Perbaikan Kti
Perbaikan Kti
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah keadaan dimana seseorang sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan (Stuart & Sundeen, 1998).
Harga diri rendah merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah
masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke
fase harga diri rendah. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang
sendiri tanpa pengobatan. Harga diri rendah yang tidak diterapi dengan baik bisa
berakhir dengan bunuh diri. Secara global lima puluh persen dari penderita harga
diri rendah berpikiran untuk bunuh diri, tetapi yang akhirnya mengakhiri hidupnya
ada lima belas persen. Selain itu, harga diri rendah yang berat juga menimbulkan
munculnya berbagai penyakit fisik, seperti gangguan pencernaan (gastritis), asma,
gangguan pada pembuluh darah (kardiovaskular), serta menurunkan produktivitas
(Gsianturi, 2006). Harga diri rendah ditandai dengan adanya perasaaan sedih,
murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti mengeritik diri
sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun,
pesimis dan atau putus asa. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retardasi
psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasien mengalami gangguan
tidur seperti sulit tidur atau terbangun dini hari. Nafsu makan berkurang, begitu
pula dengan gairah seksual (Nurmiati, 2005).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat harga diri rendah adalah
gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta
manusia di muka bumi ini menderita harga diri rendah. Dari jumlah itu 5,8 persen
laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita harga
diri rendah yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah
tersedia teknologi pengobatan harga diri rendah yang efektif. Ironisnya, mereka
yang menderita harga diri rendah berada dalam usia produktif, yakni cenderung
terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan
60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan harga diri rendah
(termasuk skizofrenia).
1
Beberapa faktor penyebab harga diri rendah, yaitu mulai dari faktor genetik
sampai degan faktor nongenetik. Faktor genetik, ketidakseimbangan biogenik
amin, gangguan neuroendokrin, dan perubahan neurofidiologi, serta faktor
psikologik seperti kehingan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, distorsi
kognitif, ketidakberdayaan yang dipelajari dan faktor-faktor lain, diduga berperan
dalam terjadinya harga diri rendah (Nurmiati, 205).
Tidak semua harga diri rendah harus diobati karena ada harga diri rendah
yang sembuh tanpa diterapi. Artinya, harga diri rendah hilang seiring dengan
perjalanan waktu. Ini terjadi bila harga diri rendah masih dalam batas wajar. Tetapi
ada juga harga diri rendah yang tidak bisa sembuh sendiri. Bahkan, memerlukan
waktu bertahun-tahun untuk proses penyembuhan. Terapi harga diri rendah terdiri
dari konseling, psikoterapi dan terapi farmakologi (dengan pemakain obat
antidepresan), dukungan kelompok, serta terapi kognitif. Terkadang, para penderita
harga diri rendah memerlukan rawat inap di rumah sakit. Selain itu, kepatuhan
menggunakan obat antidepresan juga menjadi pertimbangan seorang penderita
harga diri rendah menjalani rawat inap di rumah sakit. Agar tidak mengalami harga
diri rendah, setiap orang memperkuat daya tahan mental, melatih diri agar bisa
fleksibel, memiliki fisik yang sehat, serta mendalami ajaran agama yang berperan
menimbulkan rasa damai.(Gsianturi, 2006)
B. Tujuan
Tujuan umum
Setelah mengikuti membaca dan memahami makalah tentang Asuhan
keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah ini mahasiswa diharapkan dapat
menerapkan proses keperawatan yang tepat sesuai dengan standart yang telah ada
pada pasien dengan harga diri rendah
Tujuan khusus
2
Setelah mengikuti membaca dan memahami makalah ini mahasiswa
diharapkan mampu :
1. Menjelaskan konsep harga diri rendah (definisi, etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan
prognosis)
2. Mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan harga diri rendah
3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan harga diri
rendah
4. Merencanakan tindakan keperawatan pada paisen dengan harga diri
rendah
5. Melakukan tindakan perawatan pada pasien dengan harga diri
rendah
C. Manfaat
Teoritis
Pemahaman tentang harga diri rendah dapat dijadikan sebagai salah satu
dasar dalam pengembangan IPTEK dalam bidang keperawatan khususnya dalam
pengembangan perawatan pasien dengan harga diri rendah. Hal ini sangat
diperlukan untuk menekan angka kejadian harga diri rendah ditengan kekacauan-
kekacauan yang terjadi di muka bumi ini yang tentunya menjadi salah satu faktor
yang memicu terjadinya harga diri rendah.
Praktis
Asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah tidak hanya digunakan
untuk pasien-pasien dengan gangguan jiwa saja, tetapi dapat juga digunakan dalam
upaya penjegahan terjadinya harga diri rendah atau terjadinya kekambuhan pada
penderita pasca harga diri rendah.
3
METODE PENULISAN
2. Metode wawancara : diperoleh dengan wawancara langsung pada klien, keluarga dan
perawat ruangan
Sistimatika penulisan
Sistematika penulisan dalam laporan pengelolaan ini terdiri dari 5 BAB.
BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka, meliputi konsep dasar medis dan konsep dasar
keperawatan.
BAB III : Tinjauan kasus, meliputi pengkajian, analisa data, pohon
masalah, diagnose, perencanaan, pelaksanaan, evalusai.
BAB IV : Pembahasan, pembahasan berisi pengkajian, diagnose
keperawatan yang muncul, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan hambatan.
BAB V : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
KONSEP MEDIK
2.1 Konsep Harga Diri Rendah
2.1.1 Definisi
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri, pencapaian ideal diri
atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan berharga. Harga diri
rendah adalah keadaan dimana individu sering mengalami kegagalan dalam
pencapaian tujuan (Keliat, 1992).
Harga diri rendah adalah keadaan dimana seseorang sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan (Stuart & Sundeen,
1998). Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
negatif yang mengenai diri atau kemampuan (Lynda Juall Carpenito, 2000).
5
14. Destruktif terhadap diri
15. Menarik diri secara sosial dan dari realita
16. Khawatir
6
2.1.7 Rentang Respon Emosi
XV POHON MASALAH
7
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
DS :
a. Pasien mengatakan tidak berani bicara dengan orang lain.
b. Pasien mengatakan malas bicara dengan orang lain dan klien malu
bicara dengan orang lain.
c. Pasien mengatakan dirinya tidak mampu mengerjakan sesuatu dan
merasa tidak berguna.
DO :
a. Pasien menyendiri.
b. Berjalan mondar-mandir
c. Bicara pelan-pelan.
d. Klien menundukkan kepala.
e. Klien tidak mampu mempertahankan kontak mata.
8
B. Diagnosa Keperawatan :
1. Kerusakan interaksi sosial
berhubungan dengan Harga Diri Rendah.
2. Harga Diri Rendah berhubungan
dengan mekanisme koping individu inefektif.
9
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab HDR.
- Kaji pengetahuan klien tentang perilaku HDR dan tanda-
tandanya.
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan harga
diri rendah.
- Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaan.
TUK III : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di
miliki
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi nilai negatif tiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian pada klien.
10
- Beri kesempatan pada klien untuk mengikuti terapi
aktivitas kelompok.
Penyebab
1. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri
0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu
orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan
kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
2. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia
pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu
klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
3. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat,
ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam
menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat
halusinogenik.
4. Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon
atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin
disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada
waktu membuat sediaan.
5. Teori Adolf Meyer :
11
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang
tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas
pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior
atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia.
Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu
maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan
orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
6. Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab
psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak
bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase
narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference)
sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.
7. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu
jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses
berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia
menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran,
gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham,
halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
8. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-
macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi,
tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan
penyakit lain yang belum diketahui.
9. Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat
dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang
mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating
factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak
menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit
Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal. (Maramis, 1998).
12
13
Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala
utama antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar
ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-
lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak
sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham
sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan
seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-
akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.
14
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga
gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul
serangan lagi.
2. Gejala Klinik
Gambaran utama skizofrenia tipe hebefrenik berupa :
a. Inkoherensi yang jelas
b. Afek datar tak serasi atau ketolol – tololan.
c. Sering disertai tertawa kecil (gigling) atau senyum tak wajar.
d. Waham / halusinasi yang terpecah – pecah isi temanya tidak terorganisasi
sebagai suatu kesadaran, tidak ada waham sistemik yang jelas gambaran
penyerta yang sering di jumpai.
e. Menyertai pelangaran (mennerism) berkelakar.
f. Kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrem dari hubungan sosial.
g. Berbagai perilaku tanpa tujuan.
Gambaran klinik ini di mulai dalam usia muda (15-25 th) berlangsung pelan –
pelan menahan tanpa remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial terjadi
paling hebat di banding tipe yang lain.
15
BAB 3
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Initial : Tn .J
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : d3 keperawatan
Pekerjaan : Mahasiswa
Status pernikahan : Belum Menikah
Tanggal pengkajian : 8 mei 2012
RM no. : 025031
Alamat : jl. G.bulusaraung no 10.b
16
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah megalami gangguan jiwa dimasa lalu?
Ya Tidak
Tidak Berhasil
3.
Pelaku/usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik 37 24
Aniaya Seksual
Penolakan 18
Kekerasan dalam
Keluarga
Tindakan criminal
17
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa: Ya
Tidak
Jelaskan :
Px dan kakak Px mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
Jelaskan :
Px tidak pernah mengeluh dan selalu mengatakan baik-baik saja
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
18
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram :
Px mengatakan anak ke-3 dari 3 bersaudara dan px adalah anak laki-laki
satu-satunya. Px tinggal bersama ayah, ibu, kakak. Px mengatakan
ayahnya sudah meninggal dan Px mengatakan belum menikah. Interaksi/
komunikasi klien dengan keluarga tidak adekuat. Penentu kebijakan dalam
keluarga px saat ini adalah kakak klien.
(Menurut pasien)
GENOGRAM 3 GENERASI
G1
4 4 3 3 5 5
5 7
G2
5 5
0
3 2 2 G3
0 8
19
Keterangan :
: Laki-laki hidup
: Perempuan hidup
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Hubungan terdekat
: Pasien
2 : Umur
0
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Px mengatakan menyukai seluruh bagian
tubuhnya karena merupakan pemberian dari
Tuhan dan semuanya anggota tubuhnya
lengkap.
b. Identitas : Px mengatakan dirinya seorang laki laki berusia
20 tahun
c. Peran : Px mengatakan dirinya adalah seorang laki laki
dan belum berkeluarga serta dalam keluarga dia
sebagai seorang anak yang hanya menyusahkan
orang tua karena belum bekerja.
d. Ideal diri : Px mengatakan ingin punya pacar seperti wanita
yang dulu pernah menjadi pacarnya
e. Harga diri : Px mengatakan malu sama saudara-saudaranya
karena hanya dia yang tidak sukses sedangkan
20
semua saudaranya sukses, sudah bekerja dan
berkeluarga.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti :
Px mengatakan orang yang berarti adalah ibunya karena hanya ibunya
yang mampu mengerti dirinya.
b. Peran serta dalam kegiatan
kelompok/masyarakat :
Kakak Px mengatakan bahwa Px sering mengikuti kegiatan pengajian
dimesjid namun beberapa bulan terakhir Px tidak lagi mengikuti
kegiatan tersebut dan Px lebih suka menyendiri karena malu sama
tetangga sebab sampai sekarang belum nikah, namun selama dirawat
Px selalu mengikuti kegiatan di RSUD DADI. walaupun harus
dibujuk terlebih dahulu.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Px mengatakan hanya Tuhan yang tahu agamanya.
b. Kegiatan ibadah :
Menurut kakak Px sebelum sakit Px selalu rajin beribadah dan tidak
pernah telat waktu, namun selama Px sakit di RSUD . DADI Px selalu
sholat semaunya, kalau ingin sholat ya sholat. Px juga mengatakan
bahwa Tuhan tidak adil pada setiap umatnya. Klien merasa tidak ada
masalah meskipun tidak beribadah.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
21
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian
Tidak sesuai tidak sesuai
Jelaskan :
Px mengenakan pakaian bersih tapi tidak rapi dan rambut Px tidak disisir,
dengan rapi serta kuku Px panjang, namun Px menggunakan pakaian
sesuai dengan fungsinya, Px juga mengenakan alas kaki dan mandi 2 kali
sehari.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
3. Aktifitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasing Tremor Kompulsif
Jelaskan :
Px selalu tampak tidak bersemangat dalam menjalankan semua aktivitas
namun Px masih mau mengikuti kegiatan jika disuruh.
Masalah keperawatan : Penurunan aktivitas motorik
4. Alam perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir
Gembira berlebihan
Jelaskan :
Px mengatakan sedih karena merasa dirinya tidak berguna, belum menikah dan
tidak memiliki pekerjaan sampai sekarang.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
22
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan :
Afek Px sesuai dengan cerita yang dibicarakan, saat bercerita hal yang
sedih Px ikut merasa sedih dan saat bercerita sesuatu yang menyenangkan
Px tertawa.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
Jelaskan :
Saat diajak bicara Px sesekali memalingkan wajah dan menunduk
Masalah keperawatan : Resiko kerusakan interaksi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
7. Persepsi
Halusinasi
Jelaskan :
- Saat pengkajian Px mengatakan tidak mendengar ataupun melihat
sesuatu saat sendirian dikamar.
- Menurut kakak Px : Px dirumah tidak pernah berbicara sendiri hanya
kalau diajak bicara sering ngelantur, mondar-mandir, dan sukar tidur
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of ideas Blocking Pengulangan pembicaraan
/ perseverasi
Jelaskan:
Saat ditanya tentang perasaan dan keluarga Px menjawab dengan singkat
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
9. Isi pikir
23
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi ide yang terkait Pikiran magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran
Curiga Nihilistik Sisip pikir
Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan:
Pada saat wawancara Px mampu menjawab pertanyaan walaupun
jawabannya singkat namun sesuai dengan yang dialami
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Jelaskan:
Pada saat pengkajian Px mampu menyebutkan nama, tempat, dan orang
secara tepat dan benar.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
11. Memori
Gangguan daya Gangguan daya ingat
ingat jangka panjang jangka pendek
Jelaskan :
Saat pengakajian Px mampu mengingat dan menceritakan semua kejadian
dimasa lalu klien juga bisa menjawab kapan masuk ke rumah sakit yaitu
tanggal 10 mei 2012. Px juga mampu menerangkan semua kegiatannya
dirumah sakit.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
24
maka pasien langsung melihat dan mengalihkan perhatiannya ke temannya
yang teriak itu.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
Jelaskan :
Px saat ditanya mau makan atau mandi, Px menjawab mau mandi dahulu
karena tidak enak mulutnya bau.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
25
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
yang diderita
Jelaskan :
Px selalu mengatakan bahwa dia tidak sakit, yang sakit adalah teman-
temannya yang lain.
Masalah Keperawatan : Mekanisme Koping individu inefektif
Keamanan transportasi
Perawatan Tempat
kesehatan tinggal
Jelaskan:
Px mampu memenuhi atau menyediakan kebutuhannya sendiri, seperti
kebutuhan makan, keamanan, perawatan kesehatan, dan pakaian.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
Kebersihan Ganti
pakaian
Makan
Jelaskan:
Px mampu melakukan semua kegiatan personal higiens secara mandiri
walaupun harus disuruh dan dibujuk terlebih dahulu
Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri
26
b. Nutrisi
Ya Tidak
- Apakah anda puas dengan pola makan anda?
- Apakah anda makan memisahkan diri?
Jelaskan:
Nafsu makan klien baik, Px mengatakan suka dengan makanan yang
disediakan oleh rumah sakit, Px tidak memisahkan diri saat makan,
hanya saja Px tidak berinteraksi dengan teman disebelahnya. Klien
makan dengan frekuensi 3x sehari, kudapan 1 kali sehari, porsi
makan habis, BB 45 kg, TB 167cm, IMT 18,02%.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah.
c. Tidur
Ya Tidak
- Apakah Px ada masalah tidur?
- Apakah Px merasa segar setelah bangun
tidur?
- Apakah Px punya kebiasaan tidur siang?
- Lamanya : 8 jam
- Apa yang menolong Px untuk tidur? Tidak ada
- Waktu tidur malam : jam 19.00 wib waktu bangun jam 05.00 wib
(beri tanda √ sesuai dengan keadaan klien)
27
Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur
Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur
Semnabolisme Berbicara dalam tidur
Jelaskan:
Px tidak memiliki gangguan tidur, merasa segar setelah bangun tidur,
Px memiliki kebiasaan tidur siang (+ 2jam). Px lebih senang tidur
ditempat tidurnya, Px tampak tidur pulas, setiap kegiatan Px lebih
banyak digunakan untuk tidur, Px malas dan malu bersosialisasi
dengan Px lain. Waktu tidur malan pukul 19.00 WIB-05.00 WIB.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
Jelaskan :
Px mampu mengatasi/mengantisipasi kebutuhan sendiri, membuat
keputusan berdasarkan keinginan sendiri.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
Jelaskan:
Px mengatakan selalu didukung oleh keluarganya (kakak dan ibunya)
dalam melakukan pengobatan di RSUD DADI, keluarga sering menjenguk
setiap seminggu sekali dihari minggu. Namun Px sulit untuk memulai
interaksi dengan orang lain karena malu.
Masalah keperawatan : Resiko kerusakan interaksi sosial : Menarik diri
28
5. apakah klien menikmati saat bekerja Ya Tidak
kegiatan yang menghasilkan atau hobi?
Jelaskan :
Px selalu mengatakan biasa-biasa saja
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
29
Px mengatakan sampai sekarang Px belum bekerja dan Px sering
mengeluh bahwa mencari kerja itu susah. Px ingin sekali bekerja karena
dengan begitu Px merasa berguna bagi ibunya.
- Masalah dengan perumahan, spesifik :
klien mengatakan tinggal dirumahnya dengan Ibu, dan Kakak kandung.
- Masalah ekonomi, spesifik :
Px tidak bekerja jadi segala kebutuhan Px ditanggung oleh kakak Px. Px
merasa sebagai beban keluarga.
- Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik :
Px sering keluar masuk dadi karena malas kontrol ke dadi sebab Px merasa
dirinya tidak sakit dan saat ini pasien kambuh dan dirawat lagi di dadi.
Waktu kunjungan rumah ditemukan obat pasien yang tidak diminum dan
sudah kadaluarsa karena kurangnya pengawasan dari keluarga
- Masalah lainnya, spesifik :
Px mengatakan malu belum menikah dan bekerja, Px ingin segera pulang
ke rumah karena merasa tidak sakit dan ingin segera bekerja.
30
Diangnosa medik : F. 20. 1 (Skizofrenia Hebefrenik)
Terapi medik : TFP 3x5 mg
Clozapin 2x50 mg
DO:
- Kontak mata kurang
- Pasien mau mengikuti kegiatan
- Pasien mau berkomunikasi dengan teman dan
orang lain jika diajak komunikasi terlebih
dahulu
2. DS Resiko kerusakan interaksi
Px mengatakan lebih suka berdiam diri karena
sosial: Menarik diri
sulit/malu memulai interaksi dengan teman-
temannya, namun Px mau berkumpul dan
berinteraksi dengan pasien lain jika diajak.
DO
- Px selalu tampak diam, pasif dan menyendiri
jika tidak ada yang mengajak bicara
- Saat diajak bicara Px sesekali memalingkan
wajah dan menunduk.
3. DS Resiko Perilaku kekerasan
31
Px mengatakan tahun 2009 px pernah marah-
marah, membanting-banting barang, dan memukuli
satpam RSUD DADI
Px mengaku dahulu sering dipukuli kakaknya,
sehingga Px sering mengalami kekerasan fisik dan
mental. Px sering dipukuli oleh kakak Px dengan
menggunakan sepatu karena hal yang sepele.
DO
Kadang pasien terlihat agresif ketika menjadi
instruktur olahraga di ruangan
4. DS Defisit perawatan diri
-
DO
Waktu pengkajian Px mengenakan pakaian bersih
tapi tidak rapi dan rambut Px tidak disisir, dengan
rapi serta kuku Px panjang, namun Px
menggunakan pakaian sesuai dengan fungsinya,
Px juga mengenakan alas kaki dan mandi 2 kali
sehari
6. DS Distress spiritual
Pasien mengatakan pasien sholat di rumah sakit
jika pasien mau saja, kalau mau sholat langsung
sholat tapi kalau malas tidak sholat (semau pasien)
Kakak Px mengatakan sebelum sakit Px selalu
rajin beribadah dan tidak pernah telat waktu,
32
namun selama Px sakit di RSUD. DADI Px selalu
sholat semaunya, kalau ingin sholat ya sholat.
DO
Pasien di RS sholat semaunya sendiri tidak rutin
33
yang tidak diminum dan sudah kadaluarsa karena
kurangnya pengawasan dari keluarga
Pohon Masalah
34
3.3 STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
NO DIAGOSA PERENCANAAN
DX KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1 Isolasi social : TUM :
menarik diri
Klien dapat berinteraksi dengan
b/d gangguan
konsep diri : orang lain
harga diri
rendah
TUK :
1. Klien menunjukkan ekspresi 1.1. Bina hubugan salin 1.1. Hubungan saling percaya
1. Klien dapat membina
wajah bersahabat, percaya dengan merupakan dasar untuk
hubungan saling percaya
menunjukkan rasa senang, ada menggunakan prinsip hubungan interaksi
dengan perawat
kontak mata, mau berjabat komunikasi terapeutik: selanjutnya.
1.1.1. Sapa klien
tangan, mau menyebutkan
dengan ramah
nama, maumenjawab salam,
baik verbal
klien mau duduk
maupun non
berdampingan dengan
verbal
pearwat, mau mengutarakan
1.1.2. Perkenalkan diri
36
3.2. Diskusikan
kemampuan 3.1. Diskusikan pada klien
yang dapat dilanjutkan tentang kemampuan yang
pelaksanaannya dimiliki adalah prasyarat untuk
berubah
bantuan
4.1. Klien perlu bertindak secara
realistis dalam kehidupannya.
4.2. Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien
pelaksanaan kegiatan
5.2. menegtahui sejauh mana
setelah pulang
kemampuan klien
6. Klien mampu
memanfaatkan sistem
5.3. Reinforcement positif dapat
pendukung yang ada di
meningkatkan harga diri klien
keluarga 6.1. Beri pendidikan
6. Klien dapat memanfaatkan kesehatan pada keluarga
sistem pendukung yang ada tentang cara merawat 5.4. Dapat mengetahui
klien dengan harga diri perkembangan dan keaktifan
rendah klien dengan keluarga
penyembuhan
5. Klien termotifasi untuk aktif menyadari nilai yang proses penyembuhan dirinya
mencapai tujuan yang realistik dimilikinya\perilakunya dan 4.2. Memberi semangat untuk
perubahan yang terjadi pulih
4.3 beri klien privasi sesuai 4.6. Membantu klien agar tetap
4. Klien dapat berpartisipasi kebutuhan yang ditentukan
mampu beraktifitas
dalam pengambilan keputusan
yang berkenaan dengan
perawatan dirinya 4.4 beri renforcement positif
untuk keputusan yang dibuat
pencapaiannya.
- Menurut ade J, kemampuan ade J yang S : saya nggak bisa apa-apa. Saya
bagaimana yang bisa membuat ade J bangga? Cuma , senang olahraga dan nonton.
O : menjawab dengan suara lirih dan
menunduk
O : klien tersenyum
A : masalah teratasi (TUK 3 berhasil)
P : lanjutkan TUK 4
15 Des 10 TUK 4
Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki.
- ade J sekarang kita rencanakan kegiatan sesuai S : iya…saya setuju-setuju saja.
kemampuan ade J, setuju tidak…? O : klien tersenyum
- Yang ade J mau apa? Apakah hanya main catur, S : iya…itu saja, banyak-banyak
olahraga, dan menonton saja? malah tidak bisa dilakukan. Tapi
kayaknya main catur tidak man karena
saya tidak ahli.
O : klien tampak menjelaskan
ade J setelah selama ini ngobrol dengan saya? kerumah saya ya pak mantri.
O : klien tersenyum
- Ngomong-ngomong masih ingat tidak minum
obatnya berapa kali?
A : TUK 6 terlaksana
P : lanjutkan TUK selanjutnya
BAB 4
PEMBAHASAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil pendokumentasian asuhan keperawatan jiwa yang
telah dilakukan selama satu hari pada Tn . J dengan masalah utama harga diri rendah di RSUD
DADI Makassar. Pembahasan ini mencakup seluruh proses asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Pengkajian diperoleh melalui wawancara dengan klien, laporan teman sejawat,
catatan keperawatan atau tenaga kesehatan lainnya dan melalui pengkajian fisik.Pembahasan
yang diuraikan dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi serta ditinjau dari teori
keperawatan jiwa. Kesenjangan antara teori dan kondisi nyata dilahan praktek diuraikan juga
pada bab ini.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 Maret 2012 pukul 08.30 WITA, di ruang
Mahoni RSUD DADI Makassar. Dari hasil pengkajian yang dilakukan, dengan cara
autoanamnesa maupun alloanamnesa. Autoanamnesa yaitu interaksi antara perawat-klien
secara langsung dimana interaksi tersebut merupakan suatu kegiatan untuk menjalin
hubungan komunikasi yang baik antara perawat-klien.Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan klien, membantunya dalam pengalaman kehidupan sehari-hari agar dapat
melakukan kegiatan sebagaimana mestinya dan mencari tahu latar belakangnya dirawat
di rumah sakit jiwa. Pengkajian dengan cara alloanamnesa dengan melihat catatan medik
klien.
Menurut Nurjannah (2005) bahwa pengkajian merupakan tahap awal dan dasar
utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan masalah klien.Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual.Hal-hal yang perlu dikaji pada klien menarik diri adalah
biodata klien, alasan masuk, keluhan utama, faktor predisposisi, status mental, faktor-
faktor psikososial, kebutuhan persiapan pulang serta mekanisme koping yang sering
digunakan. Sedangkan menurut Stuart dan Sundeen (1998) pengkajian pada pasien
dengan gangguan harga diri rendah meliputi faktor predisposisi, faktor presipitasi,
perilaku, fisik, status emosi, intelektual, status sosial dan spiritual.
59
B. Diagnosa Keperawatan
61
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data yang didapatkan dari klien,
penulis merumuskan diagnosa keperawatan untuk membantu proses keperawatan klien
selama dirawat di ruang Mahoni RSUD DADI, Makassar.
Adapun diagnosa keperawatan yang ditemukan penulis yaitu resiko kerusakan
interkasi social: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah dan harga diri
rendah berhubungan dengan mekanisme koping individu inefektif
1. Resiko kerusakan interaksi social:menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah
Penulis menetapkan diagnosa keperawatan harga diri rndah sebagai prioritas
masalah keperawatan. Harga diri rendah adalah Harga diri rendah adalah keadaan
dimana individu sering mengalami kegagalan dalam pencapaian tujuan .
Data yang mendasari pengangkatan diagnosa keperawatan gangguan isolasi
sosial : menarik diri berupa data obyektifnya adalah klien tampak menyendiri, klien
tampak diam, klien tampak menundukan kepala, tidak ada kontak mata, klien
tampak sedih, wajah klien tampak murung, tidak mau berkomunikasi dengan orang
lain (autistik/mutisme), afek datar, kurang perawatan diri.
Alasan kenapa diagnosa harga diri rendah menjadi prioritas pertama
karena apabila masalah harga diri rendah tidak ditangani / tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan resiko kerusakan interaksi social
Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi
aktifitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan perawatan secara mandiri (Sujono dan Teguh, 2009).
2. Harga diri rendah berhubungan dengan mekanisme koping individu inefektif
Data yang ditemukan saat pengkajian yaitu data subjektif : klien
mengatakan sering bersedih. Data objektif : klien tampak sering duduk menyendiri,
tidak ada kontak mata saat berkomunikasi.
Menurut Keliat ( 1998 : 23 ) harga diri rendah merupakan suatu keadaan
dimana evaluasi diri atau dapat di gambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri, harga diri, merasa gagal
mencapai keinginan, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa.Ada sepuluh
cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah yaitu mengejek
dan mengkritik diri sendiri, merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri,
rasa bersalah atau khawatir, manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik,
62
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
64
Implementasi yang telah dilakukan pada hari pertama pada diagnosa 1 TUK 1 hingga
TUK 2 dapat berjalan dengan baik. Begitupun dengan diagnosa 2 pada TUK 1 hingga
TUK 2. Pada hari ke dua dan ketiga dilakukan implementasi pada TUK berikutnya pada
setiap diagnosa dan hasilnya dapat teratasi.
65
BAB 5
SPENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Harga diri rendah merupakan suatu gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan sedih berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. Penyebab
harga diri rendah sangat bervariasi, diantaranya faktor genetik , psikologik dll.
Gejala harga diri rendah dapat dikelompokkan menjadi gejala fisik, psikis dan
sosial. Penatalaksanaan dari harga diri rendah harus menggabungkan antara terapi
psikologik dan biologis.
2. Dari hasil pengkajian pada An. J dengan diagnosa Harga diri rendah sedang
didapatkan data salah satunya adalah klien merasa minder karena masalah
keluarga, pernikahan dan pekerjaan.
3. Diagnosis keperawatan utama pada An. J adalah isolasi sosial (menarik diri)
berhubungan dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah).
4. Perencanaan tindakan keperawatan didasarkan pada standar asuhan keperawatan
jiwa pada masalah keperawatan utama harga diri rendah
5. Intervensi yang sudah dilaksanakan sesuai dengan TUK yang ingin dicapai yaitu
sampai TUK 6.
5.2 Saran
1. Petugas kesehatan atau perawat harus memahami proses perawatan pasien harga
diri rendah mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Singga proses keperawatan
dapat berjalan dengan efektif dan tepat guna.
2. Peran keluarga dalam mendukung terapi pasien harga diri rendah sangatlah
diperlukan mengingat keluarga adalah orang terdekat dari pasien
3. Pemberian penyuluhan kepada keluarga tentang perawatan pasien dirumah
sangatlah penting untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F, (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya.
Nurmiati, A., ((2005). Harga diri rendah. Aspek Neurobiologi Diagnosis dan
Tatalaksana. Jakarta: FKUI.
Prijosaksono, A., (2008). Mengendalikan Diri Sewaktu Harga diri rendah. www//http:
sinarharapan.co.id. diakses pada tanggal 15 Desember 2010. Pukul 05.40 WIB.
Rawlin, R.P.(1993). Clinical Manual of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year
Book
Stuart G.W Sundeen, S.J., (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (ed. Indonesia).
Jakarta: EGC
Towsend, M, C.1995. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Psikiatri: Pedoman untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan. (ed.Indonesia). Jakarta: EGC
67
Lampiran
LAPORAN
KUNJUNGAN RUMAH
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. D
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Belum kawin
Alamat : Surabaya
Nomer Reg. : 025031
Diagnosa : F.20.1 (Skizoprenia hebeprenik)
V. FAKTOR HEREDITER
Tidak ada di keluarga pasien yang menderita sakit seperti pasien sebelumnya.
VI. PREMORBID
Pasien pendiam dan suka menyendiri.
kolam
Kamar S
Gudang dapur
kamar
kamar pasien
25 meter
Kamar
Mandi
Taman