Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Rohmah

NIM : 18108241070

Kelas : PGSD-2C

1. Yang dimaksud dengan ilmu sosial adalah semua bidang ilmu mengenai
manusia dalam konteks sosialnya sebagai anggota masyarakat. (MacKenzie, dalam
Sumaatmadja, 1986: 22). Obyek dari ilmu sosial adalah aspek kehidupan manusia itu
terdiri dari, yaitu interaksi sosial, budaya, kebutuhan materi, pendidikan, norma dan
peraturan, sikap dan reaksi kejiwaan, geografi, dan sebagainya. Aspek-aspek ini
kemudian menghasilkan ilmu-ilmu sosial (IIS) seperti Sosiologi, Antropologi, Ilmu
Ekonomi, Ilmu Pendidikan, Ilmu Hukum, Psikologi Sosial, Geografi, Sejarah, dan
lain sebagainya. Tujuannya untuk menciptakan tenaga ahli pada bidang ilmu social.
Sedangkan menurut Hidayati (2008:7) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial,
seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi,
ilmu politik, dan sebagainya. Menurut Taneo (2009:1.8) yang menjelaskan bahwa
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran
seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Jadi, IPS merupakan
bidang studi sosial yang mempelajari, menelaah dan menganalisis masalah sosial
dimasyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. Jadi, Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah perpaduan dan penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial yang
dibuat sebagai mata pelajaran untuk kepentingan pedagogia anak. Tujuannya agar
anak didik memiliki kepedulian, ketrampilan, dan empati sosial sehingga mampu
hidup ditengah-tengah masyarakat.
2. Metode Pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai. Menurut saya, metode pembelajaran yang dapat diterapkan di SD yaitu:
a. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas
dipandang satu kesatuan (kelompok) tersendiri atau pun dibagi atas kelompok-
kelompok kecil (sub-sub kelompok) (Sudjana, 2009: 82).
Penerapan dalam pembelajaran adalah memberikan tugas siswa untuk berdiskusi
tentang masalah sosial yang ada di masyarakat secara kelompok. Ada lima prinsip
untuk mencapai hasil maksimal dari pembelajaran dengan model cooperative
learning/kerja kelompok yang harus dikembangkan, yaitu tatap muka, komunikasi
antar anggota, tanggungjawab perseorangan, valuasi proses kelompok, dan saling
ketergantungan. Metode ini sangat bermanfaat karena untuk melatih siswa dapat
menerima perbedaan pendapat dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar
belakangnya.
b. Metode karyawisata
Nursid Sumaatmadja (1980:113), menyatakan bahwa karyawisata adalah suatu
kunjungan ke obyek tertentu di luar lingkungan sekolah, di bawah bimbingan guru
IPS, yang bertujuan untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Metode
karyawisata itu tidak harus dilaksanakan dengan menempuh suatu perjalanan yang
jauh, menggunakan waktu berhari-hari, dan menghabiskan biaya yang besar.
Inilah hakekat karyawisata dalam pengajaran IPS yang berbeda dengan wisata
atau tamasya. Penerapan metode ini dapat dilakukan di luar kelas, seperti di
lingkungan masyarakat, di pasar, di museum, di tempat peninggalan bersejarah
dll, yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi siswa. Manfaat
diterapkannya metode ini yaitu:
 Siswa dapat mengamati obyek secara nyata dan bervariasi, seperti
peninggalan sejarah, pasar, pantai, pabrik, kalurahan, kecamatan.
 Siswa dapat menjawab dan memecahkan masalah-masalah dengan cara
melihat, mencoba, dan membuktikan secara langsung suatu obyek yang
dipelajari.
 Siswa dapat pula mendapatkan informasi langsung dari narasumber ataupun
dapat penjelasan langsung dari manajer pabrik.
 Dapat meningkatkan minat dan perhatian siswa dalam mempelajari sesuatu.
c. Metode bermain peran (role playing)
Metode bermain peran atau role playing adalah salah satu bentuk permainan
pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai,
dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang
lain(Husein Achmad. 1981:80). Metode ini dapat diterapkan pada pengajaran IPS
dengan pokok bahasan tentang hubungan kehidupan sosial, misalnya: peranan
tokoh-tokoh, susunan dan masyarakat feudal. Melalui metode bermain peran dapat
melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Aspek kognitif
meliputi pemecahan masalah, aspek afektif meliputi sikap, nilai-niali
pribadi/orang lain, membandingkan, mempertentangkan nilai-nilai,
mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan. Sedangkan
aspek psikomotor terlihat ketika siswa memainkan peran di depan kelas. Manfaat
lain diterapkannya metode ini yaitu untuk menanamkan kemampuan bertanggung
jawab dalam bekerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat dan
kemampuan orang lain dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja
kelompok.
3. Pendekatan Pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu atau
landasan sikap dan persepsi guru tentang bagaimana kegiatan pembelajaran akan
dilaksanakan. Pendekatan yang dapat diterapkan untuk menciptakan pembelajaran
IPS yang bermakna di SD yaitu:
a. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. (Wina
Sanjaya (2008: 255)). Konsep belajar dari pendekatan kontekstual adalah
menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata. Disini peran guru
sebagai fasilitator agar informasi baru menjadi bermakna. Pada proses
pembelajaran, siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide sehingga dapat
menemukan pengetahuan baru secara terorganisir. Pengetahuan tidak dapat
dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Keterampilan dan
pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit). Oleh
karena itu, penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia
menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu. Karakteristik pembelajaran
kontekstual diantaranya kerja sama, saling menunjang, menyenangkan dan tidak
membosankan, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa
aktif, sharing dengan teman
Komponen dari pendekatan kontekstual yaitu, making meaningful connections,
doing significant work, self-reguleted learning, collaborating, critical and creative
thingking, nurturing the individual, reaching high standards dan using authentic
assessment. Strategi pembelajaran kontekstual yaitu:

 Pembelajaran berbasis masalah


 Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
 Memberikan aktivitas kelompok
 Membuat aktivitas mandiri
 Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
 Menerapkan penilaian autentik
b. Pendekatan berbasis kearifan lokal
4.

Anda mungkin juga menyukai