PENDAHULUAN
Pulpitis merupakan salah satu penyakit pulpa yang cukup banyak terjadi di
Indonesia1. Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011 menunjukkan
penyakit pulpa menduduki urutan keempat dari sepuluh penyakit terbanyak
pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kunjungan
sebanyak 209.637 pasien. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan
dengan Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010 yang menunjukkan
penyakit pulpa menduduki urutan ketujuh dengan jumlah kunjungan sebanyak
163.211 pasien2.
Pulpitis merupakan peradangan pulpa sebagai reaksi jaringan ikat vaskuler
terhadap cedera3. Grossman mengklasifikasikan pulpitis sebagai pulpitis
reversibel dan ireversibel4. Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang
ringan dan jika penyebabnya dihilangkan maka pulpa kembali normal1.
Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi pulpa yang parah dan seringkali
merupakan akibat atau perkembangan dari pulpitis reversibel3.
Penyebab penyakit pulpa paling utama adalah karies yang disebabkan oleh
bakteri. Karies masih merupakan penyebab utama dari kerusakan gigi.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi
karies di Indonesia bekisar 90 % menunjukkan tingginya angka penyakit
tersebut. Apabila karies tidak dirawat pada email dan dentin gigi, maka bakteri
dapat berlanjut ke pulpa. Namun, kelainan pulpa tidak hanya disebabkan oleh
karies tetapi juga dapat disebabkan oleh trauma, panas, dan kimia. Trauma
dapat berasal dari benturan benda keras, panas dapat berasal dari saat
preparasi kavitas, dan kimia dapat berasal dari bahan material pengisi saluran
akar5.
Berdasarkan data tersebut diatas, diperlukan penegakan diagnosa pada
penyakit ini agar terhindar dari kesalahan dalam pemberian terapi dan
perawatan dan mencegah komplikasi. Oleh sebab itu, pada makalah ini akan
1
dibahas mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
tatalaksana, dan prognosis.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi pulpitis
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari pulpitis
3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari pulpitis
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari pulpitis
5. Untuk mengetahui dan memahami gejala klinis dari pulpitis
6. Untuk mengetahui dan memahami penegakan diagnosa dari pulpitis
7. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari pulpitis
8. Untuk mengetahui dan memahami prognosis dari pulpitis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
1. Fisik
a. Mekanis
Injuri pulpa secara mekanis ini biasanya disebabkan oleh trauma atau
pemakaian patologik gigi. Injuri traumatic dapat disertai atau tidak disertai
dengan fraktur mahkota atau akar. Injuri traumatik pulpa dapat disebabkan
karena adanya pukulan keras pada gigi, baik sewaktu olah raga, kecelakaan,
atau ketika perkelahian. Selain itu, injuri traumatic pulpa juga dapat
disebabkan oleh prosedur kedokteran gigi. Misalnya, terbukanya pulpa
secara tidak sengaja ketika ekskavasi struktur gigi yang terkena karies.
Pulpa juga dapat terbuka atau hampir terbuka oleh pemakaian patologik
gigi, baik abrasi maupun atrisi bila dentin sekunder tidak cukup cepat
ditumpuk.
b. Termal
Penyebab termal injuri pulpa adalah panas yang didapat karena preparasi
kavitas, dan konduksi panas dari tumpatan. Panas karena preparasi kavitas
merupakan panas yang ditimbulkan oleh bur ketika sedang mempreparasi
kavitas. Ketika menggunakan bur, sebaiknya gunakan pendingin agar injuri
pulpa dapat dihindari. Bukti menunjukkan bahwa kerusakan pulpa lebih
cepat disembuhkan bila preparasi kavitas dilakukan dibawah semprotan air.
3
Konduksi panas dari tumpatan dihasilkan dari tumpatan metalik. Tumpatan
metalik yang dekat pada pulpa tanpa suatu dasar semen perantara dapat
menyalurkan secara cepat perubahan panas ke pulpa dan mungkin dapat
merusak pulpa tersebut.
2. Kimiawi
Aplikasi suatu pembersih kavitas pada lapisan dentin yang tipis dapat
menyebabkan inflamasi pulpa. Pada suatu studi, pembersih kavitas seperti
asam sitrat menyebabkan respon radang yang sangat dalam yang secara
berangsur-angsur berkurang dalam kira-kira satu bulan. Erosi yang lambat
dan progresif pada permukaan labial atau fasial leher gigi akhirnya dapat
mengiritasi pulpa dan dapat menyebabkan kerusakan permanen.
3. Bakterial
Penyebab paling umum injuri pulpa adalah bakteri. Bakteri atau produk-
produknya mungkin masuk ke dalam pulpa melalui suatu keretakan di
dentin, baik dari karies maupun terbukanya pulpa karena kecelakaan, dari
perluasan infeksi dari gusi atau melalui peredaran darah.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi pulpitis dapat dibagi berdasarkan sifat eksudat, ada atau tidak
nya gejala, gambaran histopatologi dan diagnosa klinis yaitu sebagai berikut7.
Berdasarkan sifat eksudat yang keluar dari pulpa, pulpitis terbagi atas:
Secara struktur, jaringan pulpa sudah tidak dikenali lagi, tetapi sel-selnya
masih terlihat jelas. Pulpitis akut dibagi menjadi pulpitis akut serosa
parsialis yang hanya mengenai jaringan pulpa di bagian kamar pulpa saja
dan pulpitis akut serosa totalis jika telah mengenai saluran akar.
4
3. Pulpitis akut hemoragi
Di jaringan pulpa terdapat banyak eritrosit.
1. Pulpitis Simtomatis
Pulpitis ini merupakan respons peradangan dari jaringan pulpa terhadap
iritasi, dengan proses eksudatif memegang peranan. Rasa sakit timbul
karena adanya peningkatan tekanan intrapulpa. Rasa sakit ini berkisar
antara ringan sampai sangat hebat dengan intensitas yang tinggi, terus
menerus, atau berdenyut.
2. Pulpitis Asimtomatis
Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai mekanisme pertahanan
dari jaringan pulpa terhadap iritasi dengan proses proliferasi berperan
disini. Tidak ada rasa sakit karena adanya pengurangan dan keseimbangan
tekanan intrapulpa.
1. Pulpitis reversible
5
a. Peradangan pulpa stadium transisi
b. Atrofi pulpa
c. Pulpitis akut
2. Pulpitis ireversibel
Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari
pulpitis reversibel. Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi parah yang tidak
bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan
menjadi nekrosis. Vitalitas jaringan pulpa tidak dapat dipertahankan, tetapi
gigi masih dapat dipertahankan di rongga mulut setelah perawatan endodontic
dilakukan. Yang termasuk pulpitis ireversibel adalah:
a. Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
b. Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
c. Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
d. Pulpitis kronis radikulairs dengan nekrosis
e. Pulpitis kronis eksaserbasi akut
2.4 Patofisiologi
6
2.4.2 Patogenesis
Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau
seluruhnya, dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi
karena adanya jejas yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas
tersebut dapat berupa kuman beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga
karena faktor fisik dan kimia (tanpa adanya kuman)9.
Asal mula terjadinya karies, disebabkan oleh daya kariogenik dari bakteri
yang timbul karena adanya produksi asam laktat. Akibatnya, PH cairan disekitar
gigi tersebut menjadi rendah atau bersifat asam. Kondisi tersebut cukup kuat
untuk melarutkan mineral-mineral pada permukaan gigi sehingga gigi menjadi
erosi. Jika caries sudah mencapai email-dentin, caries akan menyebar ke segala
arah dentin menjadi luas, akhirnya sampai ke pulpa9.
7
Pasien dengan pulpitis reversibel umumnya mengeluhkan sensitivitas
sesaat berupa perasaan ngilu (dengan durasi yang singkat) terhadap makanan
atau minuman yang dingin, sering kali dapat juga terhadap makanan manis
yang akan hilang pada saat stimulus disingkirkan. Keluhan nyeri tidak
mengganggu (durasi nyeri juga singkat) dan bisa saja tidak dirasakan.
Makanan atau minuman dengan suhu yang tinggi (panas) umumnya tidak
terlalu mengganggu. Keluhan ini disebabkan oleh sensitivitasi saraf fiber-A.
Pada pulpitis reversibel, pasien masih dapat merasakan stimulus elektrik11.
Pulpitis ireversibel
Pasien dengan pulpitis ireversibel umumnya mengeluhkan sensitivitas
yang berkepanjangan. Keluhan ini merupakan keluhan tersering yang
membawa pasien datang ke dokter, dan disertai dengan nyeri yang
berkepanjangan. Pada kondisi ireversibel, pasien akan mengeluhkan
sensitivitas terhadap makanan atau minuman baik yang dingin ataupun yang
panas. Keluhan ini disebabkan oleh sensitivitasi saraf fiber-C. Pada kondisi
ini, saraf pada jaringan pulpa dikatakan vital, namun tidak viabel (tidak akan
bertahan lama karena proses inflamasi yang telah terjadi). Pada pulpitis
ireversibel, kemampuan pasien dalam merasakan stimulus elektrik sudah
berkurang (menandakan disfungsi sensoris saraf dental)12.
a) Anamnesis:
- Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin
- Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus
- Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan
b) Pemeriksaan Objektif:
- Ekstra oral: tidak ada pembengkakan.
- Intra oral: perkusi tidak sakit, karies mengenai dentin/karies profunda, -
pulpa belum terbuka, sondase (+), chloretil (+)
8
c) Pemeriksaan Penunjang : Foto x-ray periapikal
9
b) Pemeriksaan Objektif:
- Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman
- Sondase (-), Perkusi (-), dan Palpasi (-)
- Terdapat lubang gigi yang dalam
2.7 Penatalaksanaan
10
5. Beri tumpatan sementara diatas basis dari GIC, pasien diminta untuk dapat
berkunjung lagisetelah 2- 4 minggu;
6. Pada kunjungan kedua, lakukan tes vitalitas pada gigi tersebut, perhatikan
apakah ada perubahan saat gigi menerima rangsangan;
7. Apabila masih terdapat rasa sakit yang jelas, cek kondisi basis apakah ada
kebocoran tepi, apabila ditemukan maka lakukan prosedur aplikasi
Ca(OH)2 dengan ditutup oleh basis dari GIC lagi.
8. Apabila sudah tidak ada keluhan, maka dapat dilakukan tumpatan tetap
dengan resin komposit atau tumpatan tuang.
1. Pulpototomi
Anastesi, isolasi (rubberdam), desinfeksi gigi, preparasi kavitas,
pembukaan atap pulpa, pulpotomi dengan eksavator tajam,
penghentian pendarahan, aplikasi Ca(OH)2 , sementasi dengan aplikasi
pasta dan tumpatan tetap13.
11
tajam, pendarahan ditekan dengan kapas steril, ekstirpasi pulpa,
pembentukan saluran akar denganjarum endodontik yang sesuai,
irigasi NaOCL, pengeringan saluran akar dengan paper point,
pengobatan saluran akar. Pada kunjungan berikutnya pengisian
saluran akar dengan guttap point dan sealer (bergantung kondisi).
Tumpatan tetap dengan onlay, crown, atau resin komposit
(bergantung sisa / keadaan jaringan keras gigi)13.
2.7 Prognosis
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pulpitis adalah inflamasi pada jaringan pulpa. Hal ini dapat disebabkan
dari berbagai faktor yaitu, faktor fisik yang berupa mekanis dan termal, faktor
kimiawi dan faktor bakterial. Berdasarkan diagnosa klinis pulpitis dibagi menjadi
dua yaitu, pulpitis reversible dan pulpitis ireversible. Pulpitis reversible inflamasi
pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan
menghilang dan pulpa kembali normal. Sedangkan pada pulpitis ireversible
adalah inflamasi parah yang tidak bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan
dan dapat berkembang menjadi nekrosis pulpa.
Pulpitis sering diawali dari adanya karies yang merupakan jejas dan
sebagai media tempat invasi bakteri sampai ke pulpa. Gejala klinis dari pulpitis
reversible berupa perasaan ngilu (dengan durasi yang singkat) terhadap makanan
atau minuman yang dingin dan akan hilang pada saat stimulus disingkirkan.
Sementara pada pulpitis ireversible mengeluhkan sensitivitas yang
berkepanjangan. Terapi pada pulpitis reversible adalah dengan melakukan pulp
caping lalu dilakukan tumpatan tetap. Pada pulpitis ireversible dengan cara
pulpotomi atau pulpektomi.
13
DAFTAR PUSTAKA
14
15