Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis kontak (DK) adalah suatu peradangan kulit yang disertai dengan

adanya spongiosis/edema interseluler pada epidermis karena kulit berinteraksi dengan

bahan-bahan kimia yang berkontak atau terpajan pada kulit. Bahan-bahan tersebut

dapat bersifat toksik ataupun alergik. Dermatitis kontak alergik (DKA) dapat terjadi

karena kulit terpajan/berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat sensitizer

(allergen). Dermatitis kontak alergik lebih kurang merupakan 20% dari seluruh

dermatitis kontak. (Harahap, 2013)

Sebelum individu menjadi sensitive pada suatu allergen, ia harus

mengalami beberapa kali kontak dengan substansi allergen tersebut terlebih

dahulu. Dengan demikian reaksi alergi biasanya baru timbul setelah berulang

kali kontak dengan allergen tersebut. Gejala dermatitis biasanya timbul setelah

36 jam – 48 jam kontak dengan allergen. (Harrianto, 2008)

Pajanan akan memicu dermatitis, terutama di tempat kontak. Sering kali, hanya

diperlukan sedikit bahan pemicu untuk menimbulkan reaksi. Terdapat sejumlah besar

bahan yang dapat menyebabkan dermatitis kontak alergi. Sering terjadi penyebaran

sekunder dari tempat kontak awal ke bagian-bagian tubuh sekitar atau bahkan ke

bagian tubuh yang jauh dan tidak berkontak langsung. (Brown et al, 2012) Tidak

ditemukan data epidemiologi mengenai dermatitis kontak alergi di Indonesia.


Puskesmas Tipo merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang berada

di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah, tepatnya berada di Kota Palu kecamatan

Ulujadi. Wilayah kerja Puskesmas Tipo mencakup tiga kelurahan yaitu kelurahan

Tipo, kelurahan Buluri dan kelurahan Watusampu. Menurut data UPTD Puskesmas

Tipo, angka kejadian penyakit penyakit kulit alergi menempati urutan ke-4 dari 10

penyakit terbesar di Puskesmas Tipo tahun 2015 yaitu sebanyak 674 kasus, dan pada

tahun 2016 menempati urutan ke-5 terbesar yaitu sebanyak 225 kasus. (UPTD

Puskesmas Tipo, 2015)

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibuat refleksi kasus mengenai faktor-

faktor lingkungan yang dapat menjadi pemicu timbulnya dermatitis kontak alergi di

wilayah kerja Puskesmas Tipo.

2
BAB III

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas pasien

Nama Pasien : An. A

Umur : 2 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Buluri

2.2. Anamnesis

Keluhan utama: Gatal-gatal pada badan

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke Puskesmas dibawa oleh ibunya dengan keluhan gatal-gatal pada

seluruh badan yang dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Menurut ibu pasien,

awalnya muncul kemerahan pada lutut pasien setelah mengkonsumsi snack. Lama

kelamaan kemerahan juga muncul pada dada, punggung dan tengkuk, lalu kulitnya

mengelupas dan terasa gatal. Hal ini semakin bertambah parah setiap hari. Pasien

sering menggaruk area kemerahan yang gatal sehingga menyebabkan luka. Tidak ada

demam, tidak ada batuk dan pilek, nafsu makan baik, buang air besar dan buang air

kecil lancar dan normal.

3
Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat terjadi reaksi alergi sebelumnya pada pasien tidak diketahui.

- Pasien tidak pernah menderita seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:

- Kedua orang tua pasien tidak memiliki riwayat alergi, dan tidak pernah

menderita hal seperti ini.

- Ketiga saudara kandung pasien tidak pernah menderita hal serupa.

Riwayat imunisasi :

- Pasien rutin dibawa ke posyandu oleh ibunya. Imunisasi yang telah

didapatkan yaitu BCG, Polio 1, DPT/HB 1, Polio 2, DPT/HB 2, Polio 3,

DPT/HB 3.

Riwayat pengobatan:

- Pasien tidak memiliki riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu sebelum ke

puskesmas. Pasien hanya menggunakan bedak pada area yang gatal.

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Anggota keluarga:

- Ayah pasien Tn. U, 35 tahun, bekerja sebagai tukang batu, tidak memiliki

riwayat alergi

4
- Ibu pasien, Ny. S, 35 tahun, bekerja sebagai penjual ikan, tidak memiliki

riwayat alergi.

- Saudara pertama, An. Y, 16 tahun, tidak memiliki riwayat alergi.

- Saudara kedua, An. F, 15 tahun, tidak memiliki riwayat alergi.

- Saudara ketiga, An. A, 3 tahun, tidak memiliki riwayat alergi

Kondisi tempat tinggal:

- Pasien tinggal dirumah yang luasnya kurang lebih 5 x 7 meter, dengan 1 ruang

tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi. Dinding

rumah disemen rapi, lantai tehel, dan langit langit rumah tertutup rapi.

Kebersihan rumah tampak kurang terjaga, sebab banyaknya debu di lantai

serta baju maupun sarung yang digantung sembarangan di setiap sudut rumah.

Ibu pasien mengaku jarang membersihkan rumah sebab sibuk bekerja.

Frekuensi membersihkan rumah kurang lebih seminggu sekali.

- Keluarga pasien tidur menggunakan kasur yang tidak dilapisi dengan seprai,

namun pasien sering ditidurkan di ayunan yang bantal dan kainnya jarang

sekali diganti.

- Tidak ada anggota keluarga yang merokok.

- Keluarga pasien mendapatkan air dari PDAM, yang digunakan untuk

keperluan rumah tangga seperti minum, mandi dan mencuci.

5
Makanan sehari-hari:

- Keluarga pasien sehari-sehari mengkonsumsi nasi, disertai lauk pauk seperti

ikan, sayur dan telur. Keluarga pasien jarang mengkonsumsi udang, kepiting

dan cumi-cumi.

- Pasien setiap hari gemar mengkonsumsi jajanan snack.

Hewan peliharaan:

- Ayah pasien memiliki hewan peliharaan yaitu ayam yang kandangnya terletak

di belakang rumah.

2.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Frekuensi Nadi : 72 kali/menit

Frekuensi Napas : 22 kali/menit

Suhu : 36,9 0C

Berat badan : 8 kilogram

Tinggi badan : 75,8 sentimeter

Status gizi : Zscore (-1,-2) gizi baik

Status Generalis

Kepala Leher:

6
Kepala : Deformitas (-)

Rambut : Hitam, lurus

Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-

Telinga : Liang telinga normal, serumen (+/+)

Hidung : Deformitas (-), sekret (-)

Leher : tidak teraba pembesaran KGB, tampak lesi eritematosa pada bagian

belakang leher disertai papul-papul

Paru:

Inspeksi:

- Bentuk dan ukuran dada kiri dan kanan simetris, pergerakan dada simetris

- Permukaan dada papula (+), petechie (-), purpura (-), ekimosis (-), nevi (-)

- Pergerakan otot bantu nafas: tidak tampak

- Tipe pernapasan abdominotorkal

- Tampak papul dan krusta yang menyebar di area thoraks

Palpasi:

- Trakea tidak ada deviasi, iktus kordis di SIC V linea parasternal sinistra

- Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-)

- Gerakan dinding dada simetris kiri dan kanan

- Taktil fremitus simetris kiri dan kanan

Perkusi:

- Batas jantung normal

7
- Paru sonor di seluruh lapang paru.

Auskultasi:

- Cor: S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)

- Pulmo: vesikuler (-/-), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen:

Inspeksi: bentuk simetris, permukaan datar, distensi (-), asites (-)

Auskultasi: bising usus (-) normal, bising aorta (-)

Perkusi: bunyi timpani pada seluruh lapang abdomen

Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-), hepatosplenomegali (-)

Punggung:

- Tampak papul-papul yang menyebar di area punggung, tampak kulit yang

terkelupas.

Extremitas:

- Tampak krusta berwarna kecoklatan pada lutut kiri, dan papul-papul yang

menyebar pada area sekitar lutu kanan dan kiri.

2.4. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada

8
2.5. Diagnosis Kerja

Dermatitis Kontak Alergi

2.6. Diagnosis Kerja

Medikamentosa:

- Amoxicilin syrup kering 250 mg 3x1c

- Chlorpeniramine maleat tablet 4 mg 3 x ½

Prednison tablet 5 mg 3 x ½

Vitamin C tablet 3 x 1

- Gentamycin salep 0,1%

- Betametasone cream 0,1%

Non Medikamentosa:

Edukasi:

- Penyakit dermatitis kontak alergi disebabkan oleh suatu alergen.

- Menjelaskan mengenai jenis-jenis alergen, yaitu dapat berupa makanan, debu

maupun tungau.

- Hindari konsumsi makanan yang diduga sebagai pemicu timbulnya alergi,

yaitu snack dan telur.

- Menjelaskan kepada orang tua pasien untuk mencari tahu dengan jelas jenis

alergen pada pasien, sehingga dapat dihindari.

- Memelihara kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal.

9
2.7. Prognosis

Dubia ad bonam

2.8. Anjuran

Melakukan pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas kesehatan yang lebih memadai,

seperti contoh skin prick test.

10
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien perempuan berusia 2 tahun diantar oleh ibunya ke Puskesmas Tipo

dengan keluhan gatal dan kemerahan pada seluruh tubuh sejak 1 bulan yang lalu,

yang diduga akibat mengkonsumsi snack. Keluhan tidak disertai demam, batuk,

maupun gangguan pada sistem lainnya. Pada pemeriksaan fisik tampak papul-papul

dan krusta kecoklatan yang tersebar di tengkuk, punggung, dada dan lutut. Tidak ada

pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Pasien di diagnosis menderita Dermatitis

Kontak Alergi.

Suatu penyakit dapat terjadi oleh karena adanya ketidak seimbangan faktor-

faktor utama yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Paradigma

hidup sehat yang diperkenalkan oleh H. L. Bloom mencakup 4 faktor yaitu

1. faktor genetik (keturunan),

2. perilaku (gaya hidup) individu atau masyarakat,

3. faktor lingkungan (sosial ekonomi, fisik, politik) dan

4. faktor pelayanan kesehatan (jenis, cakupan dan kualitasnya)

(Anonim, 2017).

Berdasarkan hasil penelusuran kasus ini, jika mengacu pada konsep kesehatan

masyarakat, maka dapat ditelaah beberapa faktor yang mempengaruhi atau menjadi

11
faktor resiko terhadap penyakit yang diderita oleh pasien dalam kasus ini yakni

sebagai berikut

1. Faktor Genetik

Terdapat satu hipotesis bahwa kemampuan individu untuk menetralisir radikal

bebas, menyesuaikan jumlah enzim antioksidan dan membentuk heat shock

protein (hsp) dipengaruhi secara genetik. Faktor tersebut memengaruhi

variabilitas respons individu terhadap berbagai iritan. Pada DKA, untuk

menginduksi reaksi imun spesifik selain sensitisasi terhadap alergen

kontak yang memadai dan pajanan ulang terhadap bahan yang sama

pada episode selanjutnya, individu harus memiliki kepekaan secara genetik.

(Sulistyaningrum et al, 2011) Berdasarkan hasil anamnesis, tidak ditemukan

riwayat alergi pada ayah maupun ibu pasien.

2. Faktor Lingkungan

Penyebab terjadinya dermatitis kontak alergi adalah adanya paparan alergen.

Masing-masing individu memiliki tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap

suatu alergen. Berdasarkan hasil pengamatan rumah pasien, ditemukan bahwa

kondisi kebersihan rumah pasien yang dapat dipertimbangkan sebagai alergen,

yaitu debu pada lantai rumah yang jarang disapu, kasur yang jarang dibersihkan

dan tidak menggunakan seprai sehingga kontak antara tungau pada kasur dengan

kulit pasien sehari-hari juga dapat dipertimbangkan.

12
3. Faktor Perilaku

Berdasarkan hasil anamnesis dari orangtua pasien, diduga penyebab penyakit

dermatitis kontak alergi pada pasien adalah jajanan snack. Kebiasaan

mengkonsumsi snack secara berulang setiap hari disertai adanya sensitifitas

pasien terhadap kandungan dari snack tersebut, dapat memicu timbulnya reaksi

alergi. Selain itu, perilaku dalam menjaga kebersihan rumah rumah kurang, sebab

menurut pengakuan ibu pasien, frekuensi membersihkan rumah kurang lebih

seminggu sekali. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya debu di lantai serta baju

maupun sarung yang digantung sembarangan di setiap sudut rumah, kasur yang

tidak dilapisi dengan seprai, dan ayunan yang bantal dan kainnya jarang sekali

diganti.

4. Faktor Pelayanan Kesehatan

Kurangnya sarana prasarana di puskesmas terkait pemeriksaan jenis alergen pada

pasien juga menjadi salah satu penyebab mengapa reaksi alergi pada pasien terus

berulang, sehingga tidak dapat menurunkan angka kejadian penyakit kulit alergi

di wilayah Pukesmas Tipo. Pada kasus ini, penyebab reaksi alergi pada pasien

tidak dapat diketahui dengan jelas, sehingga sulit untuk menentukan hal-hal yang

harus dihindari agar reaksi alergi tidak terjadi kembali.

13
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan kasus diatas, dapat diberikan beberapa saran pada

kasus dermatitis kontak alergi di Puskesmas Tipo, antara lain sebagai berikut

1. Pengetahuan pasien mengenai dermatitis kontak alergi serta jenis-jenis alergi

harus ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya promosi kesehatan,

mengingat penyakit kulit alergi merupakan penyakit ke-5 dari 10 penyakit

terbesar di Puskesmas Tipo.

2. Perlunya pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui jenis alergen, agar pasien

dapat dengan tepat menghindarinya sehingga reaksi alergi tidak terus berulang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2017. Buku Kerja KKN Profesi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako, Palu.

Brown et al, 2012. Clinical Dermatology. Churchill Livingstone, United Kingdom.

Harahap, 2013. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates, Jakarta.

Harrianto et al, 2008. Dermatitis Kontak. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Sulistyaningrum et al, 2011. Dermatitis Kontak Iritan dan Alergik pada Geriatri.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

UPTD Puskesmas Tipo, 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Tipo. UPTD Urusan
Puskesmas Tipo, Palu.

15
LAMPIRAN
17

Anda mungkin juga menyukai