Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AL MUSYARAKAH

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6

Nama : 1. Ulfa Titahelu


2. Krisnawati Nahumarury

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat kesehatan yang telah diberikan
akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit
hambatan yang kami hadapi, namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
makalah ini tidak lain berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak, sehingga kendala-kendala
yang kami hadapi dapat teratasi.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, kami juga berharap dari pembaca mengenai kritik dan saran yang dapat membangun
pengetahuan kami dalam pembuatan makalah berikutnya.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................................

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................

B. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sekarang banyak masalah-masalah yang melibatkan anggota masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari adalah masalah muamalah(akad, transaksi) dalam berbagai bidang .
Karena masalah muamalah ini langsung melibatkan manusia dalam masyarakat. Dari sekian
banyak transaksi atau akad yang ada, diantaranya adalah akad al-musyarakah.
Al- Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal
/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah dalam perbankan Islam telah dipahami sebagai suatu
mekanisme yang dapat menyatukan kerja dan modal untuk produksi barang dan jasa yang
bermanfaat untuk masyarakat. Musyarakah dapat digunakan dalam setiap kegiatan yang
dijalankan untuk tujuan menghasilkan laba.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas tentang akad musyarakah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian al- Musyarakah
Musyarakah secara bahasa di ambil dari bahasa arab yang berarti mencampur. Dalam
hal ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat di pisahkan satu
sama lain.
Musyarakah merupakan istilah yang sering dipakai dalam konteks skim pembiayaan
Syariah. Istilah lain dari musyarakah adalah syarikah atau syirkah.
Kata Syirkah dalam bahasa arab berasal dari kata syarika (fi’il madhi), yashruku (fi’il
mudhari’) syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar), artinya menjadi sekutu atau
syarikat (kamus al Munawar). Menurut arti asli bahasa Arab, syirkah berarti mencampurkan
dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan bagian lainnya.
Al –Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal
/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.

B. Landsan Hukum (Landasan Syariah)


1. Al-Qur’an
...     ...
“ ....maka mereka berserikat pada sepertiga.....”(an-Nisa:12)
   
    
  

“Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh.”(Shaad:24)
2. Al-Hadits
ُ‫ش ِري َكي ِْن ما َ لَ ْم َي ُخ ْن آَ َحدُ هُما َ صا َ ِحبَه‬ ُ ‫َع ْن آبي ه َُري َْر ة َ َرفَعَهُ قَا َل ا َِّن للاَ يَقو ُل آَنا َ ثَا ِل‬
َّ ‫ث ال‬
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. Bersabda, “ sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
berfirman, Aku pihak dari ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya
tidak mengkhianati lainnya.” ( HR Abu Dawud No.2936, dalam kitab al-Buyu, dan
Hakim)
3. Ijma’
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-Mughni, telah berkata,” kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara global walaupun terdapat perbedaan
pendapat dari beberapa elemen darinya.

C. Rukun dan Syarat al-Musyarakah


1. Rukun-rukun al-Musyarakah:
a. Pelaku akad, yaitu para mitra usaha
b. Objek akad , yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh),
c. Shighah, yaitu Ijab dan Qabul
2. Syarat-syarat al-musyarakah
Beberapa syarat pokok musyarakah menurut Usmani (1998) antara lain:
a. Syarat akad
Ada empat syarat akad:
1) Syarat berlakunya akad (In’iqod)
2) Syarat sahnya akad (shihah)
3) Syarat terealisasikannya akad (Nafadz)
4) Syarat Lazim
b. Pembagian proporsi keuntungan. Dalam pembagian proporsi keuntungan harus
dipenuhi hal-hal berikut:
1) Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada para mitra usaha harus disepakati di
awal kontrak/ akad. Jika proporsi belum ditetapkan , akad tidak sah menurut
syariah.
2) Rasio /nisbah keuntungan untuk masing-masing mitra usaha harus ditetapkan
sesuai dengan keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha, dan tidak ditetapkan
berdasarkan modal yang disertakan. Tidak diperbolehkan untuk menetapkan
lumsum untuk mitra tertentu, atau tingkat keuntungan tertentu yang dikaitkan
dengan modal investasinya.
c. Penentuan proporsi keuntungan. Dalam menentukan proporsi keuntungan terdapat
beberapa pendapat dari para ahli hukum Islam sebagai berikut:
1) Imam malik dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa proporsi keuntungan dibagi di
antara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad
sesuai dengan proporsi modal yang disertakan.
2) Imam Ahmad berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat pula berbeda dari
proporsi modal yang disertakan.
3) Imam Abu Hanifah, yang dapat dikatakan sebagai pendapat tengah-tengah,
berpendapat bahwa proporsi keuntungan dapat berbeda dari proporsi modal pada
kondisi normal..
d. Pembagian kerugian. Para ahli hukum Islam sepakat bahwa setiap mitra
menanggung kerugian sesuai dengan porsi investasinya.
e. Sifat modal. Sebagian besar ahli hukum Islam berpendapat bahwa modal yang
diinvestasikan oleh setiap mitra harus dalam bentuk modal likuid.
f. Manajemen musyarakah. Prinsip normal dari musyarakah bahwa setiap mitra
mempunyai hak untuk ikut serta dalam manajemen dan bekerja untuk usaha patungan
ini. Namun demikian, para mitra dapat pula sepakat bahwa manajemen perusahaan
akan di dilakukan oleh salah satu dari mereka, dan mitra lain tidak akan menjadi
bagian manajemen dari musyarakah.
g. Penghentian musyarakah
1) Setiap mitra memiliki hak untuk mengakhiri musyarakah kapan saja setelah
menyampaikan pemberitahuan kepada mitra lain mengenai hal ini.
2) Jika salah seorang mitra meninggal pada saat musyarakah masih berjalan, kontrak
dengan almarhum tetap berakhir/dihentikan.
3) Jika salah seorang mitra menjadi hilang ingatan atau menjadi tidak mampu
melakukan transaksi komersial, maka kontrak musyarakah berhasil.
h. Penghentian musyarakah tanpa menutup usaha. Jika salah seorang mitra ingin
mengakhiri musyarakah sedangkan mitra lain ingin tetap meneruskan usaha, maka hal
ini dapat dilakukan dengan kesepakatan bersama.
D. Jenis –jenis al- Musyarakah
Al- musyarakah ada dua jenis:
1. Musyarakah pemilikan
Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang
mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih .
2. Musyarakah akad (kontrak)
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan di mana dua orang atau lebih
setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
Musyarakah akad dibagi menjadi lima jenis:
a. Syirkah al- ‘Inan yaitu kontrak antara dua orang atau lebih.
b. Syirkah mufawadhah yaitu kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih.
c. Syirkah A’maal yaitu kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagai keuntungan dari pekerjaan itu.
d. Syirkah Wujuh yaitu kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
prestise baik serta ahli dalam bisnis.
e. Syirkah al-mudharabah yaitu syirkah yang apabila terjadi keuntungan maka dibagi
hasil sesuai nisbah yang disepakati kedua belah pihak yaitu pemilik modal serta pelaku
usaha.

E. Bentuk-bentuk musyarakah:
1) Musyarakah tetap
Bentuk akad musyarakah yang paling sederhana adalah musyarakah tetap ketika
jumlah porsi modal yang disertakan oleh masing-masing mitra tetap selama periode
kontrak.
2) Musyarakah menurun
Pada kerja sama ini, dua pihak bermitra untuk kepemilikan bersama suatu aset dalam
bentuk properti, peralatan, perusahaan, atau lainnya.
3) Musyarakah mutanaqishah
Suatu penyertaan modal secara terbatas dari mitra usaha kepada perusahaan lain
untuk jangka waktu tertentu.

F. Ketentuan Umum al-Musyarakah


Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-
sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang
dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek
musyarakah tidak boleh melakukan tindakan, seperti:
1. Mengabungkan dana proyek dengan harta pribadi
2. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal lainnya.
3. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaannya atau digantikan oleh pihak lain.
4. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila, menarik diri dari
perserikatan, meninggal dunia dan menjadi tidak cakap hukum.
5. Biaya yang timbul dari pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui
bersama, keuntungan dibagi sesuai dengan porsi konstribusi modal.
6. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai
nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk
bank.
G. Manfaat dan Risiko al-Musyarakah
1. Manfaat al-Musyarakah:
a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan
usaha nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan / hasil usaha bank,
sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas usaha
nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
d. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar
halal, aman, dan menguntungkan.
e. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di
mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap
berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi
krisis ekonomi.

2. Risiko al-Musyarakah:
a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam
kontrak.
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.

H. Pengertian Mu'amalah Kontemporer

Kata Muamalat, al-mufa'alah (saling berbuat) Fiqih Muamalat adalah pengetahuan tentang
kegiatan atau transaksi yang berdasarkan hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia
dalam kehidupannya yang diperoleh dari dalil-dalil islam secara rinci.Kontemporer------ pada
waktu yang sama; semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini.

Fiqh Muamalat Kontemporer adalah aturan-aturan Allah SWT yang wajib ditaati yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan ke harta bendaan
dalam bentuk transaksi-transaksi yang modern.
Contoh dari hukum Islam yang berhubungan dengan muamalah disini adalah jual beli, sewa
menyewa, perserikatan, usaha perbankan, asuransi yang islami dan lain lain.

Di awali, muncul bidang bahasan fiqh oleh para fukaha atau ahli fiqih dibagi dalam tiga
bagian besar: yaitu akidah, ibadah dan muamalah. Akidah mengandung kepercayaan kepada
Allah SWT, Malaikat, Rasul, Kitab, hari kiamat, qada dan qadar dan lainnya yang
berhubungan dengan keimanan.

Dalam bidang ibadah mengandung masalah yang menyangkut hubungan manusia dengan
Alah SWT, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan dalam bidang muamalah yaitu
yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesamanya dalam kehidupan
bermasyarakat.

Awalnya, Dalam bidang muamalah ini juga tercakup masalah keluarga, seperti perkawinan
dan perceraian. Tetapi, setelah terjadinya disintegrasi di dunia Islam, khususnya di zaman
Turki ustmani, maka terjadilah perkembangan pembagian fiqih baru.

Setelah itu bidang muamalah dipersempit, sehingga masalah-masalah yang berhubungan


dengan hukum keluarga tidak masuk dalam pengertian muamalah. Muamalah tinggal
mengatur permasalahan yang menyangkut hubungan seseorang dengan seseorang lainnya
dalam bidang ekonomi . Seperti jual beli, sewa menyewa dan pinjam meminjam, gadai,
perkongsian, hibah, upah dan perseroan.

Dalam fiqh muamalah, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan. Misalnya, dalam
melaksanakan suatu hak atau tindakan, tindakan tersebut tidak boleh menimbulkan kerugian
terhadap orang lain. Karena setiap orang yang melakukan tindakan yang merugikan orang
lain, sengaja atau tidak sengaja , maka akan dimintai pertanggung jawaban.

Dalam muamalah adanya istilah transaksi. Pada setiap transaksi, terdapat beberapa prinsip
dasar yang telah ditetapkan oleh syara'. Pertama, setiap transaksi mengikat orang atau pihak
yang bertransaksi, kecuali transaksi yang jelas-jelas melanggar aturan syariat. Kedua, syarat-
syarat transaksi itu dirancang dan dilaksanakan secara bebas namun bertanggung jawab.
Ketiga, setiap transaksi dilakukan secara sukarela, tanpa ada unsur paksaan dari pihak
manapun. Dan keempat, syari' (pembuat hukum) mewajibkan agar setiap perencanaan
transaksi dan pelaksanaannya didasarkan atas niat baik, agar dapat terhindar dari segala
bentuk penipuan dan kecurangan.

I. RUANG LINGKUP MUAMALAH

Berdasarkan pembagian fiqh mu'amalah diatas maka ruang lingkup muamalah :

I. RUANG LINGKUP AL MUAMALAH AL MADIYAH :

Jual beli (Al bai'at tijarah)

Gadai (Rahn)

Jaminan dan tanggungan (Kafalah dan dhamam)

Pemindahan utang (Hiwalah)


Perseroan /perkongsian ( Asy-syirkah)

Perseroan harta dan tenaga (Mudharabah)

Sewa menyewa tanah ( Musaqah mukhabarah)

Upah (Ujrah al-amah)

Sayembara ( Al-ji'alah)

Pemberian (Al-hibbah)

Dan lain sebagainya.

II. RUANG LINGKUP AL MUAMALAH AL ADABIYAH

Yang masuk kedalam muamalah ini adalah ijab dan Kabul, saling meridhai satu sama lain,
tidak ada paksaan, hak dan kewajiban dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia
yang ada kaitannya dengan peredaran harta.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Muamalah merupakan ilmu yang
mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan tujuan
memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat). Perilaku
manusia disini berkaitan dengan landasan syariah sebagai rujukan berperilaku dan
kecenderungan dari fitrah manusia, kedua hal tersebut berinteraksi dengan kedudukannya
masing-masing, shingga terbentuk sebuah aturan ekonomi (muamalah) yang khas dengan
dasar-dasar nilai Ilahiyah.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ddari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Al –Musyarakah adalah
akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-
masing pihak memberikan kontribusi dana (atau amal /expertise) dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Muamalat Kontemporer adalah aturan-aturan Allah SWT yang wajib ditaati yang
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan ke harta bendaan
dalam bentuk transaksi-transaksi yang modern.
Contoh dari hukum Islam yang berhubungan dengan muamalah disini adalah jual beli,
sewa menyewa, perserikatan, usaha perbankan, asuransi yang islami dan lain lain.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Mudah-mudahan bisa bermanfaat
bagi kita semua, khususnya bagi pembaca. Dan tidak lupa kritik dan sarannya sangat kami
harapkan untuk memperbaiki pembuatan makalah yang selanjutnya. Apabila ada kesalahan
dalam penulisan maupun penyampaian serta kurangnya pengetahuan, kami mohon maaf. Dan
sesungguhnya kebenaran semata hanyalah dari Allah SWT. Semoga bermanfat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2013
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan SYARIAH, Yogyakarta, P3EI, 2004
Muhammad syafi’i Antonio , Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema Insani, 2001
http://id.m.wikipedia.org/wiki/musyarakah(23-03-2015)

Anda mungkin juga menyukai