Anda di halaman 1dari 24

Terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.

Untuk memastikan
bahwa suatu metode yang dipakai dalam penelitian disebut sebagai metode ilmiah, maka
metode tersebut harus memiliki kriteria sebagai berikut:
a) Berdasarkan fakta
Informasi atau data yang akan diteliti hendaknya berdasarkan fakta-fakta dan bukan dari
pemikiran dan dugaan.
b) Bebas dari prasangka
Fakta atau data berdasarkan bukti-bukti yang objektif, bebas dari pertimbangan yang
subyektif.
c) Mengunakan prinsip analisis
Fakta atau data tidak hanya diterima apa adanya akan tetapi perlu dianalisis apakah fakta
atau data tersebut benar adanya.

1. Prosedur langkah-langkah metode ilmiah


Penelitian ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah –
langkah yang harus dilakukan secara berurutan dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau
tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga.
a) Memilih masalah
Masalah akan muncul apabila ada kesengajaan antara harapan dan kenyataan. Dalam
memilih masalah penelitian memang tidak mudah, untuk memilih masalah dapat
dilakukan melalui:
o Buku bacaan
o Hasil penelitian yang terdahulu
o Pengalaman-pengalaman di lapangan
b) Studi pendahuluan
Studi pendahuluan diperlukan untuk:
o Menjajaki kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti
o Mencari informasi yang diperlukan oleh penelitian agar penelitian dapat
dilaksanakan
c) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah diperlukan untuk:
o Menentukan dari mana harus dimulai penelitian
o Menentukan tujuan penelitian
o Menentukan dengan cara apa tujuan tersebut dapat dicapai
d) Merumuskan anggaran dasar
Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan
berfungsi sebagai alasan perlunya dilakukan penelitian.

Misalnya ingin diteliti kuat tekan beton pada nilai FAS (Faktor Air Semen) yang
berbeda, maka anggapan dasarnya adalah kuat tekan beton berbeda-beda apabila nilai
FAS nya berbeda-beda. Jika kuat tekan beton tidak berbeda meskipun nilai FAS nya
berbeda maka kuat tekan beton bukanlah variabel yang perlu diteliti.
e) Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih
harus dibuktikan kebernarannya melalui penelitian. Namun tidak semua penelitian
teknik sipil menggunakan hipotesis.
f) Memilih pendekatan
Memilih pendekatan ini meliputi:
o Cara mengadakan penelitian apakah eksperimen atau non eksperimen
o Jenis penelitian yang dilakukan apakah ekspolaratif, deskriptif atau histories
o Subjek penelitian apakah populasi atau sampel
g) Menentukan variabel dan sumber data
Untuk mengetahui variabel atau sumber data maka dapat penelitian lakukan dengan
menjawab pertanyaan:
o Apa yang akan diteliti?
o Dari mana data diperoleh?
h) Menentukan dan menyusun instrumen
Instrumen sangat tergantung dari jenis data dan dari mana diperoleh. Sebagai contoh:
data suhu udara akan dapat peneliti peroleh dengan menggunakan alat thermometer.
Denga cara mengamati dan mencatat naik turunnya air raksa pada angka tertentu pada
thermometer tersebut.
i) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data perlu kehati-hatian karena apabila diperoleh data yang salah
maka kesimpulannya pun akan salah pula dan hasil penelitian menjada tidak berguna.
j) Analisis data
Jenis data akan menuntut teknik analisis data, sebagai contoh: data yang bentuknya
kualitatif seperti baik, sedang, jelek, tidak dapat dihitung nilai rata-ratanya dan nilai
standar deviasinya.
k) Menarik kesimpulan
Kesimpulan merupakan hasil akhir dari sebuah kegiatan penelitian yang hasilnya
dicocokan dengan hipotesis yang dirumuskan. Dalam menarik kesimpulan, peneliti
tidak boleh mengarahkan agar hipotesisnya terbukti, tidak terbuktinya suatu hipotesis
juga merupakan hasil penelitian.
l) Menulis laporan
Kegiatan penelitian menuntut hasilnya disusun atau ditulis dalam bentuk laporan
penelitian agar hasilnya dapat diketahui banyak orang serta prosedurnya pun diketahui
orang sehingga dapat dilakukan check kebenaran pekerjaan penelitian tersebut.
3.1 Memilih Masalah
Memilih masalah adalah suatu langkah awal dalam sebuah penelitian. Masalah
merupakan hal yang ingin dipecahkan akibat terjadinya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan (Das Sollen Das Sein), oleh karenanya peneliti ingin melakukan penelitian agar
mendapat jawaban dari masalah tersebut sehingga harapan dan kenyataan memiliki
kesamaan.
Contoh:
Harapan para engineer sipil adanya informasi tentang pengaruh lama penyimpanan aspal
terhadap karakteristik aspal beton. Setelah diketahui bahwa pada kenyataannya informasi
tersebut belum ada, maka berarti ada kesenjangan inilah disebut masalah dan masalah ini
akan diteliti.

Masalah dapat diperoleh dari pengalaman sehari-hari, buku-buku seperti jurnal atau bahan
bacaan lainnya, informasi dari orang lain. Masalah yang muncul dari hasil renungan
penelitian merupakan cara perolehan masalah yang baik, karena didorong oleh kebutuhan
peneliti untuk memperoleh jawaban.

3.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah


Masalah yang menarik saja belum cukup menjamin terlaksananya penelitian, apabila
disarikan terdapat 4 hal yang harus dipenuhi bagi terpilihnya masalah penelitian sehingga
menjadi sebuah penelitian:
1. Penelitian harus sesuai dengan minat peneliti, hal ini berhubungan dengan bidang
keahliannya
2. Penelitian dapat dilaksanakan dan hal ini ditinjau dari diri peneliti sendiri apakah:
o Menguasai teori dan metoda
o Mempunyai waktu yang cukup
o Kuat fisik
o Mempunyai dana
3. Tersedia faktor pendukung, hal ini ditinjau dari luar diri si peneliti apakah:
o Tersedia data
o Ada izin yang berwenang
4. Hasil penelitian bermanfaat karena penelitian merupakan pekerjaan yang tidak
mudah, membutuhkan tenaga, waktu dan biaya. Oleh karena itu hasil penelitian
hendaknya memberikan sesuatu yang bermanfaat. Setiap peneliti harus siap menjawab
“Apa manfaat penelitian anda?”

3.1.2 Masalah dan Judul Penelitian


Masalah ataupun permasalahan penelitian dapat dilihat dari rumusan judulnya. Secara
garis besar ada 3 jenis masalah sehingga peneliti ingin untuk melakukan penelitian yaitu:
1. Peneliti ingin mengetahui status tertentu
Peneliti ini bersifat deskriptif yaitu menjelaskan atau menerangkan peristiwa di mana
peneliti ingin mengetahui keadaan sesuatu, mengenai apa, bagaimana, beberapa
banyak, sejauh mana dan sebagainya.

Sebagai contoh jenis penelitian ini misalnya apabila peneliti ingin mengetahui
beberapa debit andalan sebuah sungai. Dengan permasalahan ini maka judul
penelitiannya dapat dirumuskan:
“penelitian tentang besar debit andalan ..................”
2. Peneliti ingin membandingkan status 2 fenomena atau lebih dalam melakukan
perbandingan peneliti selalu memandang 2 fenomena atau lebih ditinjau dari
persamaan dan perbedaan yang ada. Sering terjadi peneliti membandingkan 2
fenomena terhadap suatu standar. Jenis peneliti seperti ini disebut peneliti komparatif.
Sebagai contoh jenis penelitian ini misalnya si peneliti ingin mengetahui rasio atau
perbandingan antara kuat tarik sambungan pada kayu dengan kuat tarik tanpa
sambungan pada kayu. Dengan permasalahan seperti ini maka judul penelitiannya
dapat dirumuskan:
“Rasio kuat tarik sambungan terhadap kuat tarik normal pada kayu..........”
3. Peneliti ingin mengetahui hubungan antara 2 fenomena atau lebih penelitian ini sering
diistilahkan peneliti korelasi. Sebagai contoh dan jenis penelitian ini misalnya peneliti
ingin mengetahui hubungan sudut geser menggunakan alat direct shear dengan sudut
longsor menggunakan alat permodelan pada pasir. Dengan permasalahan seperti ini
maka judul penelitian dapat dirumuskan:
“Hubungan sudut geser Direct shear dengan sudut longsor permodelan pasir”

3.2 Merumuskan Judul


Ada pendapatan menyatakan bahwa sebaiknya judul penelitian ditulis selengkap
mungkin sehingga dengan membaca judul dapat diketahui kehendak peneliti. Ada
pendapat lain yang menyatakan bahwa judul penelitian sebaiknya sesingkat mungkin. Jika
pembaca ingin tahu apa yang dimaksud lebih kanjut harus membaca penjelasan pada
bagian lain. Kedua pendapat tersebut tidak ada yang salah dalam makna kedua pendapat
tersebut adalah benar, penggunaannya tergantung kepada si peneliti.
Dalam merumuskan judul penelitian yang lengkap sekurang-krangya mencakup:
1) Sifat dan jenis penelitian
2) Objek yang diteliti (variabel yang diteliti)
3) Lokasi atau daerah tempat dilakukannya penelitian
4) Tahun dan waktu terjadinya peristiwa yang akan diteliti.
Contoh judul penelitian yang lengkap:
Studi Komparasi Metode Rasional Melchior dan Metode Rasional Der Weduwen
Untuk Menghitung Debit Maksimum Terhadap Pengendalian Banjir Sungai
Krueng Aceh Yang Terjadi Pada Tahun 2030

Studi komparasi : Sifat atau jenis penelitian


Metode Rasional Melchior dan Metode Rasional Der Weduwen untuk
Menghitun debit maksimum terhadap pengendalian banjir : Objek Penelitian
Sungai Krueng Aceh : Lokasi Penelitian
Yang terjadi pada Tahun 2030 : Tahun terjadinya peristiwa

Apabila judul penelitian ditulis singkat maka perlu ditambahkan dengan penegasan judul
dan masalah dalam bagian pendahuluan pada laporan penelitian.

3.3 Studi Pendahuluan


Studi pendahuluan merupakan studi yang dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang penelitian yang akan dilakukan dan mempertajam arah studi utama. Studi
pendahuluan dilakukan karena kelayakan penelitian berkenaan dengan prosedur
penelitian dan hal lainnya masih belum jelas. Studi pendahuluan bisa saja mengubah arah
penelitian yang telah disusun didalam proposal. Dengan demikian, studi pendahuluan
bisa saja menghasilkan perubahan prosedur penelitian, meningkat pengukuran,
meningkatkan kepercayaan asumsi, dan desain yang lebnih mantap dari studi utama.
Studi pendahuluan sering kali merupakan maniatur dari studi utama, karena studi
pendahuluan terkadang menguji sejumlah instrumen yang akan digunakan dalam srudi
utama.
Untuk memudahkan pemahaman tentang hubungan antara rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup serta batasan penelitian dapat
memperhatikan dari variabel yang akan diteliti. Berdasarkan variabel yang akan diteliti,
apabila memunculkan 2 bentuk pernyataan rumusan masalah maka tujuan penelitiannya
juga 2 buah, manfaat penelitiannya juga 2 buah demikian pula halnya dengan ruang
lingkup serta batasan penelitiannya juga 2 buah.
Contoh :
Sebuah penelitian tentang pengaruh tataguna lahan terhadap pengendalian banjir, misalnya
mempunyai 2 bentuk rumusan masalah yang akan dijawab oleh hasil penelitian.
1. Seberapa besar tataguna lahan berpengaruh terhadap terjadinya banjir
2. Seberapa besar banjir berpengaruh terhadap pengendalian banjir.
Maka tujuan penelitian juga 2 buah yaitu tujuan untuk menjawab rumusan masalah pertama
dan tujuan untuk menjawab rumusan masalah kedua. Tujuan penelitian dapat ditulis menjadi:
1. Untuk menganalisis dan mengkaji seberapa besar pengaruh tataguna lahan terhadap
terjadinya banjir.
2. Untuk menganalisis dan mengkaji seberapa besar banjir mempengaruhi pengendalian
banjir.
Dengan demikian manfaat penelitian nantinya juga 2 buah yaitu manfaat terhadap tujuan 1
dan manfaat terhadap tujuan 2. Manfaat penelitian dapat ditulis menjadi:
1. Dengan mengetahui pengaruh perubahan tataguna lahan terhadap terjadinya banjir
sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam menyusun regulasi
terhadap penggunaan lahan atau penyusunan Qanun Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) termasuk dalam mengatur perizinan penggunaan lahan.
2. Dengan mengetahui pengaruh banjir terhadap pengendalian banjir sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah daerah dan SKPD terkait dalam mempersiapkan
strategi pengendalian banjir termasuk dengan strategi kesiagaan (mitigasi) dalam
bencana banjir.

Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti dapat menyusun ruang lingkup dan batasan
penelitian dalam hal ini ada 2 buah yaitu ruang lingkup dan batasan penelitian terhadap
manfaat 1 dan ruang lingkup batasan penelitian terhadap manfaat 2, hal ini berlanjut sampai
kepada hasil penelitian dan kesimpulannya juga ada 2 buah yaitu kesimpulan utama terhadap
tujuan penelitian 1 dan kesimpulan terhadap tujuan penelitian 2, bahkan saran dan
rekomendasi juga ada 2 buah.

3.4.2 Bagaimana Merumuskan Masalah


Merumuskan masalah secara lengkap akan tertulis pada bab pendahuluan dari
proposal penelitian yaitu meliputi:
1. Penegasan judul
Apabila dibutuhkan untuk menjelaskan artin dan batasan kata-kata pada judul
penelitian maka hal ini perlu dilakukan sehingga permasalahan yang belum dapat
dijelaskan oleh judul dapat memberikan pengertian yang lebih luas.
2. Alasana pemilihan Judul
Hal ini juga dapat memperjelaskan masalah yang diteliti melalui alasan yang
dikemukan antara lain:
a. Pentingnya masalah tersebut diteliti
b. Menarik minat peneliti
c. Sepanjang pengetahuan peneliti belum ada orang yang meneliti masalah tersebut.
3. Batasan masalah
Dalam langkah ini peneliti mengajukan pertanyaan terhadap dirinya tentang hal-hal
yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian, sehingga peneliti memberi
batasan permasalahan yang diteliti.

Contoh judul penelitian:


“Estimasi Intersepsi Hujan oleh Tumbuhan”

Pembatasan yang dilakukan meliputi;


a. Jenis tumbuhan
b. Jenis penelitian
c. Model matematika apa yang digunakan
Semua jawaban batasan tersebut dijelaskan pada bab pendahuluan.
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan dalam kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal
yang diperoleh setelah penelitian selesai.
Dari contoh judul diatas:
“Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh rumus estimasi intersepsi hujan oleh tumbuhan
....... dengan menggunakan model..............”
Secara keseluruhan merumuskan masalah ini akan tergambar pada proposal atau
usulan penelitian, oleh karenanya umumnya seorang peneliti sebelum meneliti akan membuat
proposal penelitian untuk melihat dan menguji apakah masalah yang dirumuskan layak untuk
diteliti atau tidak.

3.5 Merumuskan Anggapan Dasar


Setelah peneliti menjelaskan permasalahan secara jelas, yang difikirkan selanjutnya
adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau masalah dalam hubungan yang lebih luas.
Dalam hal ini peneliti harus memberikan asumsi yang jelas dan kuat tentang kedudukan
permasalahannya. Asumsi yang harus diberikan tersebut diberi nama asumsi dasar atau
anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil
penelitian nantinya.
Dikatan juga anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang
kebenrannya diterima oleh penyidik.
Contoh pada penelitian dengan judul
“Estimasi Intersepsi Hujan Oleh Tumbuhan”
Anggapan dasar: “Pohon akan mengintersepsi hujan yang besarnya berpariasi menurut jenis
pohon”
Peneliti perlu merumuskan anggapan dasar:
1. Agar dasar bepijak bagi masalah yang diteliti
2. Untuk mempertegas variable yang menjadi pusat perhatian peneliti
3. Guna merumuskan hipotesis
Anggapan dasar dapat diperoleh dengan cara:
1. Bahan bacaan:
a) Sumber umum seperti buku teks, ensiklopedi dan lain-lain
b) Sumber acuan khusus seperti buletin, jurnal, periodikal, disertasi, tesis, skripsi
2. Mendengar berita, ceramah dan pembicaraan orang lain
3. Berkunjung ketempat-tempat yang berhubungan dengan masalah yang diteliti
4. Dengan mengadakan pendugaan, mengabstaksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuan.

Sebagai bahan pendukung anggapan dasar, peneliti sebaiknya melakukan studi


kepustakaan untuk mengupulkan teori-teori dari buku maupun penemuan dari peneliti lain.
Hasil pembacaan sebaiknya dicatat.

3.6 Memilih Pendekatan


Dalam melakukan penelitian sangat penting dilakukan adalah memilih pendekatan
untuk di aplikasikan dalam penelitian. Untuk dapat memilih pendekatan maka perlu dipahami
jenis-jenis pendekatan.
Pendekatan penelitian dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung dari:
1. Jenis pendekatan menurut samplingnya
a) Pendekatan populasi
b) Pendekatan sampel
c) Pendekatan kasus
2. Jenis pendekatan menurut cara variabel
a) Pendekatan non eksperimen
b) Pendekatan eksperimen
3. Jenis pendekatan menurut sifat penelitian non eksperimen
a) Penelitian kasus
b) Penelitian causal komparatif
c) Penelitian historis
d) Penelitian korelasi
4. Jenis pendekatan menurut model pengembagan atau model pertumbuhan
a) One shot model, yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan
data pada suatu saat.
Contoh: meneliti kuat beton pada umur 28 hari, dikupulkan sekelompok benda uji
berumur 28 hari lalu diamati atau diuji kuat tekanannya, penelitian dilakukan pada
suatu waktu terhadap suatu kelompok
b) Longitudinal model, yaitu mempelajari berbagai tingkat umur pertumbuhan, misalnya
meneliti beton dengan cara mengikuti perkembangan dari awal secara kontinyu
Contoh: meneliti kuat tekan beton pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari, pada waktu
sesuai dengan urutan harinya. Atau tidak bersamaan. Dalam hal ini pembuatan benda
uji dilakukan pada hari yang berbeda sesuai dengan umur beton tersebut.

c) Cross-sectional model, yaitu gabungan model on shot model dengan model


longitudinal, untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan dilakukan dengan cepat.
Contoh: meneliti kuat tekan beton pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari, pada waktu
yang bersamaan artinya benda uji disiapkan pada sesuai umurnya yang akan diuji pada
waktu yang sama. Untuk memudahkan pemahaman pembuatan benda uji pada hari
yang berbeda dan pengujiannya pada hari yang sama.
5. Jenis pendekatan menurut desain atau rancangan penelitian.
Jenis pendekatan ini termasuk dalam pendekatan eksperimental. Jenis pendekatan ini
akan dijelaskan pada sub bab desain percoabaan.

3.7 Disain Pecobaan


Dalam melakukan penelitian secara eksperimental maka perlu diketahui disain-disain
yang sering digunakan dalam penelitian. Dengan disain yang baik maka pengaturan
variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental dapat dilakukan secara seksama,
ketat dan tertib. Disain percobaan adalah semua proses yang diperlukan dalam
merencanakan dan melaksanakan percoabaan.

3.7.1 Ciri-ciri Prinsip Dasar Disain Percobaan


Untuk mendapatkan disain pecobaan perlu diketahui ciri-ciri disain percobaan seperti
diuraikan sebagai berikit:
1. Ciri-ciri disain percobaan
a) Variabel-variabel dari disain percobaan dan kondisi yang diperlukan diatur secara ketat
dan dikontrol, serta manipulasi terhadap variabel yang dilakukan
b) Variabel-variabel yang ingin diteliti selalu sebanding dengan variabel kontrol
c) Analisis varian selalu digunakan yang mana analisis berusaha untuk:
 Meminimumkan varian dari eror
 Meminimumkan varian variabel yang tidak termasuk dalam variabel yang ingin
diteliti
 Memaksimumkan varian dari variabel yang diteliti dan yang berkaitan dengan
hipotesa yang dibangun
2. Validitas dam disain percobaan
Validitas menunjukkan ketepatan, kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan
fungsi ukurnya. Informasi validitas menunjukkan tingkat dari kemampuan tes untuk
mencapai sasaran. Dalam disain pecobaan terdapat dua jenis validitas yang perlu diperhatikan
yaitu validitas eksternal dan validitas internal.
a) Validitas Eksternal
Validitas eksternal menunjukkan bahwa hasil penelitian adalah valid yang dapat
digeneralisasikan kesemua objek, situasi dan waktu yang berbeda. Jika diingikan hasil
percobaan dapat dibuat digeneralisasi untuk memberikan ukuran terhadap populasi, maka
yang dipersoalkan adalah validitas eksternal. Suatu disain percobaan harus mempunyai
validitas eksternal yang tinggi, untuk itu randomisasi atau sampling harus diusahakan
sebaik mungkin. Dengan validitas eksternal yang tinggi, hasil dari percobaan akan cukup
representatif untuk mewakili populasi.
b) Validitas internal
Validitas internal menunjukkan kemampuan dari instrumen penelitian mengukur apa yang
seharusnya diukur dari suatu konsep. Validitas internal digunakan untuk menjawab
pernyataan apakah penelitian sudah menggunakan konsep yang seharusnya. Untuk melihat
apakah perbedaan yang ditunjukkan oleh hasil percobaan benar-benar disebabkan oleh
variabel-variabel yang diteliti. Maka jawabannya adalah diperlukan validitas internal yang
tinggi. Suatu disain percobaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga perbedaan yang
diperlihatkan benar-benar oleh perlakuan yang diberikan bukan oleh faktor atau variabel
yang lain.

3.7.2 Tiga Prinsip Disain Percobaan


Dalam rangka meningkatkan validitas ada 3 prinsip yang perlu diketahui: replikasi,
randminasi (berhubungan dengan validitas eksternal) dan kontrol internal
(berhubungan dengan validitas internal)
1. Replikasi
Yang dimaksud dengan replikasi adalah pengulangan dari percobaan. Replikasi ini
berguna untuk:
a. Memberikan error estimasi
Error estimasi ini diperlukan untuk unit dasar untuk mengukur signifikansi dan
mengukur jarak interval kepercayaan ( confidence interval)

Miaalnya: X – Z.Se≤ X + Z.Se


𝑆𝑑
Se =
√𝑛
b. Memberikan estimasi yang lebih tepet terhadap error percobaan.
c. Memperoleh estimasi yang lebih baik terhadap pengaruh mean dari tiap faktor.
𝜎2
𝑆𝑥 =
𝑛
Dimana:
𝜎 = error percobaan
N = banyaknya reflikasi
2. Randominasi
Seperti sudah diterangkan, redlikasi dapat memberkan estimasi yang lebih baik untukm error
percobaan. Dengan adanya replikasi dimungkinkan menguji signifikansi dapat dilakukan:

Randomisa Error percobaan Uji Signifikansi


si

Gambar 3.1 konsep randomisasi

Supaya uji signifikansi valid maka diperlukan randomisasi. Uji signifikansi valid, jika
beberapa hal repenuhin yaitu hasil pengamatan terdistribusi secara bebas. Distribusi seperti
ini dapat terjadi apabila pengambilan sempel dilakukan secara random. Randomisasi ini juga
berguna untuk mengurangi bias yang di sebabkan oleh pilih kasih.

3. Kontrol internal
Yang dimaksud dengan kontrol internal adalah banyaknya bloking, grouping dan
balancing.
a. Gruoping atau pengelompokan
Gruoping adalah membagi unit-unit percobaan dalam kelompok homogen. Tiap
unit percobaan dalam suatu kelompok harus memperoleh perlakuan yang sama.
Contoh: jika seorang peneliti ingin mengadakan penelitian tentang pengaruh zat
aditif dengan 3 macam dosis terhadap waktu ikat beton. Untuk itru peneliti
mengelompokkan unit percobaan atas kelompok. Tiap kelompok diberikan dosis
aditif, yaitu kelompok I dengan dosis A, kelompok II dengan dosis B dan
kelompok III dengam dosis C.

Kelompok I Kelompok II Kelompok III


Dosis A Dosis B Dosis C

Gambar 3.2 kontrol internal

Dalam hal ini unit percobaan tiap kelompok harus homogen dan tiap kelompok harus
memperoleh satu perlakuan saja.
b. Bloking
Bloking adalah membagi unit-unit percobaan dalam kelompok homogen tetapi
tiap kelompok dibagi dalam beberapa kelompok lain. Pengelompokan pertama
dinamakan bloking dan dari masing-masing blok dibuat perlakuan yang berbeda.

Contoh: jika seorang peneliti ingin melihat pengaruh zat pengawet yang terdri dari
3 jenis zat pengawet terhadap 3 jenis kayu: miranti , semantok dan dammar. Kayu
miranti 12 potong, kayu semantok 6 potong dan kayu dammar 6 potong.
Zat pengawet jenis A, jenis B dan jenis C.

24 Potong

Blok I Blok Blok


12 Potong Meranti 6 Potong Semantok 6 Potong Pinus

4 Potong 2 Potong 2 Potong


Zat Pengawet A Zat Pengawet A Zat Pengawet A

4 Potong 2 Potong 2 Potong


Zat Pengawet B Zat Pengawet B Zat Pengawet B

4 Potong 2 Potong 2 Potong


Zat Penagawet C Zat Pengawet C Zat Pengawet C
Gambar3.3 contoh bloking
Dalam hal ini tiap blok unit percobaan homogen. Jumlah perlakuan tiap blok sama
dengan jumlah jenis perlakuan yang ingin di coba. Jumlah unit percobaan dalam
tiap blok tidak perlu sama.

c. Balancing atau perimbangan


Balancing adalah cara seseorang peneliti membagi unit percobaan dalam
kelompok, dalam blok dan dalam menetukan jumlah unit percobaan pada satu
perlakuan, sehingga terdapat suatu keseimbangan yang akan membawa kepada
hasil percobaan lebih baik.

Contoh:
Seorang peneliti ingin meneliti 2 jenis zat pengawet kayu. Umtuk ini diadakan
pada 2 jenis kayu. Jenis zat pengawet A dicoba pada kayu miranti dan zat
pengawet B dicoba pada kayu mahoni. Hasil percobaan menyatakan zat pengawet
A memberi hasil lebih baik ketimbang zat pengawet B. Beda hasil ini bisa jadi
karena perbedaan zat akan tetapi mungkin juga karena kayu miranti ternyata lebih
awet ketimbasng kayu mahoni. Hal seperti ini dikatakan bahwa perbedaan zat
pengawet adalah confounded atau bercampur dengan perbedaan jenis kayu.
Dengan kata lain efek zat pengawet dan efek jenis kayu adalah confounded.
Maka: dengan demikian disain percobaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga
efek confounded dapat dihilangkan atau diperkecil.

3.7.3 perlakuan dan faktor


dalam disain percobaan, istilah perlakuan dan faktor sering sekali
dijumpai. Kedua istilah tersebut mengandung arti sebagai berikut.
1. Perlakuan: dalam bahasa inggris disebut TREATMENT adalah suatu
set khusus yang dikenakan atau yang dilakukan terhadap sebuah unit
percobaan dalam batas-batas disain yang digunakan.
Contoh:
 pada penelitian struktur: variasi FAS, variasi ukuran benda uji,
variasi pembebanan, variasi zat aditif, variasi jarak
pembebanan pada blok dan lain-lain.
B. Disain eksperimental Semu
Disain eksperimental semu mempunyai kelompok kontrol, tetap tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Dalam kondisi tertentu kadang-kadang tidak memungkinkan untuk memilih dan
menempatkan subyek penelitiank secara acak kedalam kelompok-kelompok eksperimen,
kendatipun sebenarnya pengacakan itu sendiri merupakan cara tebaik untuk mengendalikan
variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal-eksternal hasil eksperimen. Seperti
ini disain eksperimen yang dapat dipilih adalah disain eksperimen semu.

Disain-disain yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:


1. Analisi regresi – discontinuity
2. Disain korelasi ex port fact
3. Disain path up
4. Disain multiple time series
5. Disain separate smple pre test pos: test control group
6. Disain sprate sample pre test pos test
7. Disain counter balanced
8. Disain non equivalent control group
9. Disain equivalent material
10. Disain equivalent time samples

C. Disain eksperimental sebenarnya


Disain eksperimental sebenarnya adalah disain dimana aturan untuk menempatkan
perlakuan pada unit percobaan dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan membuat
perbandingan antar kelompok dengan validitas tinggi dan dapt mengontrol seumber-sumber
variasi pada percobaan tersebut.
Disain percobaan dapat dibagi atas tiga kelompok tergantung kepada apakah
percobaan dengan faktor tunggal atau percobaan dengan faktor ganda (factorial). Ketiga
disain tersebut adalah:
1. Complete block design
Complete block design adalah disain yang digunakan pada pecobaan sederhana dengan
memberikan beberapa perlakuan (treatmen) saja.
2. Incomplete blok design
Incomplete blok design adalah desain yang biasanya digunakan pada percobaan yang
mempunyai banyak perlakuan dimana semua perlakuan tidak dapat ditempatkan pada blok
homogen.
3. Split-plot design
Split-plot design adalah disain yang biasanya digunakan pada percobaan faktorial, dimana:
a. Banyak sekali perlakuan kombinasi yang dicoba
b. Perlakuan tertentu memerlukan unit percobaan yang lebih besar dibandingkan dengan
perlakuan yang lain

Secara diagram jenis-jenis disain percobaan dapar dilihat pada gambar berikut ini:

Disain percobaan

Percobaan factor tunggal Percobaan Faktorial

Complete Block Incomplete Complete Incomplete Split-


plot
Design Block Design Block Design Block design
Design

Randomized Balanced Randomized Balanced Split


Plot
Block Design Lattice Design Complete Lettice Design
Design
Block Design

Randomized patially balance Latin Square coufounding Strip


plot
Complete Block Lettice Design Design
Design
Design

Gambar 3.7 Skema Disain Percobaan

4. Randomized block design


Disain ini sering menggunakan pada percobaan dimana unit percobaan adalah
homogen biasanya diguanakan pada percobaan dalam Laboratorium. Ranmisasi dilaksanakan
dengan menentukan perlakuan terhadap semua unit percoabaan secara random.

44016 6 8
92795 7 22
54460 8 13
82240 9 20
51492 10 11
95895 11 23
52512 12 12
39856 13 5
43879 14 7
30647 15 4
71047 16 17
97092 17 24
59576 18 15
3013 19 2
67938 20 16
24258 21 3
00538 22 1
40963 23 6
91829 24 21

e. Kenudian buat ranking random nomor yang diurut dari terendah ke tertinggi
f. Tentukan perlakuan untuk masing-masing benda uji. Gunakan ranking sebagai urutan
benda uji nomor urutan sebagai perlakuan.
Perlakuan A: nomor urut 1 – 6
Perlakuan B: nomor urut 7 – 12
Perlakuan C: nomor urut 13 – 18
Perlakuan D: nomor urut 19 – 24

Degan demikian dari kesesuaian nomor urut dari ranking sebagai nomor benda uji dapat
disusun:
Perlakuan A:
Nomor urut 14 19 10 9 18 8

Perlakuan B:
Nomor urut 22 13 20 11 23 12

Perlakuan C:
Nomor urut 5 7 4 17 24 15

Perlakuan D:
Nomor urut 2 16 3 1 6 21

g. Layout akhir dari benda uji dengan perlakuan secara random dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
1 D 2 D 3 D 4 C
5 C 6 D 7 C 8 A
9 A 10 A 11 B 12 B
13 B 14 A 15 C 16 D
17 C 18 A 19 A 20 B
21 D 22 B 23 B 24 C

5. Randomized complete block


Ciri-ciri dari disain ini adalah:
- Blocknya sama besar atau jumlah benda uji sama dalam satu block
- Setiap block mempunyai semua perlakuan tujuan pertama dari bloking adalah
untuk menjaga supaya terdapat homogenitas benda uji untuk semua perlakuan
Contoh:
Misalnya peneliti melakukan percobaan denga 6 buah perlakuan yaitu A, B, C, D, E, dan F.
Replikasi untuk setiap perlakuan adalah 4 maka berdasarkan replikasi ini dibuat 4 block, satu
block ada 6 buah benda uji. Layout block tersebut sebagai berikut:
1
2
3 Block 1
4
5
6

2
3
4
5
6 Blok II
1
2
3
4
5
6
1 Blok III
2
3
4
5
6
Blok IV

Randomisasi untuk perlakuan dilakukan untuk masing-masing blok


Misalnya Untuk Blok 1:
a. Gunakan Tabel angka untuk mempekerjakan randominasi dengan mata tertutup untuk
angaka table dan gunakan angka tersebut sebagai angka dasar
b. Gunakan angka dasar tersebut, ambil 6 buah angka secara berurutan. Pengambilan 6
buah angka ini karena ada 6 buah perlakuan, misalkan peneliti memperoleh angka
berurutan tersebut:
Random Numbers Urutan Ranking
4228 1 4
0927 2 1
5468 3 5
2504 4 2
2558 5 3
6435 6 6

c. Kemudian buat ranking dari nomor kecil ke nomor besar


d. Dengan menggunkan nomor urutan sebgai nomor perlakuan yaitu:
Nomor 1 : Perlakuan A
Nomor 2 : Perlakuan B
Nomor 3 : Perlakuan C
Nomor 4 : Perlakuan D
Nomor 5 : Perlakuan E
Nomor 6 : Perlakuan F

e. Gunakan nomor ranking sebagai nomor uji:


Ranking 1 : Benda uji nomor 1
Ranking 2 : Benda uji nomor 2
Ranking 3 : Benda uji nomor 3
Ranking 4 : Benda uji nomor 4
Ranking 5 : Benda uji nomor 5
Ranking 6 : Benda uji nomor 6

f. Setelah randomisasi maka layout unutuk blok 1 adalah:


1. Perlakuan (2)
2. Perlakuan (4)
3. Perlakuan E (5)
4. Perlakuan A (1)
5. Perlakuan C (3)
6. Perlakuan F (6)

g. Untuk blok II dan blok IV dilakukan randomisasi yang sama seperti urutan diatas

6. Disain Strip – Plot


Disain ini dilakukan pada percobaan faktorial untuk mengetahui pengaruh intraksi dua
atau lebih faktor terhadap variabel terikat yang ingin diteliti. Pada penelitian ini jumlah
replikasi sama dengan jumlah blok. Pada blok tersebut dibagi atas strip horizontal untuk
suatu faktor, kemudian blok dibagi atas strip vertikal untuk faktor yang lain.
Randomisasi dilakukan sebagai berikut:

Misalnya peneliti ingin mengetahui pengaruh atau hubungan FAS dan umur beton
terhadap kuat tekan beton, untuk ini peneliti mempunyai 6 level FAS yaitu 𝑓1, 𝑓2 , 𝑓3 , 𝑓4, 𝑓5,
dan 𝑓6 peneliti mempunyai umur beton 3 level yaitu 𝑈1, 𝑈2, 𝑈3 . Percobaan diinginkan
mempunyai replikasi 3, maka disain peneliti mempunyai 3 buah blok.

Langkah selanjutnya:
- Bagi 3 blok dalam 6 buah strip horizontal masing-masing untuk faktor f.
- Kemudian secara random seperti cara yang telah dijelaskan diatas peneliti
tempatkan pelakuan 𝑓1, 𝑓2, 𝑓3 , 𝑓4, 𝑓5, dan 𝑓6 pada strip tersebut, misal peneliti
peroleh:
f6 f4 f5
f5 f2 f2
f3 f6 f3
f2 f3 f4
f4 f2 f6
f1 f5 f1

- Setiap blok dibagi atas 3 buah strip vertikal untuk menempatkan faktor U.
- Selanjutnya secara random peneliti tempatkan perlakuan 𝑈1, 𝑈2, dan 𝑈3 misal
peneliti peroleh:

f6 U1 f6 U2 f6 U3 f4 U3 f4 U2 f4 U1 f5 U3 f5 U1 f5 U2
f5 U1 f5 U2 f5 U3 f2 U3 f2 U2 f2 U1 f2 U3 f2 U1 f2 U2
f3 U1 f3 U2 f3 U3 f6 U3 f6 U2 f6 U1 f3 U3 f3 U1 f3 U2
f4 U1 f4 U2 f4 U3 f3 U3 f3 U2 f3 U1 f4 U3 f4 U1 f4 U2
f2 U1 f2 U2 f2 U3 f1 U3 f1 U2 f1 U1 f6 U3 f6 U1 f6 U2
f1 U1 f1 U2 f1 U3 f5 U3 f5 U2 f5 U1 f1 U3 f1 U1 f1 U2

Blok I Blok II Blok III

3.8 Menentukan variabel


Variabel didefinisikan sebagai sesuatu nyang mempunyai variasi seperti misalnya
jenis klamin, berat, panjang, kuat tekanan beton, debit banjir, volume lalu lintas, sudut geser
tanah dan lain-lain pada penelitian setelah masalah dirumuskan, studi pendahuluan dilakukan
dan anggapan dasar ditetapkan maka seorang peneliti kemudian merumuskan hipotesis
penelitiannya. Untuk menguji hipotesis tersebut maka peneliti harus menetapkan variabel-
variabel yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis. Oleh karenamya perlu ditetapkan,
diidentifikasi dan diklafikasi variabel-variabel yang akan digunakan pada suatu penelitian.

Pada sebuah penelitian harus ada variabel yang diteliti 2 variabel atau lebih. Variabel
merupakan objek dari penelitian dimana dalam analisisnya sekurang-kurangnya terdiri dari 2
jenis variabel yaitu:variabel bebas ( independent variabel ) dan variabel terikat ( dependent
variabel ). Disamping kedua variabel tersebut adakalanya pada penelitian tersebut terdapat
variabel antara yaitu variabel moderating serta variabel intervening. Kondisi ini dapat terjadi
jika pada penelitian tersebut menggunakan permodelan matematis dalam merumuskan atau
menyusun formula model matematis.

Variabel terikat ( dependent variabel ) adalah variabel yang menjadi perhatian utama
dalam sebuah pengamatan dimana besaran nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas (
independent variabel ) atau variabel ini merupakan konsekwensi dari variabel bebas. Untuk
memudahkan pemahaman dalam penelitian ketekniksipilan dapat dilakukan berdasarkan
rumus utama yang digunakan dalam penelitian tersebut. Misalnya pada penelitian tentang
debit pada suatu saluran maka rumus yang digunakan adalah:
𝑄 = 𝐴. 𝑉 ................................................................ ( 3.1 )
Dimana:
Q = debit
A = luas penampang saluran
V = kecepatan aliran

Dalam hal ini parameter Q adalah variabel terikat ( dependent variabel ) karena
besaran nilainya sangat dipengaruhi oleh besaran nilai parameter A dan besaran nilai
parameter V. Apabila besaran nilai paramter A atapun V meningkat maupun menurun maka
besaran nilai parameter Q juga akan meningkat ataupunmenurun.

Variabel bebas ( independent variabel ) adalah variabel yang dapat mempengaruhi


perubahan nilai pasa variabel terikat (dependent variabel) dan mempunyai hubungan positif
maupun neagatif. Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian ketekniksipilan dapat
dilakukan berdasarkan rumus utama seperti persamaan (1) yang digunakan falam penelitian
tersebut. Dalam hal ini parameter A dan parameter V merupakan variabel bebas dimana
perubahan nilai parameter Q sangat dipengaruhi oleh parameter A dan parameter V.

Selain itu variabel dapat dibedakan atas variabel kuantitatif dan variabel kualitatif.
Contoh variabel kuantitatif misalnya diameter agregat, lama waktu ilat beton, intensitas hujan
dan sebagainya. Contoh variabel kualitatif misalnya kemakmuran, kepandaian, keindahan,
berkualitas baik dan sebagainya. Variabel kuantitatif diklafikasikan menjadi 2 kelompok
yaitu variabel deskrit dan variabel kontinyu.
1. Variabel Deskrit: adalah variabel yang nilainya tidak dinyatakan dalam bentuk pecahan
atau desimal dibelakang koma. Contoh variabel deskrit misalnya jumlah benda uji, tidak
mungkin peneliti menguji benda uji dengan jumlah 4,5 tetapi jumlahnya 4 buah atau 5
buah. Variabel deskrit ini juga disebut kategorik karna hanya dikategorikan atas 2 kutub
yang berlawanan, misalnya ya-tidak, wanita-pria, atas-bawah, hadir-tidak, dan sebagainya.
Angka-angka yang digunakan dalam variabel kategorik ini untuk menghitung seperti
banyaknya pria atau banyaknya yang hadir. Angka dinyatakan sebagai frekuensi.
2. Variabel kontinyu: adalah variabel yang nilainya dpat dinyatakan dalam bentuk pecahan
atau bilangan desimal. Contohnya variabel ini misalnya berat benda uji bisa ditulis 75,0
kg; 76,14 kg atau 41,76994 kg dan sebagainya.

Contoh:
Jika intensitas hujan besar maka aliran akan membesar. Maka dalam hal ini debit aliran
bergantung kepada nilai intensitas hujan, maka intensitas hujan disebut variabel bebas dan
debit aliran disebut variabel terikat. Dalam bentuk matematika hubungan ini dinyatakan
dalam fungsi yaitu:

𝑄 = 𝑓(1) ................................................... (3.2)

Dimana:
Q = debitaliran
I = Intensitas hujan
F = fungsi

Dalam hubungan antar variabel dapat juga terjadi sebuah variabel dependen
disebabkan oleh beberapa variabel indenpenden misalnya kecepatan aliran pada sebuah
saluran tergantung kepada nilai koefisien kekasaran, jari-jari hidrolis dan kemiringan dasar
saluran. Secara matematis hubungan ini dapat ditulis fungsinya.

V = f (n.R.S) ....................................... (3.3)


Dimana:
V = kecepatan aliran sebagai varibel terikat
n = koefisien kekasaran
R = jari-jari hidrolis sebagai variabel bebas
S = kemringan dasar saluran

Jika ada varibel lain yang dianggap berpengaruh terhadap kecepatan aliran tetapi
pengaruhnya tidak signifikan, misalnya kecepatan angin maka varibel ini disebut variabel
moderator. Jika masih ada variabel mempunyai pengaruh cukup berarti namun varibel ini
belum diketahui maka variabel ini disebut variabel random. Pengaruh variabel random dapat
dilihat dari eror yang ditimbulkan pada hasil perhitungan.
Data adalah hasil percatatan peneliti baik berupa fakta ataupun angka. Sesuai dengan
macam atau jenis varibel maka data juga mempunyai jenis:
1. Data deskrit merupakan data dari variabel deskri
2. Data kontinyu merupakan data variabel kontinyu
Bagi peneliti yang ingin mengolah data dengan metode statistik maka datanya harus
berupa data kuantitatif yaitu berupa data angka-angka. Apabila datanya berupa kualitatif
misalnya sangat bagus, bagus, cukp, jelek, jelek sekali maka data tersebut diberi simbol
angka misalnya: sangat bagus 5, bagus 4. Cukup 3, jelek 2, dan jelek sekali 1, baru kemudian
data kualitatif ini dapat diolah dengan metode statistik.
Apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar ada pengaruh lama
penyimpanan terhadap karakteristik aspal beton maka yang menjadi objek penelitian adalah
waktu penyimpanan dan nilai.

Anda mungkin juga menyukai