SEMESTER III
TRANSLATE JOURNAL
BY :
DEWI PURNAMASARI
18.01.084
S1 KEPERAWATAN KONVERSI
STIKES PANAKKUKANG
MAKASSAR
2019
Rencana Pengembangan Dan Pelaksanaan Manajemen Nyeri
B. Pengobatan dengan terapi modalitas ( Terapi Fisik - TF/ Terapi Okupasi -TO)
1. Intervensi Terapi Fisik ( TF) : Latihan Terapeutik
Rentang gerak pasif (ROM pasif) , rentang gerak bantu aktif,
rentang gerak aktif (ROM aktif), latihan ketahanan progesif, latihan
keseimbangan, latihan gaya berjalan, perbaikan postur tubuh dan
penyuluhan kembali, ergonomi.
2. Intervensi Terapi Fisik ( TF) : Terapi Manual
Pergerakan dan manipulasi sendi, terapi craniosacral, pelepasan
myofascial, pijat.
3. Intervensi Terapi Fisik ( TF) : Modalitas
1
mengatur posisi tempat tidur, bantalan yang tepat untuk
meringankan tekanan, bidai untuk meregangkan sendi / otot yang
kencang, mengurangi rasa sakit dan mencegah nyeri tekan.
5. Saat selesai dari program terapi keduanya TF dan TO hendaknya
menyediakan :
Penjelasan program latihan di rumah, dalam pelayanan kepada
pemeberi rawatan..
6. Intervensi pendidikan psikologi berdasarkan internet menggunakan terapi
perilaku kognitif :
1. Kaji pasien/klien, terutama mereka yang dengan gangguan kognitif,
untuk kebutuhan yang belum terpenuhi yang mungkin diartikan sebagai
rasa sakit seperti kelaparan, kesendirian, depresi, kebutuhan ke
jamban/wc, untuk berbicara dengan sesorang yang dicintai, susah tidur,
cemas dan memenuhi kebutuhan.
2. Meyakinkan pasien/residen agar merasa nyaman : ubah posisi, jika
mampu dapat melakukan aktivitas seperti berjalan sesuai dengan
tingkat kemampuan pasien/residen.
Ada sistem baru intervensi non- farmasi (tanpa obat-obatan) untuk pasien-
pasien/residen yang menderita Nyeri kronis yang dikenal sebagai “Intervensi
pendidikan psikologi berdasarkan internet menggunakan Terapi Perilaku
Kognitif (Cognitif Behaviour Therapy/ CBT) dan Manajemen Diri (Self
Management/ SM) pada individu/seseorang yang mengalami nyeri kronis”
2
sumber informasi bagi para perawat dan para pasien/residen yangmana diberi
perawatan: “Perawatan yang paling efektif untuk nyeri kronis melibatkan
pendekatan interdisipliner (Jeffery, Butler, Stark, & Kane, 2011; Scascighini,
Toma, Dober-Spielmann, & Sprott, 2008; Turk, Wilson, & Cahana, 2011)
Perawatan farmakologis adalah yang paling sering digunakan, tetapi perawatan
yang lain kurang diakses secara konsisten. Secara khusus, intervensi psikologis
untuk manajemen nyeri kronis tidak tersedia di perawatan tingkat primer
karena pendanaan, terbatasnya waktu, dan kekurangan staf yang cukup terlatih
(Jeffery et al., 2011).
“ Kesimpulan penelitian : Dalam memeriksa status kebiasaan mengakses ke
perawatan nyeri kronis, identifikasi yang dibutuhkan adalah : setiap individu
harus memiliki kesempatan untuk terus maju menjalani perawatan bahkan jika
mereka tidak memiliki akses secara pribadi, pendidikan- psikologis, CBT, dan
terapi SM. Penyampaian terapi berdasarkan bukti melalui internet dapat
memberi manfaat pada individu dengan nyeri kronis. Dengan
Mempertimbangkan faktor-faktor seperti demografi, lingkungan, dukungan
dan gejala, dan membangun penelitian sebelumnya, intervensi dibuat untuk
pengiriman melalui Internet. Uji coba intervensi, dengan tujuan untuk manfaat
dan hasil penyelidikan, telah selesai untuk menginformasikan perbaikan isi dan
menyusun penelitian skala besar.
Komponen intervensi berdasarkan bukti yang disarankan :
Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
Manajemen Diri (SM)
Pendidikan /penyuluhan
Sebagai hasil dari upaya nasional untuk mengurangi penggunaan Opioid yang
tidak perlu dan mengurangi kejadian penyalahgunaan oleh pasien, para dokter yang
bertugas di klinik didorong untuk secara hati-hati menilai rasa sakit pasien / residen
mereka melalui pengkajian, membatasi jumlah resep obat anti nyeri jenis narkotika
3
dan membatasi meresepkan lebih lanjut dengan mengevaluasi penghilang nyeri
pasien / residen dan meningkatkan kemampuan fungsional.
Tren untuk menurunkan pennggunaan memiliki dampak yang luar biasa pada
penggunaan opiod seperti yang ditunjukkan dalam laporan tahunan dari
QuintilesIMS. Pada tahun 2016, acetaminophen / hydrocodone, menjadi obat utama
yang diresepkan untuk nyeri, telah menurun dari obat penghilang nyeri yang paling
diresepkan pertama ke obat diresepkan keempat di negara ini, dengan volume resep
turun dari 34% di tahun 2012 dan menjadi 7,2% di tahun 2015.