Anda di halaman 1dari 9

Nama Penulis 1, penulis 2, dst

Judul Artikel........

TERAPI LATIHAN KOMPREHENSIF UNTUK PENDERITA PENYAKIT


PARU OBSTRUKTIF KRONIK: CASE REPORT

COMPREHENSIVE THERAPUTIC EXERCISE FOR A PERSON WITH COPD: CASE


REPORT

1)
Farid Rahman*, 2) Muhammad Ihsan, 3)Arif Pristianto, 4)
Siti Khadijah, 5)Ilham Setya
Budi
1,2,3,4,5)
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jalan A. Yani, Mendungan, Pabelan, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah
*Email: Farid.Rahman@ums.ac.id

ABSTRAK
Tujuan kegiatanmendeskripsikan metode fisioterapi konservatif dengan terapi latihan
komprehensif yang dilakukan pada seorang penderita penyakit paru obstruktif kronis (ppok). Badan
kesehatan dunia (who) memperkirakan ppok menjadi salah satu penyebab kematian terbesar pada
tahun 2020. Permasalahan patologis yang muncul pada ppok menyebabkan penurunan kapasitas
fungsional dan aktivitas pekerjaan seoraang penderita ppok seperti terhambatnya aktivitas individu
sebagai seorang petani.metode penelitian studi menggunakan pendekatan laporan kasus/case report
pada seorang pasien tn sw, pria (73 tahun) dengan diagnosis ppok satu bulan terakhir pasien
dilaporkan merasakan sesak, batuk berdahak yang sulit dkeluarkan, mudah merasakan lelah saat
melakukan aktivitas sehari-hari. Hasil berdasarkan hasil pengukuran, setelah pasien mengikuti 6 kali
sesi fisioterapi dengan modalitas terapi latihan komporehensif (breathing exercise, breathing control,
batuk efektif, latihan mobilisasi sangkar thoraks dan latihan aerobik) terdapat perbaikan pada aspek-
aspek gejala klinis dan kemampuan fungsional. Sesak menurun menjadi dengan menggunakan borg
scale, peningkatan mobilisasi sangkar thoraks dan peningkatan kemampuan fungsional dengana
medical research council scale. Kesimpulan berdasarkan hasil evaluasi pengukuran pada aspek gejala
klinis dan kemampuan fungsional, terapi latihan komprehensif terbukti meningkatkan kondisi seorang
pasien dengna diagnosis ppok untuk optimalisasi kemampuan fungsional dan ativitas okupasi sehari-
hari
K ata Kunci : Terapi latihan, kemampuan fungsional, sesak, PPOK.

ABSTRACT
Purpose this case report described conservative physicaltherapy tratment by comprehensive exercise
therapy for a patient with chronic obstructive pulmonal disease (copd). World health organization
(who) predicted copd become primary death cause at 2020. Functional capcity decrease made a patient
with copd was able to work as farme. Method study used case report for mr a, male, 73 years old with
copd. For a month patient got cough frekquently experience, dyspnea and also excess of secret. The
patient was easy to fatigue during daily activityresult based on measurement after 6 times physiotherapy
session with comprehensive exercuse (breathing exercise, breathing control, effective cough, thoraks
expansion exercise and aerobic exercise) there was improvement at dyspnea level, thoracic expansion
level and functional ability improvement. Conclusion based on evaluation for clinical aspect and
functional ability. Comprehensive exercise can improve condition for copd patient to optimize
functional ability and occupation daily activity.
Keywords: Exercise Therapy, Functional Ability, Dyspnea, COPD

458
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

PENDAHULUAN Indonesia lebih banyak terjadi pada laki-


laki dari pada perempuan, sering terjadi di
Pernapasan atau respirasi merupakan
perdesaan dibandingkan dengan perkotaan,
proses pertukaran gas antara makhluk
dan sering terjadi pada masyarakat dengan
hidup dan lingkungannya. Manusia
berpendidikan rendah serta kuintil indeks
menghirup oksigen dan mengeluarkan
kepemilikan terbawah (Riset Kesehatan
karbon dioksida dengan menggunakan
Dasar, 2013).
sistem pernapasan seperti hidung,
tenggorokan, laring, faring, trakea, PPOK terbagi menjadi bronkitis
bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Jika ada kronik dan emfisema paru. Karakteristik
gangguan pada salah satu organ di atas tanda dan gelaja PPOK adalah adanya
maka proses respirasi akan bermasalah. sesak napas, kelelahan (fatigue), akumulasi
sputum yang berlebihan, perubahan warna
Salah satu keadaan yang
sputum, dan batuk tidak efektif. Penyebab
menyebabkan adanya gangguan pada
terjadinya PPOK adalah merokok, infeksi
sistem pernapasan adalah PPOK (Penyakit
virus, infeksi bakteri, dan polusi udara
Paru Obstruktif Kronis). PPOK adalah
(gas, asap, debu) yang berada disekitar
penyakit paru kronik yang ditandai dengan
lingkungan (Holland, 2014).
adanya hambatan aliran udara di saluran
napas yang bersifat progressive non Intervensi medis yang sering
reversible. Faktor yang berperan dalam digunakan adalah dengan terapi
peningkatan penyakit tersebut ialah farmakologi dan terapi non-farmakologi.
merokok dan polusi udara yang cukup Terapi farmakologi oleh profesi dokter
tinggi (Jones & Watz, 2016). Berdasarkan berupa medika mentosa seperti
data dari (Riset Kesehatan Dasar, 2013) bronkodilator dan kortikosteroid.
menyatakan bahwa tahun 2009-2010 Kemudian terapi non-farmakologi yang
PPOK merupakan penyakit tidak menular sering diberikan oleh fisioterapi adalah
yang menjadi prioritas program nebulizer, breathing exercise, dan ACBT
pengendalian Direktorat Pengendalian (Active Cycle Breathing Technique).
Penyakit Tidak Menular, Direktorat Breathing exercise dan ACBT dapat
Jenderal Pengendalian Panyakit, dan mengurangi keluhan sesak napas pada
Penyehatan Lingkungan (P2PL). penderita PPOK(Cecily & Alotaibi, 2013).
Kemudian PPOK masuk ke dalam 10 besar
Berdasarkan hasil penelitian
kematian penyakit tidak menular rawat
terhadap 60 pasien dengan diagnosis
inap di rumah sakit (Riset Kesehatan
PPOK dengan pemberian breathing
Dasar, 2013)
exercise didapatkan hasil berupa adanya
Pada tahun 2013, data yang penurunan fatigue levels pada penderita
didapatkan berdasarkan jumlah populasi di tersebut (M, K, AK, & S, 2011). Kemudian
setiap provinsi di Indonesia ialah 2,7% menurut Cecily dan Alotaybi menyatakan
terjadi di DKI Jakarta, 3,4 % di Jawa bahwa breathing exercise dapat
Tengah, 4,0% di Jawa Barat, 3,4% di Jawa menurunkan resistensi pada saluran napas
Tengah, 5,0% di Kalimantan Selatan, 8,0% yang menyebabkan aliran udara menjadi
di Sulawesi Tengah, dan 5,4% di Papua. lancar. Oleh karena itu, adanya penurunan
Sedangkan data yang didapatkan derajat sesak napas, peningkatan kapasitas
berdasarkan dari karakteristik penyakit fisik, dan peningakatan kualitas hidup
ialah kelompok usia 75 tahun ke atas penderita PPOK (Cecily & Alotaibi, 2013).
dengan nilai 9,4%, laki-laki 4,2%,
Sesuai kasus di atas, Allah SWT
perempuan 3,3%, status pendidikan tidak
dengan segala keagungan-Nya
sekolah 7,9%, profesi petani/nelayan/buruh
menciptakan obat bagi segala penyakit
4,7%, tempat tinggal di perdesaan 4,5%,
kecuali kematian. Allah SWT berfirman
dan kuintil indeks kepemilikan terbawah
dalam Q.S Asy-Syu’ara ayat 80 yang
7,0%. Oleh karena itu, Insiden PPOK di
artinya “Dan apabila aku sakit, Dialah
459
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

yang menyembuhkanku”. Ayat diatas sebelumnya. keluhan terasa menjadi lebih


menjelaskan bahwa segala bentuk penyakit berat satu minggu sebelum pasien datang
di bumi Allah SWT ada obatnya, itu semua ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
dengan kehendak Allah SWT. Berdasarkan Pasien memiliki kebiasaan merokok
penjelasan diatas maka tujuan dari dengan klasifikasi cukup berat berdasarkan
penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks brinkman. Tujuan yang ingin
efektifias dari penatalaksanaan fisioterapi dicapai pada pasien ini adalah
berupa breathing control, nebulizer, dan mengkontrol gejala sesak nafas, membantu
mobilisasi sangkar thoraks dapat mengatasi pembersihan jalan nafas meningkatkan
masalah pada kasus PPOK seperti sesak mobilisasi saraf dan meningkatkan
napas, gangguan mobilitas thoraks, serta toleransi aktivitas fungsional sehari-hari
penurunan aktivitas dan kemampuan seperti aktivitas toileting dan berjalan jauh
fungsional pasien seperti berjalan,
Pemeriksaan Fisik
perawatan diri, dan pembersihan diri.
Pemeriksaan fisik dasar meliputi
METODE
pemeriksaan tanda vital, inspeksi, palpasi,
Metode yang digunakan dalam studi ini perkusi, auskultasi. Berdasarkan
adalah pendekatan studi kasus. Studi kasus pemeriksaan inspeksi didapatkan pasien
dilaksanakan di Rumah Sakit Paru Dungus menggunakan alat bantu pernapasan yaitu
Madiun pada seorang pasien Tn. X (73 ventilator, bentuk dada barrel chest/ dada
Tahun) dengan diagnosis Penyakit paru tong, pasien cenderung menggunakan pola
obstruktf Kronik (PPOK). pernapasan prolonged expiration.
berdasarkan pemeriksaan palpasi
Presentasi Kasus:
didapatkan penurunan ekspansi thoraks.
Pemeriksaan subjektif pemeriksaan auskultasi didapatkan suara
Pasien memiliki keluhan utama wheezing dan terdengar suara riak sputum
sesak napas dengan batuk berdahak yang pada area lobus bawah dekstra.
sulit dikeluarkan. Pasien merasakan mudah Pemeriksaan pasien dilakukan dengan jelas
lelah saat melakukan kegiatan fungsional saat observasi dan tes klinis dengan
sehari-hari seperti berjalan dalam jarak masalah yang timbul pasien merasakan
yang jauh, berjalan pada permukaan yang sesak nafas, penumukkan sputum dan
menanjak atua saat mengangkat beran yang penurunan ekspansi dan mobilisasi sangkar
berat.Pasien merasakan mudah lelah saat thoraks dan toleransi aktivitas fisik yang
melakukan kegiatan fungsional sehari-hari menurun. Derajat sesak dapat ditinjau
seperti berjalan dalam jarak yang jauh, melalui pemeriksaan skala borg yang dapat
berjalan pada permukaan yang menanjak dilihat pada tabel, Pemeriksaan mobilisasi
atua saat mengangkat beran yang berat. thoraks dengan menggunakan test... dapat
Pasien merasakan mudah lelah saat dilihat pada tabel. Pemeriksaan toleransi
melakukan kegiatan fungsional sehari-hari aktivitas fungsional sehari-hari pasien
seperti berjalan dalam jarak yang jauh, menggunakan parameter Medical Reserch
berjalan pada permukaan yang menanjak Counal (MRC) dan dapat dilihat pada
atua saat mengangkat beran yang berat. tabel. Guna menentukan kelainan
Informed consent disediakan kepada pasien obstruktif atau restriktif dapat dilihat
sebelum mengikuti studi ini. Pasien penurunan kapasitas fungional paru yang
sebelumnya tidak memiliki riwayat sama menurun pada aspek FEV1,

460
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Tabel Pemeriksaan Kapasitas Fungsional Paru


Komponen Hasil Pemeriksaan Interpretasi

FEV1 34% Obstruksi Sedang

Tabel Pemeriksaan tingkat toleransi aktivitas fungsional (Herawati & Wahyuni, 2017)
Nilai Level Sesak nafas saat aktivitas

1 Tidak merasakan sesak kecuali dipicu oleh aktivitas yang


relatif berat
2 Sesak muncul saat berjalan lebih cepat atau naik tangga
3 Sesak yang dirasakan membuat jalan menjadi lebih lambat
4 Sesak muncul saat berjalan sejauh 100 m atau setelah beberapa
menit kemudian
5 Sesak nafas saat aktivitas toileting/mandi dan berpakaian

Tabel pemeriksaan derajat sesak (Herawati & Wahyuni, 2017)


Nilai Intensitas
0 Tidak sesak sama sekali
0,5 Sesak sangat ringan
sekali
1 Sesak sangat ringan
2 Sesak ringan
3 Sesak Sedang
4 Sesak kadang berat
5 Sesak berat
6
7 Sesak sangat berat
8
9
10 Sesak sangat berat sekali

Tabel pemeriksaan mobilisasi thoraks (Buckup, 2004)


Lokasi Inspirasi Ekspirasi Selisih

Axilla 82,5 cm/ 81 cm 1,5 cm


ICS 4 83 cm 81 cm 2 cm
Proc. Xypoideus 79,5 cm 78 cm 1,5 cm
Guna meyakinkan pemeriksaan
yang digunakan memiliki validitas dan
Berdasarkan hasil pemeriksaaan
reliabilitas berikut penulis sajikan
mobilisasi sangkar thoraks dengan hasil
informasi statistik yang menyajikan
selisih 1,5 cm; 2 cm; dan 1,5 cm dapat
akurasi, sensitivitas dan profil diagnostik
disimpulkan pasien tersebut mengalami
value berdasarkan item pemeriksaan dan
penurunan mobilisasi sangkar thoraks.
tes yang dilakukan pada pasien tersebut.

461
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Intraclass correlation coefficient (ICC) berdasarkan hasil pengukuran. Interpretasi


ICC dapat dijelaskan sebagai berikut, nilai
ICC bermanfaat untuk menilai interrater,
dibawah 0,5 memiliki indikasi reliabilitas
test-restest dan reliabilitas intrarater. ICC
yang buruk, nilai ICC antara 0,5-0,75
penting dalam penilaian asessment dan
menunjukkan pengukuran memiliki
evaluasi dalam dunia klinis karena tanpa
reliabiitas yang sedang, nilai ICC naaea
menggunakan ICC suatu pemeriksaan
0,75-0,9 menunjukkan tingkat reliabilitas
belum dikatakan memiliki akurasi serta
yang bagus dan nilai diatas >0,90
kepercayaan diri dalam pengukuran
menunjukkan reliabilitas yang excellent.
sehingga sulit mengambil kesimpulan

Instrumen Pengukuran ICC Interpretasi


Medical Research Councill (MRC) 0,72 Bagus

Rencana Tindakan Fisioterapi meningkatkan toleransi aktivitas


fungsional dasar. Intervensi fisioterapi
Intervensi fisioterapi diberikan
fokus kepada terapi latihan untuk mencapai
kepada pasien selama pasien menjalani
goal/tujuan yang sebelumnya sudah
masa perawatan dalam satu minggu.
ditentukan. Tabel dibawah ini menjelaskan
Tujuan pada intervensi sesi ini adalah
intervensi yang dilakukan.
mengembalikan pola pernapasan,
mengembangkan sangkar thoraks dan

Intervensi Dosis Keterangan


Active Cycle Breathing 2 Kali per minggu Airway Clearence
Technique (ACBT) (West Suffolk Tehnique
NHS Foundation Trust, 2017) Breathing Control
2-3 Siklus pernafasan

Thoracic Expansion Exercise


3-5 Pernafasan dalam; Tahan 2
detik saat diakhir menghirup
nafas (in) dan hembuskan
tenang.
Latihan Batuk Efektif/Huffing F: 2-3 Kali per hari Airway Clearence
(Elsayed, Kamal, Abdel, & Fathy, I : 2-3 Huff Breath Tehnique
2015; Leelarungrayub, 2006) T: 3-5 Siklus, Interval antar
Huff breath 5 kali bernafas
tenang.

Latihan Mobilisasi sangkar F: 2 Kali/hari Latihan


Thoraks (Baumann et al., 2012) I: 3 Set Mobilisasi
T: 12 Kali repetisi

Latihan Kemampuan Fungsional F: 1 kali/ hari Latihan


Dasar (Mulay, Devi, & Jagtap, I : Submaksimal, Borg Scale 4- Fungsional
2017) 6 - ADL
T: 30 Menit - Sitting Exercise
- Bed Exercise

462
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil


1. Hasil pemeriksaan ekspansi sangkar thoraks dengan meterline.
Ekpansi Sangkar Thoraks
3,5

2,5

1,5

0,5

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

Axilla ICS 4 Procesus Xyphoid

Gambar 1 Grafik Ekspansi Thoraks


Grafik diatas menjelaskan dilaksanakan sebanyak 6 kali. Kombinasi
progresivitas pengembangan sangkar breathing control dan mobilisasi sangkar
thoraks yang diobservasi dari Pra-Terapi thoraks memberikan peningkatan dengan
sampai dengan Terapi terakhir (terapi rata-rata selisih peningkatan 0.83 cm.

2. Hasil pemeriksaan sesak nafas dengan Borg Scale


6 Sesak Napas

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Sesak Napas
Gambar 2. Grafik sesak nafas

Diagram diatas mendeskripsikan terapi berdasarkan skala borg dari nilai 5


penurunan derajat sesak nafas yang diukur yang berarti sesak berat ke nilai 4 yang
melalui instrumen skala Borg dari T0-T6. berarti sesak kadang berat.
Penurunan derajat sesak nafas selama sesi

3. Hasil pemeriksaan toleransi aktivitas fisik fungsional dengan skala Medical Research
Council
MRC
4

0
T1 T2 T3 T4 T5 T6

MRC

Gambar 3. Grafik Toleransi Aktivitas Fisi

463
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Diagram diatas menggambarkan ACBT seperti yang telah


data toleransi aktivitas fisik sehari-hari dijelaskan sebelumnya merupakan cara
dengan instrumen pengukuran Medical untuk membersihkan sputum dari dada.
Research Councill (MRC). Terapi latihan Teknik ini memindahkan sputum dari jalur
yang komprehensif memberikan pernafasan bawah paru-paru pada saluran
peningkatan toleransi aktivitas fisik sehari- nafas yang lebih besar dekat dengan bagian
hari, trend data menunjukkan T1-T3 atas dimana proses pembersihan sputum
menunjukkan stagnasi skor MRC yaitu akan lebih maksimal dengan dibantu
pada skor 3 yang berarti "sesak yang dengan huffing dan batuk (West Suffolk
dirasakan membuat kecepatan jalan NHS Foundation Trust, 2017)). Latihan ini
menjadi lebih lambat". secara fisiologis dapat mendorong
Skor MRC menurun pada T4 yang masuknya udara secara maksimal dengan
disusul dengan stagnasi pada T5-T6 pada terjadinya penurunan bronchospasms dan
nilai 2 dengan interpretasi "sesak muncul penggunaan ventilasi collateral untuk
saat berjalan lebih cepat misal saat naik mendorong ekspansi alveoli. teknik ini
tangga", penurunan skor MRC mendorong alveoli yang kolaps untuk
menunjukkan peningkatan toleransi terjadi re-ekspansi dan mendorong sekresi
aktivitas fisik sehari hari. sputum oleh karena tekanan thoraks dan
jalur pernafasan yang cenderugn dinamis
dengan menggunakan manuever forced
Pembahasan
expiratory/FET sebagai bagian integral dari
Active cycle breathing technique ACBT (Muselema, 2015).
digunakan untuk mobilisasi dan Teknik fisioterapi yang digunakan
membersihkan sekret yang menumpuk tidak hanya berfokus pada pembersihan
diparu tanpa meningkatkan obstruksi aliran jalan nafas dengan teknik seperti
udara. ACBT merupakan kombinasi disebutkan tetapi teknik fisioterapi lain
Toracic expansion exercises yang diselingi dengan parameter outcome perbaikan pola
dengan breathing control dan diikuti teknik pernafasan dan peningkatan kemampuan
ekspirasi dengan glotis yang membuka pengembangan sangkat thoraks. Penelitian
dengan kombinasi breathng control melaporkan manfaat akut dari teknik
(Elsayed et al., 2015; Leelarungrayub, latihan penguluran dan mobilisasi rongga
2006; Muselema, 2015; Nadeem, 2017; thoraks pada volume ekspirasi tidal,
Trindade et al., 2012; West Suffolk NHS dyspnea dan ekspansi thoraks pada pasien
Foundation Trust, 2017) PPOK. Hasil penelitian menunjukkan
Breathing control dipertimbangkan peningkatan signifikan pada aspek klinis
sebagai manajemen yang bermanfaat untuk pada volume tidal ekspirasi penurunan
optimalisasi transport oksigen, tingkat sesak nafas dan peningkatan
meningkatkan ventilasi-perfusi, ekspansi thoraks (Muselema, 2015)
meningkatkan volume paru, mengurangi Latihan fisik dan fungsional secara
beban kerja pernafasan dan meningkatkan teratur dapat meningkatkan oksidatif pada
pembersihan mukosilia. Breathing control otot skelet serta resistensi terhadap
dilaporkan bermanfaat untuk mencegah kelehan dan yang lebih penting adalah
bronkospasme dan desaturasi oksigen, kapasitas transportasi dan penggunaan
ekspansi thoraks mendorong untuk oksigen. Resistensi kelelahan berkaitan
looseing dan pembersihan jalan eprnafasan erat dengan frekuensi sesak nafas yang
dan peningkatan ventilasi kolateral dirasakan oleh penderita COPD (Proctor et
Manuver forced expiratory al., 2009)
(huffing yang rendah dan tinggi) untuk Penelitian brauman 2012
mendorong pergerakan sekresi melalui melaporkan latihan fungsional dengan
perubahan tekanan thoraks dan jalan udara dosis internsitas rendah tidak mengubah
yang dinamik.(Muselema, 2015) fungsi pulmonar secara signigikan tetapi
dapat mengubah parameter kapasstis fisik
464
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

yang ditunjukkan dengan 6MWT dan VO2 panduan sebagai berikut Rekomendasi
Maks melalui stress test kardiovaskuler ACSM menyatakan untuk latihan daya
(Baumann et al., 2012) tahan bagi lansia / orang dengan penyakit
Hasil penelitian membuktikan kronis adalah intensitas sedang 30-60
kemanjuaran panduan latihan yang dibuat menit per hari dengan total akumulasi 150-
oleh American Collage Sport Medicine 300 menit/minggu. Intensitas yang berat
aktivitas fisik yang teratur disarankan bagi 20-30 menit/ hari dengan total akumulasi
penederita penyakit kronis yang 75-150 menit. Latihan beban paling tidak 2
menunjukkan penurunan parameter hari/minggu. latihan fleksibilitas paling
aktivitas fisik. ACSM memberikan tidak 2 hari/minggu (Proctor et al., 2009)

DAFTAR PUSTAKA

Baumann, H. J., Kluge, S., Rummel, K., Klose, H., Hennigs, J. K., Schmoller, T., & Meyer, A.
(2012). Low intensity , long-term outpatient rehabilitation in COPD : a randomised
controlled trial. Respiratory Research, 13(1), 1. http://doi.org/10.1186/1465-9921-13-86
Buckup, K. (2004). Clinical Tests for the Musculoskeletal System Examinations Signs
Phenomena. New York: Thieme.
Cecily, H. S. J., & Alotaibi, A. A. (2013). Effectiveness of Breathing Exercises on Pulmonary
Function Parameters and Quality of Life of Patients with Chronic Obstructive ...
International Journal of Health Sciences and Research, 3(11), 80–85.
Elsayed, S. H., Kamal, W., Abdel, M., & Fathy, K. A. (2015). Impact Of Active Cycle Of
Breathing Technique On Functional Capacity In Patient With Bronchiectasis.
International Journal of Therapies and Rehabilitation Research, 4, 5.
http://doi.org/10.5455/ijtrr.000000105
Herawati, I., & Wahyuni. (2017). Pemeriksaan Fisioterapi (Pertama). Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Holland, A. E. (2014). Physiotherapy management of acute exacerbations of chronic
obstructive pulmonary disease. Journal of Physiotherapy. Korea Institute of Oriental
Medicine, 4(60), 181–188.
Jones, P. W., & Watz, H. (2016). COPD : the patient perspective. International Journal of
COPD 2016, (1), 13–20.
Leelarungrayub, D. (2006). Chest Mobilization Techniques for Improving Ventilation and Gas
Exchange in Chronic Lung Disease.
M, Z., K, T., AK, N., & S, K. (2011). The effect of breathing exercises on the fatigue levels of
patients with chronic obstructive pulmonary disease. Acta Med Indonesia, 1(43), 29–33.
Mulay, S. U., Devi, T. P., & Jagtap, V. K. (2017). Effectiveness Of Shoulder And Thoracic
Mobility Exercises On Chest Expansion And Dyspnoea In Moderate Chronic Obstructive
Pulmonary Disease Patients. International Journal of Physiotherapy and Research, 5(2),
1960–1965. http://doi.org/10.16965/ijpr.2017.115
Muselema, C. K. (2015). Effects Of Active Cycle Of Breathing Techniques (Acbt) On
Ventilatory Function In Adult Heart Failure Patients At The Unversity Teaching Hospital
Lusaka Zambia. School of Medicine, University of Zambia.
Nadeem, I. M. (2017). Original Article Effect of Active Cycle of Breathing Technique in
Adult, (December).
Proctor, D. N., Singh, M. A. F., Minson, C. T., Nigg, C. R., Salem, G. J., & Skinner, J. S.
(2009). Exercise and Physical Activity for Older Adults. Boston.
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta.
Trindade, Z., Araujo, D. S., Angelica, P., Silva, D. M., Emmanuelle, E., Cabral, A., …
Ferreira, H. (2012). Effectiveness of low-intensity aquatic exercise on COPD : A

465
The 9th University Research Colloqium 2019
Universitas Muhammadiyah Purworejo

randomized clinical trial. Respiratory Medicine, 106(11), 1535–1543.


http://doi.org/10.1016/j.rmed.2012.06.022
West Suffolk NHS Foundation Trust. (2017). Active Cycle of Breathing Technique ( ACBT ).
United Kingdom.

466

Anda mungkin juga menyukai