Refleksi Kasus
Refleksi Kasus
PENDAHULUAN
Dermatitis kontak (DK) adalah suatu peradangan kulit yang disertai dengan
bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan pada kulit. Bahan-bahan tersebut
dapat bersifat toksik ataupun alergik. Dermatitis kontak alergik (DKA) dapat terjadi
(allergen). Dermatitis kontak alergik lebih kurang merupakan 20% dari seluruh
dahulu. Dengan demikian reaksi alergi biasanya baru timbul setelah berulang
kali kontak dengan allergen tersebut. Gejala dermatitis biasanya timbul setelah
Pajanan akan memicu dermatitis, terutama di tempat kontak. Sering kali, hanya
diperlukan sedikit bahan pemicu untuk menimbulkan reaksi. Terdapat sejumlah besar
bahan yang dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Sering terjadi penyebaran
sekunder dari tempat kontak awal ke bagian-bagian tubuh sekitar atau bahkan ke
bagian tubuh yang jauh dan tidak berkontak langsung. (Brown et al, 2012) Tidak
Ulujadi. Wilayah kerja Puskesmas Tipo mencakup tiga kelurahan yaitu kelurahan
Tipo, kelurahan Buluri dan kelurahan Watusampu. Menurut data UPTD Puskesmas
Tipo, angka kejadian penyakit penyakit kulit alergi menempati urutan ke-4 dari 10
penyakit terbesar di Puskesmas Tipo tahun 2015 yaitu sebanyak 674 kasus, dan pada
tahun 2016 menempati urutan ke-5 terbesar yaitu sebanyak 225 kasus. (UPTD
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat refleksi kasus mengenai faktor-
faktor lingkungan yang dapat menjadi pemicu timbulnya dermatitis kontak alergi di
2
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 2 tahun
Alamat : Buluri
2.2. Anamnesis
Pasien datang ke Puskesmas dibawa oleh ibunya dengan keluhan gatal-gatal pada
seluruh badan yang dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Menurut ibu pasien,
awalnya muncul kemerahan pada lutut pasien setelah mengkonsumsi snack. Lama
kelamaan kemerahan juga muncul pada dada, punggung dan tengkuk, lalu kulitnya
mengelupas dan terasa gatal. Hal ini semakin bertambah parah setiap hari. Pasien
sering menggaruk area kemerahan yang gatal sehingga menyebabkan luka. Tidak ada
demam, tidak ada batuk dan pilek, nafsu makan baik, buang air besar dan buang air
3
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Kedua orang tua pasien tidak memiliki riwayat alergi, dan tidak pernah
Riwayat imunisasi :
DPT/HB 3.
Riwayat pengobatan:
Anggota keluarga:
- Ayah pasien Tn. U, 35 tahun, bekerja sebagai tukang batu, tidak memiliki
riwayat alergi
4
- Ibu pasien, Ny. S, 35 tahun, bekerja sebagai penjual ikan, tidak memiliki
riwayat alergi.
- Pasien tinggal dirumah yang luasnya kurang lebih 5 x 7 meter, dengan 1 ruang
tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Dinding
rumah disemen rapi, lantai tehel, dan langit langit rumah tertutup rapi.
serta baju maupun sarung yang digantung sembarangan di setiap sudut rumah.
- Keluarga pasien tidur menggunakan kasur yang tidak dilapisi dengan seprai,
namun pasien sering ditidurkan di ayunan yang bantal dan kainnya jarang
sekali diganti.
5
Makanan sehari-hari:
ikan, sayur dan telur. Keluarga pasien jarang mengkonsumsi udang, kepiting
dan cumi-cumi.
Hewan peliharaan:
- Ayah pasien memiliki hewan peliharaan yaitu ayam yang kandangnya terletak
di belakang rumah.
Suhu : 36,9 0C
Status Generalis
Kepala Leher:
6
Kepala : Deformitas (-)
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
Leher : tidak teraba pembesaran KGB, tampak lesi eritematosa pada bagian
Paru:
Inspeksi:
- Bentuk dan ukuran dada kiri dan kanan simetris, pergerakan dada simetris
- Permukaan dada papula (+), petechie (-), purpura (-), ekimosis (-), nevi (-)
Palpasi:
- Trakea tidak ada deviasi, iktus kordis di SIC V linea parasternal sinistra
Perkusi:
7
- Paru sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi:
Abdomen:
Punggung:
terkelupas.
Extremitas:
- Tampak krusta berwarna kecoklatan pada lutut kiri, dan papul-papul yang
Tidak ada
8
2.5. Diagnosis Kerja
Medikamentosa:
Prednison tablet 5 mg 3 x ½
Vitamin C tablet 3 x 1
Non Medikamentosa:
Edukasi:
maupun tungau.
- Menjelaskan kepada orang tua pasien untuk mencari tahu dengan jelas jenis
9
2.7. Prognosis
Dubia ad bonam
2.8. Anjuran
10
BAB III
PEMBAHASAN
dengan keluhan gatal dan kemerahan pada seluruh tubuh sejak 1 bulan yang lalu,
yang diduga akibat mengkonsumsi snack. Keluhan tidak disertai demam, batuk,
maupun gangguan pada sistem lainnya. Pada pemeriksaan fisik tampak papul-papul
dan krusta kecoklatan yang tersebar di tengkuk, punggung, dada dan lutut. Tidak ada
Kontak Alergi.
Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidak seimbangan faktor-
(Anonim, 2017).
Berdasarkan hasil penelusuran kasus ini, jika mengacu pada konsep kesehatan
masyarakat, maka dapat ditelaah beberapa faktor yang mempengaruhi atau menjadi
11
faktor resiko terhadap penyakit yang diderita oleh pasien dalam kasus ini yakni
sebagai berikut
1. Faktor Genetik
kontak yang memadai dan pajanan ulang terhadap bahan yang sama
2. Faktor Lingkungan
yaitu debu pada lantai rumah yang jarang disapu, kasur yang jarang dibersihkan
dan tidak menggunakan seprai sehingga kontak antara tungau pada kasur dengan
12
3. Faktor Perilaku
pasien terhadap kandungan dari snack tersebut, dapat memicu timbulnya reaksi
alergi. Selain itu, perilaku dalam menjaga kebersihan rumah rumah kurang, sebab
seminggu sekali. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya debu di lantai serta baju
maupun sarung yang digantung sembarangan di setiap sudut rumah, kasur yang
tidak dilapisi dengan seprai, dan ayunan yang bantal dan kainnya jarang sekali
diganti.
pasien juga menjadi salah satu penyebab mengapa reaksi alergi pada pasien terus
berulang, sehingga tidak dapat menurunkan angka kejadian penyakit kulit alergi
di wilayah Pukesmas Tipo. Pada kasus ini, penyebab reaksi alergi pada pasien
tidak dapat diketahui dengan jelas, sehingga sulit untuk menentukan hal-hal yang
13
BAB III
KESIMPULAN
kasus dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tipo, antara lain sebagai berikut
harus ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya promosi kesehatan,
2. Perlunya pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui jenis alergen, agar pasien
dapat dengan tepat menghindarinya sehingga reaksi alergi tidak terus berulang.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2017. Buku Kerja KKN Profesi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako, Palu.
Harrianto et al, 2008. Dermatitis Kontak. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Sulistyaningrum et al, 2011. Dermatitis Kontak Iritan dan Alergik pada Geriatri.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
UPTD Puskesmas Tipo, 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Tipo. UPTD Urusan
Puskesmas Tipo, Palu.
15
LAMPIRAN
17