Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi-fungsinya dan prosesnya
(Widyastuti, 2009).
Kesehatan reproduksi pada wanita tidak terlepas pada kesehatan organ intimnya.
Tentu kita perlu sadari bahwa menjaga kesehatan reproduksi sangat penting. Salah satu
hal yang dapat kita lakukan adalah menjaga kebersihan atau higienitas, terutama pada
daerah sekitar vagina. Dalam vagina terdapat mikroorganisme (flora normal) yang bila
tidak di jaga dapat terganggu keseimbangan. Bila hal ini terjadi maka akan timbul
gangguan dan keluhan pada daerah tersebut, salah satu gejala adanya gangguan adalah
melalui timbulnya keputihan.
Keputihan merupakan istilah lazim digunakan oleh masyarakat untuk menyebut
penyakit kandidiasis vaginal yang terjadi pada daerah kewanitaan. Penyakit keputihan
merupakan masalah kesehatan yang spesifik pada wanita. Sebanyak 505 pelajar putri di
sekolah menengah dan perguruan tinggi pernah mengalami keputihan ketika berusia
kurang dari 25 tahun.
Keputihan bisa dikategorikan normal yaitu berkaitan dengan siklus menstruasi,
yang terjadi menjelang ataupun setelah menstruasi atau bisa juga keluar saat kita
sedangmengalami stress atau kelelahan.
Tetapi ada juga jenis keputihan akibat suatu gangguan seperti infeksi parasit,
bakteri, jamur atau virus pada vagina. Biasanya keputihan jenis ini bisa bervariasi dalam
warna, berbau, dan disertai keluhan seperti gatal, nyeri atau terbakar di sekitar vagina.

1.2. TUJUAN PEMBELAJARAN


Untuk mengetahui secara umum tentang kesehatan reproduksi pada daerah
organ intim wanita, sehingga dapat mengetahui tindakan atau pencehan apa yang
sebaiknya dilakukan untuk menjaganya dari berbagi infeksi penyakit
seperti leukorea (keputihan).

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. DEFENISI KEPUTIHAN


Keputihan merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang
disebabkan infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar
bibir vagina bagian luar. Jika di biarkan dan tidak ditangani sedini mungkin infeksi ini
dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga
menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil (Nenk,2009).
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang normal dan
keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan
sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi dan juga
melalui rangsangan seksual. sedangkan keputihan abnormal dapat terjadi pada semua
infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim, dan jaringan
penyangga juga penyakit karena hubungan kelamin) (Manuaba,2009).
2.2. GEJALA DAN TANDA KEPUTIHAN
Pada keputihan normal gejala dan tandanya sebagian besar berkaitan dengan
siklus menstruasi. Biasanya berupa cairan lengket berwarna putih kekuningan atau putih
kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer ataupun kental dan biasanya pada
keputihan yang normal tidak disertai gatal serta akan menghilang dengan sendirinya.
Sedangkan pada keputihan abnormal gejala dan tandanya biasanya bisa
bervariasi dalam warna, berbau dan disertai keluhan seperti gatal, nyeri atau rasa
terbakar disekitar vagina. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan pada
saluran kencing (Sallika,2010).
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan
tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada
yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar (Nenk,2009).

2.3. PENYEBAB KEPUTIHAN


Gangguan yang dapat menimbulkan masalah yaitu:
 Candidosis
adalah penyebab paling umum pada gatal-gatal pada vagina. Jamur menyerang sel pada
saluran vagina dan sel-sel kulit vulva. Pada beberapa wanita, jamur masuk ke lapisan sel
yang lebih dalam dan beristirahat di sana sampai diaktifkan kembali karena satu alasan.
Sel-sel yang terinfeksi yidak terlalu parah gugur ke dalam vagina sehingga menyebabkan
keputihan. Candida masuk ke vagina dari infeksi jamur pada jalur khusus tetapi mungkin
menyebar oleh hubungan seks kelamin. Candida tumbuh lebih cepat jika lingkungan
mengandung glukosa dan lebih umum terjadi dalam kehamilan atau pada wanita
penderita diabetes. Namun tidak tertutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita lain
(Llewellyn,2005).

 Trichomoniasis
Cairannya banyak, kental, berbuih seperti sabun, bau, gatal, vulva kemerahan, nyeri bila
ditekan atau perih saat buang air kecil (Nenk,2009).
Infeksi vagina terjadi ketika organisme hidup sangat kecil (disebut
trichomonad) masuk ke dalam vagina, biasanya setelah hubungan kelamin dengan pria
yang terinfeksi. Trichomonas menginfeksi sekitar 1 dalam 10 wanita. Organism ini
seukuran dengan sel darah putih dan mempunyai “bulu getar” serta sebuah ekoryang
sangat kuat. Pada kebanyakan wanita jamur ini hidup dalam saluran vagina yang seperti
beledu dan tidak mennimbbulkan gejala. Pada kebanyakan pria hidupnya dalam saluran
kencing di penis. Tetapi pada beberapa wanita karena sejumlahalasan yang tidak
diketahui, ini menyebabkan gatal-gatal di vagina dan vulva yang cukup parah
(Llewellyn,2005).

 Bacterial Vaginosis
Infeksi oleh Gardnerella yang berinteraksi dengan baksil anaerobic yang biasanya
terdapat di vagina. Keputihan itu encer, mempunyai bau amis yang tajam, dan berwarna
abu-abu kotor. Ini disebut “amine vaginosis” karena amine diproduksi dan menghasilkan
bau amis.

 Virus HPV (Human Papiloma Virus) dan Herpes Simpleks


Sering ditandai dengan kondiloma akumminato atau tumbuh seperti jengger ayam, cairan
berbau tanpa disertai rasa gatal.(Llewellyn,2005).

Biasanya keputihan dapat terjadi pada:


 Wanita usia subur
 Wanita yang sedang hamil
 Wanita dengan berat badan yang berlebih
 Wanita yang terkena penyakitkencing manis
 Wanita yang mengidap penyakit kelainan kelamin
 Para pengguna obat KB dan obat-obatan tertentu
 Sering berbusana dengan busana sangat ketat
 Sering memakai atau menggunakan obat pembilas vagina (kimia) (Nenk,2009).

2.4. PENCEGAHAN DAN PENANGANANNYA


Keputihan dapat dicegah dengan:
 Selalu cuci daerah keperempuanan dengan air bersih setelah buang air, jangan hanya
menyekanya dengan tisu.
 Jaga daerah keperempuanan tetap kering
 Hindari betukar celana dalam dengan teman atau saudara
 Potonglah secara berkala bulu disekitar kemaluan (Sallika,2010).
 Dalam kasus keputihan, pencegahan bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti
menggunakan alat pelindung (kondom), pemakaian obat atau cara profilaksis
(pemakaian obat antibiotika disertai dengan pengobatan terhadap jasad renik penyebab
penyakit), dan melakukan pemeriksaan dini (Nenk,2009).

Penanganan yang dapat dilakukan adalah:


 Melakukan pemeriksaan dengan alat tertentu untuk mendapatkan gambaran alat kelamin
yang lebih baik, seperti melakukan pemeriksaan kolposkopi yang berupa alat optik untuk
memperbesar gambaran leher rahim, liang senggama dan bibir kemaluan.
 Merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan.
 Beberapa cara dapat dilakukan, yaitu sebagai penawar saja, obat pemusnah atau pemungkas,
dan melakukan penghancuran lokal pada kutil leher rahim, liang senggama, bibir kemaluan, atau
melakukan pembedahan.
 Obat-obat penawar misalnya Betadine vaginal kit, Intima, Dettol, yang sekadar membersihkan
cairan keputihan dari liang senggama, tapi tidak membunuh kuman penyebabnya. Selain itu
dapat dilakukan penyinaran dengan radioaktif atau penyuntikan sitostatika. Sedangkan obat
pemusnah misalnya vaksinasi, tetrasiklin, penisilin, thiamfenikol, doksisiklin,
eritromisin,flukonazole,metronidazole,nystatin dsb.Karena itu, lebih baik mencegah ketimbang
mengobati (Nenk,2009).

Seringkali wanita merasa mampu mengenali sendiri bahwa sedang menderita keputihan
tanpa merasa perlu memeriksakan diri ke dokter untuk memperoleh pemeriksaan secara lebih
detail, namun langsung diobati sendiri dengan obat – obat keputihan yang dijual bebas. Pada
kasus ini, tindakan tersebut cukup berisiko, karena apabila kurang tepat dalam pengenalan
penyakitnya dapat menyebabkan kurang tepat pula obat yang dipilih, sehingga selain efektivitas
terapi tidak tercapai juga akan berisiko pada munculnya resistensi sehingga jamur semakin kebal
dengan obat.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Setelah mengerti rumitnya kerja dan peran system reproduksi kita, tentu perlu
disadari bahwa menjaga kesehatan reproduksi sangat penting. Salah satu hal yang dapat
kita lakukan adalah menjaga kebersihan atau higienitas, terutama pada daerag sekitar
vagina. Dalam vagina terdapat mikroorganisme (flora normal) yang bila tidak dijaga dapat
terganggu keseimbangannya. Bila hal ini terjadi maka bisa timbul gangguan dan keluhan
pada daerah tersebut. Salah satu gejala adanya gangguan adalah melalui timbulnya
keputihan (Sallika,2010).

4.2 Saran
Pada wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya
pengeluaran cairan “leukorea (keputihan)” sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan
khusus atau rutin sehingga dapat menetapkan secara dini
penyebab leukorea (keputihan). Dan diharapkan agar kita semua agar lebih menjaga
kebersihan diri terutama pada bagian Genital (alat kelamin), karena hal itu dapat
mencegah timbulnya bakteri, jamur atau virus pada bagian genital yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti Leukorea (keputihan) (Manuaba,2009).

DAFTAR PUSTAKA

Dian.P, 2005. Setiap Wanita, Cetakan ke-11, Copyright@by Derek Llewellyn-Jones.


Nenk. 2009. Lentera Biru.
Manuaba, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC, Jakarta
Sallika,NS. 2010. Serba-serbi Kesehatan Perempuan. Cetakan ke-2, Bukune. 2010

Anda mungkin juga menyukai