Anda di halaman 1dari 27

Abses Peritonsil

Oleh :
dr. Hendi Hafizth

Pendamping:
dr. Andriany Putri
dr. Nike Anggreni

KONSULEN PEMBIMBING:
dr.Deni Amri Sp.THT-KL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AROSUKA


KABUPATEN SOLOK
2019
BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Hendi Hafizth


Nama Wahana : RSUD Arosuka
Topik : Abses peritonsil
Tanggal (Kasus) : 1 Oktober 2019
Nama Pasien : Tn. R
Tanggal Presentasi : 16 Oktober 2019
Nama Pendamping : dr. Andriany Putri, dr. Nike Anggreni
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Arosuka
Objektif Presentasi : - Keilmuan
- Diagnostik
- Kasus Bedah
Bahan Bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan diskusi

2
BAB 1
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
TL/Umur : 17 September 1972 / 47 tahun
Alamat : Lubuk Selasih
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tanggal masuk RS : 1 Oktober 2019 pukul 12:00 WIB
No. MR : 265806

2. ANAMNESIS
Seorang pasien Pria usia 47 tahun datang ke IGD RSUD Arosuka diantar oleh
keluarganya pada tanggal 1 oktober 2019 dengan
Keluhan Utama :
Nyeri menelan sejak 1 minggu yang lalu, dan memberat sejak 3 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pada awalnya pasien mersakan nyeri menelan sejak 3 hari yang lalu, tetapi masih
bisa makan dan minum.

- Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien berobat ke dokter umum diberi obat
amoxicilin dan parasetamol tapi tidak ada perbaikan, lalu pasien datang ke IGD
RSUD Arosuka

- Pasien merasakan air ludah berkumpul di tenggorokan sejak 1 hari yang lalu

- Suara bergumam sejak 1 hari yang lalu

- Riwayat nyeri tenggorokan berulang ada

- Demam sejak 2 hari yang lalu tidak tinggi

3
- Nafas berbau sejak 1 hari yang lalu

- Sulit membuka mulut sejak 1 hari yang lalu

-Nyeri telinga tidak ada

- Sukar bernafas tidak ada

- Mual muntah tidak ada

- Riwayat tidur mendengkur tidak ada

- Sukar bernafas tidak ada

- Riwayat batuk pilek tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Riwayat sakit gigi ada

- Riwayat ketulangan tidak ada

- Riwayat alergi tidak ada

- Riwayat DM dam penyakit jantung tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :

-Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan:

- Pasien seorang pedagang

- Pasien Merokok sejka 10 tahun yang lalu ½ bungkus sehari

4
3. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :

Keadaan Umum : Sakit sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 92 x/ menit

Frekuensi Nafas : 23 x/menit

Suhu tubuh : 37,8 oC

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva : tidak anemis

Sklera : tidak ikterik

Gigi dan mulut : Karies (+),

Leher : JVP 5-2cm H20

Paru : Dalam batas normal

Jantung : Dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Extremitas : Akral hangat, perfusi baik

Status Lokalis THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Kel. Kongenital Tidak ada Tidak ada
Daun Telinga Trauma Tidak ada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada

5
Kel. Metabolik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tarik Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Dinding Liang
Hiperemis - -
Telinga
Edema - -
Massa - -
Bau - -
Warna Kecokelatan Kecokelatan
Sekret / Serumen
Jumlah Sedikit Sedikit
Jenis Kering Kering
Membran Timpani
Warna Putih Putih
Refleks cahaya + +
Bulging Tidak ada Tidak ada
Utuh
Retraksi Tidak ada Tidak ada
Atrofi Tidak ada Tidak ada
Jumlah perforasi Tidak ada Tidak ada
Jenis - -
Perforasi
Kwadran - -
Pinggir - -
Tanda radang Tidak ada Tidak ada
Fistel Tidak ada Tidak ada
Mastoid Sikatrik Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada
Rinne + +
Schwabach Sama dg Sama dg
Tes Garpu tala
pemeriksa pemeriksa
Weber Tidak ada lateralisasi

6
Kesimpulan AD dan AS normal
Audiometri Tidak diperiksa

Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Kelainan Tidak ada Tidak ada
kongenital
Hidung luar
Trauma Tidakada Tidak ada
Radang Tidak ada Tidak ada
Massa Tidak ada Tidak ada

Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada
Nyeri ketok Tidak ada Tidak ada

Rinoskopi Anterior
Vibrise + +
Vestibulum
Radang Tidak ada Tidak ada
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Kavum nasi Sempit - -
Lapang - -
Lokasi Tidak ada Tidak ada

Jenis Tidak ada Tidak ada


Sekret
Jumlah Tidak ada Tidak ada

Bau Tidak ada Tidak ada

Ukuran Eutrofi Eutrofi


Konka inferior
Warna Merah muda Merah muda

7
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah muda Merah muda
Konka media
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Cukuplurus/deviasi Cukuplurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Septum Spina Tidak ada Tidak ada
Krista Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Massa Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh - -
vasokonstriktor

Rinoskopi Posterior( Sulit dilakukan )


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Cukup lapang (N)

Koana Sempit

Lapang

Warna
Mukosa
Edema

8
Jaringan granulasi

Ukuran

Warna
Konkha inferior
Permukaan

Edema

Adenoid Ada/tidak

Muara tuba Tertutup secret


eustachius Edema mukosa

Lokasi

Ukuran
Massa
Bentuk

Permukaan

Ada/tidak
Post Nasal Drip
Jenis

OrofaringdanMulut
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Palatum mole + Simetris/tidak Asimetris Asimetris
Arkus faring Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada
Uvula Terdorong ke sebelah kanan
Dinding Faring Warna Merah muda Sulit dinilai
Permukaan Licin -
Tonsil Ukuran T3 T3 terdorong ke
inferior
Warna Merah muda Hiperemis
Permukaan Licin kasar

9
Muara kripti Melebar Melebar
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan dg Tidak ada Tidak ada
pilar
Peritonsil Warna Mera muda Hiperemis
Edema Tidak ada Ada
Abses Tidak ada Ada, aspirasi pus
(+)
Tumor Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Karies/radiks
87654321 12345678
Gigi 87654321 12345678
Kesan Oral higene kurang Oral higene
kurang
Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Simetris Simertis
Lidah
Deviasi Tidakada Tidak ada
Masa Tidak ada Tidak ada

LaringoskopiIndirek( Sulit dilakukan)


Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Bentuk
Warna
Epiglottis Edema
Pinggir rata/tidak
Massa

10
Warna
Edema
Aritenoid
Massa
Gerakan
Warna
Ventrikular Band Edema
Massa
Warna
Gerakan
PlikaVokalis
Pinggir medial
Massa
Massa
Sinus piriformis
Sekret
Massa
Valekule
Sekret (jenisnya)

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher


 Pada inspeksi tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening leher.
 Pada palpasi tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

07 Agustus 2015

Hb : 14,2 gr/dL

Leukosit : 12.700/mm3

Trombosit : 229.000/mm3

Hematokrit : 33%

BT/CT : 3’/5’

GDR : 84

11
HbsAg : non reaktif

HIV : non reaktif

12
DIAGNOSIS

Abses Peritonsil Sinistra

DIAGNOSIS BANDING

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Aspirasi Abses Peritonsil: Pus ± 3cc

TERAPI

 Umum
o Istirahat yang cukup
o Jaga kebersihan mulut
o Minum obat dengan teratur
 Khusus
o Insisi dan aspirasi abses peritonsil
o IVFD RL 20 tetes/menit
o Ketorolac Inj 3x1 amp IV
o Ceftriaxone Inj. 2x1 gr IV  Skin test
o Dexametason Inj. 3x1 amp
o Metronidazole 3x500 mg per oral
o Diet ML

PROGNOSIS

 Qou ad Vitam : Bonam


 Quo ad Fungsionam : Bonam
 Quo ad Sanationam : Bonam

13
Follow Up
2 Oktober 2019 (09.00)
S/ nyeri menelan (-), perdarahan (-) demam (-)
O/
KU Kes TD Nadi Nafas T

sedang CMC 120/80 80x 19x 37

Status lokalis:
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Palatum mole + Simetris/tidak Asimetris Asimetris
Arkus faring Warna Merah muda Merah muda
Edema Tidak ada Tidak ada
Bercak/eksudat Tidak ada Tidak ada
Uvula Terdorong ke sebelah kanan
Dinding Faring Warna Merah muda Sulit dinilai
Permukaan Licin -
Tonsil Ukuran T3 T3 terdorong ke
inferior
Warna Merah muda Hiperemis
Permukaan Licin kasar
Muara kripti Melebar Melebar
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan dg Tidak ada Tidak ada
pilar
Peritonsil Warna Mera muda Hiperemis
Edema Tidak ada Tidak ada
Abses Tidak ada Tidak ada
Tumor Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada

14
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
Karies/radiks
87654321 12345678
Gigi 87654321 12345678
Kesan Oral higene kurang Oral higene
kurang
Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Simetris Simertis
Lidah
Deviasi Tidakada Tidak ada
Masa Tidak ada Tidak ada

15
A/ Abses Peritonsil Sinistra

P/ Boleh pulang
Cefadroxil 2x1 tab
Metronidazole 3x500 mg
Paracetamol 3x500 mg

16
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1Defenisi

Abses peritonsil atau Quinsy merupakan suatu infeksi akut yang diikuti dengan
terkumpulnya pus pada jaringan ikat longgar antara m.konstriktor faring dengan
tonsil pada fosa tonsil.1 Infeksi ini menembus kapsul tonsil (biasanya pada kutub
atas). Abses peritonsil merupakan infeksi pada tenggorok yang seringkali
merupakan komplikasi dari tonsilitis akut.1

Abses peritonsil merupakan infeksi pada kasus kepala leher yang sering terjadi pada
orang dewasa. Timbulnya abses peritonsil dimulai dari infeksi superfisial dan
berkembang secara progresif menjadi tonsilar selulitis. Komplikasi abses peritonsil
yang mungkin terjadi antara lain perluasan infeksi ke parafaring, mediastinitis,
dehidrasi, pneumonia, hingga infeksi ke intrakranial berupa thrombosis sinus
kavernosus, meningitis, abses otak dan obstruksi jalan nafas.

1.2 Epidemiologi1

Penyakit-penyakit infeksi pada tenggorok telah diketahui sejak abad ke dua Masehi
oleh Aretaues of Cappadocia. Pada abad ke 2 dan 3 sebelum Masehi, ia
menerangkan tentang dua tipe penyakit pada tonsil yaitu pembengkakan tonsil
tanpa ulserasi dan pembengkakan tonsil dengan obstruksi jalan nafas. Beberapa
kepustakaan menjelaskan bahwa abses peritonsil yang kita kenal sekarang ini
pertama kali dikemukakan pada awal tahun 1700-an.

Kekerapan Abses peritonsil sering mengenai orang dewasa pada usia 20 sampai 40
tahun. Pada anak jarang terjadi, kecuali yang mengalami gangguan penyakit
kekebalan tubuh, tetapi pada anak infeksi dapat menyebabkan gangguan obstruksi
jalan nafas. Persentase efek gangguan jalan nafas sama pada anak laki-laki dan
perempuan.

Pada umumnya infeksi di bagian kepala leher terjadi pada orang dewasa. Insiden
abses peritonsil di A.S terjadi 30 per 100.000 orang/ tahun.3 Dikutip dari Hanna
BC3, Herzon melaporkan data insiden terjadinya abses peritonsil; 1/6500 populasi

17
atau 30.1/40.000 orang per tahun di Amerika Serikat. Di Irlandia Utara dilaporkan
1 per 10.000 pasien per tahun, dengan rata-rata usia 26.4 tahun.

Anatomi

tonsila palatina terletak pada daerah faring tepatnya pada orofaring. Faring
merupakan bagian atas dari saluran pernfafasan dan cerna yang terbentuk dari basis
tengkorak (basis oksiput dan basis spenoid) ke bawah sampai tulang rawan krikoid
laring setinggi os. Cervical 6.

Rongga faring dibagi menjadi 3 bagian

 Nasofaring
Batas nasofaring :
a) Depan : koana (nares posteriror) berhubungan dengan
rongga hidung
b) Atas : basis tengkorak
c) Belakang : vertebra servikal yang dipisahkan oleh fasia
prevertebra dan
M.capitis longus dan M. cervicis
d) Kanan kiri (lateral) : dinding medial leher
e) Bawah : palatum mole

Beberapa bangunan yang berada di nasofaring:

18
a) Ostium tuba eustachius , berada di dinding lateral nasofaring, kira-kira
1-1 ½ cm di belakang konka inferior. Muara ini di bagian atas dan
belakang dikelilingi tonjolan pars kartilago tuba (torus tubarius)
b) Adenoid (tonsila faringeal) terletak di dinding belakang atas nasofaring,
merupakan kelenjar limfe sub-mukosa.
c) Resessus faring (fossa rosenmulleri), terletak dibaelakang torus tubarius.
Merupakan tempat predileksi dari Ca nasofaring.
d) Ismus nasofaring, batas antara nasofaring dan orofaring yang menutup
waktu menelan karena gerakan elevasi palatum mole ke posterior dan
kontraksi spingter palato faring.
 Orofaring
Batas-batas orofaring:
a) Atas : nasofaring (palatum mole)
b) Depan : rongga mulut dengan lengkung palatum dan uvula
c) Belakang : vertebra servikalis 2-3
d) Lateral : dinding dalam leher lanjutan nasofaring
e) Bawah : tepi atas epiglotis

Beberapa bangunan yang terdapat di orofaring :

a) Tonsila palatina
Terletak di dinding lateral kanan dan kiri di resessus tonsilaris antara
pilar anterior dan posterior. Pilar anterior dibentuk oleh M. Palatoglosus.
Pilar posterior dibentuk oleh M. Palatofaring.
b) Fossa supratonsilaris
Merupakan daerah mukosa di atas tonsil berbentuk segitiga diantara pilar
anterior dan pilar posterior.
c) Tonsila lingualis
Terletak pada basis lidah (sepertiga posterior lidah)
 Laringofaring
Batas-batasnya:
a) Atas : orofaring (setinggi tepi atas epiglotis)

19
b) Depan : tepi belakang epiglotis dan berhubungan dengan laring
lewat pintu laring
c) Belakang : lanjutan dinding belakan orofaring pada C3,4,5,dan 6
d) Lateral : lanjutan dinding lateral orofaring.
e) Bawah : tepi atas pintu masuk esofagus. Tepi belakang bawah
krikoid, batas depan.

Perdarahan

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu :

1. Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan
arteri palatina asenden.

2. Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden

3. Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal

4. Arteri faringeal asenden.

Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan
bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut
diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal
asenden dan arteri palatina desenden.8

Arteri tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar m.konstriktor superior dan
memberikan cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri palatina asenden,

20
mengirimkan cabang-cabang melalui m.konstriktor superior melalui tonsil. Arteri
faringeal asenden juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar
m.konstriktor superior. Arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan
mengirimkan cabangnya ke tonsil, pilar anterior, dan pilar posterior. Arteri palatina
desenden atau arteri palatina minor atau arteri palatina posterior memperdarahi
tonsil dan palatum mole dari atas dan membentuk anastomosis dengan arteri
palatina asenden

Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari
faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan
pleksus faring.

Perdarahan adenoid berasal dari cabang-cabang arteri maksila interna. Disamping


memperdarahi adenoid pembuluh darah ini juga memperdarahi sinus sphenoid

1.3 Etiologi 1,2

Penyebab dari terjadinya peritonsillar abses adalah infeksi dari kuman yang sering
disertai dengan mekanisme pembersihan dari kelenjar weber yang terganggu.
Megenai mekanisme kelenjar weber akan dijelaskan lebih jauh pada patofisiologi.

Kuman yang sering menimbulkan peritonsillar abses adalah golongan kuman aerob
dan anaerob gram positif. Berdasarkan hasil kultur, streptococcus beta-hemolitikus
mempunyai prevalensi tersering.

1.4 Gejala Klinis1,2

Beberapa gejala klinis abses peritonsil antara lain berupa pembengkakan awal
hampir selalu berlokasi pada daerah palatum mole di sebelah atas tonsil yang
menyebabkan tonsil membesar ke arah medial. Onset gejala abses peritonsil
biasanya dimulai sekitar 3 sampai 5 hari sebelum pemeriksaan dan diagnosis.

21
Gejala klinis berupa rasa sakit di tenggorok yang terus menerus hingga keadaan
yang memburuk secara progresif walaupun telah diobati. Rasa nyeri terlokalisir,
demam tinggi, (sampai 40°C), lemah dan mual. Odinofagi dapat merupakan gejala
menonjol dan pasien mungkin mendapatkan kesulitan untuk makan bahkan
menelan ludah. Akibat tidak dapat mengatasi sekresi ludah sehingga terjadi
hipersalivasi dan ludah seringkali menetes keluar. Keluhan lainnya berupa mulut
berbau (foetor ex ore), muntah (regurgitasi) sampai nyeri alih ke telinga (otalgi).
Trismus akan muncul bila infeksi meluas mengenai otot-otot pterigoid.

Penderita mengalami kesulitan berbicara, suara menjadi seperti suara hidung,


membesar seperti mengulum kentang panas (hot potato’s voice) karena penderita
berusaha mengurangi rasa nyeri saat membuka mulut.

hot potato voice merupakan suatu penebalan pada suara. Pada pemeriksaan tonsil,
ada pembengkakan unilateral, karena jarang kedua tonsil terinfeksi pada waktu
bersamaan. Bila keduanya terinfeksi maka yang kedua akan membengkak setelah
tonsil yang satu membaik. Bila terjadi pembengkakan secara bersamaan, gejala
sleep apnea dan obstruksi jalan nafas akan lebih berat. Pada pemeriksaan fisik
penderita dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan pembengkakan serta nyeri
kelenjar servikal / servikal adenopati. Di saat abses sudah timbul, biasanya akan
tampak pembengkakan pada daerah peritonsilar yang terlibat disertai pembesaran
pilar-pilar tonsil atau palatum mole yang terkena.

Tonsil sendiri pada umumnya tertutup oleh jaringan sekitarnya yang membengkak
atau tertutup oleh mukopus. Timbul pembengkakan pada uvula yang
mengakibatkan terdorongnya uvula pada sisi yang berlawanan. Paling sering abses
peritonsil pada bagian supratonsil atau di belakang tonsil, penyebaran pus ke arah
inferior dapat menimbulkan pembengkakan supraglotis dan obstruksi jalan nafas.
Pada keadaan ini penderita akan tampak cemas dan sangat ketakutan.

Abses peritonsil yang terjadi pada kutub inferior tidak menunjukkan gejala yang
sama dengan pada kutub superior. Umumnya uvula tampak normal dan tidak
bergeser, tonsil dan daerah peritonsil superior tampak berukuran normal hanya
ditandai dengan kemerahan.

1.5 Diagnosis1,2

Menegakkan diagnosis penderita dengan abses peritonsil dapat dilakukan


berdasarkan anamnesis tentang riwayat penyakit, gejala klinis dan pemeriksaan
fisik penderita. Aspirasi dengan jarum pada daerah yang paling fluktuatif, atau
punksi merupakan tindakan diagnosis yang akurat untuk memastikan abses
peritonsil.

22
mengetahui jenis kuman pada abses peritonsil tidak dapat dilakukan dengan cara
usap tenggorok. Pemeriksaan penunjang akan sangat membantu selain untuk
diagnosis juga untuk perencanaan penatalaksanaan.

Pemeriksaan secara klinis seringkali sukar dilakukan karena adanya trismus.


Palatum mole tampak menonjol ke depan, dapat teraba fluktuasi. Tonsil bengkak,
hiperemis, mungkin banyak detritus, terdorong ke arah tengah, depan dan bawah.
Uvula terdorong ke arah kontra lateral. Gejala lain untuk diagnosis sesuai dengan
gejala klinisnya.

Pemeriksaan laboratorium darah berupa faal hemostasis, terutama adanya


leukositosis sangat membantu diagnosis. Pemeriksaan radiologi berupa foto
rontgen polos, ultrasonografi dan tomografi komputer.

Saat ini ultrasonografi telah dikenal dapat mendiagnosis abses peritonsil secara
spesifik dan mungkin dapat digunakan sebagai alternatif pemeriksaan. Mayoritas
kasus yang diperiksa menampakkan gambaran cincin isoechoic dengan gambaran
sentral hypoechoic.

1.6 Diagnosis banding1,2,3,4

Penonjolan satu atau kedua tonsil, atau setiap pembengkakan pada daerah
peritonsilar harus dipertimbangkan penyakit lain selain abses peritonsil sebagai
diagnosis banding. Contohnya adalah infeksi mononukleosis, benda asing, tumor /
keganasan / limfoma, penyakit Hodgkin leukemia, adenitis servikal, aneurisma

23
arteri karotis interna dan infeksi gigi. Kelainan-kelainan ini dapat dibedakan dari
abses peritonsil melalui pemeriksaan darah, biopsi dan pemeriksaan diagnostik lain.

Tidak ada kriteria spesifik yang dianjurkan untuk membedakan selulitis dan abses
peritonsil. Karena itu disepakati bahwa, kecuali pada kasus yang sangat ringan,
semua penderita dengan gejala infeksi daerah peritonsil harus menjalani
aspirasi/punksi. Apabila hasil aspirasi positif (terdapat pus), berarti abses, maka
penatalaksanaan selanjutnya dapat dilakukan. Bila hasil aspirasi negatif (pus tidak
ada), pasien mungkin dapat didiagnosis sebagai selulitis peritonsil.

1.7 Terapi1,2,3,4

Prinsip pemberian terapi pada peritonsilar abses dapat digunakan medikamentosa


ataupun non-medika mentosa.

Tindakan medikamentosa dapat diberikan terapi antipiretik dan analgetik.


Disebabkan karena pasien biasanya mengalami demam dan nyeri yang hebat pada
tenggorokan.

Pemberian antibiotik dianjurkan. Beberapa antibiotik serta regimen yang dapat


digunakan dapat dilihat pada tabel .

24
Pemberian antibiotik oral diteruskan hingga 10 hari. Selain pemberian antibiotik,
kombinasi dengan kortikosteroid pada hasil survey menunjukkan angka
kesembuhan yang baik. Dapat diberikan metilprednisolon dengan dosis 2-3
mg/kgBB (maksimal 250 mg) bersama dengan antibiotik. 1

Tindakan non medika mentosa dapat dilakukan dengan :

 Aspirasi dengan jarum


Tindakan ini selain sebagai terapi dapat juga dijadikan sebagai sarana diagnostik.
Mengenai prosedur melakukannya telah dibahas di atas. 1
 Drainage dan insisi
Intraoral insisi dan drainage dilakukan dengan melakukan insisi mukosa pada
tempat abses. Biasanya dilakukan di lipatan supratonsilar. 1
 Tonsilektomi

Pada keadaan ini tonsilektomi tidak dianjurkan. Namun apabila sulit dilakukan
drainage abses tonsilektomi dapat dijadikan pilihan terapi untuk mengeluarkan
abses.1

Tonsilektomi juga dapat dilakukan sesudah abses dikeluarkan. Bila dilakukan


bersama-sama tindakan drenase abses, disebut tonsilektomi “a’ cahud”. Bila
tonsilektomi dilakukan 3-4 hari sesudah drenase abses, disebut tonsilektomi “a’

25
tiede” , dan bila tonsilektomi 4-6 minggu sesudah drenase abses, disebut
tonsilektomi “a’ froid”. 4

Untuk mengobati peritonsilar abses, pengobatan dengan antibiotik yang adekuat


disertai simptomatik serta perlunya dilakukan drainage abses. Untuk memberikan
kesembuhan yang maksimal tindakan ini yang harus dilakukan. Tindakan drainage
abses dapat dilakukan salah satu dari tindakan di atas. 1,2

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Facrhudin D. Abses Leher Dalam. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga


Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 6. 2007. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonsia.
2. Novialdi, Jon Prijadi. 2014. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Abses
Peritonsil. Available from :
http://repository.unand.ac.id/18155/2/DIAGNOSIS%20DAN%20PENATALAKS
ANAAN%20ABSES%20PERITONSIL.pdf
3. Gosselin J Benoit, Geibel John, Daley James Brian, Talavera Fransisco,
Friedman L Amy. Peritonsillar abscess. Diunduh dari :
http://emedicine.medscape.com/article/194863-overview, 8 Juli 2013.

4. Preston, M. 2008. Peritonsillar Abscess (Quinsy). accessed:


http://www.patient.co.uk/showdoc/40000961/.
5. STEYER, T. E. 2002. Peritonsillar Abscess: Diagnosis and Treatment.
accessed: http://www.aafp.org/afp/20020101/93.html.
6. Leigh J Sowerby, Zafar Hussain and Murad Husein. 2013. The
epidemiology, antibiotic resistance and post-discharge course of peritonsillar
abscesses in London, Ontario. Accessed :
http://www.journalotohns.com/content/42/1/5.
7. Gadre AK, Gadre KC. Infection of the Deep Spaces of The Neck. In: Bayle
BJ , Johnson JT. editors. Head and Neck Surgery Otolaryngology. 4th ed.
Philadelphia: Lippincott Company 2006. p.666-81
8 Yuan-Yung Lin MD, Jih-Chin Lee MD. 2011. Bilateral peritonsillar
abscesses complicating acute tonsillitis.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3153517/pdf/1831276.pdf.

27

Anda mungkin juga menyukai