Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS)

OLEH :
SALMIATI

NIM : P1908123

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA


TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Sejarah Kamar Bedah

Dahulu prosedur operasi tidak selalu dilakukan dalam lingkungan khusus rumah
sakit. Ahli bedah melakukan kunjungan rumah kalau dipanggil untuk memeriksa pasien. Di
awal tahun1900an, perawat kamar operasi diminta untuk menyiapkan kamar atau ruangan

yang sesuai yaitu ruangan dengan keriuhan yang minimal dan sedikit suara untuk prosedur

operasi biasanya ruang makan, tetapi kadang-kadang di dapur. Segalanya dikeluarkan dari
kamar, terutama karpet,gantungan, gambar, dan juga mebel.

Kamar diasapi dengan sulfur dioksida selama 12 jam jika sudah waktunya mau
dipakai. Ini dilakukan dengan membakar 3 pon sulfur di periuk terbuat dari besi untuk tiap-

tiap 1000 kaki kubik ruangan. Jendela dan pintu ditutup serapat mungkin. Ketika

pengasapan telah selesai, tembok dan permukaan disikat dengan karbol 5% atau larutan

soda panas. Von Esmarch menggambarkan pembersihan dinding meliputi proses

penggosokan permukaan dengan roti halus. Dia mendasarkan tindakan ini pada

eksperimen pribadi. Jika waktu tidak cukup untuk dilakukan proses pengasapan/penyikatan,

ruangan seharusnya telah di penuhi dengan uap dari ceret.

Gambar 1.1 ruang oprasi di RSUD

Linen dan handuk yang akan dipakai direbus selama 5 menit di larutan soda untuk

digunakan sebagai spon. Kompor dan oven berguna sebagai alat sterilisasi. Batu bata tetap
di oven untuk digunakan sebagai alat penghangat bagi pasien anak yang kedinginan. Meja

dapur atau ruang makan telah dialasi untuk digunakan sebagai meja operasi dan
ditempatkan di bawah tempat lilin, dengan kepala mengarah ke jendela. Untuk kerahasiaan,

kertas tisu yang berwarna putih digunakan didekat jendela dengan memakai adonan
tepung. Banyak ahli bedah mempunyai lampu portable untuk digunakan didalam rumah
yang mempunyai listrik. Ini sangat berguna di malam hari. Seprai tempat tidur putih dipaku

ke semua tembok sebagai lapisan pelindung.

Lingkungan fisik sangat penting untuk ahli bedah. Suhu kamar harus dijaga pada
suhu di 75 – 80° F dan tambahan alat untuk menghangatkan ruangan, seperti selimut

hangat, botol air panas, dan batu bata hangat dibungkus dengan kain flanel. Disamping
menyiapkan lingkungan, perawat kamar operasi diharuskan mempunyai 10 galon air steril

yang panas dan 10 galon air steril yang dingin yang siap untuk digunakan. Termasuk tugas
perawatn yaitu menyiapkan larutan garam steril dengan mendidihkan sebuah wadah besar
yang berisi air dan menambahkan 2 sendok teh garam meja. Campuran direbus selama 30

menit kemudian disaring dengan menggunakan kapas yang sudah dipanggang sampai

berwarna kecoklatan ke dalam botol steril. Gabus dipergunakan untuk menutup lubang.
Terutama bila larutan disimpan untuk penggunaan yang akan datang, botol yang telah
ditutup direbus selama 20 menit selama 3 hari berurutan. Ini dipercaya untuk mencegah

tumbuhnya spora.

Sebagai kesimpulan dari prosedur pembedahan bahwa perawat kamar operasi

diperlukan untuk membongkar, mendidihkan, mengeringkan, dan mengepak instrumen ahli


bedah ke dalam tasnya. Ruangan dikembalikan ke keadaan semula dengan melepas atau

mebuang lembaran-lembaran dari dinding dan mengeluarkannya untuk dicuci dan

mengembalikan karpet dan mebel ke posisi . Perawat kamar operasi meninggalkan


semula

ruangan, keadaanya seperti waktu diawal saat sebelumdigunakan.


BAB II

KONSEP DASAR KAMAR BEDAH ATAU OPERASI

A. Kamar Bedah atau Operasi

1. Pengertian

Kamar Operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah sakit yang
diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan baik elektif atau akut yang
membutuhkan keadaan suci hama atau steril.

a) Pembagian Daerah Kamar Operasi

(1) Daerah Publik


Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.

Misalnya: kamar tunggu, gang, emperan depan komplek kamar operasi.


(2) Daerah Semi Publik

Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas.Dan

biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS.Dan sudah ada

pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas (pakaian khusus

kamar operasi) serta penggunaan alas kaki khusus di dalam.

(3) Daerah Aseptik

Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang langsung

ada hubungan dengan kegiatan pembedahan.Umumnya daerah yang harus dijaga


kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

(a) Daerah Aseptik 0, yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya

pembedahan.

(b) Daerah aseptik 1, yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain

steril, tempat instrument dan tempat perawat instrument mengatur dan


mempersiapkan alat.
(c) Daerah aseptik 2, yaitu tempat mencuci tangan, koridor pasien masuk, daerah

sekitar ahli anesthesia.

b) Bagian-bagian Kamar Operasi


Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang, baik itu di dalam kamar operasi maupun di

lingkungan kamar operasi, antara lain:

(1) Ruang sterilisasi


(2) Kamar tunggu
(3) Gudang
(4) Kantor

(5) Kamar mandi (WC) dan Spoelhok (Tempat cuci alat)

(6) Kamar istirahat


(7) Kamar gips

(8) Kamar Pulih Sadar (Recovery Room)


(9) Kamar arsip

(10) Kamar laboratorium


(11) Kamar untuk ganti pakaian
(12) Kamar untuk sterilisasi

(13) Kamar untuk gudang alat-alat instrument

(14) Kamar untuk mencuci tangan


(15) Kamar bedah

c) Persyaratan Kamar Operasi

Kamar operasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

(1) Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit, berdekatan dengan

Instalasi Rawat Darurat, ICU dan unit radiologi.

(2) Bentuk dan Ukuran

(a) Bentuk
(i) Kamar operasi tidak bersudut tajam. Lantai, dinding. Langit-langit

berbentuk lengkung dan wama tidak mencolok.

(ii) Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan yang

keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menampung debu.
(b) Ukuran
(i) Kamar operasi kecil berukuran: 5,2 m x 5,6 m (29,1 m2)

(ii) Kamar operasi yang nyaman diperlukan kira-kira diperlukan luas 40 m2.

(iii) Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luas minimal 56 m2 (7,2

m x 7,8 m).

(3) Sistem Penerangan


Sistem penerangan di dalam kamar operasi harus memakai lampu pijar putih dan

mudah dibersihkan.Sedangkan lampu operasi memiliki persyaratan khusus, yaitu


arah dan fokusnya dapat diatur, tidak menimbulkan panas, cahayanya terang dan

tidak menyilaukan serta tidak menimbulkan bayangan.Pencahayaan antara 300 -


500 lux, meja operasi 10.000 - 20.000 lux.
(4) Sistem Ventilasi

Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai system pengatur suhu sentral

(AC sentral) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang memakai filter (Ultra Clean
Laminar Airflow), dimana udara dipompakan ke dalam kamar operasi dan udara di

kamar operasi dihisap keluar.


(5) Suhu dan Kelembaban

Suhu di kamar operasi di daerah tropis sekitar 19° - 22 ° C. Sedangkan di daerah


sekitar 20°-24°C dengan kelembaban 55% (50 — 60%).
(6) Sistem Gas Medis

Pemasangan sebaiknya secara sentral memakai system pipa, yang bertujuan untuk

mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di kamar operasi bila terjadi
kebocoran dan tabung gas.Pipa gas tersebut harus dibedakan warnanya.
(7) Sistem listrik

Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110 volt dan

220 volt.Karena alat-alat kamar operasi memiliki voltage yang berbeda. Semua

tombol listrik dipasang pada ketinggian 1,40 m dari lantai.


(8) Sistem komunikasi

Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila ada keadaan

darurat maka mudah untuk melakukan komunikasi.

(9) Peralatan
(a) Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan mudah

dibersihkan.

(b) Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar mudah untuk

dibersihkan.
(c) Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan menempel pada
alat agar mudah untuk penggunaan.

(10) Pintu

(a) Pintu masuk dan keluar penderita harus berbeda.

(b) Pintu masuk dan keluar petugas harus tersendiri.

(c) Semua pintu harus menggunakan door closer (bila memungkinkan).


(d) Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan di kamar operasi

tanpa membuka pintu.


(11) Pembagian area

(a) Ada batas tegas antara area bebas terbatas. semi ketat, dan area ketat.
(b) Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dan perawat ruangan kepada

perawat kamar operasi.

(12) Air Bersih


Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

(a) Tidak berwama, berbau dan berasa.


(b) Tidak mengandung kuman pathogen

(c) Tidak mengandung zat kimia


(d) Tidak mengandung zat beracun
(13) Penentuan Jumlah Kamar Operasi

Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan

lahan yang tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancang bangun kamar operasi
setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar atau tipe rumah sakit
tersebut.Makin besar rumah sakit tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar

bedah yang lebih besar. Jumlah kamar operasi tergantung dari berbagai hal yaitu :

(a) Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.

(b) Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama
fasilitas penunjang.

(c) Pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.

(d) Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari maupun

perminggu.
(e) Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan

penyediaan peralatan.

d) Personil Kamar Operasi

(1) Jenis Tenaga


Jenis tenaga adalah personil yang boleh masuk di dalam kamar operasi baik tim
inti maupun tim penunjang, antara lain:

(a) Tim Bedah

(i) AhIi bedah.

(ii) Asisten ahli bedah.

(iii) Perawat Instrumen (Scrub Nurse).


(iv) Perawat Sirkuler.

(v) Ahli anestesi.


(vi) Perawat anestesi.

(b) Staf Perawat Operasi terdiri dari :


(i) Perawat kepala kamar operasi.
(ii) Perawat pelaksana.

(iii) Tenaga lain terdiri dari :

 Pekerja kesehatan.
 Tata usaha.

 Penunjang medis.
(2) Tanggung Jawab

(a) Kepala kamar operasi


(i) Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang bertanggung jawabdan

berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanankeperawatan di kamar

operasi.
(ii) Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepala bidang keperawatan,

melalui kepala seksi perawatan.Secara professional bertanggungjawab

kepada kepala instansi kamar operasi.

(iii) Tugas
 Perencanaan

(a) Menentukan macam dan jumlah pelayanan pembedahan.

(b) Menentukan macam dan jumah alat yang diperlukan sesuai

spesialisasinya.
(c) Menentukan tenaga perawat bedah yang dibutuhkan.

(d) Menampung keluhan penderita secara aktif.

(e) Bertanggungjawab terlaksananya operasi sesuai jadwal.

(f) Menentukan pengembangan pengetahuan petugas dan


peserta didik.
(g) Bekerja sama dengan dokter tim bedah dan kepala kamar

operasi dalam menyusun prosedur dan tata kerja di kamar

operasi.

 Pengarahan
(a) Memantau staf dalam penerapan kode etik kamar bedah.

(b) Mengatur pelayanan pembedahan sesuai dengan kebutuhan


dan kemampuan team.

(c) Membuat jadwal kegiatan.


(d) Pemanfaatan tenaga seefektif mungkin.
(e) Mengatur pekerjaan secara merata

(f) Memberikan bimbingan kepada peserta didik.

(g) Memantau pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada


stafnya.

(h) Mengatur pemanfaatan sumber daya secara efektif dan


efisien.

(i) Menciptakan suasana kerja yang harmonis.

 Pengawasan

(a) Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.

(b) Mengawasi penggunaan alat dan bahan secara tepat.


(c) Mempertahankan kelengkapan bahan dan alat.
(d) Mengawasi kegiatan team bedah sehubungan dengan

tindakan pembedahan.

(e) Menyesuaikan tindakan di kamar bedah dengan kegiatan di

bagian lain.

 Penilaian

(a) Menganalisa secara kontinyu jalannya team pembedahan.

(b) Menganalisa kegiatan tata laksana kamar operasi yang


berhubungan dengan penggunaan alat dan bahan secara

efektif dan hemat.

(b) Perawat Instrument / Scrub Nurse


(i) Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan

ditugaskan dalam mengelola paket alat pembedahan.selama tindakan

pembedahan berlangsung.

(ii) Tanggung jawab

Secara administratif dan kegiatan keperawatan, bertanggung jawab


kepada kepala kamar operasi.Secara operasional tindakan bertanggung

jawab kepada ahli bedah dan perawat kepala kamar operasi.


(iii) Tugas

 Sebelum Pembedahan
(a) Melakukan kunjungan pasien minimal sehari sebelum

pembedahan.

(b) Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai seperti


kebersihan ruangan, peralatan, meja mayo atau instrumen,

meja operasi, lampu operasi, mesin anasthesi, suction pump


dan gas medis.

(c) Menyiapkan set instrumen steril sesuai dengan jenis


pembedahan.
(d) Menyiapkan bahan desinfektan dan bahan lain sesuai dengan

keperluan operasi.

(e) Menyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril.

 Saat Pembedahan

(a) Memperingatkan team steril jika terjadi penyimpangan

prosedur aseptik.

(b) Membantu mengenakan gaun dan sarung tangan steril untuk


ahli bedah dan asisten bedah.

(c) Menata instrumen di meja mayo dan meja instrumen.

(d) Memberikan desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi.

(e) Memberikan duk steril untuk drapping.


(f) Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai dengan

kebutuhan.

(g) Memberikan bahan operasi sesuai dengan kebutuhan.

(h) Mempertahankan instrumen dalam keadaan tersusun secara


sistematis.
(i) Mempertahankan kebersihan dan sterilisasi alat instrumen.

(j) Merawat luka secara aseptik.

 Setelah Pembedahan

(a) Memfiksasi drain.


(b) Membersihkan kulit pasien dari sisa desinfektan.

(c) Mengganti alat tenun dan paju pasien lain dipindahkan ke


brankart.

(d) Memeriksa dan menghitung instrumen lalu mencucinya.


(e) Memasukkan alat instrumen ke tempatnya untuk disterilisasi.
(c) Perawat Sirkuler / Circulating Nurse

(i) Pengertian

Tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan tanggung


jawab membantu kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.

(ii) Tanggung jawab


Secara administrative dan operasional bertanggung jawab kepada

perawat kepala kamar operasi dan kepada abli bedah.


(iii) Tugas
 Sebelum pembedahan

(a) Menerima Pasien di ruang persiapan Kamar Operasi

(b) Memeriksa kelengkapan operasi meliputi :


 Kelengkapan dokumentasi medis, antara lain :
- Surat persetujuan tindakan medis (operasi)

- Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir

- Hasil pemeriksaan radiologi (fob x-ray)

- Hasil pemeriksaan ahli anestesi (pra visite anestesi)


- Hasil konsultasi ahli lain sesuai kebutuhan

 Kelengkapan obat - obatan, cairan dan alat kesehatan

 Persediaan darah (bila diperlukan)

(c) Memeriksa persiapan fisik


(d) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan untuk

pembedahan dengan perawat premedikasi

(e) Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan,

tim bedah yang akan menolong dan fasilitas kamar operasi

 Saat pembedahan

(a) Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan

bekerjasama dengan petugas anestesi

(b) Membuka set steril yang dibutuhkan dengan memperhatikan

teknik aseptik
(c) Membantu mengikatkan tali gaun bedah

(d) Memasang plate mesin diatermi


(e) Setelah draping, membantu menyambungkan slang suction

dan senur diatermi


(f) Membantu menyiapkan cairan dan desinfektan pada mangkok

steril

(g) Mengambil instrument yang jatuh dengan menggunakan alat


dan memisahkan dari instrument yang steril

(h) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan


(i) Menghubungi petugas penunjang medis (petugas PA) bila

diperlukan
(j) Menghitung dan mencatat pemakaian kasa, bekerjasama
dengan perawat instrument

(k) Memeriksa kelengkapan instrument dan kasa bersama perawat

instrument agar tidak tertinggal dalam tubuh pasien sebelum


luka operasi ditutup.

 Setelah pembedahan

(a) Membersihkan dan merapikan pasien yang sudah selesai

dilakukan pembedahan
(b) Memindahkan pasien dari meja operasi ke brancard dorong

yang telah disiapkan

(c) Meneliti, menghitung dan mencatat obat-obatan, cairan serta

alat yang telah diberikan kepada pasien


(d) Mendokumentasikan tindakan keperawatan selama

pembedahan antara lain:

 Identitas pasien (nama pasien, jenis kelamin, umur, nomor

dokumen medik, ruangan dirawat, tanggal mulai dirawat


dan alamat).
 Diagnosa pra bedah

 Jenis tindakan

 Jenis operasi (bersih, bersih kontaminasi, kontaminasi,

kotor)

 Dokter anestesi
 Tim bedah (operator, asisten operator, perawat

instrument)
 Waktu operasi (mulai induksi, mulai incisie, selesai operasi)

 Golongan operasi (khusus, besar, sedang, kecil)


 Bahan cairan yang dipakai (povidone iodine, alkohol,

perhidrol, NaCl, chlorhexidine gluconate)

 Pemakalan pisau bedah


 Pemakaian catheter

 Pemakaian benang bedah


 Pemakaian alat-alat lain

 Keterangan (berisi catatan penting selama proses


pembedahan)
(e) Membantu perawat instrument membersihkan dan menyusun

instrument yang telah digunakan kemudian alat disterilkan

(f) Membersihkan selang dan botol suction dari sisa jaringan serta
cairan operasi
(g) Mensterilkan selang suction yang dipakai langsung pasien

(h) Membantu membersihkan kamar operasi setelah tindakan

pembedahan.

(d) Perawat Anestesi

(i) Pengertian

Tenaga keperawatan profesional yang diberi wewenang dan tanggung

jawab dalam membantu terselenggarakannya pelaksanaan tindakan


pembiusan di kamar operasi.

(ii) Tanggung jawab

Secara administrative dan kegiatan keperawatan bertanggung jawab

kepada kepala perawat kamar operasi dan secara operasional


bertanggung jawab kepada ahli anestesi / ahli bedah dan kepala
perawat kamar operasi.

(iii) Tugas

 Sebelum Pembedahan

(a) Melakukan kunjungan pra anesthesi untuk menilai status fisik

pasien.
(b) Menerima pasien di ruang penerimaan kamar operasi.

(c) Menyiapkan kelengkapan alat dan mesin anesthesi.


(d) Memasang infus atau transfusi darah.

(e) Memberikan premedikasi sesuai dengan program dokter


anesthesi.
(f) Menyiapkan kelengkapan meja anesthesi dan mesin

suctionnya.

(g) Memonitor kondisi fisik dan tanda vital pasien.


(h) Memindahkan pasien ke meja operasi.

(i) Menyiapkan obat anesthesi dan membantu ahli anesthesi


dalam proses induksi.

 Saat Pembedahan
(a) Membebaskan jalan napas dengan mengatur posisi pasien dan

ETT.

(b) Memenuhi keseimbangan gas medis.


(c) Mengatur keseimbangan cairan dengan menghitung input dan
output.

(d) Memantau tanda-tanda vital.

(e) Memberikan obat-obatan sesuai dengan program dokter

anesthesi.
(f) Memantau efek obat anesthesi.

 Setelah Pembedahan

(a) Mempertahankan jalan napas pasien.


(b) Memantau tingkat kesadaran pasien.

(c) Memantau dan mencatat perkembangan pasien post operasi.

(d) Memantau pasien terhadap efek obat anesthesi.

(e) Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar.


(f) Merapikan dan membersihkan alat anesthesi.

(g) Mengembalikan alat anesthesi ke tempat semula


DAFTAR PUSTAKA

Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.

Effendy, Christantie. 2002. Handout Kuliah Keperawatan Medikal Bedah : Preoperatif Nursing,

Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

Mahmuda W. 2018. Laporan Pendahuluan Konsep Dasar Kamar Operasi.


https://www.academia.edu/35593104/KONSEP_DASAR_KAMAR_OPERASI.docx.

Dikunjungi pada: 01 desember 2018 pukul 23.40 wita.

Marilynn E. Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.

Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan.EGC : Jakarta.

Shodiq, Abror. 2004. Operating Room, Instalasi Bedah Sentral RS dr. Sardjito Yogyakarta,
Tidak dipublikasikan : Yogyakarta.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC : Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 1. EGC : Jakarta.

Wibowo, Soetamto, dkk. 2001. Pedoman Teknik Operasi OPTEK, Airlangga University Press :

Surabaya.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 9. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai