Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pulpitis merupakan salah satu penyakit pulpa yang cukup banyak terjadi di
Indonesia1. Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011 menunjukkan
penyakit pulpa menduduki urutan keempat dari sepuluh penyakit terbanyak
pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kunjungan
sebanyak 209.637 pasien. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan
dengan Data Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010 yang menunjukkan
penyakit pulpa menduduki urutan ketujuh dengan jumlah kunjungan sebanyak
163.211 pasien2.
Pulpitis merupakan peradangan pulpa sebagai reaksi jaringan ikat vaskuler
terhadap cedera3. Grossman mengklasifikasikan pulpitis sebagai pulpitis
reversibel dan ireversibel4. Pulpitis reversibel adalah inflamasi pulpa yang
ringan dan jika penyebabnya dihilangkan maka pulpa kembali normal1.
Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi pulpa yang parah dan seringkali
merupakan akibat atau perkembangan dari pulpitis reversibel3.
Penyebab penyakit pulpa paling utama adalah karies yang disebabkan oleh
bakteri. Karies masih merupakan penyebab utama dari kerusakan gigi.
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, prevalensi
karies di Indonesia bekisar 90 % menunjukkan tingginya angka penyakit
tersebut. Apabila karies tidak dirawat pada email dan dentin gigi, maka bakteri
dapat berlanjut ke pulpa. Namun, kelainan pulpa tidak hanya disebabkan oleh
karies tetapi juga dapat disebabkan oleh trauma, panas, dan kimia. Trauma
dapat berasal dari benturan benda keras, panas dapat berasal dari saat
preparasi kavitas, dan kimia dapat berasal dari bahan material pengisi saluran
akar5.
Berdasarkan data tersebut diatas, diperlukan penegakan diagnosa pada
penyakit ini agar terhindar dari kesalahan dalam pemberian terapi dan
perawatan dan mencegah komplikasi. Oleh sebab itu, pada makalah ini akan

1
dibahas mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
tatalaksana, dan prognosis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi pulpitis ?
2. Apakah etiologi dari pulpitis ?
3. Apakah klasifikasi pulpitis ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari pulpitis ?
5. Apakah gejala klinis dari pulpitis?
6. Bagaimana penegakan diagnosa dari pulpitis ?
7. Apakah penatalaksanaan dari pulpitis?
8. Apakah prognosis dari pulpitis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi pulpitis
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari pulpitis
3. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari pulpitis
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari pulpitis
5. Untuk mengetahui dan memahami gejala klinis dari pulpitis
6. Untuk mengetahui dan memahami penegakan diagnosa dari pulpitis
7. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari pulpitis
8. Untuk mengetahui dan memahami prognosis dari pulpitis

1.4 Manfaat Makalah


1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan referat ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan
tentang definisi, etiologi, patogenesis, gejala klinis, manifestasi,
penatalaksanaan dan prognosis dari pulpitis.
1.4.2 Manfaat Praktis
Diharapkan dapat memberi tambahan wacana dalam menentukan
diagnosis dan penanganan awal terhadap pulpitis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pulpitis adalah fenomena peradangan dalam jaringan pulpa. Pulpitis


merupakan peradangan pulpa, kelanjutan dari hiperemi pulpa, yaitu bakteri yang
telah menggerogoti jaringan pulpa6.

2.2 Etiologi

Ada 3 penyebab dari penyakit pulpa yaitu sebagai berikut6.

1. Fisik

a. Mekanis

Injuri pulpa secara mekanis ini biasanya disebabkan oleh trauma atau
pemakaian patologik gigi. Injuri traumatic dapat disertai atau tidak disertai
dengan fraktur mahkota atau akar. Injuri traumatik pulpa dapat disebabkan
karena adanya pukulan keras pada gigi, baik sewaktu olah raga, kecelakaan,
atau ketika perkelahian. Selain itu, injuri traumatic pulpa juga dapat
disebabkan oleh prosedur kedokteran gigi. Misalnya, terbukanya pulpa
secara tidak sengaja ketika ekskavasi struktur gigi yang terkena karies.
Pulpa juga dapat terbuka atau hampir terbuka oleh pemakaian patologik
gigi, baik abrasi maupun atrisi bila dentin sekunder tidak cukup cepat
ditumpuk.

b. Termal

Penyebab termal injuri pulpa adalah panas yang didapat karena preparasi
kavitas, dan konduksi panas dari tumpatan. Panas karena preparasi kavitas
merupakan panas yang ditimbulkan oleh bur ketika sedang mempreparasi
kavitas. Ketika menggunakan bur, sebaiknya gunakan pendingin agar injuri
pulpa dapat dihindari. Bukti menunjukkan bahwa kerusakan pulpa lebih
cepat disembuhkan bila preparasi kavitas dilakukan dibawah semprotan air.

3
Konduksi panas dari tumpatan dihasilkan dari tumpatan metalik. Tumpatan
metalik yang dekat pada pulpa tanpa suatu dasar semen perantara dapat
menyalurkan secara cepat perubahan panas ke pulpa dan mungkin dapat
merusak pulpa tersebut.

2. Kimiawi

Aplikasi suatu pembersih kavitas pada lapisan dentin yang tipis dapat
menyebabkan inflamasi pulpa. Pada suatu studi, pembersih kavitas seperti
asam sitrat menyebabkan respon radang yang sangat dalam yang secara
berangsur-angsur berkurang dalam kira-kira satu bulan. Erosi yang lambat
dan progresif pada permukaan labial atau fasial leher gigi akhirnya dapat
mengiritasi pulpa dan dapat menyebabkan kerusakan permanen.

3. Bakterial

Penyebab paling umum injuri pulpa adalah bakteri. Bakteri atau produk-
produknya mungkin masuk ke dalam pulpa melalui suatu keretakan di
dentin, baik dari karies maupun terbukanya pulpa karena kecelakaan, dari
perluasan infeksi dari gusi atau melalui peredaran darah.

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi pulpitis dapat dibagi berdasarkan sifat eksudat, ada atau tidak
nya gejala, gambaran histopatologi dan diagnosa klinis yaitu sebagai berikut7.

Berdasarkan sifat eksudat yang keluar dari pulpa, pulpitis terbagi atas:

1. Pulpitis akut serosa

Secara struktur, jaringan pulpa sudah tidak dikenali lagi, tetapi sel-selnya
masih terlihat jelas. Pulpitis akut dibagi menjadi pulpitis akut serosa
parsialis yang hanya mengenai jaringan pulpa di bagian kamar pulpa saja
dan pulpitis akut serosa totalis jika telah mengenai saluran akar.

2. Pulpitis akut fibrinosa


Banyak ditemukan fibrinogen pada pulpa.

4
3. Pulpitis akut hemoragi
Di jaringan pulpa terdapat banyak eritrosit.

4. Pulpitis akut purulenta


Terlihat infiltrasi sel-sel masif yang berangsur berubah menjadi
peleburan jaringan pulpa. Bergantung pada keadaan pulpa, dapat terjadi
pernanahan dalam pulpa:
a. Pada beberapa bagian terjadi peleburan jaringan pulpa sehingga
terbentuk abses.
b. Pernanahan terjadi berkesinambungan sehingga terjadi flegmon pada
pulpa yang menghancurkan keseluruhan jaringan pulpa.

Berdasarkan ada atau tidak adanya gejala, pulpitis terbagi atas7 :

1. Pulpitis Simtomatis
Pulpitis ini merupakan respons peradangan dari jaringan pulpa terhadap
iritasi, dengan proses eksudatif memegang peranan. Rasa sakit timbul
karena adanya peningkatan tekanan intrapulpa. Rasa sakit ini berkisar
antara ringan sampai sangat hebat dengan intensitas yang tinggi, terus
menerus, atau berdenyut.
2. Pulpitis Asimtomatis
Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai mekanisme pertahanan
dari jaringan pulpa terhadap iritasi dengan proses proliferasi berperan
disini. Tidak ada rasa sakit karena adanya pengurangan dan keseimbangan
tekanan intrapulpa.

Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis, pulpitis terbagi atas7:

1. Pulpitis reversible

Adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dihilangkan,


inflamasi akan menghilang dan pulpa kembali normal. Vitalitas jaringan
pulpa masih dapat dipertahankan setelah perawatan ortodonti. Yang
termasuk pulpitis reversibel adalah:

5
a. Peradangan pulpa stadium transisi
b. Atrofi pulpa
c. Pulpitis akut
2. Pulpitis ireversibel
Pulpitis ireversibel seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari
pulpitis reversibel. Pulpitis ireversibel merupakan inflamasi parah yang tidak
bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Cepat atau lambat pulpa akan
menjadi nekrosis. Vitalitas jaringan pulpa tidak dapat dipertahankan, tetapi
gigi masih dapat dipertahankan di rongga mulut setelah perawatan endodontic
dilakukan. Yang termasuk pulpitis ireversibel adalah:
a. Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
b. Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
c. Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
d. Pulpitis kronis radikulairs dengan nekrosis
e. Pulpitis kronis eksaserbasi akut

2.4 Patofisiologi

2.4.1 Respon Inflamasi


Saat pulpa terkena injuri, berbagai substansi dilepaskan oleh sel residen
yang mendorong neutrophil dan mononuclear leukosit (monosit, T dan B limfosit)
untuk meninggalkan pembuluh darah. Apabila tidak ada atau hanya sedikit bakteri
yang terlibat pad ainjuri, contoh trauma dari preparasi, infiltrasi dari neutrophil
akan terbatas dalam mengeliminasi sel-sel inflamasi. Begitupun sebaliknya, bila
bakteri yang terlibat banyak, maka neutrophil akan bergabung dalam jumlah yang
besar dan akan memasuki tubulus dentin pulpa. Dengan begitu, neutrophil akan
berkontribusi untuk perlindungan pulpa dengan menutup difusi dari
makromolekul bakteri dan penetrasi dari organisme bakteri8.
Monosit darah perifer juga akan menginfiltrasi daerah injuri. Begitu
masuk ke jaringan, monosit akan teraktivasi dan berubah menjadi makrofag yang
akan melakukan beberapa fungsi penting seperti membunuh bakteri,
membersihkan debris selular, mengarahkan antigen, dan menstimulasi perbaikan
jaringan dengan angiogenesis dan proliferasi fibroblast8.

6
2.4.2 Patogenesis

Pulpitis atau inflamasi pulpa dapat akut atau kronis, sebagian atau
seluruhnya, dan pulpa dapat terinfeksi atau steril. Keradangan pulpa dapat terjadi
karena adanya jejas yang dapat menimbulkan iritasi pada jaringan pulpa. Jejas
tersebut dapat berupa kuman beserta produknya yaitu toksin, dan dapat juga
karena faktor fisik dan kimia (tanpa adanya kuman)9.

Asal mula terjadinya karies, disebabkan oleh daya kariogenik dari bakteri
yang timbul karena adanya produksi asam laktat. Akibatnya, PH cairan disekitar
gigi tersebut menjadi rendah atau bersifat asam. Kondisi tersebut cukup kuat
untuk melarutkan mineral-mineral pada permukaan gigi sehingga gigi menjadi
erosi. Jika caries sudah mencapai email-dentin, caries akan menyebar ke segala
arah dentin menjadi luas, akhirnya sampai ke pulpa9.

Setelah karies sampai ke pulpa, maka terjadilah proses inflamasi pada


pulpa. Kemudian terjadi pelepasan histamine dan bradikinin yang menyebabkan
vasodilatasi, sehingga permeabilitas kapiler meningkat, terjadi akumulasi sel
PMN dan peningkatan cairan intrerstisial disekitar area inflamasi (edema
lokal). Edema lokal ini menyebabkan peningkatan tekanan didalam pulpa
sehingga dapat menekan saraf-saraf yang ada didalam pulpa dan jaringan
sekitarnya. Gejala penakanan ini dapat menyebabkan rasa nyeri ringan sampai
sangat kuat tergantung keparahan inflamasinya, yang dipengaruhi oleh virulensi
kuman, daya tahan tubuh, serta pengobatan yang diberikan9.

2.5 Gejala Klinis

Jaringan pulpa dental merupakan jaringan yang kaya akan vaskularisasi


dan inervasi yang mengakibatkan ketika jaringan ini terstimulasi, maka akan
menghasilkan respon sensoris tunggal yaitu nyeri10.
Gejala dominan dari pulpitis yaitu nyeri, yang terutama diperberat dengan
perubahan suhu (terutama minuman dingin). Gejala pulpitis melalui klasifikasi:
 Pulpitis reversibel

7
Pasien dengan pulpitis reversibel umumnya mengeluhkan sensitivitas
sesaat berupa perasaan ngilu (dengan durasi yang singkat) terhadap makanan
atau minuman yang dingin, sering kali dapat juga terhadap makanan manis
yang akan hilang pada saat stimulus disingkirkan. Keluhan nyeri tidak
mengganggu (durasi nyeri juga singkat) dan bisa saja tidak dirasakan.
Makanan atau minuman dengan suhu yang tinggi (panas) umumnya tidak
terlalu mengganggu. Keluhan ini disebabkan oleh sensitivitasi saraf fiber-A.
Pada pulpitis reversibel, pasien masih dapat merasakan stimulus elektrik11.

 Pulpitis ireversibel
Pasien dengan pulpitis ireversibel umumnya mengeluhkan sensitivitas
yang berkepanjangan. Keluhan ini merupakan keluhan tersering yang
membawa pasien datang ke dokter, dan disertai dengan nyeri yang
berkepanjangan. Pada kondisi ireversibel, pasien akan mengeluhkan
sensitivitas terhadap makanan atau minuman baik yang dingin ataupun yang
panas. Keluhan ini disebabkan oleh sensitivitasi saraf fiber-C. Pada kondisi
ini, saraf pada jaringan pulpa dikatakan vital, namun tidak viabel (tidak akan
bertahan lama karena proses inflamasi yang telah terjadi). Pada pulpitis
ireversibel, kemampuan pasien dalam merasakan stimulus elektrik sudah
berkurang (menandakan disfungsi sensoris saraf dental)12.

2.6 Penegakan Diagnosa

2.6.1 Pulpitis Reversible10

a) Anamnesis:
- Biasanya nyeri bila minum panas, dingin, asam dan asin
- Nyeri tajam singkat tidak spontan, tidak terus menerus
- Rasa nyeri lama hilangnya setelah rangsangan dihilangkan
b) Pemeriksaan Objektif:
- Ekstra oral: tidak ada pembengkakan.
- Intra oral: perkusi tidak sakit, karies mengenai dentin/karies profunda, -
pulpa belum terbuka, sondase (+), chloretil (+)

8
c) Pemeriksaan Penunjang : Foto x-ray periapikal

2.6.2 Pulpitis Ireversible Akut10


yaitu peradangan pulpa lama atau baru ditandai dengan rasa nyeri akut yang
hebat.
a) Anamnesis: nyeri tajam spontan yang berlangsung terus-menerus menjalar
kebelakang telinga dan penderita tidak dapat menunjukkan gigi yang sakit.
b) Pemeriksaan Objektif
- Ekstra oral: tidak ada kelainan
- Intra oral: kavitas terlihat dalam dan tertutup sisa makanan, pulpa terbuka
bisa juga tidak, sondase (+), Chlorethil (+), perkusi bisa (+) bisa (-).
c) Pemeriksaan Penunjang : Foto x-ray periapikal bila diperlukan

2.6.3 Pulpitis Ireversibel Kronis10


yaitu peradangan pulpa yang berlangsung lama.
a) Anamnesis: gigi sebelumnya pernah sakit, rasa sakit dapat hilang timbul
secara spontan, nyeri tajam menyengat (bila ada rangsangan seperti panas,
dingin, asam, manis), penderita masih bisa menunjukkan gigi yang sakit.
b) Pemeriksaan Objektif
- Ekstra oral: tidak ada pembengkakan
- Intra oral: karies profunda (bisa mencapai pulpa bisa tidak), sondase (+),
perkusi (-)
c) Pemeriksaan Penunjang : Foto x-ray periapikal

2.6.4 Nekrosis pulpa10


Adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya, tergantung pada
seluruh atau sebagian yang terlibat.
a) Anamnesis: nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri
spontan, bau mulut, gigi berubah warna, lesi radiolusen yang berukuran
kecil hingga besar disekitar apeks dari salah satu atau beberapa gigi,
tergantung pada kelompok gigi.

9
b) Pemeriksaan Objektif:
- Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman
- Sondase (-), Perkusi (-), dan Palpasi (-)
- Terdapat lubang gigi yang dalam

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Pulpitis Reversible

Prosedur pada kasus pulp proteksi13:

a) Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik terdalam dapat menggunakan


excavator yang tajam ujung membulat ukuran 0,1 mm
b) Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai benar-benar bersih
(ditandai dengan tidak adanya material yang masih dapat terbawa oleh
excavator yang tajam tersebut)
c) Lakukan aplikasi bahan proteksi pulpa pada titik terdalam (jangan terlalu
lebar/luas agar tidak mengganggu tumpatan tetap diatasnya)
d) Dianjurkan menggunakan bahan RMGI (resin modified glass ionomer)
apabila tumpatan diatasnya menggunakan resin komposit
e) Apabila menggunakan tumpatan tuang, maka dapat dipilih bahan dari GIC
tipe 1.

Prosedur pada kasus pulp caping13:

1. Bersihkan karies dengan hati-hati, pada titik terdalam dapat menggunakan


excavator yang tajam ujung membulat ukuran 0,1mm;
2. Bersihkan kavitas dari jaringan infeksius sampai benar-benar bersih
(ditandai dengan tidak adanya material yang masih dapat terbawa oleh
excavator yang tajam tersebut);
3. Lakukan aplikasi pasta Ca(OH)2 untuk kasus hiperemi pulpa atau pulpitis
reversible pada titik terdalam yang mendekati pulpa, kemudian ditutup
atasnya dengan tumpatan GIC sebagai basis.
4. Lakukan aplikasi bahan pulp proteksi pada titik terdalam (jangan terlalu
lebar/luas agar tidak mengganggu tumpatan tetap diatasnya);

10
5. Beri tumpatan sementara diatas basis dari GIC, pasien diminta untuk dapat
berkunjung lagisetelah 2- 4 minggu;
6. Pada kunjungan kedua, lakukan tes vitalitas pada gigi tersebut, perhatikan
apakah ada perubahan saat gigi menerima rangsangan;
7. Apabila masih terdapat rasa sakit yang jelas, cek kondisi basis apakah ada
kebocoran tepi, apabila ditemukan maka lakukan prosedur aplikasi
Ca(OH)2 dengan ditutup oleh basis dari GIC lagi.
8. Apabila sudah tidak ada keluhan, maka dapat dilakukan tumpatan tetap
dengan resin komposit atau tumpatan tuang.

2.7.2 Pulpitis Ireversible

 Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama kasus seperti ini dimasukkan


dalam tindakan endodontik darurat untuk mengurangi rasa sakit (karena
tekanan) dengan cara pulpektomi pada gigi berakar tunggal dan pulpotomi
untuk gigi berakar ganda, perlu segera dilakukan anestesi lokal dan
ekstirpasi jaringan pulpa.13

 Perawatan endodontik disesuaikan dengan keadaan gigi, yaitu gigi apeks


terbuka dan gigi apeks tertutup.
 Pada dewasa muda dengan pulpitis ringan dilakukan Pulpotomi.
 Pada gigi dewasa dengan perawatan saluran akar (pulpektomi) dan
dilanjutkan restorasi yang sesuai.

1. Pulpototomi
Anastesi, isolasi (rubberdam), desinfeksi gigi, preparasi kavitas,
pembukaan atap pulpa, pulpotomi dengan eksavator tajam,
penghentian pendarahan, aplikasi Ca(OH)2 , sementasi dengan aplikasi
pasta dan tumpatan tetap13.

2. Pulpektomi dan perawatan saluran akar:

 Anastesi, pengukuran panjang kerja, preparasi kavitas, pembukaan


atap pulpa, pengambilan pulpa di kamar pulpa dengan ekskavator

11
tajam, pendarahan ditekan dengan kapas steril, ekstirpasi pulpa,
pembentukan saluran akar denganjarum endodontik yang sesuai,
irigasi NaOCL, pengeringan saluran akar dengan paper point,
pengobatan saluran akar. Pada kunjungan berikutnya pengisian
saluran akar dengan guttap point dan sealer (bergantung kondisi).
 Tumpatan tetap dengan onlay, crown, atau resin komposit
(bergantung sisa / keadaan jaringan keras gigi)13.

2.7 Prognosis

- Pulpitis Reversible : Baik bagi gigi dewasa muda13.

- Pulpitis Ireversible : Bergantung daya tahan jaringan, pemulihan pertama 3


bulan. Evaluasi perlu dilakukan secara periodik13.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pulpitis adalah inflamasi pada jaringan pulpa. Hal ini dapat disebabkan
dari berbagai faktor yaitu, faktor fisik yang berupa mekanis dan termal, faktor
kimiawi dan faktor bakterial. Berdasarkan diagnosa klinis pulpitis dibagi menjadi
dua yaitu, pulpitis reversible dan pulpitis ireversible. Pulpitis reversible inflamasi
pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan
menghilang dan pulpa kembali normal. Sedangkan pada pulpitis ireversible
adalah inflamasi parah yang tidak bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan
dan dapat berkembang menjadi nekrosis pulpa.

Pulpitis sering diawali dari adanya karies yang merupakan jejas dan
sebagai media tempat invasi bakteri sampai ke pulpa. Gejala klinis dari pulpitis
reversible berupa perasaan ngilu (dengan durasi yang singkat) terhadap makanan
atau minuman yang dingin dan akan hilang pada saat stimulus disingkirkan.
Sementara pada pulpitis ireversible mengeluhkan sensitivitas yang
berkepanjangan. Terapi pada pulpitis reversible adalah dengan melakukan pulp
caping lalu dilakukan tumpatan tetap. Pada pulpitis ireversible dengan cara
pulpotomi atau pulpektomi.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Ingle JI. Bakland LK. Endodontics. BC Decker, Ontario, page.25–55. 2008


2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI Situasi Gigi dan Mulut. 2011
3. Walton RE. Torabinejab M. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, Ed ke-3,
EGC, Jakarta, h.33, 36-8, 332, 413-4, 589-90. 2008
4. Garg N. Garg A. Textbook of Endodontics. 2nd edition. India : Jaypee
Brothers Medical Publisher.9-10, 7-45. 2014
5. Pradono J, Soemantri S. Survei Kesehatan Nasional: Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) 2004 Volume 3: Sudut Pandang Masyarakat
Mengenai Status, Cakupan, Ketanggapan dan Sistem Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan dan Teknologi Kesehatan; 2005.
6. Burchard HH. A Text-book Of Dental Pathology and Therapeutics, for
Studentsand Practitioners. Michigan: Lea brothers & co. 2009
7. Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Edodonti). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2002
8. Bergenholtz G, Bindslev PH, Reit C. Textbook of Endodontology. 2nd ed.
Blackwell Publishing ltd; 2010.
9. Featherstone JDB. The Science and Practice of Caries Prevention. JADA;
2000: 887-99.
10. Ryan K. Ray C. Dental Periodontal Infections. In : Sherris Medical
Microbiology. 6th ed. New York :The McGraw-Hill ;2014 p.256
11. Donaldson LF. Understanding Pulpitis. J Physiol. 2006. 57: 2-3
12. American Association of Endodontist. Endodontic Diagnosis. American
Association of Endodon.ist ; 2013.p1-6.
13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Gigi. Menkes. 2015

14
15

Anda mungkin juga menyukai