MODUL 6
Menghitung Estimasi Kualitas Air dengan Metode Pendekatan Nilai TSS
Tanggal: 24 Oktober 2018
1. Pendahuluan
1.1 Tujuan Praktikum
● Menentukan nilai kualitas air atau TSS menggunakan algoritma metode hasyim pada
waduk saguling
● Membandingkan nilai TSS hasil perhitungan sampel secara manual (in-situ) dengan hasil
perhitungan menggunakan algoritma metode hasyim
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan
total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari
ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida,
ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai
TSS. Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara
hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni
sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan
bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg / L dari fine talcum
powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung
1.000 mg / L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda
kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg / L ground pepper. Meskipun tiga sampel tersebut
mengandung nilai TSS yang sama.
Algoritma metode hasyim adalah algoritma perhitungan nilai tanah yang terkandung
dalam objek air dalam satu piksel.
2. Pembahasan
2.1 Tahapan
1. Buka Aplikasi ENVI
Dimana, b5 = citra band NIR; N = Nilai digital citra terendah pada band 5
Gambar 2.24 Tampilan algoritma metode Bilko
2.2 Analisis
Dalam praktikum ini dilakukan pencarian/penentuan kualitas air dari Waduk Saguling
dimana kualitas air didasarkan kepada kandungan objek tanah (mg) yang terkandung dalam
objek satu liter air. Penentuan kualitas air dilakukan menggunakan metode hasyim, sedangkan
penentuan objek air dilakukan menggunakan metode bilko.
Data awal yang didapat berupa data citra satelit Landsat 8 OLI/TRS C1 Level-1 GeoTIFF
pada tanggal 2 September 2016 yang diperoleh dari website United State Geological Survey -
Earth Explorer yang memiliki resolusi geometrik tinggi bernama LC08_L1TP_12206.
Kemudian, citra tersebut dilakukan pemotongan (cropping) sesuai wilayah Waduk Saguling.
Data pendukung non-spasial lainnya adalah hasil sampel kualitas air yang dilakukan secara
manual (in-situ) di 15 titik di Waduk Saguling.
Praktikum ini dimulai dengan membuat citra baru dengan posisi dan ukuran yang sama
dengan area Waduk Saguling dimana nilai dari piksel-pikselnya sesuai dengan data citra awal
pada posisi piksel yang sama dengan menggunakan fitur RoI dan Subset. Kemudian citra
tersebut dilakukan kalibrasi radiometrik sehingga nilai digital yang terkandung pada citra
berubah menjadi nilai radians.
Dari citra hasil proses kalibrasi radiometrik tersebut dilakukan perhitungan algoritma
Bilko dengan menggunakan band NIR pada citra tersebut. Algoritma tersebut dilakukan untuk
memisahkan objek air dan tanah yang terkandung pada citra dimana akan menghasilkan citra
yang memiliki rentang nilai 0 hingga 1 untuk objek air dan rentang nilai 0 hingga -100 untuk
objek tanah.
Kemudian dari citra hasil proses algoritma bilko dilakukan pembuatan mask dimana akan
dibuat citra baru yang memiliki dua nilai, nilai 1 dan nilai 0. Citra baru tersebut akan memiliki
nilai 1 jika posisi pikselnya sesuai dengan objek air pada citra hasil algoritma bilko. Atau bisa
dibilang, seluruh piksel pada citra hasil algoritma bilko yang memiliki nilai pada rentang 0
hingga 1 (berupa objek air) akan diubah nilainya menjadi nilai 1. Sedangkan untuk objek tanah,
nilainya menjadi 0. Setelah itu, citra mask yang baru dibuat akan dikalikan dengan citra hasil
algoritma bilko sehingga menghasilkan citra yang hanya berisi objek air dalam bentuk radians
menggunakan fitur Apply Mask.
Dari citra hasil fitur apply mask dilakukan perhitungan Algoritma Hasyim dimana
dilakukan pencarian nilai tanah yang terkandung pada objek air dengan menggunakan band Red
dan band Green pada citra tersebut. Hasil dari perhitungan adalah piksel-piksel dari objek air
yang memiliki nilai tanah dalam unit mg dalam objek satu liter air.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan nilai TSS dari algoritma hasyim dan sampel
perhitungan secara manual. Faktor pertama yang berpengaruh adalah perbedaan resolusi spasial
yang dimiliki oleh dan citra awal dan perhitungan data sampel. Pada data citra awal memiliki
resolusi spasialnya adalah 30 meter dimana dapat dibilang dalam area persegi 30x30 meter hanya
memiliki satu nilai TSS saja. Sedangkan pada keadaan aslinya nilai TSS tersebut dapat berubah
jika posisi pengukuran sampel berubah dalam jarak 1 meter.
Faktor lain yang berpengaruh adalah adanya perbedaan resolusi temporal yang dimiliki
oleh dan citra awal dan perhitungan data sampel. Citra awal yang digunakan adalah citra yan
diambil pada tanggal 2 September 2016 sedangkan pengukuran sampel secara manual dilakukan
pada tanggal 16 September 2016. Citra ini dipakai dikarenakan tidak tersedianya citra yang
memiliki tanggal yang sama dengan tanggal pengukuran beserta citra yang bersih dari objek
awan. Perlu diketahui bahwa nilai yang dimiliki oleh air dapat berubah secara temporal dalam
kurun waktu jam yang disebabkan oleh adanya faktor luar seperti angin, suhu, dan kelembapan
dimana air dalam waduk dapat mengalir atau berpindah tempat. Dengan berbedanya waktu citra
yang dipakai dan waktu pengukuran sampel, maka nilai TSS pada posisi yang sama dapat
berbeda pula.
Pada perhitungan metode bilko digunakan band 5 nilai radians citra. Rentang panjang
gelombang dari citra atau rentang gelombang NIR dipakai karena objek air memiliki fitur radians
yang unik dan detail pada rentang ini. Gelombang NIR jika mengenai objek air akan mengalami
pantulan/reflektan yang lebih tinggi dari pada rentang gelombang lainnya.
Kekurangan yang dimiliki oleh metode bilko adalah metode ini tidak dapat
mendeskripsikan objek air sebagai objek air jika objek tersebut bergerak secara vertikal maupun
horizontal. Pada waduk saguling, dikarenakan area yang dimiliki cukup luas, terdapat pengaruh
objek angin yang menyebabkan air membentuk ombak dan arus. Perhitungan algoritma bilko
akan menganggap ombak dan arus tersebut sebagai objek tanah bukan objek air.
Dari perhitungan algoritma bilko bisa saja menghitung nilai air yang terkandung dalam
tanah sehingga dapat menampilkan objek air yang terkandung dalam permukaan tanah yang
seperti terletak pada bantaran waduk. Sehingga hasil dari perhitungan metode hasyim juga dapat
menampilkan/menghasilkan objek air yang terkandung dalam tanah.
Pada data citra awal tidak dapat dilakukan koreksi atmosferik karena tidak dapat
dikonversikannya hasil koreksi atmosferik yang berupa nilai reflektansi menjadi nilai radians
yang merupakan tipe data awal untuk algoritma bilko. Konversi tidak dapat dilakukan
dikarenakan tidak adanya data gan dan offset.
Gambar 2.40 Tampilan hasil perhitungan nilai TSS menggunakan algoritma hasyim
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Metode hasyim dapat digunakan untuk menghitung nilai TSS dengan menggunakan
rentang panjang gelombang Red dan Green pada piksel bernilai radiansi dimana dimanfaatkan
karakteristik reflektansi unik yang dimiliki oleh objek tanah saat mengenai gelombang pada
rentang gelombang tersebut.
Hasil nilai TSS dari pengukuran secara langsung (in-situ) dan perhitungan menggunakan
algoritma hasyim tidak dapat dibandingkan dengan satu sama lain. Faktor yang sangat
berpengaruh adalah berbedanya resolusi spasial maupun temporal dari kedua metode. Maka dari
itu tidak dapat disimpulkan metode mana yang baik atau yang lebih teliti dilakukan untuk
menghitung nilai TSS.
3.2 Saran
Daftar Referensi