Sistem Informasi Geografis4
Sistem Informasi Geografis4
1. Pendahuluan
Georeferensi merupakan suatu kegiatan sistem informasi geospasial untuk memasukkan
sistem referensi pada suatu foto/citra yang tidak memiliki informasi posisi pada semua objek di
dalamnya. Dalam proses ini dibutuhkan adanya suatu referensi atau beberapa objek (minimal 4)
di dalam citra yang sudah diukur posisinya. Kemudian, bentuk citra akan berubah dengan
mengikuti posisi-posisi objek-objek di citra yang sudah tereferensi ke posisi sebenarnya sehingga
posisi citra/foto sesuai dengan keadaan nyata.
2. Pembahasan
2.1 Tahapan
Memproyeksikan suatu peta sesuai dengan sistem referensi yang digunakan komputer dengan
menggunakan informasi posisi di dalam peta.
1. Buka aplikasi ArcGIS.
2. Klik “add data”, lalu pilih data peta yang akan di-georeferensikan.
Gambar 1.14 Visual posisi titik ikat di peta yang akan di referensi (kiri) dan raster
referensi (kanan)
4. Pada bagian georeferencing, klik “View Link Table” untuk melihat data-data dari titik
georeferensi seperti koordinat foto/citra dan koordinat aslina beserta nilai rmse hasil
georeferensi pada titik tersebut.
2.2 Analisis
Pada bagian pertama, nilai rmse yang dihasilkan adalah 1.78e-06, sedangkan pada bagian
kedua adalah 0.0752064 dimana nilai rmse bagian pertama yang lebih kecil daripada bagian
kedua sehingga disimpulkan bahwa keakuratan bagian pertama lebih tinggi daripada bagian
kedua.
Terdapat beberapa alasan tentang hasil dari perbedaan nilai rmse pada bagian pertama
dan kedua. Pada bagian pertama, suatu peta diikatkan dengan empat titik dimana posisi titik
tersebut sudah divisualisasikan dengan nilai koordinatnya pada peta itu sendiri dimana ketelitian
posisinya adalah 1 detik atau 30.7 meter. Sedangkan pada bagian kedua, suatu peta diikatkan
pada empat titik yang berada pada raster referensi di objek-objek yang sama dimana ketelitian
posisinya adalah 1 piksel atau 250 m. Ditambah lagi luas area pengukuran di bagian pertama
(skala kota) lebih kecil daripada bagian kedua (skala provinsi). Maka dari itu ketelitian dari
informasi posisi dari titik ikat/referensi dan luas area pengukuran dapat mempengaruhi nilai rmse
pada proses georeferensi.
Hal lain yang juga berpengaruh adalah pada proses georeferensi bagian kedua, sulit
ditemukan objek-objek yang mirip di antara peta dan raster referensi dimana peta tersebut
sebelumnya merupakan hasil digitasi atau penyederhanaan dari keadaan nyata sehingga
pengikatan ke raster referensi tidak sepenuhnya teliti. Kemudian pada bagian kedua, titik
referensi/ikat sudah terlihat jelas pada peta dimana merupakan persilangan antara grid horizontal
dan vertikal.
Lalu hal yang juga dapat berpengaruh adalah letak dan jumlah titik ikat itu sendiri. Jika
letak titik ikat hanya berada pada satu sisi peta saja (tidak merata) maka sisi lainnya tidak
memiliki tingkat ketelitian yang tinggi dari pada sisi sebelahnya. Lalu semakin banyak/tepat titik
ikat (yang berada di sekitar peta) maka ketelitiannya akan semakin tinggi.
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Georeferensi sangat penting dilakukan pada peta yang belum di referensi sehingga peta
tersebut terproyeksi dengan benar pada layar komputer dimana selanjutnya dapat dilakukan
pengambilan informasi spasial dan pengolahan data. Semakin kecil nilai rms-nya maka hasil
georeferensi akan semakin baik. Namun, jika hasil georeferensi tidak baik, maka seluruh
aktivitas SIG dari peta tersebut akan menghasilkan nilai yang tidak sesuai dengan keadaan nyata.
3.2 Saran
Terimakasih telah membantu berjalannya praktikum.
4. Daftar Referensi
Nurpilihan Bafdal, Kharistya Amaru, dan Boy Macklin Pareira P. 2011 . Buku Ajar
Sistem Informasi Geografis. Bandung : Jurusan TMIP FTIP Unpad