PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para
ahli ilmu jiwa untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku orang-
orang dalam kehidupan bermasyarakat sekalipun dalam kondisi yang sama. Selain
itu, juga menyelidiki penyebab seseorang tidak mampu mendapatkan ketenangan
dan kebahagiaan dalam hidupnya. Usaha ini kemudian menimbulkan satu cabang
ilmu jiwa yaitu kesehatan jiwa.
Dengan memahami ilmu kesehatan mental dalam arti mengerti, mau, dan
mampu mengaktualisasikan dirinya, maka seseorang tidak akan mengalami
bermacam-macam ketegangan, ketakutan, konflik batin. Selain itu, ia melakukan
upaya agar jiwanya menjadi seimbang dan kepribadiannya pun terintegrasi dengan
baik. Ia juga akan mampu memecahkan segala permasalahan hidup.
Kematangan dan kesehatan mental berhubungan erat antara satu sama
lainnya dan saling tergantung. Apabila kita bicara tentang keduanya secara
terpisah maka hanya sekadar untuk memudahkan penganalisaannya. Karena
sangat sulit untuk membanyangkan seseorang yang matang dari segi sosial dan
tidak matang dari segi kejiwaan.
Orang yang matang bukanlah orang yang telah sampai kepada ukuran
tertentu dari perkembangan, kemudian berhenti sampai disitu. Akan tetapi ia
adalah orang yang selalu dalam keadaan matang. Artinya orang yang selalu
bertambah kuat dan subur hubungannya dengan kehidupan. Karena sikapnya
mendorongnya untuk tumbuh, bukan berhenti dari pertumbuhan. Oleh karena itu
seorang yang matang, bukanlah orang yang mengetahui sejumlah besar fakta akan
tetapi orang yang matang adalah orang yang kebiasaan-kebiasaan mentalnya
membantunya untuk mengembangkan pengetahuannya dan mengunakannya
dengan bijaksana.
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Pandangan Tentang Kesehatan Jiwa
Istialah kesehatan jiwa diambil dari konsep konsep mental hygiene. Kata
jiwa diambil dari bahasa yunani. Pengertiannya sama dengan psyche dalam
bahasa latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah jiwa hygiene
dimaknakan sebagai kesehatan mental atau kesehatan jiwa. Apabila ditinjau dari
etimologi, kata mental berasal dari kata latin mens atau mentis yang berarti roh,
sukma, jiwa atau nyawa.
Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan
jiwa/ mental yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau penyakit mental
dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit
mental serta memajukan kesehatan jiwa rakyat.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala jiwa (neurose)
dan gejala penyakit jiwa (psikose). Jadi menurut definisi ini, seseorang dikatakan
bermental sehat bila orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa yaitu
adanya perasaan cemas tanpa diketahui sebabnya. Malas dan hilangnya
kegairahan bekerja pada seseorang. Bila gejala ini meningkat maka akan
menyebabkan penyakit anxiety, neurasthenis, atau hysteria dan sebagainya.
Adapun orang sakit jiwa biasanya memiliki pandangan yang berbeda dengan
pandangan orang pada umumnya. Inilah yang kita kenal dengan orang gila.
Kesehatan mental (mental bygiene) juga meliputi sistem tentang prinsip-
prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi
kesehatan ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam ruhani atau
dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tenteram.
2
“terbebas dari gangguan ” bearti jika ada gangguan sekalipun sedikit adanya,
seseorang itu dianggap tidak sehat.
2. Sehat jiwa jika tidak sakit akibat adanya stressor
Clausin memberi batasan yang berbeda dengan pandangan klinisi klasik.
Menurutnya orang yang sehat mentalnya adalah orang dapat menahan diri untuk
tidak jatuh sakit akibat stressor (pembuat stres). Seseorang yang tidak sakit
meskipun mengalami tekanan-tekanan maka menurut pengertian ini adalah orang
yang sehat (notosoedirdjo, 1980; scott, 1961).
Pengertian clausin memperoleh banyak kritik terutama berkaitan dengan
kemampuan seseorang dalam merespon stressor. Kritik yag dimaksud adalah
bahwa setiap orang memiliki kerentanan (susceptibility) yang berbeda terhadap
stressor karena faktor genetik, proses belajar,dan budayannya.
3. Sehat jiwa jika sejalan dengan kapasitasnya dan selaras dengan
lingkungannya
Michael dan kirk patrick memandang bahwa individu yang sehat mentalnya jika
terbebas dari gejala psikiatris dan individu itu berfungsi secara optimal dalam
lingkungan sosialnya. Seseorang yang sehat mental itu jika sesuai dengna
kapasitasnya diri sendiri, dapat hidup tepat yang selaras dengan lingkungan
(Notosoedirdjo, 1980; scott, 1961).
4. Sehat jiwa karena tumbuh dan berkembang secara positif
Frank, L.k merumuska pengertian kesehatan mental secara lebih komprehensif
dan melihat sisi kesehatan mental secara “positif”. Dia mnegemukankan bahwa
kesehatan mental merupakan orang yang terus menerus tumbuh, berkembag dan
matang dalam hidupnya, menerima tanggung jawab, menentukan penyesuaian
(tanpa membayar terlalu tinggi biayanya sendiri atau oleh masyarakat) dalam
berpartisipasi dalam memelihara aturan sosial dan tindakan dalam budayanya
(notosoedirdjo, 1980; scott, 1961).
Federasi kesehatan mental dunia (world faderation for mental health) pada
saat kongres kesehatan mental di london, 1948 merumuska kesehata mental
sebagai berikut:
a) Kesehatan mental memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik
secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan
keadaan orang lain.
3
b) Sebuah masyarakat yag baik adalah masyarakat yang membolehkan
perkembangan ini pada anggota masyarakatnya selain pada saat yang sama
menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang lain
(WFMH, 1961).
4
5. Adequate bodily desires and ability to gratifity them (keinginan-keinginan
jasmani yang memadai dan kempuan untuk memuaskanya).
6. Adequate self-knowledge (mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar).
7. Integration and concistency of fersonality (kepribadiaan yang utuh dan
konsisten).
8. Adequate life goal (memiliki tujuan hidup yang wajar).
9. Ability to learn from experience (kemampuan untuk belajar dari pengalaman).
10. Ability to statisfy the requirments of the group (kemampua memuaskan
tuntunan kelompok).
11. Aequate emancipation from the group or culture (mempunyai emnsipasi
yang memadai dari kelompok atau budaya).
5
d. Dalam pencapaian dan khususnya memelihara kesehatan dan
penyesuaian mental, memperluas pengetahuan tentang diri sendiri
merupakan suatu keharusan.
e. Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang meliputi:
permainan diri dan usaha yang realistik terhadap status atau harga dirinya
sendiri.
f. Pemahaman diri dan peneriamaan diri harus ditingkatkan terus menerus
memperjuagkan untuk peningkatan diri dan realisasi diri jika kesehatan
dan penyesuaian mental hendak dicapai.
g. Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik memerlukan
pengembangan terus-menerus dalam diri seseorang menegnai kebaikan
moral yang tertinggi, yaitu: hukum, kebijaksanaan, ketabahan, keteguhan
hati, penolakan diri, kerendahan hati, dan moral.
h. Mencapai dan memelihara kesehatan dan penyesuaian mental
tergantung kepada penanaman dan perkembangan kebiasaan yang baik.
i. Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut kemampuan adaptasi,
kapasitas untuk mengubah meliputi mengubah situasi dan mengubah
kepribadian.
j. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan perjuagan yang terus
menerus untuk kematangan dalam pemikiran, keputusan, emosionalitas,
dan perilaku.
k. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan belajar mengatasi secara
efektif dan secara sehat terhadap konflik mental dan kegagalan dan
ketegangan yang ditimbulkan.
2. Prinsip yang didasarkan pada hubngan manusiadengan lingkungannya,
meliputi:
a. Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada hubungan
interpersonal yang sehat, khususnya didalam kehidupan keluarga.
b. Penyesuaian yang baik dan kedamayan pikiran tergantung kepada
kecukupan dalam keputusan kerja.
c. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan sikap yang realistik
yaitu menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.
3. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan tuhan, meliputi:
6
a. Stabilitas mental memerlukan seseorang mengembagkan kesadaran atas
realitas terbesar dari pada dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada
setiap tindakan yang pundamental.
b. Kesehatan jiwa dan ketenagan hati merupakan hubungan yang konstan
antara manusia dengan tuhanya.
7
1. Perubahan sosial yang sangat cepata. Persingan antar individu
b. Saling curiga (paranoid)
dan kesulitan menyesuaikan diri.
c. Ketakberdayaan
2. Kesenjangan antara tujuan (keinginan
d. Keterasingan dan pengucilan sosial
atau tuntutan hidup) dengan
kemampuan/kesempatan untuk
mencapainya.
a. Secara naluriah memunculkan
gangguan kriminal dari kelompok
warga yang terabaikan (marjinal)
b. Kelompok marjinal seperti para
3. Heterogenitas kehidupan penganggur dapat menjadi sumber
ketegangan dan kecemasan (stressor)
bagi kelompok warga yang baik-baik
(yang beruntung).
a. Mempertajam kompetisi yang
berkeoanjangan
4. Kepadatan penduduk yang terus
b. Berkembagnya perilaku agresif
meningkat.
karena sistem syaraf manusia
terangsang secara berlebihan.
Upaya yang dapat mengembangkan mental jiwa yang sehat dan meredamkan
gejala gangguan jiwa adalah dengan meningkatkan kesadaran beragam
masyarakat, atau upaya untuk “come back to religion”. Karena agama akan
memberikan pencerahan terhadap pola berfikir manusia kearah kehidupan yag
sakinah, mawaddah, rahmah dan ukhuwwah, sehingga manusia akan terhindar
dari sifat-sifat individualistik, nafsu eksploitatif, borjuistik, dan materealistik
(hubbud dunya), yang menjadi pemicumunculnya malapetaka kehidupan di muka
bumi ini.
8
masalah kesehatan mental pun dapat membatasi kemampuannya untuk menjadi
orang yang produktif. Masalah kesehatan mental yang sering dialami anak-anak
dan remaja, diantaranya depresi, rasa cemas, hiperaktif, dan gangguan makan.
Wiliam g. Wagner (1996) melaporkan tentang gambaran kehidupan mental
reamaja di amerika serikat, yaitu bahwa remaja tahun 1990-an diimplikasikan
sebagai periode helpless period (periode tak berdaya) sehingga mengurangi
harapan masa depan bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Disebut periode
tersebut, karena menyimak beberapa laporan tentang banyaknya remaja yang
akrab dengan: 1) alkohol dan obat-obat terlarang, 2) senjata yang kaitannya
dengan kematian, dan 3) hubungan seksual yag menyebabkan penyakit hiv.
2. Indikator masalah kesehatan mental pada anak dan remaja
a. Gangguan perasaan
1) Perasaan sedih dan tak berdaya (helplessness)
2) Sering marah-marah atau bereaksi yang berlebihan terhadap sesuatu
3) Perasaan tak beharga
4) Perasaan takut, cemas atau hawatir yag berlebihan
5) Kurang bisa kosentrasi
6) Merasa bahwa kehidupan ini sangat berat
7) Perasaan pesimis menghadapi masa depan
b. Gangguan perilaku
1) Mengkonsumsi alkohol atau obat-obat terlarang
2) Suka mengganggu hak-hak orang lain atau melanggar hukum
3) Melakukan sesuatu perbuatan yang dapat mengancam
kehidupannya
4) Secara kontinu melakuka diet atau memiliki obsesi untuk memiliki
tubuh yang langsing
5) Menghindar dari persahabatan atau senang hidup menyendiri
6) Sering melamun (day dreaming)
7) Sering menampilkan perilaku yang kurang baik atau melakukan
kenakalan disekolah.
9
c. Faktor lingkungan, seperti: merebaknya tayangan film di televisi yang
bertema kejahatan dan pornoaksi, merebaknya perdagangan minuman keras
dan naza dll).
BAB III
PENUTUP
10
A. Kesimpulan
Prinsip dasar dari kesehatan jiwa adalah bahwa: kesehatan mnetal itu lebih
dari tiadanya perilaku abnormal, kesehatan mental itu konsep yang ideal, dan
kesehatan mental sebagai bagian dari karakteristik kualitas hidup.
Terdapat beberapa prinsif dalam memahami kesehatan jiwa. Prinsip ini
berguna dalam upaya memelihara dan meningkatka kesehatan jiwa. Prinsip ini
harus didasarkan atas sifat kemanusiaan, hubungan manusia dengan lingkungan,
dan hubunga manusia dengan tuhan.
DAFTAR PUSTAKA
11
(online). http://psikologi-islam-antasari.blogspot.com/2012/08/i.html . diakses
pada tanggal 8/10/2014
KATA PENGANTAR
12
Alhamdulillah, Segala Puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah ini juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu yuline, M.Pd selaku dosen
pengampuh mata kuliah “kesehatan Mental”, dan tidak lepas pula kepada teman-
teman semua yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah msih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk dijadikan motivasi
dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih sempurna.
Pontianak, 8
oktober 2014
i
DAFTAR ISI
13
A. Latar Belakang .................................................................................................................
1
BAB II: PEMBAHASAN ...................................................................................................
2
1. Padangan Tentang kesehatan mental ...............................................................................
2
A. Pengertian Mental ............................................................................................................
2
B. Teori-teori Mental yang Sehat ..........................................................................................
4
C. Prinsip dalam Kesehatan Mental .....................................................................................
5
2. Kecendrungan Perkembangan Kesehatan Mental Masyarakat Modern ..........................
7
A. Sisi Gelap Gaya Hidup Modern .......................................................................................
7
B. Dampak Gaya Hidup Modern Terhadap Kesehatan Mental
Anak Dan Remaja ...............................................................................................................
9
BAB III: PENUTUP ...........................................................................................................
11
A. Kesimpulan ......................................................................................................................
11
14