Anda di halaman 1dari 25

 Muhammad Nuzul MSD(15115026) GD4101 SISTEM INFORMASI GEOSPASIAL KE-4

MODUL 4
GIS Modelling : Site Suitability
Tanggal: 5 November 2018

1. Pendahuluan
1.1 Tujuan Praktikum
● Mencari tingkat kesesuaian lahan terbuka hijau pada Kota Sukabumi

1.2 Definisi Singkat Materi Modul

Analisis Spasial merupakan teknik yang dapat digunakan untuk menghubungkan dan
mengolah data SIG yang bersifat spasial maupun non-spasial. Hasil dari analisis spasial
merupakan informasi aspek keruangan yang bergantung pada lokasi objek-objek yang
bersangkutan yang dapat menjadi parameter untuk pembuatan keputusan. Data-data SIG yang
terkumpul nantinya akan disaring/dianalisir dimana untuk data-data yang tidak dibutuhkan akan
dibuang dan untuk data-data yang dibutuhkan akan disimpan. Kemudian data-data tersebut akan
dihubungkan satu sama lain dimana dicari faktor yang mempengaruhi satu sama lain. Setelah itu,
data-data tersebut dioverlay/ditumpang-tindih satu sama lain dimana dicari informasi dari setiap
data yang terjadi di tempat yang sama. Terakhir, susunan timpang-tindih seluruh data akan dicari
informasi yang sesuai dengan keperluan.

Site suitability atau site sensitivity analysis merupakan proses yang digunakan untuk
menemukan unsur-unsur yang sesuai dengan kondisi yang diinginkan atau kriteria sesuai dengan
hasil dari analisis spasial yang berasal dari data-data SIG. Setelah hasil proses analisis spasial,
akan ditentukan lokasi kriteria dengan tingkat kesesuaian cocok, cukup cocok atau tidak cocok.
2. Pembahasan

2.1 Tahapan
1. Buka Aplikasi ArcMap.
2. Pada bagian atas, klik “Add Data”. Pada tabel yang muncul, pilih data raster “DEM.tif”,
lalu klik “Ok”. Hal ini dilakukan untuk membuka dan menampilkan data raster DEM.

Gambar 2.1 Tampilan ikon add data

Gambar 2.2 Tampilan tabel add data


3. Pada bagian “Table of Contents”, pada layer “DEM”, klik kanan, lalu pilih “Properties”.
Pada tabel yang muncul, pada bagian “Source”, buka bagian “Spatial Reference”. Hal ini
dilakukan untuk melihat sistem proyeksi yang digunakan oleh data DEM.

Gambar 2.3 Tampilan layer properties


Gambar 2.4 Tampilan layer properties
4. Pada bagian “Table of Contents”, klik kanan pada “Layers”, lalu pilih “Properties”. Pada
tabel “Data Frame Properties”, pilih bagian “Coordinate System”, pilih “WGS 1984
UTM Zone 48S”, lalu klik OK. Hal ini digunakan untuk menyamakan sistem proyeksi
data frame dengan sistem proyeksi data DEM.

Gambar 2.5 Tampilan layer properties


Gambar 2.6 Tampilan data frame properties
5. Pada bagian “Search”, cari dan pilih “Slope (3D Analyst)”.

Gambar 2.7 Tampilan slope 3d analyst


6. Pada tabel “Slope” yang muncul, pada kolom “Input Raster” masukkan data “DEM.tif”,
pada kolom “Output Measurement” pilih “PRECENT_RISE”, pada kolom “Output
Raster” klik ikon folder di sebelah kiri. Pada tabel “Output Raster” yang muncul, klik
“New File Geodatabase”. Pilih nama dan tempat file yang akan dibuat pada file
geodatabase yang baru dibuat, lalu klik “Ok”. Kembali pada tabel “Slope”, klik “Ok”.
Hal ini dilakukan untuk mengubah data DEM yang berupa data titik tinggi menjadi data
kemiringan atau slope dengan format persentase di tiap titik.

Gambar 2.8 Tampilan pengaturan slope


Gambar 2.9 Tampilan output raster

Gambar 2.10 Tampilan output raster


7. Pada bagian “Search”, cari dan pilih “Int (3D Analyst)”.

Gambar 2.11 Tampilan int 3d analyst


8. Pada tabel “Int” yang muncul, pada kolom “Input raster”, masukkan raster hasil proses
fitur “Slope” sebelumnya, pada kolom “Output Raster” pilih nama dan tempat
penyimpanan pada file geodatabase yang dibuat sebelumnya. Hal ini digunakan untuk
mengubah seluruh nilai pada data kemiringan menjadi nilai integer.
Gambar 2.12 Tampilan pengaturan int
9. Pada bagian “Search”, cari dan pilih “Raster to Polygon (Conversion)”.

Gambar 2.13 Tampilan raster to polygon conversion


10. Pada tabel “Raster to Polygon” yang muncul, pada kolom “Input Raster” pilih data raster
hasil proses fitur int sebelumnya, pada kolom “Field” pilih “Value”, pada kolom “Output
Raster” pilih nama dan tempat penyimpanan pada file geodatabase yang dibuat
sebelumnya. Hal ini digunakan untuk mengubah bentuk data kemiringan yang berupa
raster menjadi data vektor.

Gambar 2.14 Tampilan pengaturan raster to polygon


11. Pada bagian “Search”, cari dan pilih “Dissolve (Coverage)”.
Gambar 2.15 Tampilan dissolve coverage
12. Pada tabel “Dissolve” yang muncul, pada kolom “Input Features” masukkan data vektor
hasil proses raster to polygon sebelumnya, pada kolom “Dissolve_Fields” pilih
“gridcode”, pada kolom “Output Feature Class” pilih nama dan tempat penyimpanan
pada file geodatabase yang dibuat sebelumnya, lalu klik “Ok”. Hal ini digunakan untuk
menggabungkan informasi-informasi dari satu data/layer yang memiliki karakteristik
yang sama.

Gambar 2.16 Tampilan pengaturan dissolve


13. Pada bagian “Table of Contents”, klik kanan pada layer data vektor hasil proses fitur
dissolve sebelumnya, lalu klik “Open Attribute Table”.

Gambar 2.17 Tampilan open attribute table


14. Pada tabel atribut, klik “Tabel options”, lalu klik “Add Field”. Pada tabel yang muncul,
pada kolom “Name” masukkan “Skor”, pada kolom “Type” pilih “Short Integer”, lalu
klik “Ok”. Hal ini digunakan untuk membuat kolom baru di tabel atribut dari satu layer.
Gambar 2.18 Tampilan add field

Gambar 2.19 Tampilan add field


15. Pada bagian “Table of Contents”, klik kanan pada layer data vektor hasil proses fitur
dissolve sebelumnya, klik “Edit Features”, lalu klik “Start Editing”. Hal ini digunakan
untuk memulai proses perubahan data.

Gambar 2.20 Tampilan start editing


16. Pada tabel atribut, pilih seluruh baris yang memiliki nilai gridcode 0 hingga 8, kemudian
klik “Show selected records”. Hal ini digunakan untuk Hal ini digunakan untuk memilih
data yang sesuai dengan kriteria dan memulai perubahan data dari data yang sudah
dipilih.

Gambar 2.21 Tampilan tabel atribut


Gambar 2.22 Tampilan show selected records
17. Pada tabel atribut, pada kumpulan baris yang terpilih, klik bagian atas kolom “Skor” yang
dibuat sebelumnya, klik kanan, lalu klik “Field Calculator”. Pada tabel yang muncul,
pada kolom “Skor” masukkan nilai “1”. Hal ini dilakukan untuk mengubah data yang
dipilih.

Gambar 2.23 Tampilan tabel atribut

Gambar 2.24 Tampilan field calculator


18. Lakukan kembali poin 16 dan 17 dimana pada rentang nilai gridcode 9 hingga 15 persen
masukkan nilai skor “2” dan pada rentang nilai gridcode 15 hingga 100 persen masukkan
nilai skor “3”. Nilai gridcode dan skor yang dibuat pada poin 16 hingga 18 berdasarkan
“Skoring Kriteria Penentuan RTH”.

Gambar 2.25 Tampilan skoring kriteria penentuan rth


19. Pada bagian atas, klik “Add Data”. Pada tabel yang muncul, pilih data vektor
“penggunaan_lahan_sukabumi.shp”, lalu klik “Ok”. Hal ini dilakukan untuk membuka
dan menampilkan data vektor penggunaan lahan.

Gambar 2.26 Tampilan ikon add data

Gambar 2.27 Tampilan tabel add data


20. Pada bagian “Table of Contents”, klik kanan pada layer
“penggunaan_lahan_sukabumi.shp”, lalu klik “Open Attribute Table”.

Gambar 2.28 Tampilan open attribute table


21. Pada tabel atribut, klik “Tabel options”, lalu klik “Add Field”. Pada tabel yang muncul,
pada kolom “Name” masukkan “Skor”, pada kolom “Type” pilih “Short Integer”, lalu
klik “Ok”. Hal ini digunakan untuk membuat kolom baru di tabel atribut dari satu layer.

Gambar 2.29 Tampilan add field


Gambar 2.30 Tampilan add field
22. Pada tabel atribut, klik “Tabel Options”, lali klik “Select By Attributes”. Pada tabel yang
muncul, pilih kolom guna yang berisi “Areal Penggunaan Lain” dengan memasukkan
algoritma seperti pada gambar 2.32, lalu klik “Apply”. Pada tabel atribut, klik “Show
selected records”. Hal ini digunakan untuk memilih data yang sesuai dengan kriteria dan
memulai perubahan data dari data yang sudah dipilih.

Gambar 2.31 Tampilan select by attributes

Gambar 2.32 Tampilan pengaturan select by attribute

Gambar 2.33 Tampilan show selected records


23. Pada tabel atribut, pada kumpulan baris yang terpilih, klik bagian atas kolom “Skor” yang
dibuat sebelumnya, klik kanan, lalu klik “Field Calculator”. Pada tabel yang muncul,
pada kolom “Skor” masukkan nilai “1”. Hal ini dilakukan untuk. Hal ini dilakukan untuk
mengubah data yang dipilih.
Gambar 2.34 Tampilan tabel atribut

Gambar 2.35 Tampilan field calculator


24. Pada tabel atribut, klik “Switch Selection”. Hal ini digunakan untuk mengubah data yang
telah dipilih menjadi data-data yang belum dipilih sebelumnya.

Gambar 2.36 Tampilan switch selection


25. Lakukan kembali poin 23 dimana pada kolom guna yang berisi “Ruang Terbuka Hijau”,
“Perdagangan”, dan “Permukiman” masukkan nilai skor “3”. Isi guna dan nilai skor yang
dibuat pada poin 23 dan 25 berdasarkan “Skoring Kriteria Penentuan RTH”.

Gambar 2.37 Tampilan skoring kriteria penentuan rth


26. Pada bagian atas, klik “Add Data”. Pada tabel yang muncul, pilih data vektor
“ruas_jalan_sukabumi.shp”, lalu klik “Ok”. Hal ini dilakukan untuk membuka dan
menampilkan data vektor ruas jalan.
Gambar 2.38 Tampilan ikon add data

Gambar 2.39 Tampilan pemilihan data


27. Pada bagian “Table of Contents”, klik kanan pada layer “ruas_jalan_sukabumi.shp”, lalu
klik “Open Attribute Table”.

Gambar 2.40 Tampilan open attribute table


28. Pada tabel atribut, klik “Tabel Options”, lalu klik “Add Field”. Pada tabel yang muncul,
pada kolom “Name” masukkan “Jalan”, pada kolom “Type” pilih “Text”, lalu klik “Ok”.
Hal ini digunakan untuk membuat kolom baru di tabel atribut dari satu layer.

Gambar 2.41 Tampilan add field

Gambar 2.42 Tampilan add field


29. Pada tabel atribut, klik “Tabel Options”, lali klik “Select By Attributes”. Pada tabel yang
muncul, pilih kolom layer yang berisi “Arteri Primer” atau “Arteri Sekunder” dengan
memasukkan algoritma seperti di gambar 2.44 , lalu klik “Apply”. Hal ini digunakan
untuk memilih data yang akan diubah dan digunakan.

Gambar 2.43 Tampilan select by attributes

Gambar 2.44 Tampilan pengaturan select by attributes


30. Pada bagian “Search”, cari dan pilih “Multiple Ring Buffer”

Gambar 2.45 Tampilan multiple ring buffer


31. Pada tabel “Multiple Ring Buffer” yang muncul, pada kolom “Input Features” masukkan
data vektor “ruas_jalan_sukabumi.shp” yang sudah terpilih pada jalan arteri, pada kolom
“Distances” masukkan nilai “200”, “400”, dan “80000”, pada kolom “Buffer Unit” pilih
“Meters”, pada kolom “Output Feature Class” pilih nama dan tempat penyimpanan pada
file geodatabase yang dibuat sebelumnya. Hal ini digunakan untuk mengubah data
polyline menjadi polygon dengan luas tertentu.
Gambar 2.46 Tampilan pengaturan multiple ring buffer
32. Pada bagian “Table of Contents”, klik kanan pada layer data vektor ruas jalan yang telah
diproses fitur buffer sebelumnya, lalu klik “Open Attribute Table”.

Gambar 2.47 Tampilan open attribute table


33. Pada tabel atribut, klik “Tabel Options”, lalu klik “Add Field”. Pada tabel yang muncul,
pada kolom “Name” masukkan “Skor”, pada kolom “Type” pilih “Short Integer”, lalu
klik “Ok”. Hal ini digunakan untuk membuat kolom baru di tabel atribut dari satu layer.

Gambar 2.48 Tampilan add field

Gambar 2.49 Tampilan add field


34. Pada tabel atribut, pada kolom “Distance” bernilai “200” masukkan kolom “Skor”
dengan nilai “3”, pada kolom “Distance” bernilai “400” masukkan kolom “Skor” dengan
nilai “2”, pada kolom “Distance” bernilai “8000” masukkan kolom “Skor” dengan nilai
“1”. Nilai distance dan nilai skor berdasarkan “Skoring Kriteria Penentuan RTH”.

Gambar 2.50 Tampilan tabel atribut

Gambar 2.51 Tampilan skoring kriteria penentuan rth


35. Pada bagian atas, klik “Add Data”. Pada tabel yang muncul, pilih data vektor
“pusat_kota_sukabumi.shp”, lalu klik “Ok”. Hal ini dilakukan untuk membuka dan
menampilkan data vektor pusat kota.

Gambar 2.52 Tampilan ikon add data

Gambar 2.53 Tampilan pemilihan file


36. Pada bagian “Search”, cari dan pilih “Multiple Ring Buffer (Analysis)”.

Gambar 2.54 Tampilan multiple ring buffer analysis


37. Pada tabel “Multiple Ring Buffer” yang muncul, pada kolom “Input Features” masukkan
data vektor pusat kota sukabumi, pada kolom “Distances” masukkan nilai “500”, “1000”,
dan “80000”, pada kolom “Buffer Unit” masukkan “Meters”, pada kolom “Output
Feature Class” pilih nama dan tempat penyimpanan pada file geodatabase yang dibuat
sebelumnya, lalu klik “Ok”. Hal ini digunakan untuk mengubah data polyline menjadi
polygon dengan luas tertentu.

Gambar 2.55 Tampilan pengaturan multiple ring buffer


38. Pada tabel atribut, klik “Tabel Options”, lalu klik “Add Field”. Pada tabel yang muncul,
pada kolom “Name” masukkan “Skor”, pada kolom “Type” pilih “Short Integer”, lalu
klik “Ok”. Hal ini digunakan untuk membuat kolom baru di tabel atribut dari satu layer.

Gambar 2.56 Tampilan add field

Gambar 2.57 Tampilan add field


39. Pada tabel atribut, pada kolom “Distance” bernilai “500” masukkan kolom “Skor”
dengan nilai “3”, pada kolom “Distance” bernilai “1000” masukkan kolom “Skor”
dengan nilai “2”, pada kolom “Distance” bernilai “8000” masukkan kolom “Skor”
dengan nilai “1”. Nilai distance dan nilai skor berdasarkan “Skoring Kriteria Penentuan
RTH”.

Gambar 2.58 Tampilan tabel atribut

Gambar 2.59 Tampilan skoring kriteria penentuan rth


40. Pada bagian “Search”, cari dan pilih “Intersect”.

Gambar 2.60 Tampilan intersect


41. Pada tabel “Intersect” yang muncul, pada kolom “Input Features” masukkan data vektor
“pusat_kota” yang telah dibuffer, “jalan_arteri” yang telah dibuffer,
“penggunaan_lahan”, dan “slope” berbentuk polygon. Lalu pada kolom “Output Feature
Class” pilih nama dan tempat penyimpanan pada file geodatabase yang dibuat
sebelumnya, lalu klik “Ok”. Hal ini digunakan untuk menghubungkan data-data SIG
dimana akan dipilih informasi dari seluruh data yang memiliki lokasi yang sama.

Gambar 2.61 Tampilan pengaturan intersect


42. Pada bagian “Table of Contents”, klik kanan pada layer data vektor hasil proses fitur
intersect sebelumnya, lalu klik “Open Attribute Table”.

Gambar 2.62 Tampilan open attribute table


43. Pada tabel atribut, klik “Tabel Options”, lalu klik “Add Field”. Pada tabel yang muncul,
pada kolom “Name” masukkan “Total_Skor”, pada kolom “Type” pilih “Short Integer”,
lalu klik “Ok”. Hal ini digunakan untuk membuat kolom baru di tabel atribut dari satu
layer.

Gambar 2.63 Tampilan add field

Gambar 2.64 Tampilan add field


44. Pada tabel atribut, klik bagian atas kolom “Total_Skor” yang dibuat sebelumnya, klik
kanan, lalu klik “Field Calculator”. Pada tabel yang muncul, jumlahkan seluruh skor yang
terbentuk dari keempat data vektor sebelumnya dengan memasukkan algoritma seperti
Gambar 2.66, lalu klik “Ok”. Hal ini dilakukan untuk mengubah data yang dipilih.

Gambar 2.65 Tampilan field calculator


Gambar 2.66 Tampilan pengaturan field calculator
45. Pada tabel atribut, klik “Tabel Options”, lalu klik “Add Field”. Pada tabel yang muncul,
pada kolom “Name” masukkan “Kelas_Kesesuaian_Lahan_RTH”, pada kolom “Type”
pilih “Text”, lalu klik “Ok”. Hal ini digunakan untuk membuat kolom baru di tabel
atribut dari satu layer.

Gambar 2.67 Tampilan add field

Gambar 2.68 Tampilan pengaturan add field


46. Pada tabel atribut, klik “Tabel Options”, lalu klik “Select By Attributes”. Pada tabel yang
muncul, pilih nilai Total_Skor yang bernilai dibawah 6 dengan memasukkan algoritma
seperti pada gambar 2.70, lalu klik “Apply”. Pada tabel atribut, klik “Show selected
records”. Hal ini digunakan untuk memilih data yang sesuai dengan kriteria dan memulai
perubahan data dari data yang sudah dipilih.
Gambar 2.69 Tampilan select by attributes

Gambar 2.70 Tampilan pengaturan select by attributes

Gambar 2.71 Tampilan show selected records


47. Pada tabel atribut, pada kumpulan baris yang terpilih, klik bagian atas kolom “Kelas
Kesesuaian Lahan” yang dibuat sebelumnya, klik kanan, lalu klik “Field Calculator”.
Pada tabel yang muncul, pada kolom “Kelas Kesesuaian Lahan” masukkan “Tidak
Sesuai”. Hal ini dilakukan untuk mengubah data yang dipilih.

Gambar 2.72 Tampilan field calculator

Gambar 2.73 Tampilan pengaturan field calculator


48. Lakukan kembali poin 46 dan 47 dimana nilai “Total_Skor” dan
“Kelas_Kesesuaian_Lahan” sesuai dengan Gambar 2.74

Gambar 2.75 Tampilan hubungan nilai total skor dan kelas kesesuaian lahan

2.2 Analisis

Dalam praktikum ini akan dilakukan pencarian kesesuaian ruang di dalam Kota
Sukabumi yang akan dijadikan sebagai ruang terbuka hijau sesuai dengan Undang-undang
Penataan Ruang No.26 Tahun 2007. Beberapa parameter yang digunakan dalam penentuan
kesesuaian ruang ini adalah kemiringan lereng dengan persentase lebih dari 15 persen, area
penggunaan lahan, keterdekatan dengan jalan arteri, dan keterdekatan dengan pusat kota. Data
yang digunakan adalah data DEM dengan resolusi spasial 300 meter, data penggunaan lahan
Kota Sukabumi, data jalan Kota Sukabumi, dan data pusat Kota Sukabumi.
Pengolahan awal data SIG berupa perubahan dan pencarian informasi yang dibutuhkan
sesuai dengan kriteria atau parameter. Untuk data DEM yang berupa data titik tinggi akan diubah
menjadi data kemiringan berdasarkan hubungan antar nilai tiap pikselnya dengan format
persentase menggunakan fitur “slope”. Kemudian nilai dari data kemiringan akan diubah
menjadi nilai integer dengan menggunakan fitur “int”. Setelah itu data yang sebelumnya berupa
raster akan dijadikan data vektor dengan menggunakan fitur “raster to polygon”. Hal ini
dilakukan agar proses overlay antar data berlangsung mudah. Pengolahan data lainnya adalah
penentuan jarak tertentu dari data jalan Arteri dan titik pusat kota. Maka dari itu dilakukan
perubahan data polyline dan titik menjadi polygon dengan panjang lebar tertentu dari garis/titik
utama dengan menggunakan fitur “buffer”.
Data-data yang telah diolah sesuai dengan parameter akan diberi penilaian tertentu atau
skoring kriteria penentuan RTH berdasarkan kemiringan lereng dengan persentase lebih dari 15
persen, area penggunaan lahan, keterdekatan dengan jalan arteri, dan keterdekatan dengan pusat
kota dengan nilai 1 hingga 3. Kemudian, seluruh data akan ditumpang-tindih satu sama lain
sehingga didapatkan informasi dari data apa saja yang terjadi dalam satu tempat yang sama atau
nilai dari seluruh data pada tempat yang sama akan dijumlahkan. Proses tumpang-tindih data
dilakukan dengan menggunakan fitur “intersect”. Hasil nilai total skor lah yang merupakan
tingkat kesesuaian lahan untuk dijadikan sebagai lahan terbuka hijau dimana nilainya lebih dari
11.
Pada raster/grid, layer peta dapat dinyatakan sebagai variabel-variabel aritmatika yang
dapat dikenakan fungsi-fungsi aljabar. Pada format vektor, overlay berkaitan dengan pembagian
nilai atribut ketika geometri digabungkan. Sebagai contoh, ketika poligon dibagi oleh poligon
tumpang tindih, tertentu nilai atribut harus dibagi dengan tepat. Maka dari itu pada kali ini
dilakukan proses overlay dari data-data yang berbentuk vektor bukan raster. Hal ini juga
dikarenakan pada data-data SIG yang digunakan juga mengandung data-data atribut yang tidak
dapat dikandung oleh data raster. Kemudian, setiap data memiliki tingkat resolusi yang
berbeda-beda sehingga menyulitkan proses overlay.
Data DEM yang digunakan memiliki resolusi 300 meter sedangkan pada data vektor
jalan, pusat kota, dan penggunaan lahan berasal dari data raster yang memiliki resolusi 30 meter.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa tingkat ketelitian hasil akhir atau tingkat kesesuaian
lahan memiliki tingkat ketelitian yang sesuai dengan resolusi terkecil data yang dipakai yaitu 300
meter.
Dari data-data yang digunakan tidak diketahui kapan data-data tersebut diambil. Hal ini
mengakibatkan tidak diketahuinya resolusi temporal dari data-data yang digunakan. Jika
data-data tersebut memiliki pengambilan waktu yang sangat berbeda satu sama lain maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa data yang telah berubah di keadaan aslinya yang tidak
diketahui.
Pada saat penggunaan fitur “buffer” pada pencarian jarak tertentu dari jalan Arteri, jarak
yang ditampilkan merupakan jarak datar atau jarak peta. Penggunaan jarak datar ini tidak dapat
merealisasikan keadaan asli di lapangan karena ukurannya pasti berbeda dengan jarak miring.
Pada metode skoring, belum tentu pula pada daerah yang memiliki skor tertinggi
memiliki nilai skor dari seluruh parameter yang tinggi pula. Maka dari itu diperlukan sistem
prioritas atau ditentukan atau pemilihan data yang memiliki nilai tertinggi dalam satu parameter
terlebih dahulu baru mencari nilai dari parameter berikutnya.

3. Penutup

3.1 Kesimpulan

Analisis data spasial merupakan sekumpulan teknik untuk menganalisis data spasial yang
hasilnya sangat bergantung pada lokasi objek yang bersangkutan yang sedang dianalisis, serta
memerlukan akses baik terhadap lokasi objek maupun atribut-atributnya. Tipe dasar dari sebuah
analisis spasial adalah overlay.
Overlay adalah analisis spasial esensial yang menggabungkan dua layer atau tematik
yang menjadi masukkannya. Teknis mengenai analisis ini terbagi ke dalam format datanya, yaitu
raster dan vektor. Pada data raster, fungsi analisis spasial overlay diwujudkan dalam
pemberlakuan beberapa operator aritmatika dari dua masukan citra digital untuk menghasilkan
sebuah citra digital lainnya. dengan demikian, nilai-nilai piksel citra akan dikombinasikan
dengan menggunakan operator aritmatika dan biner untuk menghasilkan nilai-nilai piksel baru.
Pada raster/grid, layer peta dapat dinyatakan sebagai variabel-variabel aritmatika yang dapat
dikenakan fungsi-fungsi aljabar. Pada format vektor, overlay berkaitan dengan pembagian nilai
atribut ketika geometri digabungkan. Sebagai contoh, ketika poligon dibagi oleh poligon
tumpang tindih, tertentu nilai atribut harus dibagi dengan tepat. Secara umum, perangkat SIG
membaginya ke dalam dua kelompok, yaitu intersect (irisan) dan union (gabungan). Hasil dari
intersect berupa irisan antara layer 1 dan layer 2 yang di tumpang-tindih dengan tabel atribut
milik layer 1 maupun milik layer 2. Hasil dari union berupa kombinasi antara layer 1 dan layer 2
dengan atribut yang berasal dari layer 1 dan layer 2.
3.2 Saran

Terimakasih telah membantu berjalannya praktikum

Daftar Referensi

Budiyanto, Eko. 2010. “Sistem Informasi Geografis dengan ArcView GIS”. Yogyakarta :
Penerbit ANDI

Anda mungkin juga menyukai