Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL MENGENAI KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DALAM KEHIDUPAN

BERBANGSA DAN BERNEGARA DI INDONESIA


Alya Raissa Abiel
(D0119012)
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
alyaraissaabiel@gmail.com
ABSTRAK:
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, serta merupakan landasan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia sejak kemerdekaan. Pembuatan ideology Pancasila ini
melalui proses yang sangat panjang,karena menyesuaikan dengan keadaan masyarakat
Indonesia yang beragam.Artikel ini menyoroti tentang tantangan yang dihadapi oleh Pancasila
dalam kedudukannya sebagai dasar negara Republik Indonesia dan menyoroti dinamika
Pancasila dari masa ke masa. Artikel ini ditulis bertujuan supaya mengedukasi
masyarakat,terutama mahasiswa supaya lebih memahami tentang kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara,tantangan,dan dinamika Pancasila.Selain itu artikel ini juga mendorong
kita untuk bisa bersikap bijak dalam menghadapi berbagai tantangan,kaitannya dengan
Pancasila.
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pancasila merupakan hasil pemikiran,hasil perumusan dan konsilidasi para pemuda di Indonesia
pada zamannya.Pancasila disusun sedemikian rupanya,mengandung nilai-nilai kehidupan
masyarakat Indonesia dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat Indonesia yang sangat
heterogen dan kemudian dalam perkembangannya,Pancasila kemudian ditetapkan sebagai
dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut J. J. Rousseau, Dasar Negara merupakan suatu alat yang mempunyai fungsi dalam
menjaga kemerdekaan setiap individu dan ketertiban hidup rakyat negaranya.Kemudian Robert
M. Mac. Iver, menjelaskan bahwa dasar negara merupakan bentuk asosiasi yang mempunyai
peran dalam melindungi atau menjaga ketertiban bermasyarakat sesuai dengan sistem hukum
yang berlaku dan dijalankan pemerintah yang berkuasa memberi tekanan maupun
memaksa.Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut saya dapat menyimpulkan
bahwa dasar negara merupakan dasar yang dijadikan sebuah negara untuk menentukan
arah,tujuan dari suatu negara tersebut.Dasar negara bagaikan “pondasi dan tiang penyangga”
dalam berdirinya suatu negara.Sehingga dasar negara berkedudukan sebagai dasar dari segala
sesuatu yang ada di negara tersebut,semua hal yang mengatur dalam negara
tersebut,diatur,diilhami berdasarkan dasar negara yang ada.
Keberadaan dasar negara dalam sebuah negara sangatlah penting,dalam kehidupan sehari-hari
Pancasila dijadikan pedoman dan dasar bagi warga negara Indonesia untuk berperilaku,bagi
pemerintah Pancasila dijadikan dasar untuk membuat berbagai kebijakan yang membawa
kebaikan bagi warga negaranya.Namun demikian seiring perkembangan zaman,keberadaan
Pancasila mulai ditentang oleh kelompok-kelompok tertentu yang ingin menggantikan dasar
negara Indonesia menjadi paham lain.Perlu kita ketahui,bahwa dasar negara Pancasila
merupakan dasar negara yang paling ideal bagi masyarakat Indonesia yang notabene keadaan
masyarakatnya sangat heterogen,terdiri dari beraneka ragam suku,agama,kebudayaan,dan
sebagainya.Sehingga apabila dasar negara Indonesia digantikan oleh paham lain,maka akan
menjadi tantangan terhadap eksistensi Pancasila.Atas dasar tersebut,melalui artikel ini kami
akan mengupas mengenai tantangan dan dinamika Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
BAB 2
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Tantangan Pancasila sebagai dasar negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Kehidupan bangsa Indonesia dari masa ke masa yang semakin dinamis,akan mempengaruhi
eksistensi Pancasila sebagai dasar negara.Di era yang modern ini tantangan terhadap Pancasila
semakin beragam,tantangan tersebut bisa datang dari dalam maupun luar.
Tantangan Pancasila dari dalam negeri dibuktikan dengan adanya sekelompok remaja di
Indonesia yang berusaha menggantikan ideology Pancasila dengan ideology lain(liberal)karena
remaja tersebut merasa ideology Pancasila membatasi hak-haknya untuk bertindak dan
berprilaku.Tak heran,jika ditinjau dari sisi psikiologis remaja identik dengan kehidupan yang
menginginkan kebebasan sehingga hal semacam itu mungkin terjadi di negara kita,tantangan
terhadap Pancasila selanjutnya adalah adanya upaya dari sekelompok orang yang berpaham
radikal untuk mengganti ideology bangsa kita Pancasila dengan ideology khilafah islam yang
dinilai oleh kelompok tersebut akan jauh lebih baik bagi Indonesia.Padahal faktanya negara kita
adalah negara yang terdiri dari beragam agama,Pancasila adalah dasar negara yang paling tepat
untuk mengatasi keanekaragaman tersebut.Sehingga ideology lain tidak akan cocok bila
diterapkan di negara Indonesia,hal ini sejalan dengan pernyataan Bapak Mahfud MD yang
menyatakan bahwa ideology Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat diubah. Upaya
untuk menyisihkan keberadaan Pancasila masih terus berlanjut, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
harus dibubarkan dengan surat keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor
AHU30.AH.0108 Tahun 2017, sebagai pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan. HTI dinilai
aktivitasnya banyak yang bertentangan dengan Ideologi Pancasila dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Kompas, 2017).Tantangan terhadap Pancasila yang berasal dari dalam
selanjutnya adalah banyaknya masyarakat Indonesia yang belum mempunyai kesadaran untuk
menginternalisasi nilai-nilai dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,sehingga masih
dijumpai sterotip terhadap kelompok tertentu,persaingan antar suku,konflik antar agama
dimana konflik-konflik tersebut mengingkari nilai-nilai dari Pancasila.
Peristiwa kerusuhan di masa lalu seperti pemberontakan APRA,gerakan separatisme dan upaya-
upaya pemisahan suatu wilayah dari Indonesia untuk membuat negara sendiri dll menjadi bukti
yang menguatkan mengenai adanya tantangan yang dihadapi oleh Pancasila.
Kehadiran Pancasila sebagai dasar negara diharapkan dapat mengatasi berbagai
persoalan dan tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia,namun hal tersebut tidaklah
sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia.Sehingga berbagai problem
tersebut kian terjadi di negeri kita tercinta ini.Dalam prakteknya saat ini nilai pancasila di uji
kekuatannya oleh tantangan dalam era globalisasi. NKRI sebagai Negara hukum prakteknya
justru menjadi menjadi Negara yang tidak menegakkan kebenaran, keadilan dan kerakyatan
yang berdasarkan Pancasila,hal ini kian dikuatkan dengan munculnya berbagai ketimpangan
dibidang hukum atau dengan kata lain hukum runcing kebawah,tumpul ke atas.Berdasarkan
nilai yang terkandung di dalam Pancasila dikatakan bahwa negara harus mengusahakan
kesejahteraan masyarakat Indonesia,namun nyatanya budaya korupsi makin menggunung,
mulai dari tingkat pusat sampai pada berbagai daerah,kekayaan negara yang di peruntukkan
pada rakyatnya demi kesejahteraan malah di nikmati oleh para elite pemangku
jabatan.Demikian pula NKRI sebagai Negara hukum, keadilan dan supermasi hukum termasuk
juga HAM belum bisa di tegakkan contoh-contoh konkert tersebut membuktikan bahwa
tantangan dari dalam terhadap Pancasila memang banyak.
Demikian halnya tantangan yang muncul dari dalam, juga terdapat tantangan yang
datangnya dari luar, seperti Era globalisai sekarang ini yang membawa budaya barat mulai
masuk dan menggerogoti budaya asli masyarakat Indonesia yang mana memunculkan perilaku-
perilaku yang tidak cinta lagi terhadap budaya asli yang secara turun-temurun telah diwariskan
oleh para leluhur.Selain itu,masuknya budaya asing ke Negara Kesatuan Republik Indonesia
juga membuat masyarakat Indonesia menjadi bergeser mengikuti pola perkembangan arus
globalisasi.Bila kita tinjau dari di bidang ekonomi,struktur perekonomian di dunia saat
ini,termasuk negara Indonesia mulai menuju pada system ekonomi liberal,dimana persaingan
dagang terjadi secara bebas,adanya persaingan dalam kegiatan ekonomi,serta tujuan dari
kegiatan perekonomian tidak lagi untuk kesejahteraan masyarakat,melainkan keuntungan
pribadi,keuntungan perusahaan atau kelompok.Hal tersebut jelas bertentangan dengan nilai
dalam Pancasila.Realita tersebut menunjukkan tantangan Pancasila yang berasal dari luar.Bila
kita melihat dari sisi pola kehidupan masyarakat,negara yang berideologi liberal dan komunis
tidak mengakui adanya Tuhan atau agama,hal ini mempengaruhi dan selaras dengan realita
keadaan masyarakat Indonesia,terutama kaum remaja di masa sekarang.Remaja zaman
sekarang cenderung mengikuti trend arus yang berasal dari luar negri,kehidupan mereka lebih
kepada hal duniawi,yang berujung pada lunturnya kepercayaan terhadap adanya agama atau
Tuhan.Jika kita ketahui,padahal hal tersebut sangatlah tidak sesuai dengan kehidupan dan nilai-
nilai Pancasila,dimana dalam Pancasila mengakui adanya Tuhan dan agama.Kemajuan
teknologi,informasi dan komunikasi mempengaruhi pola interaksi masyarakat Indonesia.Bangsa
Indonesia yang mulanya terkenal dengan budaya gotong royong,kerja bakti dan budaya
tersebut terkandung dalam nilai-nilai Pancasila,sekarang seiring dengan perkembangan
teknologi,masyarakat Indonesia menjadi cenderung apatis,individualisme.Tantangan dari luar
negeri terhadap Pancasila selanjutnya adalah adanya upaya penurunan harkat dan martabat
terhadap negara Indonesia oleh negara lain melalui jalur diplomasi.Di era keterbukaan ini tak
menutup kemungkinan bahwa permasalahan internal di Indonesia dapat disoroti oleh pihak
negara lain dan dijadikan alat untuk merendahkan harkat serta martabat bangsa kita.Hal ini
juga akan menjadi tantangan bagi Pancasila.

B. Dinamika Pancasila sebagai dasar negara Indonesia


1. Pancasila Era Kemerdekaan
Kemerdekaan Indonesia merupakan kemerdekaan yang diraih oleh usaha sendiri
para pendiri bangsa dan masyarakat Indonesia yang memanfaatkan masa vacuum of
power atau kekosongan dalam pemerintahan,vacuum ov power tersebut terjadi karena
adanya peristiwa pengeboman terhadap Kota Hirosima dan Nagasaki di Jepang oleh
AS.Karena keadaan,maka Jepang menyerah pada AS,dan terjadilah masa vacuum of
power di Indonesia yang kemudian dimanfaatkan untuk memproklamasikan
kemerdekaan. Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada tanggal 16 Agustus
1945 terjadi perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan
teks proklamasi yang berlangsung singkat.Teks proklamasi sendiri disusun oleh Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo di rumah Laksamana Tadashi
Maeda tepatnya di Jalan Imam Bonjol No 1. Konsepnya sendiri ditulis oleh Ir. Soekarno.
Isi Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan semangat yang
tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Piagam ini berisi garis-garis
pemberontakan melawan imperialisme-kapitalisme dan fasisme serta memuat dasar
pembentukan Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta ini kemudian disahkan oleh
sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 menjadi pembentukan UUD 1945, sebelum
disahkan,konsep piagam Jakarta ada yang diubah,yaitu dari “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, diubah menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pada tahun 1950-an muncul inisiatif dari sejumlah tokoh yang hendak melakukan
penafsiran ulang terhadap Pancasila. Saat itu muncul perbedaan perspektif yang
dikelompokkan dalam dua kubu. Pertama, beberapa tokoh berusaha menempatkan
Pancasila lebih dari sekedar kompromi politik atau kontrak sosial. Mereka memandang
Pancasila tidak hanya kompromi politik melainkan sebuah filsafat sosial atau
weltanschauung bangsa. Kedua, mereka yang menempatkan Pancasila sebagai sebuah
kompromi politik. Dasar argumentasinya adalah fakta yang muncul dalam sidang-sidang
BPUPKI dan PPKI. Pancasila pada saat itu benar-benar merupakan kompromi politik di
antara golongan nasionalis netral agama dan nasionalis islam mengenai dasar negara.
2. Pancasila di Masa Orde Lama
Pada masa kekuasaan presiden Soekarno, Pancasila mengalami ideologisasi. Pada
masa ini Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan, kepribadian
bangsa Indonesia. Presiden Soekarno, pada masa itu menyampaikan ideologi Pancasila
berangkat dari mitologi atau mitos, yang belum jelas bahwa pancasila dapat
mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan.Berangkat dari keyakinannya,
Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa
Indonesia.
Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada
situasi dunia yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada di
dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa
ini adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem
kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa
orde lama.
a. Periode 1945-1950.
Dasar yang dipakai pada tahun ini adalah Pancasila dan UUD 1945, namun dalam
prakteknya system ini tidak dapat terwujudkan setelah penjajah dapat diusir. Persatuan
rakyat Indonesia mulai mendapatkan tantangan, dan tantangan tersebut berasal dari
dalam hal ini dibuktikan dengan muncul upaya-upaya untuk mengganti Pancasila
sebagai dasar Negara dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di
Madiun pada tahun 1948 dan olen DI/TII yang ingin mendirikan Negara dengan agama
Islam.
b. Periode 1950-1959
Pada masa ini Pancasila diarahkan pada ideology liberal,sehingga terjadi
ketidakstabilan politik.Karena pada dasarnya ideology liberal tidak cocok untuk di
terapkan di Indonesia karena tidak sesuai dengan kondisi masyarakatnya. Walaupun
dasar Negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila keempat tidak berjiwakan
musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak. Dalam bidang politik, demokrasi
berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis.
c. Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin, akan tetapi demokrasi justru tidak
berada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai pancasila tetapi
kepemimpinana berada pada kekuasaaan pribadi presiden Soekarno. Maka terjadilah
berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi.akibatnya
presiden Soekarno menjado otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik
konfrontasi, dan menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak
cocok dengan kehidupan Negara Indonesia. Terbukti dengan adanya kemerosotan moral
di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai pancasila, dan
berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.
Dalam mengimplementasikan pancasila, presiden Soekarno melaksanakan
pemahaman pancasila dengan paradigma yang disebut dengan USDEK. Untuk
mengarahkan perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD
1945, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan
kepribadian nasional. Akan tetapi hasilnya terjadilah kudeta PKI dan kondisi ekonomi
yang memprihatinkan.

3. Pancasila Masa Orde Baru


Pada masa orde baru, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang
menyimpang dari Pancasila.Oleh sebab itu kemudian Presiden Soeharto menerapkan
program P4 (Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia
Pancakarsa.
Orde baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara
sekaligus berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia. Akan tetapi implementasi
dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari masih sangat mengecewakan. Beberapa
tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa
Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup
bagi tafsiran lain.
Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi. Presiden Soeharto menggunakan
Pancasia sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaannya. Ada beberapa metode yang
digunakan dalam indoktrinasi Pancasila, yaitu pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan
di sekolah-sekolah melalui pembekalan atau seminar. Kedua, asa tunggal, yaitu presiden
Soeharto membolehkan rakyat untuk membentuk organisasi-organisasi dengan syarat
harus berasaskan Pancasila. Ketiga, stabilisasi yaitu presiden Soeharto melarang adanya
kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan pemerintah. Karena presiden Soeharto
beranggapan bahwa kritikan terhadap pemerintah menyebabkan ketidakstabilan di
dalam negara. Dan untuk menstabilkannya presiden Soeharto menggunakan kekuatan
militer sehingga tak ada yang berani untuk mengkritik pemerintah.
Dalam pemerintahannya presiden Soeharto melakukan beberapa penyelewengan
dalam penerapan Pancasila, yaitu diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang
berpusat pada pemerintah . selain itu presiden juga memegang kendali terhadap
lembaga legislative, eksekutif dan yudikatif sehingga peraturan yang di buat harus sesuai
dengan persetujuannya. Presiden juga melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama
pers karena dinilai dapat membahayakan kekuasaannya. Maka, presiden Soeharto
membentuk Departemen Penerangan atau lembaga sensor secara besar-besaran agar
setiap berita yang dimuat di media tidak menjatuhan pemerintahan. Penyelewengan
yang lain adalah pelanggengan korupsi, kolusi, dan nepotisme sehingga pada masa ini
banyak pejabat negara yang melakukan korupsi. Tak hanya itu, pada masa ini negara
Indonesia juga mengalami krisis moneter yang di sebabkan oleh keuangan negara yang
tidak stabil dan banyaknya hutang kepada pihak negara asing. Demokratisasi akhirnya
tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi dimana-mana yang dilakukan oleh
aparat pemerintah atau negara.
·Adanya penindasan ideologis, sehingga orang-orang yang mempunyai gagasan
kreatif dan kritis menjadi takut. Adanya penindasan secara fisik seperti pembunuhan
terhadap orang di Timor-Timur, Aceh, Irian Jaya, kasus Tanjung Priok,
pengrusakan/penghancuran pada kasus 27 Juli dan seterusnya. Perlakuan diskriminasi
oleh negara juga dirasakan oleh masyarakat non pribumi (keturunan) dan masyarakat
golongan minoritas. Mereka merasa diasingkan, bahkan acapkali mereka hanya
dijadikan sebagai kambing hitam jika ada masalah, atau diperas secara ekonomi.

4. Pancasila Era Reformasi


Eksistensi pancasila masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang
substansinya belum mampu diwujudkan secara riil. Reformasi belum berlangsung
dengan baik karena Pancasila belum difungsikan secara maksimal sebagaimana
mestinya. Banyak masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila tetapi belum memahami
makna sesungguhnya.
Pada masa reformasi, Pancasila sebagai re-interprestasi.Yaitu Pancasila harus selalu
di interprestasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, berarti dalam
menginterprestasikannya harus relevan dan kontekstual dan harus sinkron atau sesuai
dengan kenyataan pada zaman saat itu.
.Berbagai perubahan dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara di bawah payung ideologi Pancasila. Namun, faktanya masih
banyak masalah sosial-ekonomi yang belum terjawab. Eksistensi dan peranan Pancasila
dalam reformasi pun dipertanyakan. Pancasila di masa reformasi tidak jauh berbeda
dengan Pancasila di masa orde lama dan orde baru. Karena saat ini debat tentang masih
relevan atau tidaknya Pancasila dijadikan ideologi masih kerap terjadi. Pancasila seakan
tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi
populer seperti pada masa lalu.Pancasila banyak diselewengkan dianggap sebagai
bagian dari pengalaman buruk di masa lalu dan bahkan ikut disalahkan dan menjadi
sebab kehancuran.
Pancasila pada masa reformasi tidaklah jauh berbeda dengan Pancasila pada masa orde
baru dan orde lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus di hadapi. Tantangan itu adalah KKN
yang merupakan masalah yang sangat besar dan sulit untuk di tuntaskan. Pada masa ini korupsi
benar-benar merajalela. Para pejabat negara yang melakukan korupsi sudah tidak malu lagi.
Mereka justru merasa bangga, ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung KPK dengan
melambaikan tangan serta tersenyum seperti artis yang baru terkenal. Selain KKN, globalisasi
menjadi racun bagi bangsa Indonesia Karen semakin lama ideologI Pancasila tergerus oleh
ideologI liberal dan kapitalis. Apalagi tantangan pada masa ini bersifat terbuka, lebih bebas, dan
nyata.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seiring dengan perkembangan zaman yang ada,tantangan terhadap Pancasila sebagai dasar
negara akan makin menguat,tantangan tersebut bisa datang dari dalam maupun luar.Oleh
karena itu Pancasila sebagai dasar negara sudah hakekatnya harus dapat mengatasi berbagai
macam tantangan yang terjadi.Tantangan tersebut bukanlah menjadi penghambat dan tidaklah
mengurangi eksisistensi keberadaan Pancasila,namun tantangan tersebut harus bisa
menjadikan Pancasila sebagai problem solving dalam kehidupan bernegara.
Begitupula dengan dinamika Pancasila.Dinamika dalam kehidupan sudah pasti akan selalu
terjadi,namun eksistensi Pancasila haruslah tetap dijaga,karena Pancasila merupakan benteng
dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.Apapun dinamika yang terjadi,keberadaan
Pancasila akan tetap menjadi dasar,pedoman dalam bertingkah laku di NKRI.
B.Saran
Implikasi dari dijadikannya Pancasila sebagai pandangan hidup maka bangsa yang besar ini
haruslah mempunyai sense of belonging dan sense of pride atas Pancasila. Untuk
menumbuhkembangkan kedua rasa tersebut maka melihat realitas yang tengah berkembang
saat ini setidaknya dua hal mendasar perlu dilakukan. Pertama, penanaman kembali kesadaran
bangsa tentang eksistensi Pancasila sebagai ideologi bangsa.Kedua, perlu adanya kekonsistenan
dari seluruh elemen bangsa, khususnya para pemimpin negeri ini untuk menjadikan Pancasila
sebagai pedoman dalam berfikir dan bertindak. Janganlah sampai Pancasila ini sekadar wacana
di atas mulut sementara perilaku dikehidupan nyata tidak mencerminkan nilai-nilai
Pancasila.Selanjutnya kita sebagai masyarakat harus dapat memaknai dan
mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
Sebagai WNI yang patuh akan nilai-nilai Pancasila,kita harus bisa menghargai berbagai
perbedaan yang ada di negeri ini agar tantangan Pancasila yang berasal dari dalam dapat
diminimalisir sehingga kondisi negara akan ikut kondusif.Selain itu dalam menghadapi dinamika
yang terjadi dalam Pancasila kita harus dapat bersikap bijak dan kritis dalam menghadapinya.
DAFTAR PUSTAKA

 Jurnal Cakrawala Hukum, Vol.7, No.1 Juni 2016, hlm. 30–38 TANTANGAN TERHADAP
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA PASCA REFORMASI
 JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017 E-ISSN 2527-
7057, P-ISSN 2545-2683 MENJAGA EKSISTENSI PANCASILA DAN PENERAPANNYA BAGI
MASYARAKAT DI ERA GLOBALISASI
 Journal of Digital Education, Communication, and Arts Article History Vol. 2, No.
2,TANTANGAN DAN PENGUATAN IDEOLOGI PANCASILA DALAM MENGHADAPI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
 https://www.academia.edu/29556370/TANTANGAN_DAN_UJIAN_PANCASILA
 http://achmedsyauqie.blogspot.com/2016/11/dinamika-pancasila-sebagai-dasar-
negara.html
 https://wikiwoh.blogspot.com/2019/03/pendidikan-pancasila-dinamika-sejarah.html
 https://harafsan25.wordpress.com/2018/08/06/keadaan-pancasila-pada-masa-orde-
lama-1959-1966/

Anda mungkin juga menyukai