Sri Lestari
P07224319072
Sri Lestari
NIM. P07224319072
Mengetahui,
Pembimbing Institusi Bidan Koordinator
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Antenatal
Care Terintegrasi. Penyusunan Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. H. Supriadi B, S.Kp., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
3. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Ketua Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Kalimantan Timur
4. Nursari Abdul Syukur, M.Keb selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dengan sabar kepada peneliti dalam
penyusunan laporan ini
5. Noviana Ekamukti W, Amd.Keb selaku Bidan Koordinator di Puskesmas
Kampung Baru Ulu tempat peneliti melakukan praktek lapangan yang
telah memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan laporan ini
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
7. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan baik dukungan
material dan moral
8. Sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
penyusunan laporan ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga Laporan Komprehensif ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Sri Lestari
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah terjadi
penurunan yaitu dari 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, turun
menjadi 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Angka
ini sudah mendekati sasaran RPJMN 2004-2009 yaitu 226/100.000 KH, dan
diupayakan terus untuk mencapai target pencapaian MDG 102/100.000 KH
pada tahun 2015. Penyebab langsung dari kematian ibu adalah perdarahan
(28%), hipertensi dalam kehamilan (24%), infeksi (11 %), abortus tidakaman
(5%) dan persalinan lama (5%).
Pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab untuk menjamin
bahwa setiap ibu memilik akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang
berkualitas mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan
khusus dan rujukan bila terjadi komplikasi, serta akses terhadap keluarga
berencana (Kemenkes RI, 2014).
Angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68
persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun, meskipun sangat
kecil (0,02%) dan kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) sebesar 1,97
persen. Apabila tidak dilakukan pengaturan kehamilan melalui program
keluarga berencana (KB) mempengaruhi tingkat fertilitas di Indonesia
(RISKESDAS, 2013).
Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu
hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir
seluruh ibu hamil di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan
kehamilan (K1) dan frekuensi kehamilan minimal 4 kali selama masa
kehamilannya adalah 83,5 persen. Adapun untuk cakupan pemeriksaan
kehamilan pertama pada trimester pertama adalah 81,6 persen dan frekuensi
ANC 1-1-2 atau K4 (minimal 1 kali pada trimester pertama, minimal 1 kali
pada trimester kedua dan minimal 2 kali pada trimester3) sebesar 70,4 persen.
Tenaga yang paling banyak memberikan pelayanan ANC adalah bidan (88%)
dan tempat pelayanan ANC paling banyak diberikan di praktek bidan (52,5%)
(RISKESDAS, 2013).
Oleh karenanya perlu intervensi selama kehamilan Indonesia saat ini
menduduki peringkat ke-107 dari 179 negara pada tahun 2007 dalam Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index) dimana awalnya lebih
disebabkan oleh tingkat kesehatan, utamanya terhadap stimulasi otak dini
janin dan asupan gizi pada ibu hamil.
Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi adalah integrasi asuhan
antenatal dengan pelayanan program Gizi, Imunisasi, IMS-HIV-AIDS, ESK
dan Frambusia, TB dan Kusta, Malaria, Kecacingan, dan Intelegensia dengan
pendekatan yang responsif gender untuk menghilangkan missed opportunity
yang ada. Selanjutnya akan menuju pada pemenuhan hak reproduksi bagi
setiap orang khususnya ibu hamil. Untuk itu perlu adanya perbaikan standar
pelayanan asuhan antenatal yang terpadu, yang mengakomodasi kebijakan,
strategi, kegiatan dari program terkait. Dalam pelaksanaannya perlu dibentuk
tim pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi, yang dapat memfasilitasi
kemitraan antara dokter spesialis, dokter umum, bidan maupun dukun dengan
sistem rujukan yang jelas, dilengkapi fasilitas pendukung dari masing-masing
program guna mewujudkan Making Pregnancy Safer.
Data K1 dan K4 dari PUSKESMAS KAMPUNG BARU ULU pada
tahun 2018 yaitu dari sasaran ibu hamil sebanyak 917 jiwa, tercatat K1
sejumlah 768 jiwa (83,75%) dan K4 sebanyak 737 jiwa (80,37%)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ibu mempunyai masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan?
2. Apakah ibu mendapat pelayanan pendidikan kesehatan dan konseling?
3. Apakah ibu telah merencanakan persalinannya?
C. Tujuan
1. Deteksi dan antisipasi dini kelainan/penyakit/gangguan yang mungkin
terjadi dalam kehamilan.
2. Pelayanan pendidikan kesehatan dan konseling yang harus ibu dapatkan
pada kehamilan yaitu nutrisi ibu, IMD dan ASI Eksklusif, perawatan tali
pusat, penggunaan alat kontrasepsi, imunisasi tetanus, pemberian tablet
Fe, pencegahan penyakit malaria dan IMS
3. Persiapan persalinan yang ibu rencanakan bertujuan agar dapat
menyikapi kemungkinan terjadinya komplikasi dalam kehamilan
D. Manfaat
1. Meningkatkan efektivitas pola kerjasama antar unit atau program yang
akan diintegrasikan dalam model pelayanan asuhan antenatal
terintegrasidi masa mendatang.
2. Meningkatkan efek sinergi dalam rangka mencapai target penurunan
angka kematian ibu dan perinatal melalui berbagai kegiatan intervensi
yang ada dalam model pelayanan asuhan antenatal terintegrasi sesuai
dengan karakteristik kebutuhan dan potensi yang tersedia di daerah atau
fasilitas kesehatan.
3. Menjadi pedoman bagi pemberi pelayanan dalam melaksanakan asuhan
antenatal terintegrasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Antenatal Terintegrasi
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan
antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu
bersalin dan bayi baru lahir serta ibu nifas.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat memastikan
bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang
dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk
menjalani persalinan normal.
Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai risiko mengalami penyulit
atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai
standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas.
Standar Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi adalah seperangkat rekomendasi
tentang penyelenggaraan pelayanan asuhan antenatal pada fasilitas kesehatan, mulai dari
tingkat unit pelayanan antenatal dan jaringannya. Fasilitas kesehatan pada level yang lebih
tinggi juga memerlukan standar pelayanan minimal, selain standar pelayanan spesialistik
dan obstetrik.
Standar Pelayanan Asuhan Antenatal Terintegrasi ini akan dapat memberikan
pedoman bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan dan keselamatan ibu
dan bayi yang dilahirkan.
2. Tujuan
a. Deteksi dan antisipasi dini kelainan/penyakit/gangguan yang mungkin terjadi dalam
kehamilan.
b. Intervensi dan pencegahan kelainan/penyakit/gangguan yang mungkin dapat mengancam
ibu dan atau janin.
c. Standarisasi kegiatan pelayanan asuhan antenatal terintegrasi, meliputi : tujuan,
persyaratan, implementasi serta pemantauan dan penilaian
d. Mengintegrasikan asuhan antenatal rutin dengan pelayanan tambahan dalam praktik
asuhan antenatal.
3.Program-Program Yang di Integrasikan dalam Pelayanan Antenatal Terintegrasi
1. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) Standar:
Semua wanita yang melahirkan dan bayi yang dilahirkannya harus terlindung dari
Tetanus
Tujuan:
Tabel 2.1 Cara Penapisan Imunisasi TT pada WUS dan ibu hamil
Pemberian Kapan diberikan Lama proteksi yang
immunisasi (Selang Waktu Pemberian diharapkan
Minimal)
T1 -
Pelaksanaan:
1) Penapisan semua ibu hamil dengan sifilis on site dengan metode uji
cepat (rapid test) pada kunjungan antenatal yang pertama.
penapisan harus dikerjakan sedini mungkin (lebih baik sebelum 16
minggu dari kehamilan) untuk mencegah infeksi kongenital. Pada
kunjungan ulang, ibu yang dengan beberapa alasan tidak dapat
menunjukkan hasil tes sifilis harus di tes kembali.
2) Apabila hasil rapid test pertama positif, dilakukan pengobatan dan
diberi informasi tentang perlunya pemeriksaan terhadap infeksi
HIV. Satu minggu kemudian pasien dirujuk untuk pemantauan dan
penatalaksanaan lebih lanjut. Apabila hasil rapid test pertama
negatif, maka akan dilakukan pemeriksaan ulang pada trimester
ketiga.
3) Review hasil uji sifilis pada saat kunjungan dan saat persalinan. Jika
ibu belum dites pada saat kehamilan, tes sifilis seharusnya
ditawarkan setelah persalinan.
4) Semua ibu hamil yang seropositif diberikan Benzathine
benzylpenicilin, dosis 2,4 juta unit intramuskuler sebagai dosis
tunggal, kecuali alergi penicilin. Pada kasus alergi penisilin, ibu
hamil harus dirujuk pada pelayanan lebih tinggi.
5) Pada ibu yang positif, dilakukan konseling bahwa pasangannya juga
harus di tes dan diberi tindakan dengan regimen yang sama, segera
setelah kelahiran.
6) Semua ibu hamil dengan dengan riwayat kehamilan yang buruk,
seperti abortus, lahir mati, bayi terinfeksi sifilis harus di tes dan
diberikan perawatan yang sesuai.
7) Semua ibu hamil yang memiliki gejala klinis atau riwayat terpapar
dengan orang yang terkena sifilis harus mendapatkan perawatan.
8) Semua ibu hamil yang terinfeksi sifilis dilakukan penapisan untuk
IMS lainnya serta konseling dan perawatan yang sesuai.
9) Semua ibu hamil yang positif sifilis dianjurkan untuk konseling
VCT .
10) Buat perencanaan untuk perawatan bayi sejak saat kelahiran.
11) Rekam hasil tes dan perawatan di buku KIA.
12) Lakukan pemeriksaan inspeksi kulit pasien untuk mencari
kemungkinan adanya frambusia pada semua ibu hamil di daerah
endemis (dan pada daerah non-endemis jika hasil tes serologis sifilis
positif)
13) Dilakukan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran
individu, keluarga dan komunitas tentang pentingnya mendatangi
klinik antenatal lebih awal untuk pencegahan sifilis dan
perawatannya.
Persyaratan:
1) Tersedia pedoman teknis dan kebijakan nasional maupun lokal
dalam pencegahan, penegakan diagnosis dan pengobatan penyakit
malaria
2) Tersedianya pemberi pelayanan di unit pelayanan antenatal yang
sudah terlatih dan kompeten dalam pengelolaan kasus malaria
selama kehamilan antara lain: penegakan diagnosa baik secara
mikroskopis maupun RDT, pemberian obat untuk kasus positif
malaria, dan penyuluhan untuk penggunaan kelambu berinsektisida
3) Ibu hamil mau dan mampu mengakses ke tempat pelayanan asuhan
antenatal .
4) Ada jaminan ketersediaan mikroskop atau RDT, obat dan kelambu
5) Penyuluhan dan pendidikan untuk meningkatkan kepedulian
masyarakat tentang bahaya malaria bagi ibu hamil telah
dilaksanakan secara efektif.
6) Adanya informasi sistem dan tempat rujukan untuk kasus malaria.
Pelaksanaan:
Tim antenatal di daerah endemis harus mampu:
1) Melakukan pemeriksaan sediaan darah dengan mikroskopik atau
RDT pada kunjungan pertama ibu hamil ataupun kunjungan
berikutnya bila disertai dengan keluhan demam. Apabila serologis
positif dilakukan pengobatan berdasarkan umur kehamilan.
Trimester I : Kina (dosis 10 mg/kg BB/kali diberikan 3 kali sehari
selama 7 hari)
Trimester II, III : ACT (Artemisinin Combination Therapy)
(Artesunat 10 mg/kgBB, Amodiakuin 10mg/kgBB selama 3 hari )
2) Setiap ibu hamil diberikan kelambu berinsektisida disetiap
kunjungan pertama, atau kunjungan berikutnya apabila belum
mendapatkan kelambu pada kunjungan pertama/sebelumnya.
3) Dilakukan pemberian motivasi secara sungguh-sungguh agar semua
ibu hamil bersedia tidur memakai kelambu sesegera mungkin selama
umur kehamilan mereka bahkan dilanjutkan setelah pasca persalinan.
Tim Antenatal di daerah non-endemis harus mampu :
Mewaspadai jika dijumpai ibu hamil yang memiliki gejala anemis
dan/atau demam jika sebelumnya mempunyai riwayat pernah
menderita dan/atau berkunjung di daerah endemis malaria.
Selanjutnya diberikan pengobatan sesuai dengan standar teknis
pengobatan malaria yang berlaku secara nasional.
Sebagai bentuk upaya pencegahan dan dapat memberikan nasehat
agar semua ibu hamil lebih waspada apabila akan tinggal atau
berpergian ke wilayah endemis malaria dan dapat melakukan
tindakan pencegahan terhadap gigitan nyamuk misal dengan
memakai pakaian tertutup, lotion anti nyamuk , dll
Dibuatkan catatan riwayat pengobatan malaria secara lengkap di
kartu antenatal dari semua ibu hamil.
Persyaratan:
1) Adanya suatu kebijakan nasional dan adaptasi lokal pedoman
pencegahan dan pengelolaan TB Paru dan Kusta pada semua ibu
hamil
2) Tersedia pemberi pelayanan asuhan antenatal yang kompeten dalam
mengenali dan memberikan informasi kepada para ibu tentang
gejala, tanda dan pencegahan TB Paru dan Kusta
3) Terdapat tenaga wasor Kusta Kabupaten, minimal 2 orang per
kabupaten, dibantu dengan dokter/petugas Kusta terlatih di
Puskesmas.
4) Seluruh perlengkapan, supplai dan pengobatan yang diperlukan
untuk penatalaksanaan, konseling dan pencegahan TB Paru dan
Kusta tersedia di berbagai level tempat pelayanan asuhan antenatal .
5) Jasa pelayanan kesehatan untuk TB Paru dan Kusta mudah didapat
dan terjangkau bagi ibu hamil
6) Terdapat mekanisme untuk merekam hasil pemeriksaan dan
pengobatan TB paru
7) Kegiatan penyuluhan kesehatan dilaksanakan untuk meninggikan
kesadaran masyarakat tentang pencegahan dan penatalaksanaan TB
Paru dan Kusta pada kelompok ibu hamil
Pelaksanaan:
1) Paradigma Sehat.
a) Meningkatkan penyuluhan untuk menemukan kontak sedini
mungkin, serta meningkatkan cakupan program.
b) Promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan perilaku hidup
sehat.
c) Perbaikan perumahan serta peningkatan status gizi pada kondisi
tertentu.
janin.lelah,
Padayakni dengan polawanita
saat melahirkan, istirahat 2 jam padatambahan
memerlukan siang harizatdan 8
besi
jam mg
300-350 padauntuk
malam hari. Ibu sebaiknya
mengimbangi tidakyang
jumlah darah melakukan banyak
hilang. Sampai
saat pekerjaan danwanita
melahirkan, menghindari mengangkat
hamil butuh zat besibeban yang
sekitar 40 berat.
mg per hari
c)
atau Memberikan terapi sederhana
2x lipat kebutuhan yaitu sulfa
pada saat tidak hamil.ferous
Faktor2x1 dan vitamin
resiko anemia
padaBibu
com 1x1.
hamil Obat sebaiknya
lainnya, yaitu : diminum dengan air putih, bukan
dengan susu, teh atau kopi.
d) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang (Betty
dkk, 2014)
C.Pengertian Ketidaknyamanan
Ketidaknyamanan merupakann suatu perasaan yang kurang ataupun yang
tidak menyenangkan bagi kondisi fisik ataupun mental pada ibu hamil.
Kehamilan merupakan proses alamiah pada wanita yang akan menimbulkan
berbagai perubahan dan menyebabkan rasa tidak nyaman, hal ini merupakan
kondisi yang normal pada wanita hamil. Beberapa ibu biasanya mengeluh
mengenai hal-hal yang membuat kehamilanya tidak nyaman dan kadang
menyulitkan ibu (Hidayat, 2008: 120).
Ketidaknyamanan Yang Dialami Oleh Ibu Hamil Pada Trimester II
1. Pusing
Pusing merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan oleh banyak
ibu hamil. Yang menyebabkan kondisi ini bisa terjadi pada ibu hamil adalah
karena tekanan darah menurun pada masa kehamilan akibat hormon
progresteron yang melemaskan dan melebarkan dinding pembuluh darah,
sehingga membuat ibu sakit kepala. Jika ibu mengalami masalah ini, segera
beristirahat dengan berbaring menghadap ke kiri untuk memulihkan tekanan
darah. Ketika ingin bangun dari posisi duduk atau berbaring, lakukanlah
secara perlahan-lahan. Ibu juga disarankan untuk memperbanyak minum air
putih (Irianti, 2013).
2. Sering buang air kecil
Seiring bertambahnya usia kehamilan, massa uterus akan bertambah dan
ukuran uterus akan mengalami peningkatan, sehingga uterus membesar ke
arah pintu atas panggul menuju rongga abdomen. Perubahan tersebut
menyebabkan tertekannya kandung kemih yang terletak tepat di depan uterus.
Tertekannya kandung kemih oleh volume uterus yang semakin bertambah
menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang, akibatnya daya tampung
kandung kemih berkurang. hal tersebut memicu meningkatnya frekuensi
kencing kehamilan trimester II (Irianti, 2013).
3. Nyeri perut bagian bawah
Nyeri perut bagian bawah biasa dikeluahn 10%-30% ibu hamil pada
akhir trimester I atau ketika memasuki trimester II. Keluhan ini biasa terasa
c. Macam-macam anemia
Menurut Prawirohardjo (2009), ada beberapa macam jenis
anemia yang dapat terjadi, yaitu :
5) Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang paling sering
dijumpai yang disebabkan karena kekurangan unsur zat besi
dalam makanan, karena gangguan absorpsi, kehilangan zat besi
yang keluar dari badan yang menyebabkan perdarahan.
6) Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan oleh
defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12 (kobalamin).
7) Anemia Aplastik adalah anemia aplastik pada kehamilan
biasanya terjadi eksaserbasi anemia aplastik yang telah ada
sebelumnya oleh kehmilan dan hanya membaik setelah terminsi
kehamilan.
8) Anemia Penyakit Sel Sabit adalah anemia penyakit sel sabit
(sickle cell anemia) biasanya disertai dengan peningkatan
insidens pielonefritis, infark pulmonal, pneumonia, perdarahan
antepartum, prematuritas, dan kematian janin
Perempuan tidak
12 11.0 - 11.9 8.0 - 10.9 < 8.0
hamil (≥ 15 tahun)
iii. Bahaya Anemia Dalam Masa Nifas seperti : Perdarahan post partum
karena Atonia uteri dan Involusio uteri memudahkan infeksi
puerperium, Pengeluaran ASI berkurang, Terjadi dekompensasi
kordis mendadak setelah persalinan, Mudah terjadi infeksi mammae,
Bahaya anemia terhadap janin.
a) Umur
Umur ibu adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan sampai
ibu tersebut hamil. Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya
berbagai komplikasi pada masa kehamilan diantaranya adalah umur
ibu pada saat hamil. Jika umur ibu terlalu muda yaitu usia kurang
dari 20 tahun, secara fisik dan panggul belum berkembang optimal
sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada
masa kehamilan, dimana pada usia kurang dari 20 tahun ibu takut
terjadi perubahan pada postur tubuhnya atau takut gemuk. Ibu
cenderung mengurangi makan sehingga asupan gizi termasuk asupan
zat besi kurang yang berakibat bisa terjadi anemia. Sedangkan pada
usia di atas 35 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi
rahim mulai menurun, serta meningkatkan komplikasi medis pada
kehamilan sampai persalinan (Varney, 2006).
b) Paritas
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah di alami oleh ibu
baik lahir hidup maupun lahir mati. Paritas 1-3 merupakan paritas I
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal paritas I dan
paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian lebih tinggi.
Resiko pada paritas 1 dapat dikurangi atau dicegah dengan
keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi
adalah tidak direncanakan (Prawirohardjo, 2009).
B. Ketidaknyamanan
1. Pengertian
a. Pusing
7. Pergerakan janin
Gerakan janin normal, yaitu dengan frekuensi 4 hingga 10
gerakan selama 2 jam. Baik dihitung pada awal pagi(perkiraan pukul
6-8 pagi), pagi hari (antara pukul 8-12)siang hari(antara 12-18)dan
malam hari termasuk waktu tidur (pukul 20-00), dengan mengikuti
ritme aktifitas janin.(Winje dkk,2012).
Pergerakan janin merupakan salah satu tanda yang menjadi
petunjuk keadaan janin. Jika terjadi gerakan janin yang melambat
atau lebih cepat, dapat menjadi penanda bahwa kebutuhan janin
tidak terpenuhi secara adekuat atau janin dalam keadaan yang tidak
baik. Saat ibu merasakan gerakan janin tidak seperti seharusnya,
istirahat dan pemenuhan nutrisi dan hidrasi merupakan cara awal
penstabilan keadaan janin sebelum dilakukannya pemeriksaan untuk
memastika penyebab penurunan kesejahteraan janin (Greenow dkk,
2013)
BAB III
TINJAUAN KASUS
S:
1. Identitas Klien
Nama Ibu: Ny. Salasia Nama Suami: Tn. Aidil Adha
Umur :39 tahun Umur : 42 tahun
Suku : Bugis Suku : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan: SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Jend. Suprapto RT 12
5. Riwayat Menstruasi
HPHT : 5 Mei 2019
TP : 12 Februari 2020
Ibu mengatakan pertama kali menstruasi (menarche) pada usia 13
tahun, siklus menstruasi ibu ± 28 hari ,lama menstruasi setiap bulan
adalah 6 hari, setiap kali menstruasi ibu mengganti pembalut sebanyak
2-3 kali/ hari, warna darah merah, cair, dan tidak menggumpal setiap
kali menstruasi ibu tidak memiliki keluhan apapun.
6. Riwayat Obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
9. Riwayat Kontrasepsi
Ibu tidak pernah mengggunakan alat kontrasepsi apapun
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : warna rambut hitam, tidak ada lesi, , distribusi
rambut merata, tidak terdapat nyeri tekan, dan
benjolan abnormal.
Wajah : simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, terdapat
cloasma gravidarum, tidak teraba oedema.
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera berwarna
putih, tidak terdapat pengeluaran kotoran, tidak
odema pada palpebral.
Hidung : simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan cukup, tidak ada polip, tidak ada kelainan
bentuk.
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, tidak
terdapat caries dentis, lidah tremor, tidak terdapat
pembengkakan pada tonsil, tidak ada tanda
peradangan.
Telinga : simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen berlebihan
Leher : tidak terdapat hiperpigmentasi pada leher ibu, tidak
terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan
pada vena jugularis.
Dada : simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada saat ibu
bernafas, suara nafas terdengar vesikuler, tidak
terdengar suara nafas tambahan, bunyi jantung
normal
Payudara : simetris, bersih, puting susu pada kedua payudara
menonjol dan terdapat hiperpigmentasi pada areolla
mammae, tidak teraba benjolan abnormal pada
payudara, tidak teraba pembesaran kelenjar limfe,
tidak terdapat pengeluaran ASI.
Abdomen : tidak terdapat linea nigra, pembesaran pada uterus
sesuai usia kehamilan, tidak terdapat luka bekas
operasi. TFU : 15 cm
Leopold I : ballotement (+)
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
DJJ : 153 kali/menit
TBJ : (15-12) x 155 = 465 gram
Genetalia : tidak dikaji
Anus : tidak dikaji
Ekstremitas :
Atas : simetris, tidak odema, capillary refill time kembali <
2 detik, reflek bisep (+), reflek trisep (+).
Bawah : simetris, tidak oedema, tidak ada varices, human
sigh (-), capillary refill time kembali < 2detik, reflek
patella (+), reflek babinski (+).
A:
Tanggal Paraf
No Pelaksanaan
Waktu Pelaksana
1. 28 Oktober Membangun BHSP dengan ibu,
2019
menjelaskan maksud dan tujuan bahwa
09.00 wita
ibu akan dilakukan asuhan kebidanan
secara terintegrasi. Mahasiswa
E : ibu mengerti mengenai penjelasan yang
diberikan dan ibu bersedia untuk diasuh.
Bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan antara teori dan praktek dari
asuhan kebidanan Antenatal Care Terintegrasi yang telah dilakukan dimulai pada
Ny.Salasiah usia 35 tahun GIIP1001. Hari pertama haid terakhir ibu yaitu 5 Mei
2019 dan taksiran persalinan yaitu tangga 12 Februari 2020. Pengkajian kepada
Ny.Salasiah dimulai pada tanggal 28 Oktober 2019 dengan usia kehamilan 23
Minggu 2 hari. Pembahasan mengenai asuhan kebidanan Antenatal Care
Terintegrasi kepada Ny.Salasiah usia 35 tahun adalah sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Pada kasus Ny.S dapat dikatakan bahwa terjadi anemia ringan. Anemia
ringan dengan kadar hemoglobinnya berkisar antara 9-10.9 gr%.
Terdapat kesenjangan antara teori dan kadar hemoglobin
Ny.S(Kemenkes, 2009). Maka, penulis memberi pendidikan kesehatan
tentang pemenuhan nutrisi selama kehamilan terutama zat protein dan zat
besi, vitamin serta mineral karena kehamilan ibu beresiko. Ibu
mengatakan tidak ada keluhannya pada trimester III.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam
melakukan asuhan kebidanan kehamilan secara terintegrasi sesuai dengan
standar profesi bidan dan dapat mengatasi kesenjangan yang timbul
antara teori dan praktek sehingga dapat meningkatkan pengaplikasian
teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
Nurjasmi, E., & Dkk (Eds.). (2016). Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta:
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.