Anda di halaman 1dari 73

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan diberbagai bidang terutama dibidang

kesehatan menyebabkan terjadinya peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH)

penduduk termasuk Indonesia. Namun, dibalik keberhasilan peningkatan

UHH tersebut menjadi ancaman bagi bidang kesehatan kedepannya yang akan

semakin bergeser kearah tingginya penyakit degeneratif pada kelompok lansia

(Infodatin Lanjut Usia, 2014).

Peningkatan UHH (Usia Harapan Hidup) pada lansia tidak terlepas dari

masalah kesehatan pada setiap individu baik secara fisik, biologis, mental

maupun ekonomi. Angka kesakitan pada penyakit tidak menular penyakit

kardiovaskuler dan penyakit degeneratif lainnya memperlihatkan

kecenderungan yang semakin meningkat (Price, 2005). Menurut data dan

informasi penyakit tidak menular pada lansia diantaranya hipertensi, stroke,

diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik (Kemenkes, 2013).

Bertambahnya umur mengakibatkan tekanan darah pada lansia

meningkat, karena dinding arteri pada lanjut usia akan mengalami penebalan

yang mengakibatkan penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga

pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku,

sehingga lansia lebih besar berisiko terkena hipertensi (tekanan darah tinggi).

Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik muda

maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena
2

termasuk penyakit yang mematikan. Bahkan, hipertensi tidak dapat secara

langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya

penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat

meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal

(Pudiastuti, 2013). Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit

degenerative, umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan

seiring bertambahnya umur (Triyanto, 2014).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2014 terdapat

sekitar 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi

terjadi di wilayah Afrika yaitu sebesar 30%. Prevalensi terendah terdapat di

wilayah Amerika sebesar 18%. Para peneliti memperkirakan bahwa hipertensi

hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahunnya.

Secara umum angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler tercatat sekitar

17 juta tiap tahun, hampir sepertiga dari totalnya, dimana dari jumlah tersebut

sebanyak 9,4 juta kematian tiap tahun akibat komplikasi dari hipertensi.

Sekitar 40% pria dan wanita dewasa mengalami hipertensi yang bertanggung

jawab setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian

akibat stroke (WHO, 2013). Di Amerika diketahui prevalensi hipertensi pada

usia ≥ 60 tahun adalah 65%, kesadaran penduduk akan hipertensi sebesar

86,1, pengorbanan untuk hipertensi 82,2% dan hipertensi terkontrol 50,5%,

America Heart Association (AHA) memprediksi angka tersebut pada tahun

2030 akan mengalami peningkatan sebesar 8,4% (AHA, 2015).


3

Peningkatan kasus hipertensi terutama di Negara berkembang

diperkirakan sekitar 80% pada tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus

ditahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus ditahun 2025. Prediksi

ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertumbuhan penduduk

saat ini. Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta

orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol, yaitu jika pada

seseorang yang mengalami hipertensi melakukan pemeriksaan tekanan darah

secara berkala dan dapat mencapai tekanan darah sistolik kurang sama dengan

140 mmHg dan diastolic kurang sama dengan 90 mmHg (AMA, 2013).

Berdasarkan Riskesdas (2013) prevalensi hipertensi di Indonesia

berdasarkan terdiagnosis oleh tenaga kesehatan tercatat sebesar 9,4%,angka

tertinggi di Sulawesi Utara (15,0%), terendah di papua (3,2%) dan di

Sumatera Barat tercatat cukup tinggi yaitu 9,5% (Pusdatin, 2014).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, angka

kejadian hipertensi menempati urutan ke-6 dari semua jenis penyakit utama

yang diderita penduduknya yaitu sebanyak 18.598 jiwa setelah penyakit

ISPA, penyakit kulit infeksi, diare, gastritis dan rheumatoid (Bapedalda

Sumbar, 2014). Di Sumatera Barat jumlah penduduk tersebar dalam 12

Kabupaten dan 7 Kota. Data hasil Badan Pusat Statistik (BPS) 2010, salah

satu Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat dan terus

mengalami peningkatan tiap tahun adalah Kabupaten Dharmasraya yaitu

sebanyak 191.422 jiwa, dan pada tahun 2013 menjadi 204.848 jiwa yang

terdiri dari 105.870 jiwa laki-laki dan 98.978 jiwa perempuan dengan 47.873
4

kk. Jumlah kepadatan 69 penduduk per Km² yang tersebar di 11 Kecamatan,

jumlah penduduk dengan usia produktif 127.792 jiwa, lansia 15.963 jiwa dan

lansia yang beresiko berjumlah 10.897 jiwa. Terlihat bahwa sebagian

penduduknya adalah kelompok lansia (Riskesdas Sumbar, 2013).

Berdasarkan data Riskesdas (2007) melalui pengukuran tekanan darah,

angka kejadian hipertensi di Dharmasraya menempati urutan ke 5 tertinggi

yaitu 36,9%, setelah Sawahlunto 43,2%, Tanah Datar 40,8%, Payakumbuh

39,2% dan Solok Selatan 37,6%.

Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Dharmasraya tahun 2015, dari 10

penyakit terbanyak yang terjadi di puskesmas-puskesmas yang ada di wilayah

Kabupaten Dharmasraya, hipertensi menempati urutan ke-2 dengan jumlah

8.056 kasus setelah ISPA.

Diantara Puskesmas yang ada di Kabupaten Dharmasraya, salah satunya

adalah Puskesmas Gunung Medan. Puskesmas Gunung Medan termasuk

Puskesmas yang memiliki angka tertinggi terjadinya kasus hipertensi. Dari

data yang diperoleh di Puskesmas Gunung Medan tahun 2016, kejadian

hipertensi berada di urutan ke-3 dengan jumlah 773 kasus setelah ISPA (1377

kasus) dan febris (785 kasus). Di wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan,

memiliki beberapa jorong, diantaranya adalah jorong Bungo Tanjung. Di

jorong Bungo Tanjung memiliki 216 orang lansia, 90% diantaranya

mengalami tekanan darah tinggi atau biasa dikenal dengan hipertensi.

Vasokontriksi pada pembuluh darah perifer yang menghambat sirkulasi

darah dan meningkatkan tahanan vaskuler sehingga menyebabkan hipertensi.


5

Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua organ dan akhirnya

akan memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Selain itu penurunan

tekanan darah dapat mencegah demensia dan penurunan kognitif pada usia

lanjut. Perubahan utama organ yang terjadi akibat hipertensi yaitu jantung

berupa komplikasi seperti infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.

Sedangkan pada ginjal dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus sehingga darah

akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan

berlanjut menjadi hipoksis dan kematian. Pada otak komplikasinya berupa

stroke dan serangan iskemik (Gunawan, 2001).

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan cara farmakologis dan non

farmakologis. Cara farmakologis yaitu dengan obat-obat anti hipertensi dan

secara non farmakologis yaitu dengan cara modifikasi gaya hidup atau bisa

juga kombinasi dari keduanya atau dengan terapi yang memberikan manfaat

relaksasi kepada tubuh (Dekker dalam Setya, 2014).

Terapi alternatif komplementer merupakan sebuah kelompok dari

bermacam-macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan atau praktek

dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan

konvensional. Salah satu terapi alternatif yaitu massage atau dikenal dengan

pijat. Terapi pijat yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan

darah sistolik dan diastolik, dapat menurunkan kecemasan dan memberi efek

kondisi yang rileks.


6

Salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan

terapi pijat. Pemijatan dilakukan pada area kaki yang dapat menyebabkan

vasodilatasi pembuluh darah perifer dan efeknya memperlancar aliran darah

balik dari ekstremitas bawah menuju kejantung (Turner, 2005). Sejumlah

studi menunjukkan bahwa terapi pijat yang dilakukan secara teratur dapat

menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar hormon

stres kortisol, menurunkan kecemasan sehingga tekanan darah akan turun dan

fungsi tubuh semakin membaik (Tarigan dalam Ayunani, 2012). Penelitian

Holand dan Pokorny pada tahun 2001 menyatakan intervensi pijat (massage)

kepada pasien yang berada diruang rehabilitasi memberi efek berupa

menghilangkan kecemasan, rasa tenang dan kondisi yang rileks. Massage

akan dikombinasikan dengan minyak esensial lavender.

Kombinasi minyak esensial lavender dipilih, karena minyak esensial

lavender sangat digemari dan paling umum digunakan untuk massage karena

kandungan linalool dan linalyl acetate dapat memberikan efek relaksasi bagi

saraf dan otot-otot yang tegang saat beraktifitas (Setya, 2014). Kemudian

kandungan aldehid yang bersifat iritatif bagi kulit hanya 2% serta tidak

bersifat toksik dan kandungan ester pada bunga lavender bekerja dengan

lembut dikulit dan memberikan efek menenangkan (Price dalam

Koensoemardiyah, 2009).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada tanggal 3 Februari 2017,

dari 216 orang lansia, dilakukan wawancara kepada 10 orang lansia di Jorong

Bungo Tanjung wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan Kabupaten


7

Dharmasraya, keluhan yang biasa dialami lansia antara lain pusing dan setelah

diperiksa tekanan darahnya meningkat antara 140/90 mmHg – 180/90 mmHg.

Dari 10 orang lansia yang mengalami hipertensi, 7 orang lansia

mengatakan solusi yang dilakukan selama ini hanya minum obat-obatan

kimia dan 3 orang lansia mengatakan telah mencoba beberapa pengobatan

tradisional seperti mengkonsumsi jus tertentu, tetapi rasa jus tersebut tidak

enak. Dari hasil wawancara diatas, 70% lansia yang menderita hipertensi

mengkonsumsi obat farmakologi, namun mereka belum tahu tentang efek

samping yang dihasilkan obat yang mereka minum terhadap organ tubuh

lainnya, dan mereka juga mengatakan belum pernah mencoba teknik massage

kaki dengan minyak esensial lavender sebagai upaya untuk menurunkan

tekanan darah tinggi yang mereka alami.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti perlu dan tertarik melakukan

penelitian tentang “Efektifitas Massage Kaki dengan Minyak Esensial

Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Medan Tahun 2017”.


8

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Apakah ada efektifitas massage kaki dengan minyak esensial

lavender terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Gunung Medan tahun 2017 ? ”.

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas

massage kaki dengan minyak esensial lavender terhadap penurunan tekanan

darah tinggi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan tahun

2017.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tekanan darah sebelum

dilakukan massage kaki dengan minyak esensial lavender

terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada lansia di wilayah

kerja Puskesmas Gunung Medan tahun 2017.

1.3.2.2 Untuk mengetahui distribusi frekuensi tekanan darah setelah

dilakukan massage kaki dengan minyak esensial lavender terhadap

penurunan tekanan darah tinggi pada lansia di wilayah kerja

Puskesmas Gunung Medan tahun 2017.


9

1.3.2.3 Untuk mengetahui efektifitas massage kaki dengan minyak esensial

lavender terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada lansia di

wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan tahun 2017.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

1.3.1 Bagi Peneliti

Menguji kebenaran suatu teori atau konsep terhadap massage

kaki dengan minyak esensial lavender untuk menurunkan tekanan

darah tinggi.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai literatur bagi institusi dan menjadi

referensi bagi mahasiswa/i Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Dharmas Indonesia dalam proses pembelajaran khususnya mata kuliah

metodologi penelitian dan keperawatan gerontik.

1.3.3 Bagi Responden

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan

ilmu pengetahuan bagi responden serta diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari oleh responden penderita hipertensi untuk menurunkan

tekanan darah tinggi dengan melakukan massage kaki dengan minyak

esensial lavender di wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan tahun

2017.
10

1.3.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai data dasar dan dapat memberikan

sumbangan pikiran untuk peneliti selanjutnya.


11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi hipertensi

Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140

mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat

dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang

terpisah (FKUI, 2001).

Hipertensi berarti tekanan darah didalam pembuluh darah-pembuluh

darah sangat tinggi. Pembuluh darah-pembuluh darah yang dimaksud disini

adalah pembuluh darah-pembuluh darah yang mengangkut darah dari jantung

yang memompa darah ke seluruh jaringan dan organ-organ tubuh. Hipertensi

atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan darah seseorang berada

di atas angka normal yaitu 120/80 mmHg (Susilo, 2011).

Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik

muda maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena

termasuk penyakit yang mematikan. Bahkan, hipertensi tidak dapat secara

langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya

penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat

meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal

(Pudiastuti, 2013).
12

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada

dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).

Pengukuran tekanan darah disajikan dalam bentuk Tekanan Darah

Sistole (TDS) dan Tekanan Darah Diastole (TDD) dalam suatu mmHg.

Tekanan Sistole terbentuk saat jantung memompa dan Tekanan Diastole saat

jantung selesai memompa. Hipertensi atau dikalangan awam dikenal sebagai

Tekanan Darah Tinggi adalah keadaan tekanan darah, bila diukur beberapa

kali, besarnya 140 mmHg atau lebih Sistole dan atau 90 mmHg atau lebih

diastole. Tekanan darah biasanya diukur di lengan saat si pemeriksa dalam

keadaan duduk rileks (Santoso, 2016).

2.1.2 Etiologi Hipertensi

Hipertensi disebabkan berbagai faktor yang sangat mempengaruhi satu

sama lain. Kondisi masing-masing orang tidak sama sehingga faktor penyebab

hipertensi pada setiap orang sangat berlainan.

Berikut ini faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi secara

umum (Susilo, 2011).

1. Toksin

Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya dibuang

karena bersifat racun. Dalam keadaan biasa, hati kita mengeluarkan sisa-

sisa pembuangan melalui saluran usus dan kulit. Sementara ginjal


13

mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran kencing atau kantong

kencing.

Apabila hati dan ginjal kita terluka atau terbebani, maka fungsi

pembersihan toksin yang biasa dilakukan menjadi tidak dapat dilakukan.

Akibatnya toksin didalam tubuh kita akan menyebar kedalam darah. Darah

yang mengandung toksin tersebut jika tidak dapat dihilangkan atau

dinetralisir akan menyebabkan kematian.

Naluri daya tahan manusia telah menyesuaikan diri dengan cara-cara

lain yang mengagumkan. Daya tahan endokrin akan membawa toksin

supaya toksin tersebut dapat dibersihkan melalui organ-organ pengeluaran

lain seperti kelenjar gondok yang akan memaksa pembersihan toksin

melalui sel-sel membrane mucs yang berasal dari endothelial dan

menyebabkan mikositis.

Kelenjar adrenal akan memaksa ginjal memperkuat fungsi

penyaringan sehingga dapat merusak ginjal. Tekanan darah juga dapat

meningkat dan menyebabkan serangan penyakit jantung atau berpengaruh

buruk terhadap sistem penyebaran lainnya.

2. Faktor Genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan

orang tua hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita

hipertensi.
14

3. Umur

Insiden hipertensi makin meningkat dengan bertambahnya usia. Ini

sering disebabkan oleh perubahan alamiah didalam tubuh yang

mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon (Tambayong, 2000).

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60 tahun,

50-60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90

mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang

yang bertambah usianya.

Bukan berarti kita harus takut dengan bertambahnya umur. Proses

menua adalah hal alami yang tidak bisa kita hindari. Namun, menjadi tua

dengan tetap sehat adalah hal yang bisa kita usahakan sejak dini. Kesehatan

adalah anugerah yang paling berharga bagi kehidupan kita selain iman.

Oleh karena itu jaga dana rawatlah baik-baik kesehatan kita (Susilo, 2011).

4. Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang

berbeda. Laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi menderita hipertensi

lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko yang lebih besar terhadap

morbiditas dan mortalitas ksrdiovaskuler. Sedangkan pada perempuan,

biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika mereka sudah berumur

diatas 50 tahun.
15

5. Etnis

Setiap etnis memiliki kekhasan masing-masing yang menjadi ciri

khas dan pembeda satu dengan lainnya. Hipertensi lebih banyak terjadi

pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Belum diketahui

secara pasti penyebabnya, tetapi pada orang kulit hitam ditemukan kadar

renin yang lebih rendah dan sensitivitas terhadap vasopresin yang lebih

besar.

6. Stres

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah

jantung sehingga akan menstimulasi aktifitas saraf simpatetik. Adapun

stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi dan

karakteristik personal.

Stres merupakan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap

setiap tuntutan beban atasnya. Terdapat beberapa jenis penyakit yang

berhubungan dengan stres yang dialami seseorang, diantaranya hipertensi

atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan

diastolik lebih dari 80 mmHg.

Stres yang dialami seseorang akan membangkitkan saraf simpatis

yang akan memicu kerja jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan

darah.

7. Kegemukan (Obesitas)

Kegemukan (obesitas) merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah satunya


16

hipertensi. Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara

berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun

normotensi. Adapun yang sangat mempengaruhi tekanan darah adalah

kegemukan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada

bagian perut atau kegemukan terpusat (obesitas sentral).

8. Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer.

Asupan garam tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari

hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan

tekanan darah. Asupan garam tinggi dapat menimbulkan perubahan

tekanan darah yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram per hari atau

jika dikonversi ke dalam takaran sendok makan adalah lebih dari 2 sendok

makan. Bukan berarti kita makan garam 2 sendok makan setiap hari tetapi

garam tersebut terdapat dalam makanan-makanan asin atau gurih yang kita

makan setiap hari.

9. Merokok

Penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu

faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi.

10. Narkoba dan Alkohol

Mengkonsumsi narkoba dan alkohol berlebihan jelas tidak sehat.

Komponen-komponen zat adiktif dalam narkoba dan alkohol akan memicu

peningkatan tekanan darah.


17

11. Kafein

Menikmati kopi dan teh memang sangat enak dan nikmat. Apalagi

kalau dilakukan di acara ngobrol bersama teman-teman. Namun, kita harus

mewaspadai bahaya kafein. Kopi adalah bahan minuman yang banyak

mengandung kafein. Demikian pula dengan teh walaupun kandungannya

tidak sebanyak pada kopi.

Ini bukan berarti kita tidak boleh minum kopi dan teh. Akan tetapi,

bijaksanalah dengan kadar kafein yang kita konsumsi.

12. Kurang Olahraga

Zaman modern seperti sekarang ini, banyak kegiatan yang dapat

dilakukan dengan cara cepat dan praktis. Manusiapun cenderung mencari

segala sesuatu yang mudah dan praktis sehingga secara otomatis tubuh

tidak banyak bergerak.

Selain itu, dengan kesibukan yang luar biasa, manusiapun merasa

tidak punya waktu luang untuk berolahraga. Akibatnya, kita menjadi

kurang gerak dan kurang olahraga. Kondisi inilah yang memicu kolesterol

tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus menguat sehingga

memunculkan hipertensi.

13. Kolesterol tinggi

Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan

timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat

membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan

meningkat.
18

2.1.3 Patofisiologi

Menurut Smeltzer (2001), mekanisme yang mengontrol konstriksi dan

relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak.

Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah

ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di

toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk

impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan

merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepineprin mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yan dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke

ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.


19

Sebagai pertimbangan gerontologist dimana terjadi perubahan struktural

dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta

dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yan dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan

curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Oktavianus, 2014).

2.1.4 Jenis Hipertensi

Menurut Oktavianus (2014), berdasarkan penyebab hipertensi ada dua

jenis, yaitu hipertensi primer/essensial dan hipertensi sekunder.

1. Hipertensi primer/utama/essensial

Hipertensi primer merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak

diketahui, biasanya berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.

Hipertensi utama (primary hypertension) adalah suatu kondisi yang

jauh lebih sering dan meliputi 95% dari hipertensi. Penyebab dari

hipertensi utama adalah berbagai faktor yang memiliki efek-efek

kombinasinya sehingga menyebabkan hipertensi. Pada hipertensi

sekunder, yang meliputi 5% dari hipertensi disebabkan oleh suatu kelainan

spesifik pada salah satu organ atau sistem tubuh (Susilo, 2011).
20

Hampir 30 % kasus hipertensi utama diakibatkan oleh faktor-faktor

genetik. Biasanya pasien-pasien hipertensi utama mempunyai suatu

kelainan dalam pembuluh darahnya, seperti kekakuan atau kehilangan

kelenturan pada jantung (peripheral arteries atau arterioles). Pembuluh

darah-pembuluh darah kecil tersebut mensuplai darah yang mengandung

oksigen dan nutrisi-nutrisi pada seluruh jaringan tubuh. Mereka

dihubungkan oleh kapiler-kapiler didalam jaringan dengan vena-vena (the

venous system), yang membalikkan darah ke jantung dan paru-paru.

Apa yang membuat pembuluh darah peripheral menjadi kaku

belum diketahui secara pasti. Namun peningkatan kekakuan dari

peripheral arteriolar ini hadir pada individu-individu yang hipertensi

utamanya dihubungkan dengan faktor-faktor genetik, kegemukan dan

umur yang menua.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui secara pasti, seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit

ginjal.

Tipe dari hipertensi sekunder (secondary hypertension) ini disebut

hipertensi ginjal/renal karena adanya suatu persoalan dalam didalam

ginjal. Satu penyebab penting dari hipertensi ginjal adalah penyempitan

(stenosis) pembuluh darah yang mensuplai darah ke ginjal-ginjal

(pembuluh darah ginjal atau renal artery) (Susilo, 2011).


21

Pada individu-individu lebih muda, terutama perempuan,

penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh suatu penebalan otot

dinding pembuluh darah yang menuju ke ginjal (fibromuscular

hyperplasia). Pada individu-individu yang lebih tua, penyempitan

pembuluh darah umumnya disebabkan oleh plak-plak yang mengandung

lemak (atherosclerotic) yang mengeras dan menghalangi pembuluh darah

ginjal. Penyempitan pembuluh darah ginjal akan merusak dan atau

mengganggu sirkulasi darah ke ginjal yang dipengaruhinya. Kehilangan

darah ini kemudian akan menstimulasi ginjal untuk memproduksi hormon-

hormon, rennin, dan angiotensin. Hormon-hormon ini, bersama-sama

dengan aldosterone dari kelenjar adrenal, menyebabkan suatu

penyempitan dan meningkatkan kekakuan (resisten) pada pembuluh darah

sekeliling (peripheral arteries) seluruh tubuh berakibat pada hipertensi.

2.1.5 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi ditetapkan oleh JNC VII (The Seventh Report of The

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evalution and Treatment

of Hight Blood Pressure) yang telah disepakati oleh WHO, (Susilo, 2011)

sebagai berikut :
22

Tabel 2.1.5.1 Klasifikasi pengukuran tekanan darah


Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-159 90-99
Hipertensi stage II >160 >100

Sumber : Susilo, 2011

Untuk orang yang berusia 40-70 tahun setiap kenaikan inkremental

sebesar 20 mmHg tekanan darah sistole atau 10 mmHg diastole akan

meningkatkan risiko serangan kardiovaskuler dua kali lipat disepanjang

rentang TD antara 115/75 mmHg sampai 185/115 mmHg. Sebaliknya suatu

penurunan tekanan darah darah diastole sebesar 2 mmHg pada hipertensi akan

menghasilkan penurunan risiko terjadinya stroke sebesar 15%.

2.1.6 Gejala Klinis Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala yang

khusus. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul

gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan

menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung

dan ginjal.

Kadang-kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan

kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini

disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan penanganan segera. Apabila


23

tidak ditangani keadaannya akan semakin parah dan dapat memicu kematian.

Oleh karena itu deteksi dini terhadap hipertensi sangat penting. Dapat

mencegah dan mengantisipasinya dengan cara rutin memeriksa tekanan darah

(Susilo, 2011).

Meskipun beberapa orang dengan hipertensi tahap awal mungkin

mengalami “dull headaches”, pusing atau beberapa lagi mimisan, tanda dan

gejala ini biasanya tidak muncul sampai hipertensi mencapai tahap yang berat

bahkan tingkat yang mengancam nyawa.

Secara umum orang dengan hipertensi terlihat sehat dan sebagian besar

tidak menimbulkan gejala (Oktavianus, 2014). Tapi ada pula gejala awal yang

mungkin timbul dari hipertensi yaitu :

 Sakit kepala

 Perdarahan dari hidung

 Pusing

 Wajah kemerahan

 Kelelahan

Menurut Dalyoko (2010), selain itu gejala yang dapat diamati antara lain :

 Sering gelisah

 Tengkuk terasa pegal

 Mudah marah

 Telinga berdengung

 Sukar tidur
24

 Sesak nafas

 Mata berkunang-kunang

2.1.7 Cara Mengukur Tekanan Darah

Tekanan darah umumnya diukur dengan alat yang disebut

sphygmomanometer terdiri dari sebuah pompa, sebuah pengukur tekanan darah

dan sebuah manset dari karet. Alat ini mengukur tekanan darah dalam unit yang

disebut millimeter air raksa (mmHg).

Manset ditaruh mengelilingi lengan atas dan dipompa dengan sebuah

pompa udara sampai dengan tekanan yang menghalangi aliran darah di

pembuluh darah utama (brachial artery) yang berjalan melalui lengan. Lengan

kemudian diletakkan disamping badan pada posisi lebih tinggi dari jantung dan

tekanan dari manset pada lengan dilepaskan secara berangsur-angsur.

Ketika tekanan didalam manset berkurang, seorang perawat mendengar

dengan stetoskop melalui pembuluh darah pada bagian depan dari sikut.

Tekanan pada bagian dimana perawat pertama kali mendengar denyutan dari

pembuluh darah disebut tekanan sistolik (angka yang diatas). Ketika tekanan

manset berkurang lebih jauh, tekanan pada denyutan akhirnya berhenti, disebut

tekanan diastolic (angka yang dibawah) (Susilo, 2011).


25

2.1.8 Komplikasi

Menurut Oktavianus (2014), komplikasi hipertensi antara lain :

1. Organ Jantung

Kompensasi jantung terhadap kerja yang keras akibat hipertensi berupa

penebalan pada otot jantung kiri. Kondisi ini akan memperkecil rongga

jantung untuk memompa, sehingga jantung akan semakin membutuhkan

energi yang besar. Kondisi ini disertai dengan adanya gangguan pembuluh

darah jantung sendiri (koroner) akan menimbulkan kekurangan oksigen dari

otot jantung dan berakibat rasa nyeri. Apabila kondisi dibiarkan terus menerus

akan menyebabkan kegagalan jantung untuk memompa dan menimbulkan

kematian.

2. Sistem Saraf

Gangguan dari sistem saraf terjadi pada sistem retina (mata bagian dalam)

dan sistem saraf pusat (otak). Didalam retina terdapat pembuluh-pembuluh

darah tipis yang akan menjadi lebar saat terjadi hipertensi, dan memungkinkan

terjadinya pecah pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan pada

organ penglihatan.

3. Sistem Ginjal

Hipertensi yang berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan dari

pembuluh darah pada organ ginjal, sehingga fungsi ginjal sebagai pembuang

zat-zat racun bagi tubuh tidak berfungsi dengan baik. Akibat dari gagalnya

sistem ginjal akan terjadi penumpukan zat yang berbahaya bagi tubuh yang

dapat merusak organ tubuh lain terutama otak.


26

2.1.9 Pencegahan Hipertensi

Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan

pencegahan yang baik antara lain dengan cara sebagai berikut.

1. Mengurangi konsumsi garam

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr

garam dapur untuk diet setiap hari.

2. Menghindari kegemukan (obesitas)

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan

normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan

lebih 10% dari berat badan normal.

3. Membatasi konsumsi lemak

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah

tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat

mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh

darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan

menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan

demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung

memperparah hipertensi.

4. Olahraga teratur

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap atau

menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang

dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh

(latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik


27

sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti

gulat atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat

menimbulkan hipertensi.

5. Makan banyak buah dan sayuran segar

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.

Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu

menurunkan tekanan darah.

6. Tidak merokok dan minum alkohol

Kurangi minum minuman beralkohol. Jika menderita tekanan darah

tinggi, sebaiknya hindari konsumsi alkohol secara berlebihan (Susilo,

2011).

7. Latihan relaksasi atau meditasi

Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau

ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan

mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai,

indah dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan

mendengarkan music atau bernyanyi.

8. Berusaha membina hidup yang positif

Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan,

tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban

stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar

sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit

kepala, suka marah tidak bisa tidur ataupun timbul hipertensi. Agar
28

terhindar dari efek negatif tersebut, orang harus berusaha membina hidup

yang positif (Gunawan, 2001).

2.1.10 Penatalaksanaan Hipertensi

Hipertensi dapat dikendalikan dengan terapi farmakologi atau non

farmakologi. Semua pasien tanpa memperhatikan apakah terapi dengan obat

dibutuhkan, sebaiknya dipertimbangkan juga untuk terapi tanpa obat, caranya

antara lain mengendalikan berat badan pembatasan asupan garam (sodium/Na)

dan lemak jenuh ke dalam tubuh, menjaga kondisi tubuh agar tetap rileks (tidak

stres) dan olahraga teratur, serta meninggalkan kebiasaan merokok dan minum

alkohol.

1. Terapi Farmakologi

Pengobatan farmakologi atau pengobatan modern merupakan

pengobatan yang menggunakan obat-obatan kimia. Biasanya pengobatan

modern dengan obat-obat kimia ini ditangani dan diawasi oleh dokter

setelah pasien penderita hipertensi menjalankai serangkaian proses

pemeriksaan. Tujuannya tentu saja untuk mendiagnosis tingkat keparahan

hipertensinya dan menentukan jenis obat yang paling tepat untuk pasien

yang bersangkutan. Itulah sebabnya, pasien dilarang mengkonsumsi obat-

obatan penurun hipertensi tanpa pengawasan dokter karena khawatir akan

terjadinya komplikasi kalau penderita tersebut ternyata juga mengidap

penyakit lain.
29

Beberapa jenis obat yang biasanya untuk mengatasi hipertensi (Susilo,

2011), antara lain :

a. Diuretik Tiazide

Obat ini merupakan obat pertama yang diberikan untuk

mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan

air, yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga

menurunkan tekanan darah.

b. Penghambat Adrenergik

Sekelompok obat yang terdiri dari alfablocker, beta-blocker dan

alfa-beta-blocker labetalol yang menghambat efek sistem saraf

simpatis. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera

akan memberikan respon terhadap stres dengan cara meningkatkan

tekanan darah.

c. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-Inhibitor)

Obat jenis ini menyebabkan penurunan tekanan darah dengan

cara melebarkan pembuluh darah. Obat ini efektif diberikan kepada

orang berkulit putih, penderita hipertensi usia muda, penderita gagal

jantung,penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan

oleh penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik, pria yang

menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.

d. Angiotensin -II-Blocker

Obat jenis ini menyebabkan penurunan tekanan darah dengan

suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-Inhibitor.


30

e. Antagonis Kalsium

Pemberian obat ini kepada penderita hipertensi akan

menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang

benar-benar berbeda. Obat ini sangat efektif diberikan kepada orang-

orang kulit hitam, penderita lanjut usia, penderita angina pectoris

(nyeri dada), denyut jantung yang cepat dan migren.

f. Vasodilator

Obat ini langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.

Obat dari golongan ini hampir selalu digumakan sebagai tambahan

terhadap obat anti-hipertensi lainnya.

g. Obat-obat lainnya

Obat-obat hipertensi lainnya adalah jenis obat-obat tertentu yang

digunakan dalam kondisi khusus. Misalnya pada hipertensi maligna

yang membutuhkan obat penurun tekanan darah dengan segera.

2. Terapi Non Farmakologi

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi

ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat

(Oktavianus, 2014), Meliputi :

a) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr`

2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh


31

3. Penurunan berat badan

4. Penurunan asupan etanol

5. Menghentikan merokok

b) Latihan fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang

mempunyai empat prinsip, yaitu :

1. Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

berenang dan lain-lain.

2. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas

aerobic atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona

latihan.

3. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona

latihan.

4. Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik 5 x

perminggu.

c) Edukasi Psikologi

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi

meliputi :

1. Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh

yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan


32

biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik

seperti kecemasan dan ketegangan.

2. Teknik Relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan

untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara

melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam

tubuh menjadi rileks, contohnya adalah massage atau pijat.

3. Pendidikan kesehatan (Penyuluhan)

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan

pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya

dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2.2 Konsep Lanjut Usia

2.2.1 Definisi Lanjut Usia

Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini

berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individual (Hawari, 2001).

Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi disepanjang hidup,

tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang yang
33

berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu anak, dewasa dan

tua (Nasrullah, 2016).

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Artinawati, 2014).

2.2.2 Batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya

berkisar antara 60-65 tahun (Nasrullah, 2016).

Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah sebagai berikut.

1. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

2. Menurut Bee tahapan masa dewasa (Padila, 2013), antara lain :

a. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)

b. Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun)

c. Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun)

d. Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)

e. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)


34

3. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Guru Besar Universitas

Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodesasi biologis perkembangan

manusia dibagi menjadi :

a. Masa bayi (usia 0-1 tahun)

b. Masa prasekolah (usia 1-6 tahun)

c. Masa sekolah (usia 6-10 tahun)

d. Masa pubertas (usia 10-20 tahun)

e. Masa setengah umur, prasenium (usia 40-65 tahun)

f. Masa lanjut usia, senium (usia > 65 tahun)

4. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog dari Universitas Indonesia), lanjut

usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi

empat bagian, yaitu :

a. Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun

b. Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun

c. Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun

d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia

5. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia ada dua tahap

a. Early old age (usia 60-70 tahun)

b. Advanced old age (usia >70 tahun)

6. Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagai berikut

a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa virilitas

b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium

c. Kelompok usia lanjut (kurang dari 65 tahun)


35

7. Menurut sumber lain mengemukakan

a. Elderly (usia 60-65 tahun)

b. Junior old age (usia > 65-75 tahun)

c. Formal old age (usia > 75-90 tahun)

d. Longevity old age (usia > 90-120 tahun)

Dari uraian diatas mengenai batasan umur lansia menurut beberapa ahli,

dapat disimpulkan bahwa yang dikatakan lansia adalah orang yang berumur 55

tahun keatas.

Hal ini dipertegas dalam UU No.4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai

berikut “seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia

setelah yang bersangkutan mempunyai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau

tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan sehari-hari dan menerima

nafkah dari orang lain” (Setya, 2014).

2.2.3 Teori Proses Menua

Beberapa teori proses penuaan menurut (Potter dalam Artinawati,2014),

yaitu :

1. Teori biologis terdiri dari :

a. Teori radikal bebas

 Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan

bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan

ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein,

mengubah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi


36

dalam lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi

permeabilitasnya atau dapat berikatan dengan dengan organ sel.

 Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal

bebas terbesar, secara spesifik oksidasi lemak, protein dan

karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas.

Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas.

Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan oleh karena

terjadinya akumulasi kerusakan ireversibel akibat senyawa

pengoksidasi ini.

b. Teori cross link

 Teori cross link atau jaringan ikat menyatakan bahwa molekul

kolagen dan elastis, komponen jaringan ikat, membentuk senyawa

yang lama meningkatkan rigiditas sel, cross linkage diperkirakan

akibat reaksi kimia yang menimbulkan senyawa antara molekul-

molekul yang normalnya terpisah. Saat serat kolagen yang

awalnya di deosit dalam jaringan otot polos, molekul ini menjadi

renggang berikatan dan jaringan menjadi fleksibel. Seiring

berjalannya waktu, bagaimanapun sisi aktif pada molekul kolagen

yang berdekatan mengakibatkan molekul lebih berikatan erat,

sehingga jaringan menjadi lebih. Kulit yang menua merupakan

contoh cross linkage elastin. Contoh cross linkage jaringan ikat


37

terkait usia meliputi penurunan kekuatan daya rentang dinding

arteri, tanggalnya gigi, tendon kering dan berserat.

c. Teori imunologis

 Beberapa teori menyatakan bahwa penurunan atau perubahan

dalam keefektifan sistem imun berperan dalam penuaan.

Mekansme seluler tidak teratur diperkirakan menyebabkan

serangan pada jaringan tubuh melalui autoagresi atau

immunodefesiensi (penurunan imun). Tubuh kehilangan

kemampuan untuk membedakan proteinnya sendiri dengan protein

asing, sistem imun menyerang dan menghancurkan jaringannya

sendiri pada kecepatan yang meningkat secara bertahap. Dengan

bertambahnya usia, kemampuan sistem imun untuk

menghancurkan bakteri virus dan jamur melemah. Bahkan sistem

ini mungkin tidak memulai serangannya sehingga sel mutasi

terbentuk beberapa kali. Semakin bertambahnya usia, fungsi

sistem imun kehilangan keefektifan, imunodefesiensi berhubungan

dengan penurunan fungsi.

2. Teori Psikososial terdiri dari :

a. Teori Disengagement

 Teori ini menyatakan bahwa orang yang menua menarik diri dari

peran yang biasanya dan terikat pada aktifitas yang lebih


38

introspeksi diri sendiri. Teori ini meliputi empat konsep dasar

(Maddox, 1974) :

1. Individu yang menua dan masyarakat secara bersama menarik

diri.

2. Disengagement adalah intrinsic dan tidak dapat dielakkan baik

secara biologis dan psikologis.

3. Disengagement dianggap perlu untuk keberhasilan penuaan.

4. Disengagement bermanfaat baik bagi lansia dan masyarakat.

b. Teori aktifitas

Teori aktifitas tidak menyetujui teori disengagement dan

menegaskan bahwa kelanjutan aktifitas dewasa tengah penting untuk

keberhasilan penuaan. Kerja klasik oleh Lemon et.al (1972)

mengusulkan bahwa orang tua yang aktif secara sosial lebih

cenderung menyesuaikan diri terhadap penuaan yang baik. Penelitian

setelah itu telah menunjukkan bahwa lansia dengan keterlibatan

sosial yang lebih besar memiliki semangat dan kepuasan hidup yang

tinggi, penyesuaian serta kesehatan mental yang lebih positif

daripada lansia yang kurang terlibat secara sosial.

Akan tetapi beberapa pendapat mengemukakan bahwa penuaan

terlalu kompleks untuk dikarakteristikan dalam cara sederhana

tersebut. Mereka beralasan bahwa teori ini mengasumsi lansia

memiliki kebutuhan yang sama seperti dewasa tengah, selain itu teori

ini tidak menunjukkan dampak perubahan biopsikososial atau adanya


39

kehilangan kemampuan yang multiple pada lansia untuk melanjutkan

aktifitas.

c. Teori kontinuitas

Teori kintinuitas atau teori perkembangan (Neugarten, 1964)

menyatakan bahwa kepribadian tetap sama dan perilaku menjadi

lebih mudah diprediksi seiring penuaan. Kepribadian dan pola

prilaku yang berkembang sepanjang kehidupan menentukan derajat

keterikatan dan aktifitas pada masa lansia. Berdasarkan teori,

kepribadian merupakan faktor kritis dalam menentukan hubungan

antara aktifitas peran sebagai teori yang menjanjikan karena teori ini

menunjukkan kompleksitas proses penuaan dan kemampuan adaftif

seseorang. Beberapa pendapat bahwa teori ini terlalu sederhana dan

tidak mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi

respons seseorang terhadap proses penuaan. Teori ini juga

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang

lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe kepribadian yang dimiliki

(Artinawati, 2014).
40

2.2.4 Perubahan Akibat Proses Menua

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial dan

psikologis.

1. Perubahan Fisik

a. Perubahan pada sel

 Jumlah sel menurun/lebih sedikit

 Ukuran sel lebih besar

 Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang

 Proporsi protein diotak, otot ginjal, darah dan hati menurun

 Jumlah sel otak menurun

 Mekanisme perbaikan sel terganggu

 Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

 Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

b. Sistem pernafasan

 Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta

lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan dengan stres.

 Defisit memori

 Kurang sensitif terhadap sentuhan

 Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga

menyebabkan berkurangnya respon motorik dan reflex


41

c. Sistem pendengaran

 Gangguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran pada telinga

dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara

yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia

diatas umur 65 tahun.

 Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan aterosklerosis

 Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya keratin

 Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang

mengalami ketegangan/stres

 Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau

rendah, bisa terus menerus atau intermitten)

 Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau

berputar)

d. Sistem penglihatan

 Respon terhadap sinar menurun

 Adaptasi terhadap gelap menurun

 Akomodasi menurun

 Lapang pandang menurun

 Katarak
42

e. Sistem kardiovaskuler

 Katup jantung menebal dan kaku

 Kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi

dan volume)

 Elastisitas pembuluh darah menurun

 Meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan

darah meningkat

f. Sistem pengaturan suhu tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai

suatu thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran

terjadi pada berbagai faktor yang mempengaruhinya, yang sering

ditemui antara lain :

 Temperatur tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologis ± 35°C

ini akibat metabolisme yang menurun

 Pada kondisi ini,lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat

pula menggigil, pucat dan gelisah

 Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktifitas otot

g. Sistem respirasi

 Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas

paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga ,menarik

nafas lebih berat.


43

 Alveoli melebar dan jumlahnya menurun

 Kemampuan batuk menurun

 Penyempitan pada bronkus

h. Sistem pencernaan

 Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa

terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan

gigi dan gizi yang buruk

 Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lender yang

kronis, atrofi indra pengecap (±80%),hilangnya sensitivitas saraf

pengecap dilidah, terutama rasa manis dan asin

 Esophagus melebar

 Rasa lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu

pengosongan lambung menurun

 Peristaltik melemah dan biasa timbul konstipasi

 Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu, terutama

karbohidrat)

 Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran

darah berkurang

i. Sistem reproduksi wanita

 Vagina mengalami kontraktur dan mengecil

 Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi

 Atrofi payudara
44

 Atrofi vulva

 Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi

berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna

j. Sistem reproduksi pada pria

 Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada

penurunan secara berangsur-angsur

 Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal

kondisi kesehatannya baik,yaitu :

o Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia

o Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan

kemampuan seksual

o Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah

o Sebanyak ± 75% pria usila diatas 65 tahun mengalami

pembesaran prostat

k. Sistem genitourinaria

 Ginjal : mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di

glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga

kemampuan mengonsentrasi urin ikut menurun

 Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun dan

resistensi urin

 Prostat : hipertrofi pada 75% lansia

 Vagina : selaput lender mongering dan sekresi menurun


45

l. Sistem endokrin

Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia

yang memproduksi hormon. Hormon berperan sangat penting dalam

pertumbuhan, pematangan pemeliharaan dan metabolisme organ

tubuh. Dimana lansia akan mengalami penurunan produksi hormon.

m. Sistem integumen

 Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis

 Rambut dalam hidung dan telinga menebal

 Elastisitas menurun

 Vaskularisasi menurun

 Kuku keras dan rapuh

 Kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk

n. Sistem musculoskeletal

 Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis)

 Bungkuk (kifosis)

 Persendian membesar dan menjadi kaku

 Kram, tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosis

o. Belajar dan memori

 Kemampuan belajar masih ada tetapi relative menurun. Memori

(daya ingat) menurun karena proses encoding menurun

 Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari

yang lalu dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka


46

pendek atau seketika (0-10 ,menit), kenangan buruk (bisa kearah

demensia)

p. Intelegentia Quation (IQ)

IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan

verbal. Penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor

berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena

tekanan faktor waktu.

2. Perubahan Sosial

a. Peran : post power syndrome, single woman dan single parent

b. Keluarga : kesendirian, kehampaan

c. Teman : ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul

perasaan kapan akan meninggal, berada dirumah terus-menerus akan

cepat pikun (tidak berkembang)

d. Abuse : kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan non

verbal (dicubit, tidak diberi makan)

e. Masalah hokum : berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan

pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda

f. Pensiun : kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana

pensiun), kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang

g. Ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang

cocok bagi lansia dan income security

h. Rekreasi : untuk ketenangan bathin


47

i. Keamanan : jatuh, terpeleset

j. Transportasi : kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagi

lansia

k. Politik : kesempatan yang sama untuk terlibat dan

memberikan masukan dalam sistem politik yang berlaku

l. Pendidikan : berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan

kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia

m. Agama : melaksanakan ibadah

n. Panti jompo : merasa dibuang/diasingkan

3. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,

frustasi kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi

kematian, perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.

4. Perkembangan Spiritual

a. Agama/ kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,

1970)

b. Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini

terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari (Murray, 1970)

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),

universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah


48

berfikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan

keadilan

2.3 Massage Kaki dengan Minyak Esensial Lavender

2.3.1 Definisi Massage

Massage kaki merupakan salah satu cara perawatan tubuh dengan

menggunakan kedua tangan pada bagian telapak kaki maupun jari-jari kaki.

Massage berarti penekanan secara pelan. Di Indonesia lebih dikenal dengan

istilah pijat. Massage akan dikombinasikan dengan minyak esensial lavender

(Jaelani, 2009).

Pijat merupakan terapi alternatif yang dipercaya dapat mengolah aliran

energi dalam tubuh sehingga kondisi tubuh dapat diperbaiki, bahkan meningkat

(Padila, 2013).

Menurut seorang ahli pjiat, terdapat dua belas jalur energi kehidupan

yang mengalir disepanjang tubuh. Dengan memijat titik-titik tekanan pada

jalur-jalur tangan dan kaki, aliran energi keseluruh tubuh dapat dirangsang dan

ketidakseimbangan apapun dapat diperbaiki (Padila, 2013).

2.3.2 Manfaat Massage

Massage atau pijat mempunyai manfaat dan pengaruh terhadap tubuh

seperti melancarkan peredaran darah (Margono, 2015). Metrotvnews.com oleh

Retno : Dalam beberapa kondisi, pijat bisa menjadi cara yang ampuh untuk

mengembalikan tubuh yang sehat dan bugar. Salah satunya untuk mengusir
49

pega-pegal. Pijat juga memiliki beberapa macam manfaat bagi kesehatan.

Seperti yang dikutip dari Allwomenstalk (Padila, 2013) berikut ini diantaranya :

1. Pijat mempengaruhi jaringan tubuh untuk memperluas kapiler dan

kapiler cadangan, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

aliran darah ke jaringan dan organ, meningkatkan proses reduksi

oksidasi, memfasilitasi jantung dan berkontribusi darah dalam

tubuh.

2. Pijat membantu memperbaiki sirkulasi dan menurunkan tekanan

darah. Karena sirkulasinya membaik, maka pada gilirannya organ-

organ yang ada didalam tubuh akan berfungsi dan bekerja lebih

baik.

3. Pijat memberikan sedikit peningkatan jumlah trombosit, leukosit,

eritrosit dan hemoglobin tanpa mengganggu keseimbangan asam-

basa.

4. Jika dilakukan secara tepat, pijat dapat memengaruhi sistem saraf

perifer, meningkatkan rangsangan dan konduksi impuls saraf,

melemahkan dan menghentikan rasa sakit dengan mempercepat

proses pemulihan saraf yang cedera.

5. Pijat mempercepat aliran getah bening yang meningkatkan gizi

jaringan , mengurangi statis pada sendi serta pada organ dan

jaringan lain.

6. Pijat memiliki efek fisiologis yang beragam terhadap kulit dan

fungsinya, seperti membersihkan saluran keringat, kelenjar


50

sebaceous, meningkatkan fungsi sekresi, ekskresi dan pernafasan

kulit.

7. Pijat bisa membuat otot menjadi fleksibel, meningkatkan fungsi

kontraktil yang mempercepat keluarnya metabolit yang merupakan

hasil dari metabolisme.

8. Pijat membantu mengeluarkan cairan yang terdapat didalam otot-

otot dan memulihkan keadaan normal.

Massage kaki memiliki manfaat memperlancar peredaran darah dan getah

bening. Massage akan mempengaruhi kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi

keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh

getah bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan sisa-sisa

metabolik semakin lancar sehingga memacu hormon endorphin yang berfungsi

memberikan rasa nyaman. Selain hal tersebut banyak sekali manfaat massage

kaki bagi peningkatan fungsi-fungsi fisiologis tubuh. Efek kesembuhan secara

holistikpun bisa didapatkan dari massage yaitu menimbulkan relaksasi pada

pikiran, menghilangkan depresi dan perasaan panik dengan meluangkan sedikit

waktu untuk melakukan kontak khusus yang ditimbulkan dari sentuhan

massage (Setya, 2014).


51

2.3.3 Macam-macam Gerakan Massage Kaki

1. Mengusap (Effleurage/strocking)

Effleurage merupakan dasar untuk semua teknik massage yang baik,

untuk memulai dan mengakhiri massage di daerah tertentu, juga dipakai

diantara bentuk-bentuk gerakan massage lainnya (Price dalam Setya, 2014).

Gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan atau bantalan

jari tangan. Gerakan ini dilakukan sesuai dengan peredaran darah menuju

jantung maupun kelenjar-kelenjar getah bening. Manfaat gerakan ini adalah

merelaksasikan otot dan ujung-ujung saraf (Snyder, 2002).

2. Meremas (Petrisage)

Gerakan memijit atau meremas dengan menggunakan telapak tangan

atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan pada area tubuh yang berlemak

dan jaringan otot yang tebal

3. Friction

Gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih dalam

menggunakan jari atau ibu jari. Gerakan ini hanya digunakan pada area

tubuh tertentu yang bertujuan untuk penyembuhan ketegangan otot akibat

asam laktat yang berlebih.

Gerakan friksi ada dua tipe, yaitu :

 Gesekan dengan gerakan terfiksasi (fixed frictions) menggerakkan

struktur yang ada dibawah kulit. Tangan terapis ditekankan dengan

kuat pada kulit klien yang digerakkan pada jaringan di bawahnya

lewat gerakan sirkuler.


52

 Gesekan dengan gerakan meluncur (gliding frictions)

menggerakkan tangan pada permukaan kulit yang sempit dan juga

dapat di sepanjang suatu lintasan yang spesifik (Price, 1997).

4. Menggetar (Vibration)

Gerakan menggetar yang ditimbulkan oleh pangkal lengan dengan

menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan (Snyder, 2002).

5. Memukul (Tapotement/tapotage)

Gerakan menepuk atau memukul dan bersifat merangsang jaringan

otot, dilakukan dengan kedua tangan bergantian. Untuk memperoleh

hentakan tangan yang ringan, tidak sakit pada klien tapi merangsang sesuai

dengan tujuannya, maka diperlukan fleksibilitas pergelangan tangan.

Tapotement tidak boleh dikenakan pada area yang bertulang menonjol

ataupun pada otot yang tegang serta area yang terasa sakit atau nyeri. Variasi

gerakan tapotement, yaitu :

a. Memukul (beating)

b. Mencincang (hacking)

c. Menepuk (clapping)

2.3.4 Gerak (Movement) dan Irama (Rythme)

1. Gerak (movement) teknik massage

Untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan massage maka harus

dipahami dengan bagaimana seseorang melakukan gerakan-gerakan dari tiap

teknik gerakan sesuai dengan tujuan dan area tubuh yang di massage.
53

2. Irama (rythme)

Interval antara gerakan ke gerakan dimana hal tersebut akan sangat

mempengaruhi rangsangan pada bagian tubuh yang di massage maupun

kenyamanan bagi klien itu sendiri. Massage yang baik adalah bila irama

gerakan teratur, stabil serta tidak terlalu cepat ataupun lambat (Jurch, 2009).

3. Durasi

Lamanya suatu terapi massage bergantung pada luasnya tubuh yang

akan dipijat, usia orang yang dipijat, ukuran tubuh dan kadar kepuasan

responden. Rangkaian massage yang dianjurkan berlangsung antara 5-15

menit dengan mempertimbangkan luas daerah yang dipijat saja. Massage

selama 20 menit harus sudah menghasilkan relaksasi yang cukup bagi pasien

(Price, 1997).

2.3.5 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Massage

Untuk mencapai hasil massage yang semaksimal mungkin sesuai tujuan

dan manfaatnya, serta untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

terhadap keselamatan klien maka perlu memperhatikan hal-hal berikut :

1. Cek kontra indikasi seperti tumor (bengkak), colour (hematoma/memar),

dolor (suhu panas tubuh), fraktur, varises, awal kehamilan, penyakit kulit,

jantung, diabetes dan epilepsi.

2. Persyaratan terapis : tidak boleh memelihara kuku jari panjang, tidak

mengenakan perhiasan, kondisi sehat dan melaksanakan sanitasi, menjaga

konsentrasi dan fleksibilitas tangan harus dikuasai selain pengetahuan-


54

pengetahuan dasar yang berkaitan dengan massage. Sikap ramah dan penuh

perhatian sebagai pelayan pada klien.

2.3.6 Tahap Pelaksanaan Massage

Snyder (2002) menyatakan prosedur pelaksanaan massage kaki dapat

dilakukan sebagai berikut :

Intervensi massage diberikan dalam 20 menit selama 3 kali dalam

seminggu. Adapun standar operasional prosedur pelaksanaan massage kaki

sebagai berikut :

1. Identifikasi faktor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang rusuk atau

vertebrata, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka dan

responden tidak mengkonsumsi obat anti-hipertensi.

2. Pada klien yang mempunyai riwayat hipertensi dan disritmia, kaji denyut

nadi dan tekanan darah.

3. Jelaskan prosedur dan posisi yang diinginkan klien.

4. Persiapan bahan dan instrumen massage meliputi lotion atau minyak esensial

lavender, handuk, selimut, stopwatch dan air hangat.

5. Pemberi intervensi mencuci tangan dengan air hangat. Tuang sedikit minyak

esensial lavender di tangan. Gunakan minyak esensial lavender sesuai

kebutuhan (Price, 1997).

6. Klien dapat memposisikan telentang atau duduk di kursi.

7. Seluruh kaki dan daerah pergelangan kaki di gosok dengan minyak esensial

lavender.
55

8. Dengan tegas, membuat gerakan melingkar pada daerah pergelangan kaki

dan di atas daerah ventral seluruh di kaki.

9. Gunakan jari untuk memijat daerah antara tendon pada kaki, mulai dari jari

kaki dan bergerak menuju pergelangan kaki.

10. Gerakan meremas digunakan untuk memijat sisi masing-masing kaki.

11. Pada akhir, memijat kaki, ujung kaki diremas, dengan gerakan melingkar

pada telapak kaki.

12. Gerakan menyapu dari atas dan bawah kaki digunakan untuk

menyimpulkan pijat kaki pertama sebelum pindah ke kaki kedua.

13. Bersihkan kelebihan lubrikan dengan handuk mandi. Bantu klien untuk

merapikan pakaiannya kembali.

14. Bantu klien untuk kembali pada posisi yang nyaman.

15. Letakkan handuk yang kotor pada tempatnya dan cuci tangan.

16. Kaji kembali tekanan darah dan denyut nadi.

17. Catat respon terhadap massage kaki dan kondisi kulit klien.

Menurut Price (1997), langkah-langkah massage kaki sebagai berikut :

1. Letakkan kedua belah telapak tangan kanan pada bagian dorsum kaki pasien

setinggi ibu jari kakinya, lakukan gerakan masase yang kuat pada tungkai

bawah hingga daerah patella. Pisahkan kedua belah tangan dan gerakkan

masing-masing tangan ke sisi lateral serta medial tungkai. Dengan masase

lembut gerakkan kedua tangan lewat kedua sisi tungkai tersebut kebagian

pergelangan kaki. Kemudian pada saat mencapai jari-jari kaki, putar kedua
56

tangan kembali serta siap untuk mengulangi gerakan diatas sebanyak 3 atau

4 kali.

2. Setalah menguasai gerakan ini, satukan dengan gerakan sandwich (posisi

kaki ditengah antara kedua tangan) dalam baagian akhir gerakan. Sisipkan

jari-jari tangan kanan pada sisi telapak kaki yang melengkung (instep) untuk

mencapai plantaris kaki sementara jari-jari tangan yang kiri diputar ke

bagian dorsum kaki menuju pergelangan tangan yang kanan. Lakukan

gerakan masase kearah jari-jari kaki.

3. Pegang kaki pasien dengan kencang dalam posisi sandwich selama 1 atau 2

menit sebelum melanjutkan gerakan berikutnya.

4. Putar kedua belah telapak tangan sehingga jari kaki berada dibawah kaki

pasien dan dengan ibu jari, lakukan gerakan menggosok dengan lembut pada

bagian metatarsal. Gerakan ini harus dilakukan dengan lembut karena daerah

refleksi pada kaki kerapkali sangat sensitif yang disebabkan oleh sirkulasi

limfe atau kondisi bronkus yang jelek.

5. Pindahkan jari-jari tangan kembali ke permukaan anterior kaki pasien dan

gerakkan ke depan ke arah masing-masing maleolus. Dengan jari telunjuk

dan jari tengah masing-masing tangan lakukan gerakan melingkar dengan

tekanan yang kuat dibelakang setiap maleolus. Tekanan dikurangi ketika jari

tangan mencapai bagian depan kaki. Ulangi gerakan melingkar ini beberapa

kali.

6. Putar tangan kedalam posisi untuk gerakan 1 dan ulangi gerakan ini

(bersama-sama dengan gerakan sandwich seperti gerakan 2) beberapa kali.


57

Gerakan masase ini kemudian di akhiri dengan melanjutkan gerakan memijat

sampai anda tidak lagi menyentuh bagian kaki. Begitu pula untuk kaki

bagian kiri.

Massage dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taktil jaringan tubuh

menyebabkan respon neurohumoral yang kompleks dalam The Hypothalamic-

Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui pusat jalur sistem saraf. Stimulus

tersebut didistribusikan otak tengah melalui korteks di otak dan

diinterpretasikan sebagai respon relaksasi (Lawton, 2003).

Adaptasi terhadap stres diatur oleh kapasitas HPA untuk mensekresikan

hormon seperti kortisol dan endorfin yang mengurangi aktifitas sistem saraf

simpatik dan meningkatkan respon sistem saraf parasimpatis. Diperkirakan

bahwa rangsangan taktil dari pijat melawan kelebihan produksi kortisol dengan

mempengaruhi sekresi kortikotropin dalam dapat menurunkan kortisol dan

diinterpretasikan sebagai relaksasi (Remington, 2002). Massage menjadi proses

mediasi untuk pengurangan stres fisiologis dan psikologis pada lansia (Price,

1997).

2.3.7 Minyak Esensial lavender

Minyak esensial lavender paling umum digunakan untuk massage karena

kandungan aldehid bersifat iritatif bagi kulit hanya 2% serta tidak bersifat

toksik. Kandungan ester pada bunga lavender bekerja dengan lembut di kulit

dan memberikan efek menenangkan (Price, 1997). Aroma terapi lavender sudah
58

digunakan juga di Boulder, Colorado, seorang perawat yang menjadi terapis

masase menggunakan minyak lavender pada unit penyakit alzheimer dan

ternyata efektif untuk mengatasi penyakit tersebut sehingga pasien jarang

memerlukan obat tidur untuk mengendalikan pola tidur mereka. Kemudian

minyak esensial lavender juga digunakan untuk penanganan stres.

Stres merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya

hipertensi secara umum. Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah

perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktifitas saraf simpatetik

(Susilo, 2011).

Ada tiga tahap dalam perkembangan respon tubuh terhadap stres, salah

satunya adalah efek permulaan langsung pada tubuh yang terkena suatu stressor

sehingga timbul stadium, terjadinya penghentian sekresi getah pencernaan

untuk sementara waktu dan frekuensi pernafasan dan denyut jantung

meningkat, kemudian oksigen ekstra diangkut ke otak dan otot (untuk

mempersiap kekuatan emosional atau kerja yang keras). Salah satu indikasi

minyak esensial lavender (Lavandula Angustifolia) adalah untuk mengatasi

hipertensi (Price, 1997).

Nama lavender berasal dari bahasa latin “lavera” berarti menyegarkan

dan orang-orang Roma telah memakainya sebagai parfum dan minyak mandi

sejak dahulu. Bunga lavender yang memiliki 25-30 species, diantaranya adalah

Lavandula Angustifolia. Bunga ini berbentuk kecil, berwarna ungu kebiruan

dan tinggi tanaman mencapai 72 cm. Asal tumbuhan ini dari wilayah selatan

Laut Tengah sampai Afrika tropis dan ke timur sampai India. Lavender
59

termasuk tumbuhan menahun, jenis rumput-rumputan, semak pendek dan

semak kecil. Tamanan ini tumbuh baik pada daerah dataran tinggi berkisar 600-

1.350 m di atas permukaan laut. Untuk mengembangbiakkan tidak sulit, hanya

menggunakan biji dari tanaman yang sudah tua dan disemaikan.

Manfaat dari bunga lavender diantaranya dapat dijadikan minyak esensial

yang sering digunakan dan dipakai sebagai aroma terapi karena dapat

memberikan manfaat relaksasi dan memiliki efek sedasi. Penelitian Woolfson

dan Hewitt (1992) memperlihatkan bahwa touch therapy pada kaki dengan

esensial oil lavender pada pasien yang mendapat perawatan intensif dapat

menurunkan tekanan darah, frekuensi jantung dan pernafasan (Widyastuti,

2015).

Adapun kandungan dalam bunga lavender antara lain minyal esensial (1-

3%), alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), beta-myrcene (5,33%), p-

cymene (0,3%), limonene (1,06%), cineol (0,51%), linalool (26,12%), berneol

(1,21%), terpinen-4-ol (4,64%), linalyl acetate (26,32%), geranyl acetate

(2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan data diatas, dapat

disimpulkan kandungan utama dari bunga lavender adalah linalyl asetat dan

linalool. Linalool inilah yang berperan sebagai kandungan aktif utama yang

berperan sebagai efek anti cemas (relaksasi) pada lavender.

Minyak esensial lavender dapat masuk kedalam tubuh melalui jalur

inhalasi, ingesti (peroral) dan absorbs melalui kulit (Koensoemardiyah, 2009).

Ketika minyak esensial lavender digunakan pada permukaan tubuh,

molekul-molekul minyak akan terabsorbsi melalui kulit, masuk ke sirkulasi


60

limfatik, kemudian masuk ke aliran darah (Siegenthaler, 2010). Setelah masuk

ke aliran darah, molekul minyak esensial akan merangsang hypothalamus

anterior yang merupakan pusat parasimpatis, sehingga menimbulkan efek

intropik dan kronotropik negatif pada jantung yang menyebabkan penurunan

kuat kontraksi dan frekuensi denyut jantung (Guyton, 2008).

Ketika minyak esensial lavender digunakan untuk massage, tentu juga

akan terhirup oleh pasien. Saat dihirup, molekul-molekul minyak esensial

lavender akan menempel pada binding-site yang terdapat pada cilia dari

reseptor olfactorius di concha nasi superior. Hal ini mengakibatkan protein G

teraktivasi, sehingga menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi intraseluler

cAMP-dependent yang akan membuka kanal Na+, sehingga memicu perubahan

impuls elektrokimia yang akan disalurkan menuju otak oleh nervus olfactorius.

Impuls yang masuk ke otak mengaktifkan jaras ke nucleus Raphe sehingga

dihasilkan serotonin (Price, 1997). Serotinin merangsang hypothalamus

anterior, menimbulkan efek intropik dan kronotropik negatif pada jantung yang

menyebabkan penurunan kuat kontraksi dan frekuensi denyut jantung.

Perangsangan area preoptik medial pada hypothalamus juga akan menimbulkan

efek penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung (Guyton, 2008).
61

Berikut cara kerja dari minyak esensial lavender (Gambar 2.3.7.1)

Per inhalasi : Aktivasi protein G

Receptor
olfactorius di Reaksi intrasel cAMP
concha nasi dependent
superior

Zat aktif : Membuka kanal Na+

- linalool 26,12%

- linalyl acetate 26,32% N.Olfactorius

Aktivasi jaras ke Nucleus


Raphe

Sekresi serotinin

Hipotalamus anterior

Aktivasi SS parasimpatis

TD Inotropik (-)

FDJ Kronotropik (-)

Molekul minyak Alveoli paru


esensial lavender a.
Masuk aliran darah
ingesti
Hipotalamus anterior
Saluran cerna
Di permukaan tubuh Aktivasi SS parasimpatis

Sirkulasi Inotropik (-) TD


Absorbsi oleh kulit limfatik
Kronotropik (-) FDJ
62

BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Menurut Notoadmodjo (2012), kerangka konsep penelitian adalah suatu

uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara variabel satu terhadap

variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti.

Pre test Intervensi Post test

Tekanan darah Melakukan Tekanan darah


sebelum dilakukan massage kaki sesudah dilakukan
massage kaki dengan minyak massage kaki
dengan minyak esensial lavender dengan minyak
esensial lavender esensial lavender

Faktor Perancu

Terapi farmakologi

Keterangan :

1. : diteliti
2. : tidak diteliti

Gambar 3.1

Kerangka Konsep Penelitian Efektifitas Massage Kaki


dengan Minyak Esensial Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Lansia
Tahun 2017
63

3.2 Hipotesis Penelitian

Hasil suatu penelitian pada hakekatnya adalah suatu jawaban atas

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian.

Untuk mengarahkan kepada hasil penelitian ini maka dalam perencanaan

penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari penelitian. Jawaban

sementara dari suatu penelitian biasanya disebut hipotesis (Suyanto, 2011).

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Ada Efektifitas Massage Kaki dengan Minyak Esensial Lavender

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Medan Tahun 2017.

Ho : Tidak Ada Efektifitas Massage Kaki dengan Minyak Esensial Lavender

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Lansia di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Medan Tahun 2017.


64

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Menurut Notoatmodjo tahun 2010, jenis penelitian ini adalah eksperimen

yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul,

sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu. Desain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pre experimental designs dengan menggunakan rancangan

one group pretest-posttest.

Dengan pola : 01 X 02

Di dalam rancangan ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum

eksperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum

eksperimen (01) disebut pre-test, dan observasi sesudah eksperimen (02) disebut

post-test.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Rencana penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret-April 2017.

4.2.2 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di jorong Bungo Tanjung Wilayah Kerja

Puskesmas Gunung Medan tahun 2017.


65

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah

seluruh lansia yang menderita hipertensi di Jorong Bungo Tanjung Wilayah

kerja Puskesmas Gunung Medan.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo,2010). Sampel yang di ambil pada penelitian ini

adalah 30 orang dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.

Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang

didasarkan atas pertimbangan peneliti sendiri (Suyanto, 2011), dengan

mempehatikan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang ditetapkan :

4.3.2.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.

Kriteria Inklusi pada penelitian ini adalah :

1. Responden yang ada ditempat

2. Lansia yang menderita hipertensi yang bersedia menjadi

responden

3. Responden yang bersedia mencoba massage kaki dengan

minyak esensial lavender


66

4. Responden yang bersedia tidak mengkonsumsi obat-obatan

farmakologi untuk penurunan tekanan darah tinggi selama

penelitian.

4.3.2.2 Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria

inklusi tetapi harus dikeluarkan karena berbagai sebab. Kriteria

Eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Lansia yang menderita hipertensi yang tidak bersedia menjadi

responden

2. Responden yang tidak bersedia dilakukan massage kaki dengan

minyak esensial lavender

3. Responden yang tidak ada ditempat

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1 Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen dan dependen.

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain

(Nursalam, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

melakukan massage kaki dengan minyak esensial lavender.

Sedangkan variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan

oleh variabel lain (Nursalam, 2011), sebagai variabel dependen dalam

penelitian ini adalah penurunan tekanan darah pada lansia yang menderita

hipertensi.
67

4.4.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Identifikasi Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran.

Definisi Alat Cara Ukur Skala Hasil ukur


No Variabel
Operasional Ukur ukur
1 Variabel
independen
Massage kaki Salah satu Sebelum dilakukan
dengan minyak cara massage kaki dengan
esensial perawatan minyak esensial lavender
lavender tubuh dengan pada lansia penderita
menggunakan hipertensi, kaji denyut
kedua tangan nadi dan tekanan darah
pada bagian terlebih dahulu. Lakukan
telapak kaki massage kaki dengan
maupun jari- minyak esensial lavender
jari kaki pada lansia penderita
dengan hipertensi selama 20
menggunakan menit. Setelah dilakukan
minyak massage kaki dengan
esensial minyak esensial
lavender yang lavender, kaji kembali
berfungsi denyut nadi dan tekanan
untuk darah lansia penderita
memberikan hipertensi.
manfaat
relaksasi dan
menurunkan
tekanan darah
tinggi
2. Variabel
dependen
Hipertensi atau Keadaan Sphymo Wawancara dan Ordinal 1. Normal sistolik
tekanan darah tekanan manomet observasi dengan lembar < 120 mmHg
tinggi sebelum darah, bila er observasi dann diastolik <
dan sesudah diukur -Stetoskop 80 mmHg
68

dilakukan beberapa kali, -Lembar 2. Pre hipertensi


massage kaki besarnya 140 obsevasi sistolik 120-139
dengan minyak mmHg atau mmHg dan
esensial lebih Sistol diastolik 80-89
lavender. dan atau 90 mmHg
mmHg atau 3. Hipertensi stage
lebih diastol. I 140-159
mmHg dan
diastolik 90-99
mmHg
4. Hipertensi stage
II sistolik >160
mmHg dan
diastolik >100
mmHg

Cara kerja

a) Peneliti pertama kali menemui Bapak/Ibu RT atau bidan di Polindes di Jorong

Bungo Tanjung.

b) Peneliti menemui lansia yang menderita hipertensi di rumahnya.

c) Responden yang ada diorientasikan terhadap tujuan peneliti.

d) Peneliti membuat kontrak dengan lansia penderita hipertensi yang menjadi

responden.

e) Peneliti mempersiapkan diri dan alat-alat serta bahan yang akan dibawa ke

rumah responden.

f) Mengukur tekanan darah responden sebelum dilakukan massage kaki dengan

minyak esensial lavender.


69

g) Melakukan massage kaki dengan minyak esensial lavender 3 kali dalam satu

minggu dengan durasi 20 menit.

h) Melakukan massage kaki dengan minyak esensial lavender saat responden

mengalami hipertensi/darah tinggi.

i) Mengukur tekanan darah responden setelah melakukan massage kaki dengan

minyak esensial lavender.

j) Massage kaki dengan minyak esensial lavender dihentikan jika tekanan darah

pada responden sudah normal.

4.4.3 Alat atau Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan minyak esensial lavender, sphygmomanometer, stetoskop,

handuk/selimut, stopwatch, air hangat dan lembar observasi. Lembar

observasi ini terdiri dari : identitas responden, meliputi : nama/inisial, umur,

jenis kelamin, hari dilakukan massage, tekanan darah sebelum dilakukan

massage, tekanan darah sesudah dilakukan massage.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

4.5.1 Jenis Data

Data dikumpulkan secara primer dan sekunder.

a) Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari lansia yang menjadi

responden, yaitu nama, umur, jenis kelamin dan alamat.


70

b) Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Puskesmas Gunung

Medan dan Polindes Bungo Tanjung yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Gunung Medan, yaitu data tentang penyakit hipertensi dan jumlah lansia

yang ada di Jorong Bungo Tanjung.

4.5.2 Pengumpulan Data

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat

penelitian kepada responden, serta kerahasiaan data yang diberikan.

Responden berhak untuk menerima dan menolak untuk menjadi responden

dalam penelitian. Bila calon responden menyetujui menjadi responden, maka

peneliti meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan yang

telah disediakan. Pengumpulan data pre test dilakukan sebelum dilakukan

massage kaki dengan minyak esensial lavender dan post test dilakukan setelah

dilakukan massage kaki dengan minyak esensial lavender. Pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Peneliti setiap hari

mengunjungi rumah lansia yang menderita hipertensi di Jorong Bungo

Tanjung Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Medan. Responden yang

hipertensi diminta kesediaan untuk dilakukan massage kaki dengan minyak

esensial lavender. Massage kaki dilakukan 3 kali dalam satu minggu dengan

durasi 20 menit. Apabila tekanan darah sudah mencapai parameter normal

massage kaki dengan minyak esensial lavender boleh dihentikan.


71

4.6 Teknik Pengolahan Data

4.6.1 Memeriksa Data (Editing)

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahan data. dan

dilakukan secara bertahap yang dimulai dengan proses editing untuk

mengecek dan memperbaiki isian apakah data telah lengkap atau belum.

4.6.2 Mengkode Data (Coding)

Memberikan kode untuk masing-masing kelas jawaban agar pengukuran

tidak tumpang tindih yaitu :

1. Tekanan darah normal =1

2. Prehipertensi =2

3. hipertensi stage I =3

4. hipertensi stage II =4

4.6.3 Memasukkan Data (Data Entry)

Data variabel independen dan variabel dependen di entri melalui sistem

komputerisasi.

4.6.4 Pembersihan Data (Cleaning)

Peneliti melakuakn cleaning untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan kemudian dilakukan pembetulan dan

koreksi.

4.6.5 Tabulasi (Tabulating)

Peneliti melakukan tabulating untuk mengelompokkan dan dihitung serta

dijumlahkan setelah dilakukan pengumpulan dan observasi.

Dengan menyajikan dalam bentuk :


72

1. 100% : Seluruhnya

2. 76-99% : Hampir Seluruhnya

3. 51-79% : Sebagian Besar

4. 50% : Setengahnya

5. 26-49% : Hampir setengahnya

6. 1-25% : Sebagian kecil

7. 0% : Tidak satupun

(Arikunto,2009).

4.7 Analisa Data


Data yang telah diolah akan dianalisa secara univariat dan bivariat dengan
menggunakan program komputrerisasi yaitu menggunakan program
komputerisasi (SPSS 15 for Windows Evaluation).

4.7.1 Analisa Univariat

Analisa Univariat yaitu analisa yang dilakukan secara deskriptif dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi. Untuk mencari distribusi

frekuensinya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

F
P= X 100
N

Keterangan :

P = Jumlah Presentase yang dicari


F = Frekuensi
N = Total Jumlah

(Arikunto, 2009)
73

4.7.2 Analisa Bivariat

Untuk menganalisis efektifitas penggunaan massage kaki dengan minyak

esensial lavender untuk penurunan tekanan darah tinggi pada lansia penderita

hipertensi di jorong Bungo Tanjung wilayah kerja Puskesmas Gunung Medan,

maka peneliti menggunakan proses komputerisasi dengan menggunakan

program SPSS 15 for windows evaluation, dalam hal ini dilakukan dengan

pengujian dengan menggunakan uji beda dua mean (uji T-test) dengan taraf

kesalahan 5%. Dengan rumus t (test) sebagai berikut:

X1  X 2
t hitung 
  
( S1 / n1 )  ( S 2 / n2 )  2r s1 / n1  s 2 / n2 

Keterangan :

S1 = Varians variabel ke-1


S2 = Varians variabel ke-2
s1 = Standar deviasi varian ke-1
s2 = Standar deviasi varian ke-2
X1 = Rataan varian ke-1
X2 = Rataan varian ke-2

Kesimpulan :
1. Menentukan taraf signifikansi dengan dk = n1 + n2 – 2, nilai α : 0,05,

dengan membandingkan t tabel dan t hitung.

2. Ho ditolak jika harga t hitung < t tabel atau p value < 0,05

3. Ha diterima jika harga t hitung > t tabel atau p value ≥ 0,05

(Hidayat, 2009).

Anda mungkin juga menyukai