Neuropati adalah penyakit yang disebabkan karena kerusakan pada sistem saraf
peripheral. Gejala dari kerusakan sistem saraf ini adalah perasaan lemah, mati rasa,
dan rasa sakit yang biasanya terjadi pada tangan dan kaki.Neuropati mengacu pada
penyakit umum atau malfungsi syaraf. Saraf di lokasi manapun di tubuh bisa rusak
akibat luka atau penyakit.. Neuropati juga bisa diklasifikasikan menurut penyakit
yang menyebabkannya. (Misalnya, neuropati dari efek diabetes disebut neuropati
diabetik.)
Neuropati diabetik adalah gangguan saraf akibat penyakit diabetes, yang ditandai
dengan kesemutan, nyeri, atau mati rasa. Meski dapat terjadi pada saraf di bagian
tubuh mana pun, neuropati diabetik lebih sering menyerang saraf di kaki. Saraf di seluruh
tubuh dapat mengalami kerusakan ketika kadar gula darah tinggi dan berlangsung
dalam waktu yang lama. Tidak hanya di kaki, kerusakan saraf juga dapat terjadi di
sistem pencernaan, saluran kemih, pembuluh darah, dan jantung.
Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi saraf
penderita diabetes tanpa ada penyebab lain selain Diabetes Melitus (DM) (setelah
dilakukan eksklusi penyebab lainnya) (Sjahrir, 2006). Apabila dalam jangka yang
lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan
dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga
terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (Tandra, 2007).
B. Etiologi
Neuropati diabetik terjadi pada penderita diabetes ketika kadar gula darah yang tinggi
melemahkan dinding pembuluh darah yang memberi asupan oksigen dan nutrisi untuk
sel saraf. Akibatnya, terjadi kerusakan dan gangguan pada fungsi saraf.
Kerusakan saraf tersebut dapat dipercepat atau diperburuk oleh kombinasi sejumlah
faktor berikut:
1. Menderita penyakit autoimun, yaitu kelainan di mana sistem kekebalan tubuh
berbalik menyerang tubuh sendiri. Bila sistem imun menyerang saraf, dapat
terjadi peradangan pada saraf.
3. Hiperglikemi, yaitu suatu kondisi tingginya rasio gula dalam plasma darah.
4. Umur, orang yang berusia di atas 40 tahun orang tua cenderung menderita
lebih banyak gangguan saraf.
C. Patofisiologi
1. Teori Vaskular
Proses terjadinya neuropati diabetik melibatkan kelainan vaskular. Penelitian
membuktikan bahwa hiperglikemia yang berkepanjangan merangsang
pembentukan radikal bebas oksidatif (reactive oxygen species). Radikal bebas ini
merusak endotel vaskular dan menetralisasi Nitric Oxide (NO) sehingga
menyebabkan vasodilatasi mikrovasular terhambat. Kejadian neuropati yang
disebabkan kelainan vaskular dapat dicegah dengan modifikasi faktor resiko
kardiovaskular yaitu hipertensi, kadar trigliserida tinggi, indeks massa tubuh dan
merokok (Subekti, 2009).
2. Teori Metabolik
Perubahan metabolisme polyol pada saraf adalah faktor utama patogenesis
neuropati diabetik. Aldose reduktase dan koenzim Nicotinamide Adenine
Dinucleotide Phosphate (NADPH) mengubah glukosa menjadi sorbitol (polyol).
Sorbitol diubah menjadi fruktosa oleh sorbitol dehidrogenase dan koenzim
Nicotinamide Adenine Dinucleotide (NAD+). Kondisi hiperglikemia
meningkatkan aktifitas aldose reduktase yang berdampak pada peningkatan kadar
sorbitol intraseluler dan tekanan osmotik intraseluler. Kondisi tersebut
menyebabkan abnormalitas fungsi serta struktur sel dan jaringan (Kawano, 2014).
Hiperglikemia persisten juga menyebabkan terbentuknya senyawa toksik
Advance Glycosylation End Products (AGEs) yang dapat merusak sel saraf.
AGEs dan sorbitol menurunkan sintesis dan fungsi Nitric Oxide (NO) sehingga
kemampuan vasodilatasi dan aliran darah ke saraf menurun. Akibat lain adalah
rendahnnya kadar mioninositol dalam sel saraf sehingga terjadi neuropati diabetik
(Subekti, 2009).
Kondisi hiperglikemia mendorong pembentukan aktivator protein kinase C
endogen. Aktivasi protein kinase C yang berlebih menekan fungsi Na-K-ATP-ase,
sehingga kadar Na intraselular berlebih. Kadar Na intraseluler yang berlebih
menghambat mioinositol masuk ke sel saraf. Akibatnya, transduksi sinyal saraf
terganggu (Subekti, 2009). Aktivasi protein kinase C juga menyebabkan iskemia
serabut saraf perifer melalui peningkatan permeabilitas vaskuler dan penebalan
membrana basalis yang menyebabkan neuropati (Kawano, 2014).
3. Teori Nerve Growth Factor (NGF)
NGF adalah protein yang dibutuhkan untuk meningkatkan kecepatan dan
mempertahankan pertumbuhan saraf. Kadar NGF cenderung menurun pada pasien
diabetes dan berhubungan dengan tingkat neuropati (Subekti, 2009). Penurunan
NGF mengganggu transport aksonal dari organ target menuju sel (retrograde)
(Prasetyo, 2011).
NGF juga berfungsi meregulasi gen substance P dan Calcitonin-Gen-
Regulated Peptide (CGRP) yang berperan dalam vasodilatasi, motilitas intestinal
dan nosiseptif. Menurunnya kadar NGF pada pasien neuropati diabetik, dapat
menyebabkan gangguan fungsi-fungsi tersebut (Subekti, 2009).
Pembuluh darah yang kekurangan nutrisis dan oksigen tentu saja tidak mampu
membawa sel-sel darah merah yang memuat nutrisi dan oksigen tersebut keseluruh
jaringan. Akibatnya sel-sel jaringan menjadi mati, hal ini karena terjadi
dominannya bakteri patogen yang ada.
F. Pemeriksaan evaluasi diagnostic pada klien dengan neuropati dan atau DFU
1. Tes filament untuk memeriksa kepekaan terhadap sentuhan.
2. Pemeriksaan respon saraf terhadap perubahan suhu dan getaran.
3. Pemeriksaan kecepatan hantar saraf. Bertujuan untuk menilai kecepatan hantaran
impuls saraf pada tangan dan kaki.
4. Pemeriksaan sistem saraf otonom, untuk mendeteksi neuropati otonom. Dokter
mengukur tekanan darah pengidap dalam berbagai posisi, serta dilakukan penilaian
kemampuan tubuh dalam mengeluarkan keringat.
5. Tes elektromiografi (EMG), bertujuan untuk mengukur besar impuls listrik di
dalam otot. Pemeriksaan ini dilakukan bersamaan pemeriksaan kecepatan hantar
saraf.