemas Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi tahun 2016. Data di kumpulkan

dengan menggunakan kuesioner dan metode penelitian analitik dengan desain cross

sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah kader di wilayah kerja Puskesmas

Rasimah Ahmad Kota Bukittinggi Tahun 2016 yang berjumlah 115 orang dan sampel

dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Purposive sampling dengan jumlah

sampel 46 orang, yaitu kader yang berada di wilayah kerja Puskesmas Rasimah Ahmad

Kota Bukittinggi Tahun 2016. Pada penelitian ini peneliti membatasi sampai analisis.

Anda mungkin juga menyukai