Anda di halaman 1dari 2

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG TIDAK TRANSPARAN

1.Perilaku birokrasi selalu diwarnai dengan sikap sopan yang harus dilakukan oleh orang yang
kekuasaannya lebih rendah. Ini berdampak pada lemahnya kreatifitas dan efektivitas
pelayanan public. Selain itu, pada akhirnya birokrat bawahan tidak mempunyai inisiatif sendiri.

Birokrasi di Indonesia adalah alat penguasa yang tidak mungkin netral dari kepentingan politik
penguasa. Itu sebabnya, tidak sulit kita temukan “agen-agen” penguasa di dalam birokrasi yang
bekerja bukan untuk kepentingan rakyat, melainkan untuk kepentingan politik partisannya.

Reformasi birokrasi harus meliputi periubahan sistem politik dan hukum secara menyeluruh,
perubahan sikap mental dan budaya birokrat serta perubahan pola piker dan komitmen
pemerintah serta partai politik.

Pemerintah yang akuntabel memliki daya tanggap yang tinggi terhadap kebutuhan dan
kepentingan masyarakat bukan sebaliknya hanya menjadi alat penguasa

2. Dampak penyelenggraan pemerintahan yang tidak transparan

Upaya yuridis ditempuh untuk memberantas korupsi di Indonesia. Pada sidang istimewa tahun
1998, MPR telah mengeluarkan ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan
negara yang bersih dari KKN. Untuk melaksanakan keinginan politik (politic will) dari MPR
tersebut dibentuklah Undang-Undang baru sebagai berikut

1. UU no 28 tahun 1998 tentang penyelanggaraan negara yang bersih dari KKN.


Keluarnya UU ini berarti UU no 3 tahun 1971 tentang pemberantasan korupsi
diperbaharui .
2. Presiden selaku kepala negara membentuk Komisi Pemeriksaan Kekayaan Pejabat
Negara (KPKPN) berdasarkan Keppres No. 1277 Thaun 1999 sebagai lembaga
independen

Adapun dampak dari pemerintahan yang tidak transparan adalah sebagai berikut.

1. Tumbuh dan berkembangnya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) pada hamper
semua aspek kehidupan yang melingkupi semua tingkatan. Mulai dari kelurahan (desa)
hingga lembaga eksekutif , legislative, dan yudikatif. Bukan hal yang aneh kalau vonis
hakim bisa dibeli dan pemilihan kepala daerah selalu diwarnai politik uang (money
politics)
2. Pejabat atau kepala daerah yang terpilih karena politik uang, setelah memerintah atau
lembaga kekuasaan akan selalu memikirkan dan menyusun strategui bagaimana
modalnua bisa kembali. Akibatnya, terjadilah berbagai “penyunantan” anggaran bagi
rakyat miskin
3. Menimbulkan kesengsaraan dan kemiskinan yang semakin dalam. Akses orang miskin
terhadap fasilitas public akan terus dikurangi (mungkin sampai 0%)
4. Menimbulkan jurang pemisah yang begitu dalam antara si kaya dan si miskin.
Akibatnya, masyarakat yang adil dan makmur semakin sulit diwujudkan. Kesenjangan ini
juga akan menimbulkkan bernagai pertikaian, dan dapat mengarah pada disintegrasi
bangsa. Tak heran, jika banyak provinsi yang ingin memisahkan diri dari negara
kesatuan RI dengan alas an tidak adanya “keadilan sosial” di wilayahnya yang kaya
akan sumber daya.

Anda mungkin juga menyukai