Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Kesehatan juga
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping sandang, pangan, dan papan.
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang dihadapi oleh
masyarakat kita saat ini. Semakin maju teknologi di bidang k e d o k t e r a n , s e m a k i n p u l a
banyak macam penyakit yang mendera masyarakat. Hal ini tentu saja
d i p e n g a r u h i o l e h f a k t o r t i n g k a h l a k u manusia itu sendiri.
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang
hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan
sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular, pendidikan kesehatan, dan sebagainya.
Meskipun batasan kesehatan masyarakat (public health) ini sudah dirumuskan oleh Winslow
seabad yang lalu, namun sampai saat ini batasan tersebut masih relevan. Inti dari rumusan
masalah ini adalah kesehatan masyarakat mempuyai dua aspek, yakni keilmuan (science) dan
teori dan seni (art), atau aplikasinya.

B. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip dan teori kesehatan masyarakat.
2. Mengetahui masalah kesehatan masyarakat dalam sejarah.
3. Mengetahui keterkaitan multi-disipliner dalam masalah kesehatan.
4. Mengetahui pendekatan kesehatan masyarakat berdasarkan evidence.
5. Mengetahui isu-isu dalam kesehatan masyarakat.
6. Mengetahui faktor penentu kesehatan.
7. Mengetahui konsep evidence based public health.

C. MANFAAT
Dari pembahasan materi yang tersedia dalam makalah ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada pembaca untuk mengetahui tentang prinsip dan teori kesehatan
masyarakat, . masalah kesehatan masyarakat dalam sejarah, keterkaitan multi-disipliner dalam
masalah kesehatan, pendekatan kesehatan masyarakat berdasarkan evidence, isu-isu dalam
kesehatan masyarakat, faktor penentu kesehatan, dan konsep evidence based public health.

1
BAB II
ISI

A. PRINSIP DAN TEORI KESEHATAN MASYARAKAT


Sudah banyak para ahli kesehatan membuat batasan kesehatan masyarakat. Secara
kronologis, batasan-batasan kesehatan masyarakat mulai dengan batasan yang sangat sempit
sampai batasan yang luas seperti yang kita anut seperti saat ini dapat diringkas seperti berikut
ini, batasan yang paling tua, dikatakan bahwa kesehatan masyrakat adalah upaya-upaya untuk
mengatasi masalah-masalah sanitasi yang menganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan
masyarakat adalah sanitasi, yang merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada
akhir abad ke-18 dengan ditemukan bakter-bakteri penyebab penyakit dan beberapa jenis
imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan penyakit yang terjadi di dalam
masyarakat melalui perbaikan sanitasi lingkungan dan pencegahan penyakit melalui imunisasi.
Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik,
kesehatan masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu
kedokteran, sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan
ilmu social, karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi
mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks.
Pada abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat
yang sampai sekarang masih relevan, yaitu kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu
dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan,
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk:
1. Memperbaiki sanitasi lingkungan.
2. Pemberantasan penyakit menular.
3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan.
4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan.
5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup
layak dalam memelihara kesehatan.
Maka dari itu, kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek
(seni) yang bertujuan mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan
penduduk (masyarakat). Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan
cara atau pendekatan yang paling efektif adalah melalui upaya-upaya pengorganisasian
masyarakat.

2
Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik, maka ada beberapa
prinsip pokok yang harus terpenuhi, yaitu:
1. Usaha kesehatan masyarakat lebih mengutamakan tindakan pencegahan (preventif)
daripada pengobatan (kuratif).
2. Dalam melaksanakan tindakan pencegahan selalu menggunakan cara-cara yang ringan
biaya dan berhasil guna.
3. Dalam melaksanakan kegiatannya lebih menitikberatkan pada masyarakat, baik sebagai
pelaku (subyek) dan sasaran (obyek) atau dengan kata lain suatu usaha dari, oleh, dan untuk
masyarakat.
4. Dalam melibatkan masyarakat sebagai pelaku maka sasaran yang diutamakan adalah
masyarakat yang terorganisir.
5. Ruang lingkup usaha lebih mengutamakan masalah-masalah kesehatan kemasyarakatan
daripada kesehatan perorangan karena bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat
mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat luas.

B. MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DALAM SEJARAH


1. Periode sebelum ilmu pengetahuan (pre scientific period)
Greene (1984), sejarah perkembangan kesehatan masyarakat tidak hanya dimulai pada
munculnya ilmu pengetahuan melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu
pengetahuan modern. Dari kebudayaan beberapa negara seperti Babylonia, Mesir, Yunani,
dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi
masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula pada zaman
tersebut dokumen-dokumen tertulis bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur
tentang pembuangan air limbah (drainase), pemukiman pembangunan kota, pengaturan air
minum, dan sebagainya. Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun
tempat pembuangan kotoran (latrine) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut
bukan karena kesehatan tetapi tinja menimbulkan bau tak sedap dan tidak enak dipandang.
Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alas an minum air kali
yang sudah kotor terasa tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan
penyakit.
Hanlon (1974), pada zaman Romawi Kuno telah dikeluarkan suatu peraturan yang
mengharuskan masyarakat mencatat pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-
binatang yang berbahaya, dan binatang-binatang peliharaan yang menimbulkan bau dan
sebagainya. Bahkan pada waktu itu, telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk
melakukan supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman, warung makan,
tempat-tempat prostitusi, dan sebagainya.

3
a. Abad pertama sampai abad ke-7
1) Hanlon (1964), pada masa ini berbagai penyakit menyerang penduduk. Di berbagai
tempat terjadi endemik atau wabah penyakit. Bahkan begitu banyaknya penyakit
menular dan oleh karena itu kesehatan masyarakat mulai dirasakan pentingnya.
2) Notoatmodjo (2005), penyakit kolera menjalar dari Inggris ke Afrika kemudian ke
Asia dan akhirnya sampai ke Asia Selatan. Pada abad ke-7, India menjadi pusat
endemik kolera. Selain kolera, penyakit lepra menyebar dari Mesir ke Asia kecil
dan Eropa melalui imigran. Upaya-upaya yang dilakukan adalah perbaikan
lingkungan yaitu hygiene dan sanitasi, pengusahaan air minum yang bersih,
pembuangan sampah, serta ventilasi rumah telah menjadi bagian kehidupan
masyarakat waktu itu.
b. Abad ke-13 sampai abad ke-17
Pada masa ini kejadian endemik pes yang paling dahsyat terjadi di China dan India,
diperkirakan 13 juta orang meninggal. Catatan lain di India, Mesir, dan Gaza 13 ribu
orang meninggal setiap harinya, atau selama wabah tersebut jumlah kematian mencapai
60 juta orang. Peristiwa tersebut dikenal dengan “The Black Death”. Pada abad
tersebut, kolera juga menjadi masalah di beberapa tempat. Tahun 1603 terjadi kematian
1 di antara 6 orang karena penyakit menular. Tahun 1965 meningkat menjadi 1 di antara
5 orang. Tahun 1759 tercatat penyakit-penyakit lain yang mewabah diantaranya difteri,
tifus, dan disentri.
2. Periode ilmu pengetahuan (scientific period)
a. Abad ke-18 sampai permulaan abad ke-19 (kebangkitan ilmu pengetahuan)
Pada abad ilmu pengetahuan, mulai ditemukan berbagai macam penyebab penyakit
dan vaksin sebagai pencegah penyakit. Louis Pasteur telah berhasil menemukan vaksin
untuk mencegah penyakit cacar. Joseph Lister menemukan asam carbol (carbolic acid)
untuk sterilisasi ruang operasi. William Marton menemukan ether sebagai anestesi
pada waktu operasi. Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara
ilmiah mulai dilakukan pada tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar
rakyat Inggris terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat
yang tinggal di perkotaan yang miskin, kemudian parlemen Inggris membentuk komisi
untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini. Edwin Chadwich
seorang pakar sosial sebagai ketua komisi ini akhirnya melaporkan hasil
penyelidikannya yaitu masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur
penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia, air
limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, dan makanan yang dijual di pasar banyak
dirubung lalat dan kecoak. Di samping itu ditemukan sebagian besar masyarakat
miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari, dengan gaji yang di bawah kebutuhan hidup,

4
sehingga sebagian masyarakat tidak mampu membeli makanan yang bergizi. Laporan
Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan sahih.
Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya parlemen
mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya peningkatan
kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja,
pabrik, dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon diangkat oleh pemerintah
Inggris untuk menangani masalah kesehatan penduduk (masyarakat).
b. Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
Mulai dikembangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang professional. Pada
tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika,
mempelopori berdirinya universitas dan di dalamnya terdapat sekolah (fakultas)
kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Kanada,
dan sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut, terlihat bahwa
kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua, para mahasiswa sudah
mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat. Pengembangan kurikulum
sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu asumsi bahwa penyakit dan
kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang dinamis antara faktor genetik,
lingkungan fisik, lingkungan sosial, kebiasaan perorangan, dan pelayanan
kedokteran/kesehatan. Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855
pemerintah Amerika telah membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali.
Fungsi departemen ini adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk,
termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan. Departemen kesehatan ini
sebenarnya merupakan peningkatan departemen kesehatan kota yang telah dibentuk di
masing-masing kota seperti Baltimor telah terbentuk pada tahun 1798, South Carolina
tahun 1813, Philadelphia tahun 1818, dan sebagainya. Pada tahun1872 telah diadakan
pertemuan orang-orang yang mempunyai perhatian kesehatan masyarakat baik dari
universitas maupun dari pemerintah di kota New York. Pertemuan tersebut
menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (Notoatmodjo, 2005).
c. Pada awal periode rekonstruksi
Disebut sebagai jaman kontradiksi dan peluang. Waktu untuk meningkatkan
kemakmuran di negara maju, dalam upaya penuntasan kemiskinan dari mereka yang
kurang mampu di seluruh dunia. Disebut jaman peluang, karena dalam melihat
kemajuan ilmiah dan teknologi luar biasa sehingga mampu membuka pemandangan
dan kemungkinan tak terbatas untuk memecahkan permasalahan kuno tentang
kemiskinan dan penyakit (Gunaratne, 1977). Berbagai penemuan dan inovasi selama
dan sesudah perang dunia kedua memberikan dorongan luar biasa untuk aplikasi ilmu
pengetahuan dan teknologi. Penemuan dan produksi massal seperti kina, dichloro

5
diphenyl trichloroethane (DDT), penisilin dan sulfonamide, pengembangan vaksin dan
obat baru yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular,
pengenalan pil KB dan suntikan, pengenalan dan penggunaan komputer dan perbaikan
dalam pencitraan teknologi (X-Ray dan CT Scan) memfasilitasi aplikasi canggih
dalam praktek kesehatan masyarakat. Kemajuan dalam mikrobiologi dan imunologi
memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan vaksin dan teknologi
diagnostik.

C. KETERKAITAN MULTI-DISIPLINER DALAM MASALAH KESEHATAN


Kesehatan masyarakat mencakup dua disiplin pokok keilmuan yakni ilmu bio-medis
dan ilmu sosial, yang mencakup ilmu biologi, kedokteran, kimia, fisika, lingkungan, sosial,
antropologi, psikologi, pendidikan, dan sebagainya, sehingga kesehatan masyarakat dapat
disebut sebagai ilmu multi-disipliner. Secara garis besar, pilar utama ilmu kesehatan
masyarakat yaitu epidemiologi, biostatistik atau statistik kesehatan, kesehatan lingkungan,
pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku, gizi masyarakat, dan kesehatan kerja. Penerapannya
sebagai berikut:
1. Pemberantasan penyakit yang menular dan tidak.
2. Perbaikan sanitasi lingkungan.
3. Perbaikan vektor.
4. Pemberantasan vector.
5. Penyuluhan.
6. Pelayanan kesehatan ibu dan anak.
7. Pembinaan gizi.
8. Pengawasan sanitasi tempat umum.
9. Pengawasan obat dan minuman.
10. Pembinaan peran serta masyarakat.
Masalah kesehatan masyarakat adalah multi-kausal yang pemecahannya secara multi-
disiplin. Ruang lingkup kegiatan kesehatan masyarakat meliputi usaha-usaha :
1. Promotif (peningkatan kesehatan), usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan
yang meliputi usaha-usaha peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan,
pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup serta
rekreasi, sehingga seseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
2. Preventif (pencegahan penyakit), usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
penyakit melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, serta
pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.
3. Kuratif (pengobatan), usaha yang ditujukan terhadap orang yang sakit untuk dapat diobati
secara tepat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulihkan kesehatannya.

6
4. Rehabilitatif (pemeliharaan kesehatan), usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru
pulih dari penyakit yang dideritanya.

D. PENDEKATAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN EVIDENCE


Evidence-based public health is defined as the development, implementation, and
evaluation of effective programs and policies in public health through application of principles
of scientific reasoning, including systematic uses of data and information systems, and
appropriate use of behavioral science theory and program planning models (kesehatan
masyarakat yang berbasis evidence dapat didefinisikan sebagai pengembangan, implementasi,
dan evaluasi dari efektifitas program dan kebijakan-kebijakan kesehatan masyarakat melalui
aplikasi prinsip-prinsip berdasakan alasan ilmiah termasuk penggunaan data secara sistematis
dan sistem informasi, serta keterkaitan penggunaan dari teori ilmu perilaku dan model-model
perencanaan program.) (Brownson, Ross C.,et.all, 2003).
Kesehatan masyarakat berbasis evidence merupakan lahan interdisipliner dari berbagai
macam bidang ilmu dan penelitian. Berikut ini diidentifikasi 20 bidang yang berkaitan dengan
evidence kesehatan masyarakat,yaitu:
1. Biostatistik.
2. Penyakit kronis dan keadaannya.
3. Kesehatan komunitas (health community).
4. Penyakit menular.
5. Penanganan bencana dan kegawatan.
6. Kesehatan lingkungan.
7. Epidemiologi.
8. Kesehatan masyarakat umum (general public health).
9. Global health.
10. Pelayanan administarasi kesehatan.
11. Promosi dan pendidikan kesehatan.
12. HIV/AIDS.
13. Kesehatan ibu dan anak.
14. Gizi masyarakat/nutrisi.
15. Pendidikan formal kesehatan.
16. Informatika kesehatan.
17. Laboratorium kesehatan masyarakat.
18. Keperawatan kesehatan komunitas.
19. Ilmu sosial dan perilaku.
20. Vital statistik dan surveilans.

7
E. ISU-ISU DALAM KESEHATAN MASYARAKAT
Indeks pembangunan manusia Indonesia dari tahun ke tahun meningkat, walaupun saat
ini Indonesia masih berada pada ranking 108 dari 187 negara di dunia. Pembangunan manusia
pada dasarnya adalah upaya untuk memanusiakan manusia kembali. Adapun upaya yang dapat
ditempuh harus dipusatkan pada seluruh proses kehidupan manusia itu sendiri, mulai dari bayi
dengan pemberian ASI dan imunisasi hingga lanjut usia, dengan memberikan jaminan sosial.
Kebutuhan-kebutuhan pada setiap tahap kehidupan harus terpenuhi agar dapat mencapai
kehidupan yang lebih bermartabat. Seluruh proses ini harus ditunjang dengan ketersediaan
pangan, air bersih, sanitasi, energi dan akses ke fasilitas kesehatan dan pendidikan.
Ditegaskan, salah satu ancaman serius terhadap pembangunan kesehatan, khususnya
pada kualitas generasi mendatang, adalah stunting. Dimana rata-rata angka stunting di
Indonesia sebesar 37.2%. Menurut standar WHO, persentase ini termasuk kategori berat.
Menkes juga mencermati angka kejadian pernikahan dini yang masih cukup tinggi dan
kerentanan remaja pada perilaku seks beresiko serta HIV/AIDS khususnya pada kelompok usia
produktif. Kematian ibu juga menjadi tantangan dari waktu ke waktu. Ada berbagai penyebab
kematian ini baik penyebab langsung maupun tidak langsung, maupun faktor penyebab yang
sebenarnya berada di luar bidang kesehatan itu sendiri, seperti infrastruktur, ketersedian air
bersih, transportasi, dan nilai-nilai budaya. Faktor-faktor non-kesehatan inilah yang justru
memberikan pengaruh besar karena dapat menentukan berhasil tidaknya upaya penurunan
angka kematian ibu.
Guna mengurangi dampak kesehatan seperti contoh di atas, Kemenkes
menyelenggarakan program indonesia sehat sebagai upaya mewujudkan masyarakat Indonesia
yang berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Program
indonesia sehat akan dilakukan dengan menerapkan pendekatan continuum of care dan
intervensi berbasis risiko (health risk) yang terdiri atas:
1. Paradigma sehat, menyasar:
a. Pada penentu kebijakan pada lintas sektor, untuk memperhatikan dampak kesehatan
dari kebijakan yang diambil baik di hulu maupun di hilir.
b. Tenaga kesehatan, yang mengupayakan agar orang sehat tetap sehat atau tidak menjadi
sakit, orang sakit menjadi sehat, dan orang sakit tidak menjadi lebih sakit.
c. Institusi kesehatan, yang diharapkan penerapan standar mutu dan standar tarif dalam
pelayanan kepada masyarakat.
d. Masyarakat, yang merasa kesehatan adalah harta berharga yang harus dijaga.

8
2. Penguatan pelayanan kesehatan primer
Kemenkes akan melakukan penguatan pelayanan kesehatan untuk tahun 2015-2019.
Penguatan dilakukan meliputi:
a. Kesiapan 6.000 puskesmas di 6 regional.
b. Terbentuknya 14 rumah sakit rujukan nasional.
c. Terbentuknya 184 rumah sakit rujukan regional.
Khusus untuk daerah terpencil dan sangat terpencil, di bangun rumah sakit kelas D pratama
dengan kapasitas 50 tempat tidur untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan rujukan.
Pada regional Papua akan didirikan 13 rumah sakit pratama, sementara pada regional
Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi akan didirikan 55 rumah
sakit pratama. Sebagai bagian dari penguatan pelayanan kesehatan primer untuk
mewujudkan Indonesia sehat, Kemenkes membentuk program Nusantara Sehat (NS). Di
dalam program ini dilakukan peningkatan jumlah, sebaran, komposisi, dan mutu nakes
berbasis pada tim yang memiliki latar belakang berbeda mulai dari dokter, perawat, dan
nakes lainnya (pendekatan team-based). Program NS tidak hanya berfokus pada kegiatan
kuratif tetapi juga pada promitif dan preventif untuk mengamankan kesehatan
masyarakatdan daerah yang paling membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita membangun
dari pinggiran.
3. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diluncurkan tanggal 03 November 2014 merupakan
wujud program Indonesia sehat di bawah pemerintahan Presiden Jokowi. Program ini:
a. Menjamin dan memastikan masyarakat kurang mampu untuk mendapat manfaat
pelayanan kesehatan seperti yang dilaksanakan melalui JKN yang diselenggarakan
oleh BPJS Kesehatan.
b. Perluasan cakupan PBI termasuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
dan Bayi Baru Lahir (BBL) dari peserta PBI.
c. Memberikan tambahan manfaat berupa layanan preventif, promotive, dan deteksi dini
dilaksanakan lebih intensif dan terintegrasi.
Selain itu, Kemenkes juga telah melakukan implementasi e-catalogue pada pengadaan
obat dan alat kesehatan di lingkup satuan kerja pemerintah. Hal ini telah dimulai sejak tahun
2013 untuk obat, dan awal tahun 2014 untuk alkes. Ini merupakan wujud nyata tindak lanjut
arahan presiden RI agar pengadaan barang atau jasa di lingkup pemerintah dilakukan secara
elektronik.
Pertemuan antar menteri pun dilakukan dalam mensinergikan program kesehatan
dengan program pembangunan di kementerian lain, Menteri Kesehatan telah melakukan
beberapa pertemuan dengan Menteri Kabinet Kerja. Pertemuan dilakukan sejak akhir tahun
2014 dan masih berlangsung hingga saat ini.

9
F. FAKTOR PENENTU KESEHATAN
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat, yaitu:
1. Perilaku
Faktor ini terutama di negara berkembang, paling besar pengaruhnya terhadap munculnya
gangguan kesehatan atau masalah kesehatan masyarakat .Tersedianya jasa pelayanan
kesehatan (health service) tanpa disertai perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat
akan mengakibatkan masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat.
2. Lingkungan
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Dalam kehidupan sekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak
dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit seperti gatal-gatal, infeksi
saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat
penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangan nyamuk
aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di
sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
3. Keturunan
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau masyarakat
dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status kesehatan perorangan
terjadisecara evolutif dan paling sukar dideteksi .Untuk itu, perlu dilakukan konseling
genetic. Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga ,faktor genetic perlu
mendapat perhatian di bidang pencegahan penyakit.
4. Pelayanan kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang berkualitas akan
berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan
petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana prasarana serta dana akan
menjamin kualitas pelayanan kesehatan .Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi
atau mengatasi masalah kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok
masyarakat.

G. KONSEP EVIDENCE BASED PUBLIC HEALTH


Menurut Michael A. S., et al. (2003), kunci dari kegiatan evidence kesehatan
masyarakat antara lain:
1. Validitas, biasanya digunakan untuk kegiatan pada kebenaran studi dan scientific.

10
2. Rancangan, banyak studi penelitian eksperimetal memiliki potensi untuk diintervensi
dengan setting yang tengah dilakukan.
3. Reliabel, menggambarkan datanya dapat diandalkan.
4. Hasil, apakah hasil telah menunjukkan kehandalan yang diperlukan.
5. Applicable, hasil dapat dijalankan.
Menurut Brownson & Ross C., et. al. (2003), pendekatan kesehatan masyarakat yang
berbasis evidence lebih tepat dipergunakan untuk kebutuhan:
1. Mendapat bukti ilmiah untuk mendukung pembuatan keputusan.
2. Mengevaluasi efektifitas dan biaya program kesehatan.
3. Melaksanakan program kesehatan baru.
4. Mengimplementasi kebijakan baru.
5. Melakukan review proyek.
Kesehatan masyarakat berbasis evidence meneliti semua literatur ilmiah klinis,
perilaku, organisasi, dan keuangan untuk membuat laporan evidence dan assesment lainnya.
Laporan dapat digunakan untuk informasi dan pengembangan keputusan, pengukuran kualitas
materi pendidikan, dan petunjuk dan agenda riset. Laporan hasil evidence dan assesment dapat
dipergunakan untuk keperluan badan pemerintah, legislatif, swasta, ahli kesehatan masyarakat,
LSM (Lembaga Survey Masyarakat), dan masyarakat sendiri. Karena kesehatan masyarakat
berbasis evidence menerapkan penilaian resiko dan evaluasi sebagai suatu hal yang penting,
maka efisiensi program baik dalam hal finansial dan proses pelaksanaan dalam mendapatkan
hasil menjadi penekanan penting, sementara penilaian resiko atau risk assesment merupakan
estimasi kuantitatif atau kualitatif berkaitan dengan permasalahan efek yang dapat terjadi dari
permasalahan kesehatan. Menurut Holly (2006), langkah-langkah evaluasi pada evidence
kesehatan masyarakat yaitu:
1. Mengembangkan logic model, yaitu bagaimana program berjalan untuk mencapai tujuan,
model ini arahnya lebih menekankan pada pendidikan sistem guna mencapai tujuan.
2. Mengidentifikasi konsep-kosep teoritis menjadi terukur
a. Dihubungkan dengan logic model.
b. Termasuk struktur, proses, dan hasil yang dapat diukur.
c. Termasuk tujuan jangka panjang dan pendek.
d. Mencakup komponen-komponen pada program dan faktor-faktor pendukung.
3. Mengembangkan dan menguji indikator yang spesifik
a. Sasaran populasi yang tepat.
b. Validitas.
c. Timelines (terukur dengan waktu).
d. Sensitif terhadap perubahan atau fleksibel.
e. Datanya availability.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang
bertujuan mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan penduduk
(masyarakat). Untuk mencapai tujuan pokok tersebut, dilakukan berbagai cara atau pendekatan
yang paling efektif yaitu promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit),
kuratif (pengobatan), dan rehabilitatif (pemeliharaan kesehatan).

B. SARAN
Hendaknya para mahasiswa giat belajar agar bisa menanggulangi permasalahan
kesehatan masyarakat yang sangat banyak saat ini.

12

Anda mungkin juga menyukai