Untuk memastikan
bahwa suatu metode yang dipakai dalam penelitian disebut sebagai metode ilmiah, maka
metode tersebut harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Berdasarkan fakta
Informasi atau data yang akan diteliti hendaknya berdasarkan fakta-fakta dan bukan dari
pemikiran dan dugaan.
b) Bebas dari prasangka
Fakta atau data berdasarkan bukti-bukti yang objektif, bebas dari pertimbangan yang
subyektif.
c) Mengunakan prinsip analisis
Fakta atau data tidak hanya diterima apa adanya akan tetapi perlu dianalisis apakah fakta
atau data tersebut benar adanya.
Misalnya ingin diteliti kuat tekan beton pada nilai FAS (Faktor Air Semen) yang
berbeda, maka anggapan dasarnya adalah kuat tekan beton berbeda-beda apabila nilai
FAS nya berbeda-beda. Jika kuat tekan beton tidak berbeda meskipun nilai FAS nya
berbeda maka kuat tekan beton bukanlah variabel yang perlu diteliti.
e) Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih
harus dibuktikan kebernarannya melalui penelitian. Namun tidak semua penelitian
teknik sipil menggunakan hipotesis.
f) Memilih pendekatan
Memilih pendekatan ini meliputi:
o Cara mengadakan penelitian apakah eksperimen atau non eksperimen
o Jenis penelitian yang dilakukan apakah ekspolaratif, deskriptif atau histories
o Subjek penelitian apakah populasi atau sampel
g) Menentukan variabel dan sumber data
Untuk mengetahui variabel atau sumber data maka dapat penelitian lakukan dengan
menjawab pertanyaan:
o Apa yang akan diteliti?
o Dari mana data diperoleh?
h) Menentukan dan menyusun instrumen
Instrumen sangat tergantung dari jenis data dan dari mana diperoleh. Sebagai contoh:
data suhu udara akan dapat peneliti peroleh dengan menggunakan alat thermometer.
Denga cara mengamati dan mencatat naik turunnya air raksa pada angka tertentu pada
thermometer tersebut.
i) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data perlu kehati-hatian karena apabila diperoleh data yang salah
maka kesimpulannya pun akan salah pula dan hasil penelitian menjada tidak berguna.
j) Analisis data
Jenis data akan menuntut teknik analisis data, sebagai contoh: data yang bentuknya
kualitatif seperti baik, sedang, jelek, tidak dapat dihitung nilai rata-ratanya dan nilai
standar deviasinya.
k) Menarik kesimpulan
Kesimpulan merupakan hasil akhir dari sebuah kegiatan penelitian yang hasilnya
dicocokan dengan hipotesis yang dirumuskan. Dalam menarik kesimpulan, peneliti
tidak boleh mengarahkan agar hipotesisnya terbukti, tidak terbuktinya suatu hipotesis
juga merupakan hasil penelitian.
l) Menulis laporan
Kegiatan penelitian menuntut hasilnya disusun atau ditulis dalam bentuk laporan
penelitian agar hasilnya dapat diketahui banyak orang serta prosedurnya pun diketahui
orang sehingga dapat dilakukan check kebenaran pekerjaan penelitian tersebut.
3.1 Memilih Masalah
Memilih masalah adalah suatu langkah awal dalam sebuah penelitian. Masalah
merupakan hal yang ingin dipecahkan akibat terjadinya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan (Das Sollen Das Sein), oleh karenanya peneliti ingin melakukan penelitian agar
mendapat jawaban dari masalah tersebut sehingga harapan dan kenyataan memiliki
kesamaan.
Contoh:
Harapan para engineer sipil adanya informasi tentang pengaruh lama penyimpanan aspal
terhadap karakteristik aspal beton. Setelah diketahui bahwa pada kenyataannya informasi
tersebut belum ada, maka berarti ada kesenjangan inilah disebut masalah dan masalah ini
akan diteliti.
Masalah dapat diperoleh dari pengalaman sehari-hari, buku-buku seperti jurnal atau bahan
bacaan lainnya, informasi dari orang lain. Masalah yang muncul dari hasil renungan
penelitian merupakan cara perolehan masalah yang baik, karena didorong oleh kebutuhan
peneliti untuk memperoleh jawaban.
Sebagai contoh jenis penelitian ini misalnya apabila peneliti ingin mengetahui
beberapa debit andalan sebuah sungai. Dengan permasalahan ini maka judul
penelitiannya dapat dirumuskan:
“penelitian tentang besar debit andalan ..................”
2. Peneliti ingin membandingkan status 2 fenomena atau lebih dalam melakukan
perbandingan peneliti selalu memandang 2 fenomena atau lebih ditinjau dari
persamaan dan perbedaan yang ada. Sering terjadi peneliti membandingkan 2
fenomena terhadap suatu standar. Jenis peneliti seperti ini disebut peneliti komparatif.
Sebagai contoh jenis penelitian ini misalnya si peneliti ingin mengetahui rasio atau
perbandingan antara kuat tarik sambungan pada kayu dengan kuat tarik tanpa
sambungan pada kayu. Dengan permasalahan seperti ini maka judul penelitiannya
dapat dirumuskan:
“Rasio kuat tarik sambungan terhadap kuat tarik normal pada kayu..........”
3. Peneliti ingin mengetahui hubungan antara 2 fenomena atau lebih penelitian ini sering
diistilahkan peneliti korelasi. Sebagai contoh dan jenis penelitian ini misalnya peneliti
ingin mengetahui hubungan sudut geser menggunakan alat direct shear dengan sudut
longsor menggunakan alat permodelan pada pasir. Dengan permasalahan seperti ini
maka judul penelitian dapat dirumuskan:
“Hubungan sudut geser Direct shear dengan sudut longsor permodelan pasir”
Apabila judul penelitian ditulis singkat maka perlu ditambahkan dengan penegasan judul
dan masalah dalam bagian pendahuluan pada laporan penelitian.
Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti dapat menyusun ruang lingkup dan batasan
penelitian dalam hal ini ada 2 buah yaitu ruang lingkup dan batasan penelitian terhadap
manfaat 1 dan ruang lingkup batasan penelitian terhadap manfaat 2, hal ini berlanjut sampai
kepada hasil penelitian dan kesimpulannya juga ada 2 buah yaitu kesimpulan utama terhadap
tujuan penelitian 1 dan kesimpulan terhadap tujuan penelitian 2, bahkan saran dan
rekomendasi juga ada 2 buah.
Supaya uji signifikansi valid maka diperlukan randomisasi. Uji signifikansi valid, jika
beberapa hal repenuhin yaitu hasil pengamatan terdistribusi secara bebas. Distribusi seperti
ini dapat terjadi apabila pengambilan sempel dilakukan secara random. Randomisasi ini juga
berguna untuk mengurangi bias yang di sebabkan oleh pilih kasih.
3. Kontrol internal
Yang dimaksud dengan kontrol internal adalah banyaknya bloking, grouping dan
balancing.
a. Gruoping atau pengelompokan
Gruoping adalah membagi unit-unit percobaan dalam kelompok homogen. Tiap
unit percobaan dalam suatu kelompok harus memperoleh perlakuan yang sama.
Contoh: jika seorang peneliti ingin mengadakan penelitian tentang pengaruh zat
aditif dengan 3 macam dosis terhadap waktu ikat beton. Untuk itru peneliti
mengelompokkan unit percobaan atas kelompok. Tiap kelompok diberikan dosis
aditif, yaitu kelompok I dengan dosis A, kelompok II dengan dosis B dan
kelompok III dengam dosis C.
Dalam hal ini unit percobaan tiap kelompok harus homogen dan tiap kelompok harus
memperoleh satu perlakuan saja.
b. Bloking
Bloking adalah membagi unit-unit percobaan dalam kelompok homogen tetapi
tiap kelompok dibagi dalam beberapa kelompok lain. Pengelompokan pertama
dinamakan bloking dan dari masing-masing blok dibuat perlakuan yang berbeda.
Contoh: jika seorang peneliti ingin melihat pengaruh zat pengawet yang terdri dari
3 jenis zat pengawet terhadap 3 jenis kayu: miranti , semantok dan dammar. Kayu
miranti 12 potong, kayu semantok 6 potong dan kayu dammar 6 potong.
Zat pengawet jenis A, jenis B dan jenis C.
24 Potong
Contoh:
Seorang peneliti ingin meneliti 2 jenis zat pengawet kayu. Umtuk ini diadakan
pada 2 jenis kayu. Jenis zat pengawet A dicoba pada kayu miranti dan zat
pengawet B dicoba pada kayu mahoni. Hasil percobaan menyatakan zat pengawet
A memberi hasil lebih baik ketimbang zat pengawet B. Beda hasil ini bisa jadi
karena perbedaan zat akan tetapi mungkin juga karena kayu miranti ternyata lebih
awet ketimbasng kayu mahoni. Hal seperti ini dikatakan bahwa perbedaan zat
pengawet adalah confounded atau bercampur dengan perbedaan jenis kayu.
Dengan kata lain efek zat pengawet dan efek jenis kayu adalah confounded.
Maka: dengan demikian disain percobaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga
efek confounded dapat dihilangkan atau diperkecil.
Secara diagram jenis-jenis disain percobaan dapar dilihat pada gambar berikut ini:
Disain percobaan
44016 6 8
92795 7 22
54460 8 13
82240 9 20
51492 10 11
95895 11 23
52512 12 12
39856 13 5
43879 14 7
30647 15 4
71047 16 17
97092 17 24
59576 18 15
3013 19 2
67938 20 16
24258 21 3
00538 22 1
40963 23 6
91829 24 21
e. Kenudian buat ranking random nomor yang diurut dari terendah ke tertinggi
f. Tentukan perlakuan untuk masing-masing benda uji. Gunakan ranking sebagai urutan
benda uji nomor urutan sebagai perlakuan.
Perlakuan A: nomor urut 1 – 6
Perlakuan B: nomor urut 7 – 12
Perlakuan C: nomor urut 13 – 18
Perlakuan D: nomor urut 19 – 24
Degan demikian dari kesesuaian nomor urut dari ranking sebagai nomor benda uji dapat
disusun:
Perlakuan A:
Nomor urut 14 19 10 9 18 8
Perlakuan B:
Nomor urut 22 13 20 11 23 12
Perlakuan C:
Nomor urut 5 7 4 17 24 15
Perlakuan D:
Nomor urut 2 16 3 1 6 21
g. Layout akhir dari benda uji dengan perlakuan secara random dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
1 D 2 D 3 D 4 C
5 C 6 D 7 C 8 A
9 A 10 A 11 B 12 B
13 B 14 A 15 C 16 D
17 C 18 A 19 A 20 B
21 D 22 B 23 B 24 C
2
3
4
5
6 Blok II
1
2
3
4
5
6
1 Blok III
2
3
4
5
6
Blok IV
g. Untuk blok II dan blok IV dilakukan randomisasi yang sama seperti urutan diatas
Misalnya peneliti ingin mengetahui pengaruh atau hubungan FAS dan umur beton
terhadap kuat tekan beton, untuk ini peneliti mempunyai 6 level FAS yaitu 𝑓1, 𝑓2 , 𝑓3 , 𝑓4, 𝑓5,
dan 𝑓6 peneliti mempunyai umur beton 3 level yaitu 𝑈1, 𝑈2, 𝑈3 . Percobaan diinginkan
mempunyai replikasi 3, maka disain peneliti mempunyai 3 buah blok.
Langkah selanjutnya:
- Bagi 3 blok dalam 6 buah strip horizontal masing-masing untuk faktor f.
- Kemudian secara random seperti cara yang telah dijelaskan diatas peneliti
tempatkan pelakuan 𝑓1, 𝑓2, 𝑓3 , 𝑓4, 𝑓5, dan 𝑓6 pada strip tersebut, misal peneliti
peroleh:
f6 f4 f5
f5 f2 f2
f3 f6 f3
f2 f3 f4
f4 f2 f6
f1 f5 f1
- Setiap blok dibagi atas 3 buah strip vertikal untuk menempatkan faktor U.
- Selanjutnya secara random peneliti tempatkan perlakuan 𝑈1, 𝑈2, dan 𝑈3 misal
peneliti peroleh:
f6 U1 f6 U2 f6 U3 f4 U3 f4 U2 f4 U1 f5 U3 f5 U1 f5 U2
f5 U1 f5 U2 f5 U3 f2 U3 f2 U2 f2 U1 f2 U3 f2 U1 f2 U2
f3 U1 f3 U2 f3 U3 f6 U3 f6 U2 f6 U1 f3 U3 f3 U1 f3 U2
f4 U1 f4 U2 f4 U3 f3 U3 f3 U2 f3 U1 f4 U3 f4 U1 f4 U2
f2 U1 f2 U2 f2 U3 f1 U3 f1 U2 f1 U1 f6 U3 f6 U1 f6 U2
f1 U1 f1 U2 f1 U3 f5 U3 f5 U2 f5 U1 f1 U3 f1 U1 f1 U2
Pada sebuah penelitian harus ada variabel yang diteliti 2 variabel atau lebih. Variabel
merupakan objek dari penelitian dimana dalam analisisnya sekurang-kurangnya terdiri dari 2
jenis variabel yaitu:variabel bebas ( independent variabel ) dan variabel terikat ( dependent
variabel ). Disamping kedua variabel tersebut adakalanya pada penelitian tersebut terdapat
variabel antara yaitu variabel moderating serta variabel intervening. Kondisi ini dapat terjadi
jika pada penelitian tersebut menggunakan permodelan matematis dalam merumuskan atau
menyusun formula model matematis.
Variabel terikat ( dependent variabel ) adalah variabel yang menjadi perhatian utama
dalam sebuah pengamatan dimana besaran nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas (
independent variabel ) atau variabel ini merupakan konsekwensi dari variabel bebas. Untuk
memudahkan pemahaman dalam penelitian ketekniksipilan dapat dilakukan berdasarkan
rumus utama yang digunakan dalam penelitian tersebut. Misalnya pada penelitian tentang
debit pada suatu saluran maka rumus yang digunakan adalah:
𝑄 = 𝐴. 𝑉 ................................................................ ( 3.1 )
Dimana:
Q = debit
A = luas penampang saluran
V = kecepatan aliran
Dalam hal ini parameter Q adalah variabel terikat ( dependent variabel ) karena
besaran nilainya sangat dipengaruhi oleh besaran nilai parameter A dan besaran nilai
parameter V. Apabila besaran nilai paramter A atapun V meningkat maupun menurun maka
besaran nilai parameter Q juga akan meningkat ataupunmenurun.
Selain itu variabel dapat dibedakan atas variabel kuantitatif dan variabel kualitatif.
Contoh variabel kuantitatif misalnya diameter agregat, lama waktu ilat beton, intensitas hujan
dan sebagainya. Contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran, kepandaian, keindahan,
berkualitas baik dan sebagainya. Variabel kuantitatif diklafikasikan menjadi 2 kelompok
yaitu variabel deskrit dan variabel kontinyu.
1. Variabel Deskrit: adalah variabel yang nilainya tidak dinyatakan dalam bentuk pecahan
atau desimal dibelakang koma. Contoh variabel deskrit misalnya jumlah benda uji, tidak
mungkin peneliti menguji benda uji dengan jumlah 4,5 tetapi jumlahnya 4 buah atau 5
buah. Variabel deskrit ini juga disebut kategorik karna hanya dikategorikan atas 2 kutub
yang berlawanan, misalnya ya-tidak, wanita-pria, atas-bawah, hadir-tidak, dan sebagainya.
Angka-angka yang digunakan dalam variabel kategorik ini untuk menghitung seperti
banyaknya pria atau banyaknya yang hadir. Angka dinyatakan sebagai frekuensi.
2. Variabel kontinyu: adalah variabel yang nilainya dpat dinyatakan dalam bentuk pecahan
atau bilangan desimal. Contohnya variabel ini misalnya berat benda uji bisa ditulis 75,0
kg; 76,14 kg atau 41,76994 kg dan sebagainya.
Contoh:
Jika intensitas hujan besar maka aliran akan membesar. Maka dalam hal ini debit aliran
bergantung kepada nilai intensitas hujan, maka intensitas hujan disebut variabel bebas dan
debit aliran disebut variabel terikat. Dalam bentuk matematika hubungan ini dinyatakan
dalam fungsi yaitu:
Dimana:
Q = debitaliran
I = Intensitas hujan
F = fungsi
Dalam hubungan antar variabel dapat juga terjadi sebuah variabel dependen
disebabkan oleh beberapa variabel indenpenden misalnya kecepatan aliran pada sebuah
saluran tergantung kepada nilai koefisien kekasaran, jari-jari hidrolis dan kemiringan dasar
saluran. Secara matematis hubungan ini dapat ditulis fungsinya.
Jika ada varibel lain yang dianggap berpengaruh terhadap kecepatan aliran tetapi
pengaruhnya tidak signifikan, misalnya kecepatan angin maka varibel ini disebut variabel
moderator. Jika masih ada variabel mempunyai pengaruh cukup berarti namun varibel ini
belum diketahui maka variabel ini disebut variabel random. Pengaruh variabel random dapat
dilihat dari eror yang ditimbulkan pada hasil perhitungan.
Data adalah hasil percatatan peneliti baik berupa fakta ataupun angka. Sesuai dengan
macam atau jenis varibel maka data juga mempunyai jenis:
1. Data deskrit merupakan data dari variabel deskri
2. Data kontinyu merupakan data variabel kontinyu
Bagi peneliti yang ingin mengolah data dengan metode statistik maka datanya harus
berupa data kuantitatif yaitu berupa data angka-angka. Apabila datanya berupa kualitatif
misalnya sangat bagus, bagus, cukp, jelek, jelek sekali maka data tersebut diberi simbol
angka misalnya: sangat bagus 5, bagus 4. Cukup 3, jelek 2, dan jelek sekali 1, baru kemudian
data kualitatif ini dapat diolah dengan metode statistik.
Apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar ada pengaruh lama
penyimpanan terhadap karakteristik aspal beton maka yang menjadi objek penelitian adalah
waktu penyimpanan dan nilai.