Anda di halaman 1dari 8

Laporan Praktikum SIG Modul 2

Georeferensi dengan ArcGIS


Muhammad Nuzul MSD
15115026

1. Pendahuluan
Georeferensi merupakan suatu kegiatan sistem informasi geospasial untuk memasukkan
sistem referensi pada suatu foto/citra yang tidak memiliki informasi posisi pada semua objek di
dalamnya. Dalam proses ini dibutuhkan adanya suatu referensi atau beberapa objek (minimal 4)
di dalam citra yang sudah diukur posisinya. Kemudian, bentuk citra akan berubah dengan
mengikuti posisi-posisi objek-objek di citra yang sudah tereferensi ke posisi sebenarnya sehingga
posisi citra/foto sesuai dengan keadaan nyata.

1.1 Tujuan praktikum


1. Memproyeksikan suatu peta sesuai dengan sistem referensi yang digunakan komputer
dengan menggunakan informasi posisi di dalam peta.
2. Memproyeksikan suatu peta sesuai dengan sistem referensi yang digunakan komputer
dengan menggunakan raster referensi.
3. Mencari nilai rms hasil proses georeferensi.

1.2 Definisi singkat materi modul


Proses georeferensi biasa terjadi pada saat memasukkan peta ​hardcopy menjadi digital
dengan metode ​scanning dimana pada saat peta tersebut divisualisasikan ke komputer, posisi
peta tersebut tidak sesuai dengan sistem proyeksi yang digunakan oleh komputer karena peta
tersebut belum tereferensi. Informasi posisi peta tersebut dijelaskan dengan menampilkan angka
di samping grid horizontal dan vertikal. Dengan menggunakan titik hasil persilangan antara grid
horizontal dan vertikal, sistem proyeksi peta akan ditransformasikan ke sistem proyeksi yang
benar di komputer.
Kemudian, proses geometri biasa terjadi pada proses koreksi geometrik pada peta foto
hasil fotogrametri. Foto yang dihasilkan dari pemotretan muka bumi menggunakan pesawat
pastinya memiliki beberapa kesalahan geometris yang diakibatkan dengan berubahnya posisi
kamera, arah foto yang tidak sejajar dengan arah gravitasi, efek lengkung muka bumi dan
lain-lain. Georeferensi dapat dipakai untuk mengecilkan kesalahan-kesalahan tersebut dengan
menggunakan beberapa GCP atau sebuah tanda yang berada di permukaan bumi yang berada di
sekitar area pemotretan yang sudah diketahui posisinya. Pada akhirnya, hasil foto tersebut dapat
memperlihatkan objek-objek dengan bentuk dan posisi yang sesuai dengan aslinya.
Parameter tingkat keakuratan dari proses georeferensi ini adalah nilai yang
dipresentasikan oleh selisih antara koordinat titik hasil transformasi dengan koordinat titik
kontrol, yang dikenal dengan nama RMS (Root Mean Square). Nilai RMS Error Yang rendah
adalah indikasi bahwa hasil georeferensi akurat.

2. Pembahasan
2.1 Tahapan
Memproyeksikan suatu peta sesuai dengan sistem referensi yang digunakan komputer dengan
menggunakan informasi posisi di dalam peta.
1. Buka aplikasi ArcGIS.
2. Klik “add data”, lalu pilih data peta yang akan di-georeferensikan.

Gambar 1.1 Ikon “Add Data”


3. Pada bagian atas, klik “Costumize”, klik “toolbars”, lalu klik “Geoprocessing” untuk
membuka menu pengaturan Georeferensi.
Gambar 1.2 Visual posisi Georeferencing
4. Klik kanan pada “Layers”, lalu klik “Properties”. Pada tabel “Data Frame Properties”
yang muncul, pilih bagian “coordinate system” dimana dilakukan penyetaraan sistem
koordinat peta dengan komputer. Pada kali ini digunakan “Geographic Coordinate
System” dengan “WGS 1984”.

Gambar 1.3 Visual posisi Properties


Gambar 1.4 Visual tabel Data Frame Properties
5. Pada bagian “Georeferencing”, Klik “add control point” lalu klik pada titik di pinggiran
peta yang merupakan persilangan grid horizontal dan vertikal. Pada tabel yang muncul,
klik “Input DMS of Long and Lat”, lalu masukkan koordinat latitude dan longitude sesuai
dengan koordinat yang diperlihatkan oleh peta di titik tersebut.

Gambar 1.5 Visual posisi Add Control Points

Gambar 1.6 Visual titik referensi

Gambar 1.7 Input Long/Lat


Gambar 1.8 Visual tabel Enter Coordinates DMS
6. Lakukan poin 5 sebanyak 4 kali.
7. Jika terjadi kesalahan dalam penempatan titik georeferensi pada poin 5, pada bagian
georeferencing klik “Select Link”, pilih titik yang salah, lalu klik “Delete Link”.

Gambar 1.9 Visual posisi Delete Link


8. Pada bagian georeferencing, klik “View Link Table” untuk melihat data-data dari titik
georeferensi seperti koordinat foto/citra dan koordinat aslina beserta nilai rmse hasil
georeferensi pada titik tersebut.

Gambar 1.10 Visual posisi View Link Table

Gambar 1.11 Visual tabel nilai rmse


9. Pada layer peta, klik kanan, klik “data”, lalu klik “export”. Pada tabel yang muncul, pilih
nama dan format untuk menyimpan peta baru yang telah tereferensi.
Gambar 1.12 Visual posisi Export Data
10. Pada bagian georeferencing, klik “Update Georeferencing”.

Gambar 1.13 Visual posisi Update Georeferencing


Memproyeksikan suatu peta sesuai dengan sistem referensi yang digunakan komputer dengan
menggunakan raster referensi.
1. Klik “add data”, untuk memasukkan peta yang akan direferensikan dan raster yang akan
dijadikan sebagai referensi dimana seluruh objek pada raster tersebut memiliki informasi
spasial yang sesuai dengan keadaan aslinya.
2. Cari bagian pada peta dan raster yang memiliki objek atau bentuk yang sama yang
posisinya menyebar di sekitar bagian peta minimal 4.
3. Pada bagian “Georeferencing”, Klik “add control point” lalu pada satu titik di peta.
Kemudian klik titik yang sama pada raster referensi.

Gambar 1.14 Visual posisi titik ikat di peta yang akan di referensi (kiri) dan raster
referensi (kanan)
4. Pada bagian georeferencing, klik “View Link Table” untuk melihat data-data dari titik
georeferensi seperti koordinat foto/citra dan koordinat aslina beserta nilai rmse hasil
georeferensi pada titik tersebut.

Gambar 1.14 Visual nilai rmse


5. Pada bagian georeferencing, klik “Update Georeferencing”.

2.2 Analisis
Pada bagian pertama, nilai rmse yang dihasilkan adalah 1.78e-06, sedangkan pada bagian
kedua adalah 0.0752064 dimana nilai rmse bagian pertama yang lebih kecil daripada bagian
kedua sehingga disimpulkan bahwa keakuratan bagian pertama lebih tinggi daripada bagian
kedua.
Terdapat beberapa alasan tentang hasil dari perbedaan nilai rmse pada bagian pertama
dan kedua. Pada bagian pertama, suatu peta diikatkan dengan empat titik dimana posisi titik
tersebut sudah divisualisasikan dengan nilai koordinatnya pada peta itu sendiri dimana ketelitian
posisinya adalah 1 detik atau 30.7 meter. Sedangkan pada bagian kedua, suatu peta diikatkan
pada empat titik yang berada pada raster referensi di objek-objek yang sama dimana ketelitian
posisinya adalah 1 piksel atau 250 m. Ditambah lagi luas area pengukuran di bagian pertama
(skala kota) lebih kecil daripada bagian kedua (skala provinsi). Maka dari itu ketelitian dari
informasi posisi dari titik ikat/referensi dan luas area pengukuran dapat mempengaruhi nilai rmse
pada proses georeferensi.
Hal lain yang juga berpengaruh adalah pada proses georeferensi bagian kedua, sulit
ditemukan objek-objek yang mirip di antara peta dan raster referensi dimana peta tersebut
sebelumnya merupakan hasil digitasi atau penyederhanaan dari keadaan nyata sehingga
pengikatan ke raster referensi tidak sepenuhnya teliti. Kemudian pada bagian kedua, titik
referensi/ikat sudah terlihat jelas pada peta dimana merupakan persilangan antara grid horizontal
dan vertikal.
Lalu hal yang juga dapat berpengaruh adalah letak dan jumlah titik ikat itu sendiri. Jika
letak titik ikat hanya berada pada satu sisi peta saja (tidak merata) maka sisi lainnya tidak
memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dari pada sisi sebelahnya. Lalu semakin banyak/tepat titik
ikat (yang berada di sekitar peta) maka ketelitiannya akan semakin tinggi.

3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Georeferensi sangat penting dilakukan pada peta yang belum di referensi sehingga peta
tersebut terproyeksi dengan benar pada layar komputer dimana selanjutnya dapat dilakukan
pengambilan informasi spasial dan pengolahan data. Semakin kecil nilai rms-nya maka hasil
georeferensi akan semakin baik. Namun, jika hasil georeferensi tidak baik, maka seluruh
aktivitas SIG dari peta tersebut akan menghasilkan nilai yang tidak sesuai dengan keadaan nyata.

3.2 Saran
Terimakasih telah membantu berjalannya praktikum.

4. Daftar Referensi
Nurpilihan Bafdal, Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2011 . ​Buku Ajar
Sistem Informasi Geografis​. Bandung : Jurusan TMIP FTIP Unpad

Anda mungkin juga menyukai