Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke
tahun jumlahnya cederung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator
Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 Uia Harapan
Hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka
pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat
(66,2%). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan
mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar 71,1 tahun
(KEMENSOS, 2010).
Menua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia yang
ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam menghadapi pengaruh
dari dalam maupun dari luar tubuh. Perubahan tersebut biasanya muncul pada
setiap bagian dari tubuh meliputi fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual.
Perubahan terkait usia menyebabkan timbulnya berbagai masalah umumnya
terjadi pada lansia. Hal ini meliputi menurunnya daya fikir, berkurangnya citra
rasa, masalah tidur, gemetar, berkurangnya refleks, berkurangnya penglihatan
dan pendengaran, penyerapan yang kurang. Berdasarkan survey SKRT tahun
1986 angka kesakitan usia 55 tahun 15,1%. Dan menurut SKRT 1995 angka
kesakitan usia 45-59 sebesar 11,6% (Efendi, 2010).
Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada Papyrus
Ebers di Mesir ± 1500 SM, digambarkan adanya penyakit dengan tanda-tanda
banyak kencing (Miharja, 2008). Menurut American Diabetes Association
(ADA) 2005, Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Sedangkan menurut WHO 1980
dikatakan bahwa diabetes melitus merupakan sesuatu yang tidak dapat
dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat
dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang
merupakan akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin
absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Budhiarta, et, al, 2006).

1
Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang
disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup.
Secara umum, hampir 80 % prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2. Ini
berarti gaya hidup/life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama
meningkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obes
mempunyai risiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obes
(Susanto, 2009).

1.2. Rumusan masalah


1. Bagaimana konsep lansia dengan diabetes mellitus?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan diabetes mellitus?

1.3. Tujuan
1. Bagaimana konsep lansia dengan diabetes mellitus?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan diabetes mellitus?

2
BAB 2

TINJAUN TEORI

2.1. Konsep lansia dengan diabetes mellitus


2.1.1. Definisi
Diabetes mellitus adalah merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperrglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin dan Diabetes mellitus adalah penyakit yang
ditandai oleh tingginya kadaar glukosa dalam darah, pada dasarnya hal ini
karena tubuh kekurangan hormone insulin yang diproduksi oleh kelenjar
pankreas ( Sri Hartini, 2009).
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskopelektron, (Arif Mansjoer, 2005).
Diabetes mellitus adalah penyakit metaboik (kebanyakan herediter)
sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif baik oleh karena adanya
“disfungsi” sel beta pankreas atau ambilan glukosa di jaringan perifer, atau
keduanya (pada DM tipe 2), dengan tanda-tanda hiperglikemia dan
glukosuria, disertai dengan gejala klinis akut (poliuria, polidipsia,
penurunan berat badan), dan ataupun gejala kronik atau kadang-kadang
tanpa gejala. Gangguan primer terletak pada metabolism karbohidrat, dan
sekunder pada metabolism lemak dan protein.

2.1.2. Etiologi
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien
adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah
dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses
menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala
sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul
adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada

3
tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai
yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

3. Klasifikasi
1. Diabetes mellitus tipe 1 : IDDM
Disebabkan oleh kerusakan sel serta pulau langerhans akibat proses
autoimun (amin & Hardhi, 2013). Kerusakan sel beta ini dapat
disebabkan oleh factor genetic yang dipicu oleh factor lingkungan
yang menyebabkan terjadinya autoimun. hal ini menyebabkan diabetes
tipe 1 memiliki karakteristik yaitu ketiadaan insulin absolute dalam
tubuh. Sehingga terapi bagi penderita diabetes tipe 1 yaitu harus
mendapat insulin pengganti. Biasanya tipe 1 ini dijumpai pada
penderita yang tidak gemuk. Berusia kurang dari 30 tahun, dengan
perbandingan perempuan lebih rentan terkena dari pada laki-laki
(Corwin, 2009).
2. Diabetes mellitus tipe 2 : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin ini berarti penurunan kemampuan insulin untuk
merangsan pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati (Amin & Hardhi, 2013).

4. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang perana penting yaitu
memasukkan glukosa kedalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormone yang dihasilkan oleh sel beta di
prankeas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel
dengan akibat glukosa akan tetap berada di poembuluh darah yang artinya
kadar glukosa di dalam darah meningkat (Siswandi, 2009).
Pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel
beta pancreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan yang
merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pancreas.
Respon autoimun dipicu oleh aktivitas limfosit, antibody terhadap sel

4
pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri. Sedangkan pada diabetes
mellitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal
tetapi jumlah reseptor insulin yang pada permukaan sel yang kurang
sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa ndalam
darah menjadi meningkat (kushariadi, 2010).

5. Tanda dan gejala


1. Polidipsia (mudah haus)
2. Poliuria (sering kencing)
3. Polifagia (sering lapar)
4. Lelah dan mengantuk
5. Kesemutan
6. Gatal seluruh badan
7. Katarak
8. Glaukoma
9. Retinopati
10. Pruritus Vulvae
11. Infeksi bakteri kulit
12. Infeksi jamur di kulit
13. Dermatopati

5
6. Pathway

Kerusakan sel α dan β pankreas

Kegagalan Produksi
Produksi glukagon berlebih
insulin
Risiko
kekurangan Meningkatkan Produksi
volume cairan Gula darah gula dari
lemak dan
Osmolaritas protein
meningkat
Membuang
Massa tubuh Fatique
Poliuri Polidipsi Poliphagi
Poliuri Poliuri Berat badan
turun ↓
BB turun Peningkatan gula darah
kronik
Risiko kekurangan
nutrisi

Small vessel disease Arterosklerosis


Diabetik Gangguan
fungsi imun
neuropati Hipertensi,
- Berkurang Peningkatan kadar
sensasi. LDL Infeksi, Gangguan
- Neuropati penyembuhan luka
Suplai darah ↓

Nekrosis Kerusakan
Gangguan perfusi integritas ku
jaringan
Pembedahan: amputasi

Nyeri Intoleransi aktivita

6
7. Penatalaksanaan
Menurut Amin & Hardhi, 2013 adalah sebagai berikut:
1. Pemberian insulin rutin, khususnya bagi penderita diabetes tipe 1
2. Rutin melakukan olahraga
3. Mempertahankan berat badan ideal
4. Kurangi nmakanan yang banyak mengandung karbihidrat dan gula
5. Hindari makanan yang tinggi lemak dan mengandung kolesterol LDL
(seperti, daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus
salad).
6. Hindari minuman beralkohol
7. Kurangi konsumsi garam

8. Komplikasi diabetes mellitus


Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan
kronis. Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia,
diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic
coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati
diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi
(Smeltzer, 2001).
1. Komplikasi akut
a. Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin
yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan
tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin.
DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
2. Komplikasi kronis
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada
pembuluh retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat
berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina
ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh
darah tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat

7
mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa
mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan
kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah
glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar dikedua ginjal
yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis
nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi
sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya pada DM.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati
diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan
autonomic.
d. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit
ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan
DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi
harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa
memperberat retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.
f. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan.
Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial
untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat
mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia,
dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
g. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di
bawah 60 mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi
insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada

8
pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau
hipoglikemik oral.

9
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Asuhan keperawatan pada lansia


A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya,
mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya
apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
5. Integritas ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan dan cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
9. Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

10
10. Pernafasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
12. Pemeriksaan fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah,
termasuk pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk
mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik, pemeriksaan
funduskopi, pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid,
pemeriksaan jantung, evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan
stetoskop, pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari,
pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat, penyuntikan
insulin) dan pemeriksaan neurologis, tanda-tanda penyakit lain yang
dapat menimbulkan DM tipe lain.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisik
3. Gangguan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan perubahan
status metabolik (neuropati perifer).
4. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang
berarti
C. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Pemeliharaan (L.12107) Perilaku (I.12383) Edukasi
kesehatan tidak efektif kesehatan kesehatan
berhubungan dengan a. Kemampuan
ketidakmampuan melakukan a. Identifikasi
mengatasi masalah tindakan factor-faktor
pencegahan yang dapat
masalah meningkatkan
kesehatan dan
b. Kemampuan menurunkan
peningkatan motivasi
kesehatan perilaku hidup

11
c. Pencapaian bersih dan
pengendalian sehat
kesehatan b. Jelaskan factor
resiko yang
dapat
mempengaruhi
kesehatan
c. Ajarkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
2. Nyeri akut (L.08066) Tingkat (I.08238)
berhubungan dengan nyeri Manajemen nyeri
agens pencedera fisik a. Keluhan nyeri a. Identifikasi
b. Kesulitan tidur skala nyeri
c. Perasaan takut b. Identifikasi
mengalami faktor yang
cedera berulang memperberat
dan
memperingan
nyeri
c. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
3. Gangguan integritas (L.14125) Integritas (I.11353)
kulit / jaringan kulit dan jaringan Perawatan
berhubungan dengan integritas kulit
perubahan status a. Kerusakan a. Identifikasi
metabolik (neuropati jaringan penyebab
perifer). kerusakan kulit gangguan
b. Nyeri integritas kulit
c. Tekstur b. Anjurkan
meningkatkan
asupan gizi
c. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
yang ekstrem
4. Berduka berhubungan (L.09094) Tingkat (I.09256)
dengan kematian berduka Dukungan
keluarga atau orang a. Verbalisasi emosional
yang berarti menerima a. Identifikasi
kehilangan hal yang telah
b. Verbalisasi memicu emosi
perasaan sedih b. Fasilitasi
c. Menangis mengungkapk

12
an perasaan
cemas, marah,
atau sedih
c. Lakukan
sentuhan
untuk
memberikan
dukungan

13
BAB 4

KASUS

4.1. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Diabetes Mellitus


4.1.1. Pengkajian Keperawatan
1. Data umum
a. Nama lansia : Ny.S
b. Usia : 70 tahun
c. Agama : Islam
d. Suku : Jawa
e. Jenis kelamin : Perempuan
f. Tempat tinggal : Panti mawar
g. Pendidikan : Tidak tamat SD
h. Riwayat Pekerjaan : Tidak bekerja
i. Status perkawinan : Janda
2. Riwayat penyakit
Ny. S mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus dan
hipertensi kurang lebih sejak 5 tahun yang lalu, ketika di cek gula
darah hampir 400, sekarang yang dirasakan badannya tidak enak
semua, lemas, sendi-sendinya seperti kaku jika digerakkan dan terasa
sakit, sering pipis, dan mengatakan sering kesemutan didaerah
kakinya.
3. Riwayat penyakit keluarga
Ny.S mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang
sama seperti Ny.S
4. Riwayat pencegahan penyakit
Ny.S mengatajkan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya,
terutama lingkungan tempat tidur dan lemari pakaiannya.
5. Riwayat monitoring tekanan darah
Tgl 9/9/109 10/9/2019 11/9/2019 12/9/2019
Tekanan 140/90 150/100 150/90 150/90
darah

14
6. Riwayat vaksinasi
Ny.S mengatakan lupa tentang vaksin yang pernah ia lakukan, Tetapi
Ny.S mengatakan belum pernah melakukan vaksin selama tinggal
dipanti.
7. Skrining kesehatan yang dilakukan
Ny.S mengatakan biasanya melakukan pemeriksaan tekanan darah
pada petugas puskesmas, yang diadakan oleh posyandu selama sebulan
satu kali pada tanggal 25, dengan pemeriksaaan tekanan darah,
pengukuran tinggi badan dan pemeriksaan berat badan.
8. Status gizi
a. BB : 40 kg
b. TB : 150 cm
𝐵𝐵 40
c. IMT : 𝑇𝐵² = (1,50)²

= 26,66 (normal)
d. Masalah kesehatan terkait gizi
1) Masalah pada mulut
Ny.S mengatakan menjaga kebersihan gigi, giginya tidak
berlubang dan tidak ada yang rontok.
2) Masalah berat badan
Ny.S mengatakan tidak memiliki masalah mengenai berat
badannya dan berat badannya masih tetap.
3) Masalah nutrisi
Ny.S mengatakan kurang memiliki nafsu makan, karena
makanan dipandi sayur yang disediakan tidak ada rasanya.
4) Masalah kesehatan yang dialami saat ini
Ny.S mengatakan sering pusing, lehernya kadang terasa kaku,
selain itu kadang tangannya terasa kram, dan kakinya sering
kesemutan, Ny.S mengatakan sakit dibagian tengkuk, tensinya
tinggi, dan ketika malam hari sulit tidur karena pusing pada
kepalanya.
P : Klien mengatakan nyeri kepala ketika bangun tidur
Q : Klien mengatakan nyeri kepala seperti diupukul

15
R : Nyeri pada kepala bagian belakangan tengkuk leher
T : Nyeri terjadi mulai 2-3 menit, mulai muncul saat bangun
dari posisi berbangun ke posisi duduk
5) Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
Ny.S mengkonsumsi metformen, kalk, vitamin b komplek dan
vitamin c.
6) Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini
Ny.S mengatakan setiap harinya melakukan gerakan ROM.
7) Status fungsional
1) Mobilisasi : Mandiri
2) Berpakaian : Mandiri
3) Makanan dan minum : Mandiri
4) Toileting : Mandiri
5) Personal hygiene : Mandiri
6) Mandi : Mandiri
Ny.S memiliki Indeks KATZ dalam kategori A yaitu
mandiri dalam semua fungsional (6 fungsi).
9. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Mobilisasi
Ny.S mengatakan bias berjalan sendiri dengan menggunakan
tongkat
b. Berpakaian
Ny.S mengatakan bisa berganti baju sendiri
c. Makan dan minum
Ny.S bisa makan sendiri, tetapi Ny.S masih suka mengkonsumsi
makana yang manis dan asin apabila tidak mengkonsumsi makanan
tersebut Ny.S tidak nafsu makan.
d. Toileting
Ny.S mengatakan bisa melakukan ke toilet secara mandiri.
e. Personal hygiene
Ny.S mengatakan bisa melakukan secara mandiri seperti mandi,
menggosok gigi dan membersihkan tempat tidur.

16
f. Mandi
Ny.S mengatakan apabila pagi hari tidak mandi karena dingin dan
mandi 2 kali sehari.
10. Dimensi psikologi
a. Status kognitif
SHORT PORTABLE MENTAL STATE QUESIONNARE
Pertanyaan Jawaban
Benar Salah
1. Tanggal Berapa Hari ini ? √
2. Hari apakah hari ini? √
3. Apakah nama tempat ini? √
4. Berapa no. Telpon rumah anda? √
5. Berapa usia anda? √
6. Kapan anda lahir (Tgl/Bln/Thn)? √
7. Siapakah nama presiden sekarang? √
8. Siapakah nama presiden √
sebelumnya?
9. Siapakah nama ibu anda? √
10. 5+6 adalah √

Keterangan : Berdasarkan hasil pengkajian dengan SPMSQ, Ny. S


menjawab salah 2 pertanyaan. Dapat disimpulkan Ny. S
mengalami gangguan ringan.
1) Perubahan yang timbul terkait status kognitif
Ny. S mengatakan masih mengingat usia, dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi baik dimasa lalu maupun yang sekarang.
2) Dampak yang timbul terkait status kognitif
Menurut hasil pengkajian Ny. S mengalami gangguan memori
ringan. Akan tetapi hal tersebut tidak memiliki dampak bagi
Ny. S. Ny. S masih dapat berkomunikasi dengan baik dengan
orang lain dan teman-teman di kamarnya.
3) Status depresi
The Geriatric Depresion Scale
Kunci Jawaban
Pertanyaan
Jawaban Ny. S
1. Apakah anda pada dasarnya Tidak Ya
puas dengan kehidupan anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan Ya Ya

17
aktivitas dan minat anda?
3. Apakah anda merasa hidup Ya Ya
anda kosong?
4. Apakah anda sering bosan? Ya Ya
5. Apakah anda mempunyai Tidak Tidak
semangat setiap waktu?
6. Apakah anda takut sesuatu Ya Ya
akan terjadi pada anda?
7. Apakah anda merasa bahagia Tidak Tidak
setiap waktu?
8. Apakah anda merasa jenuh? Ya Ya
9. Apakah anda merasa lebih suka Ya Ya
tinggal di rumah pada malam
hari, dari pada pergi melakukan
sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa bahwa Ya Tidak
anda lebih banyak mengalami
masalah dengan ingatan anda
daripada yang lainnya?
11. Apakah anda berfikir sangat Tidak Tidak
menyenangkan hidup sekarang
ini?
12. Apakah anda merasa tidak Ya Ya
berguna saat ini?
13. Apakah anda merasa penuh Tidak Tidak
berenergi saat ini?
14. Apakah anda saat ini sudah Ya Ya
tidak ada harapan lagi?
15. Apakah anda berfikir banyak Ya Ya
orang yang lebih baik dari
anda?
Keterangan : nilai ≥ 5 menandakan depresi

Hasil pengkajian menunjukkan skor depresi Ny. S yaitu 13, hal


ini menunjukkan bahwa Ny. S mengalami tanda-tanda depresi.

a) Perubahan yang timbul terkait status depresi


Ny. S terlihat sering berdiam diri di kamar. Ny. S juga
jarang terlihat mengobrol dengan lansia yang lain. Saat
pengkajian Ny. S terlihat sedih saat mengenang kematian
suami dan mengingat saudaranya yang tidak
menjenguknya.

18
b) Dampak yang timbul terkait status depresi
Ny. S mengatakan sudah pasrah sama Allah swt jika
dirinya harus tinggal dipanti dan Ny. S mengatakan sudah
siap jika Allah swt memanggilnya.
c) Keadaan emosi
 Ansietas
Ny.S mengatakan merasa takut jika ia sakit tidak ada
yang merawatnya, selai itu juga tidak ada keluarga yang
mengetahui bahwa Ny.S tinggal di panti saat ini.
Skala kecemasan Hamilton Antixiety Rate Scale
(HARS).

No Pertanyaan Jawaban
0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas: √
a. Kecemasan
b. Firasat buruk,
c. Takut akan pikiran
sendiri,
d. Mudah tersinggung.
2 Ketegangan: √
a. Merasa tegang,
Lesu,
b. Tidak dapat istirahat
tenang,
c. Mudah terkejut,
d. Gemetar
3 Ketakutan : √
a. Ketakutan pada
gelap,
b. Ketakutan ditinggal
sendiri,
c. Ketakutan pada
orang asing,
d. Ketakutan pada
binatang besar,
e. Ketakutan pada
keramaian lalu
lintas.
4 Gangguan tidur: √
a. Sukar untuk tidur,
b. Terbangun malam

19
hari,
c. Tidur tidak
nyenyak,
d. Bangun dengan lesu
e. Mimpi buruk.
5 Gangguan kecerdasan: √
a. Sukar konsentrasi,
b. Daya ingat buruk,
c. Daya ingat
menurun.
6 Perasaan depresi: √
a. Kehilangan minat,
b. Sedih,
c. Bangun dini hari,
d. Kurangnya
kesenangan pada hoby,
e. Perasaan berubah
sepanjang hari.
7 Gejala somatik: √
a. Nyeri pada otot,
b. Kaku,
c. Kedutan otot,
d. Gigi gemeretak,
e. Suara tidak stabil.
8 Gejala sensorik: √
a. Perasaan di tusuk-
tusuk,
b. Penglihatan kabur,
c. Muka merah
d. Pucat
e. Merasa lemah
9 Gejala kardiovaskuler: √
a. Takikardi,
b. Nyeri di dada,
c. Denyut nadi
mengeras
d. Detak jantung hilang
sekejap.
10 Gejala pernapasan: √
a. Rasa tertekan di
dada,
b. Perasaan tercekik,
c. Sering menarik napas
panjang
d. Merasa napas
pendek.
11 Gejala gastrointestinal: √
a. Sulit menelan,

20
b. Mual,
c. Perut melilit,
d. Gangguan
pencernaan,
e. Nyeri lambung
sebelum dan sesudah
makan.
12 Gejala urogenital: √
a. Sering kencing,
b. Tidak dapat menahan
kencing,
c. Amenorrhoe,
d. Masa haid
berkepanjangan atau
pendek,
e. Haid beberapa kali
dalam sebulan,
13 Gejala vegetatif : √
a. Mulut kering,
b. Mudah berkeringat,
c. Muka merah,
d. Bulu roma berdiri,
e. Pusing atau sakit
kepala.
14 Perilaku sewaktu √
wawancara:
a. Gelisah,
b. Jari-jari gemetar,
c. Mengkerut kan dahi
atau kening,
d. Muka tegang,
e. Tonus otot
meningkat.
Total Skor 16 (kategori sedang)

SkalaKecemasan Hamilt

Penilaian:
Skor 0 = Tidak ada gejala
Skor 1 = Ringan ( Satu gejala)
Skor 2 = Sedang ( Satu atau dua gejala)
Skor 3 = Berat (Lebih dua gejala)
Skor 4 = Sangat berat (Semua Gejala)

21
Kategori :
Skor < 6 = Tidak ada kecemasan
Skor 6-14 = Kecemasan Ringan
Skor 15 – 27 = Kecemasan sedang
Skor > 27 = Kecemasan Berat

 Perubahan perilaku
Ny. S mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan oleh
panti seperti senam, kerja bakti, pemeriksaaan
kesehatan lansia dan TAK.
 Mood
Ny. S kooperatif saat dilakukan wawancara. Ny. S
mudah diajak bicara dan terbuka menceritakan
kehidupannya yang dulu. Ny. S terlihat sangat sedih
saat menceritakan kesendiriannya dan kematian
suaminya sehingga harus tinggal dipanti.
11. Dimensi fisik
a. Luas panti
Luas tanah 3.783 m2. Luas bangunan 2.860 m2
1) Keadaan lingkungan di dalam panti
a) Penerangan
Kondisi penerangan dalam ruangan cukup baik, pencahayaan
matahari sangat baik karena terdapat banyak jendela di ruang
mawar dan ruang anggrek sehingga cahaya matahari dapat
masuk ke ruangan.
b) Kebersihan dan kerapian
Kebersihan dalam panti selalu di jaga, karena setiap pagi
disapu dan dipel oleh pengasuh panti.
c) Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Tidak ada pemisah ruangan karena tidak terdapat panti laki-
laki. Di panti harapan ibu hanya terdapat satu lansia laki-laki,
beliau tidur di kamar bagian belakang sehingga tidak
mengganggu lansia perempuan.

22
d) Sirkulasi udara
Kondisi ventilasi sangat baik, banyak ventilasi di setiap
ruangan, jendela di ruangan setiap hari dibuka.
e) Keamanan
Lantai kamar tidur tidak licin, di panti tidak memiliki alarm
tanda bahaya, terdapat pegangan di kamar mandi dan tempat
mencuci. Pengasuh menjaga 24 jam.
f) Sumber air minum
Sumber air minum yang digunakan adalah sumur dengan
kualitas baik dan air galon.
g) Ruang berkumpul bersama
Ruang berkumpul terletak di bagian depan panti. Terdapat
televisi, DVD/VCD, microphone, 2 toilet dan kursi yang tertata
rapi di ruang berkumpul.
h) Keadaan lingkungan diluar panti
 Pemanfaatan halaman
Halaman di samping panti ditumbuhi oleh pepohonan,
bunga dan rumput. Halaman dapat digunakan untuk tempat
senam serta kerja bakti menyapu.
 Pembuangan air limbah
Pembuangan air terdapat di belakang panti, kondisi saluran
saat ini masih baik.
 Pembuangan sampah
Terdapat tempat pengumpulan sampah disamping panti.
Sampah yang telah terkumpul lalu dibakar oleh pengurus
panti.
 Sanitasi
Terdapat selokan dipanti.
 Sumber pencemaran
Sumber pencemaran panti yaitu polusi udara dan polusi
suara yaitu suara bising karena letak panti tepat di tepi jalan
yang sangat ramai.

23
12. Dimensi social
a. Hubungan lansia dengan lansia di dalam panti
Ny.S mengatakan jarang berkomunikasi dengan lansia lainnya.
b. Hubungan antara lansia diluar panti
Ny.S mengatakan jarang keluar kamar, dan Ny.S mengalami kebutaan
jadi apabila mau keluar pantipun susah.
c. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Ny.S mengatakan sudah tidak memiliki saudara karena saudaranya
sudah tidak perduli dengan Ny.S.
d. Hubungan lansia dengan pengasuh panti
Ny.S mengatakan hubungan dengan pengasuh panti baik-baik saja
tetapi ada juga salah satu pengasuh panti yang sedikit galak.
e. Kegiatan organisasi social
Ny.S mengatakan rutin mengikuti pengajian setiap hari kamis, senam
lansia setiap hari jumat dan kegiatan kerja bakti.
13. Dimensi tingkah laku
a. Pola makan
Ny. S mengatakan makan 3 kali sehari, jika lauk dari panti tidak cocok
biasanya Ny. S membeli sendiri lauk dari penjual sayur yang biasanya
berjualan di panti. Ny. S minum air putih dan setiap pagi minum teh
manis.
b. Pola tidur
Ny. S mengatakan tidur malam pukul 22.00 WIB bangun pukul 05.00
WIB, jumlah tidur malam 7 jam, Ny. S tidak pernah tidur siang.
c. Pola eliminasi
Ny.s mengatakan BAK : 3-6 kali dalam sehari, urin warna kuning,
tidak merasakan nyeri saat BAK. Tidak ada inkontinensia urine
BAB : 1 hari sekali, konsistensi padat kadang cair, warna kuning dan
bau khas.
d. Kebiasaan buruk lansia

24
Ny. S mengatakan tidak mempunyai kebiasaan buruk. Ny. S tidak
merokok, tidak menggunakan narkoba dan tidak minum minuman
keras.
e. Pelaksanaan pengobatan
Pengobatan dilakukan jika ada lansia yang memerlukan pengobatan
serius. Pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan sebulan sekali pada
tanggal 25 saat posyandu lansia. Pengobatan dilakukan oleh petugas
puskesmas.
f. Kegiatan olahraga
Kegiatan olahraga yang diadakan panti biasanya adalah senam
seminggu sekali pada hari jumat.
g. Rekreasi
Ny. S mengatakan saat di panti tidak pernah pergi kemana-mana,
hanya tiduran di kamar.
h. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan oleh lansia dan pengasuh panti dan
pengurus panti.
14. Dimensi sistem kesehatan
a. Perilaku mencari pelayanan kesehatan
Pada saat klien sakit maka pengurus panti akan memberikan obat
sedangkan jika ada anggota panti yang sakit dan memerlukan
penanganan emergensi, ada dokter dari pihak puskesmas untuk
memeriksa dan merujuk apabila kondisi memburuk.
b. Sistem pelayanan kesehatan
1) Fasilitas kesehatan yang tersedia
Terdapat puskesmas pembantu Bringin dekat dengan panti. Bila
diharuskan dirujuk maka akan dibawa kerumah sakit.
2) Jumlah tenaga kesehatan
Tidak terdapat tenaga kesehatan. Pengasuh wisma akan memberi
obat yang tersedia bila ada lansia yang sakit.
3) Tindakan pencegahan terhadap penyakit
Biasanya dilakukan pendidikan kesehatan.

25
4) Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia
Terdapat posyandu lansia. Petugas posyandu dari puskesmas
pembantu Bringin akan datang ke panti setiap satu bulan sekali.
5) Frekuensi kegiatan pelayanan kesehatan
Posyandu lansia dilaksanakan 1 bulan sekali pada sekitar tanggal
25 (akhir bulan).

26
15. Pemeriksaan fisik
Bagian/
No Hasil pemeriksaan
region
1. Kepala Mesocephal, rambut berwarna putih, tidak ada lesi, dan tidak ada nyer
pada kepala
2. Wajah/ muka Bentuk wajah oval, kulit wajah keriput, bibir lembab, tidak ada lesi
wajah.
3. Mata Klien tidak memakai kacamata, kedua mata klien sudah tidak bisa m
tidak ikterik.
4. Telinga Kedua telinga simetris, telinga sedikit kotor
5. Mulut dan gigi Bibir lembab, gigi masih lengkap, tidak ada sariawan
6. Leher Tidak ada benjolan/ pembesaran kelenjar tiroid.
7. Dada I: pengembangan dada simetris kanan dan kiri, tulang dada terlihat jelas
P: taktil fremitus teraba sama sama antara kanan dan kiri, depan dan bela
P: perkusi dada redup.
A: bunyi nafas vesikuler.
8. Jantung I: warna kulit sesuai dgn warna kulit bagian tubuh lainnya.
P: tidak ada pembesaran jantung.
P: perkusi suara redup.
A: tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
9. Abdomen I: cekung, tidak terdapat lesi
A: bising usus 7x/menit.
P: timpani.
P: tidak ada nyeri tekan.
11. Ekstremitas Kuku bersih, capilary refil kembali <3 detik, kekuatan otot 4/4
atas
12. Ekstremitas Kuku bersih, capilary refil kembali <3 detik, telapak kaki pecah
bawah terdapat luka di punggung kaki, kekuatan otot 4/4

27
16. Pengkajian risiko jatoh (skala morse)

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI


1 Riwayat jatuh: Tidak 0 25
Apakah pasien pernah jatuh? Ya 25
2 Diagnosa sekunder: Tidak 0 15
Apakah pasien memiliki Ya 15
lebih dari satu penyakit?
3 Alat Bantu jalan: 15
Bed rest/ dibantu perawat 0
Kruk/ tongkat/ walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di 30
sekitar
(kursi, lemari, meja)
4 Terapi Intravena: apakah saat ini Ya 0 20
pasien terpasang infus? Tidak 20
5 Gaya berjalan/ cara berpindah: 20
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak 0
dapat
bergerak sendiri)
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ 20
diseret)
6 Status Mental
- Pasien menyadari kondisi dirinya 0 0
- Pasien mengalami keterbatasan daya 15
ingat
TOTAL NILAI 95 (resiko tinggi)
Keterangan:

0 – 24 : Tidak berisiko (Perawatan dasar)

25 – 50 : Risiko rendah (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh


standar)

> 51 : Risiko tinggi (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh


tinggi)

Ny.S mengatakan sudah sering mengalami jatuh sebanyak 10 kali, Ny.S


juga menunjukkan bagian yang sakit yaitu pada lututnya, hingga saat ini
lututnya sakit yang diakibatkan karena terjatuh.

28
17. Pengkajian keseimbangan
No Data Skor (0-4)
1 Berdiri dari posisi duduk 2
2 Berdiri tanpa bantuan 3
3 Duduk tanpa bersandar dengan kaki bertumpu ke 4
lantai
4 2
Duduk dari posisi berdiri
5 3
Berpindah tempat
6 1
Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
7 1
Berdiri tanpa bantuan dengan kaki dirapatkan
8 Menjangkau kayu/ sedotan dengan tangan lurus ke 3
depan pada posisi berdiri
9 0
Mengambil barang di lantai dari posisi berdiri
10 Menengok ke belakang melewati bahu kiri dan kanan 3
ketika berdiri
11 0
Berputar 360 derajat
12 Menempatkan kaki bergantian pada anak tangga/ 1
bangku kecil ketika berdiri
13 1
Berdiri dengan satu kaki di depan kaki lain
14 0
Berdiri dengan satu kaki
26
Total
Keterangan:
0-20 : harus menggunakan kursi roda
21-40 : keseimbangan cukup

41-56 : keseimbangan baik

4.1.2. Diagnosa Keperawatan


No Analisa data Diagnosa
1. DS: Pemeliharaan kesehatan
- Ny. S mengatakan Saya punya tidak efektif berhubungan
penyakit gula dan tekanan darah dengan ketidakmampuan
saya tinggi. Kemarin dicek mengatasi masalah
gulanya hampir 400. Sekarang
yang dirasakan badannya nggak
enak semua, lemes, sendi-

29
sendinya kaya kaku terus buat
digerakin sakit, sering pipis,
sering kesemutan kakinya mbak.
- Ny. S mengatakan sering pusing,
leher terkadang kaku selain itu
juga tangan kram dan kaki
terkadang kesemutan.
- Ny. S mengatakan masih suka
makan yang manis sama asin,
apabila tidak memakan makanan
yang manis dan asin Ny.S tidak
nafsu makan.
- Ny. S mengatakan punya penyakit
gula dan tekanan darah saya tinggi
mbak sudah sejak lama ± 5 tahun
yang lalu.
DO:
- GDS 370 mg/dL BB = 40 kg, TB
= 150 cm, IMT = 26,66 (normal)
- Klien tampak lemas
- Klien tidak menghabiskan
makanannya. Klien hanya
menghabiskan ¼ - ½ porsi
makan.
Hasil pengkajian Short Portable
Mental State Quessionare
menunjukkan gangguan kognitif
ringan.

2. DS: Nyeri akut berhubungan


- Ny. S mengatakan sakit dibagian dengan agens pencedera
(lutut). Sejak jatuh dan susah fisik
ketika bangun dari duduk. Kadang
tidak bisa tidur semalaman,
pusing. Ny.S tidak mengetahui apa
penyebabnya.
- P: Klien mengatakan nyeri lutut
ketika bangun dari duduk dan akan
berdiri
- Q: Klien mengatakan nyeri lutut
seperti ditusuk-tusuk
- R: Nyeri pada kedua lutut kaki
kanan dan kiri
- S: Skala 5 dari 10, nyeri
mengganggu aktivitas klien
- T: Nyeri terjadi 2-3 menit, mulai
muncul saat bangun dari posisi
duduk ke posisi berdiri

30
DO :
- TD 150/100 mmHg
- Klien mengalami ansietas sedang
(Skor HARS: 16)
- Klien mengalami depresi (Skor
Geriatric Depression Scale: 13)
- Klien nampak tidak nyaman

3. DS : Berduka berhubungan
- Ny. S mengatakan tidak dengan kematian keluarga
memiliki siapa-siapa, suami atau orang yang berarti
sudah meninggal,
saudaranya sudah tidak
peduli dengan Ny.S.
- Ny. S mengatakan merasa
takut jika nanti Ny.S sakit
tidak ada yang merawatnya,
selain itu juga keluarga
Ny.S tidak ada yang tahu
kalau Ny.S tinggal dipanti.
- Ny. S mengatakan hanya
pasrah sama Allah swt jika
dirinya harus tinggal dipanti
dan Ny. S mengatakan
sudah siap jika Allah swt
memanggilnya.”
Do :
- Ny. S merasa takut jika saat
sakit tidak ada yang
merawat.
- Skor depresi Ny. S yaitu 13
- Ny. S terlihat sedih saat
menceritakan saudaranya
tidak ada yang peduli
- Nilai skala HARS: 16
(kecemasan sedang).
- Ny. S terlihat sering tiduran
dan jarang berkomunikasi
dengan anggota panti
lainnya

4.1.3. Prioritas masalah


1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisik

31
3. Berduka berhubungan dengan kematian keluarga atau orang yang
berarti
4.1.4. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Pemeliharaan kesehatan (L.12107) (I.12383)
tidak efektif berhubungan Perilaku Edukasi
dengan ketidakmampuan kesehatan kesehatan
mengatasi masalah a. Kemampuan
melakukan 1. Identifikasi
tindakan faktor-faktor
pencegahan yang dapat
masalah meningkatka
kesehatan n dan
b. Kemampuan menurunkan
peningkatan motivasi
kesehatan perilaku
c. Pencapaian hidup bersih
pengendalian dan sehat
kesehatan 2. Jelaskan
factor resiko
yang dapat
mempengaru
hi kesehatan
3. Ajarkan
perilaku
hidup bersih
dan sehat

4.1.5. Implementasi Keperawatan


Diagnosa Tgl Implementasi Paraf
Pemeliharaan 25 1. Mengidentifikasi
kesehatan tidak september faktor-faktor yang £
efektif berhubungan 2019 dapat meningkatkan
dengan dan menurunkan
ketidakmampuan motivasi perilaku
mengatasi masalah tentang penyakit
diabetes mellitus
R: Pasien kooperatif
2. Memberikan edukasi
kesehatan tentang
penyakit diabetes
mellitus dan
mengajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat

32
R: Pasien mampu
mendengarkan dengan
baik, pasien sudah
mampu mengikuti
arahan dari perawat
untuk tmenghindari
makanan yang manis

4.1.6. Evaluasi
Diagnosa Tgl Evaluasi Paraf
Pemeliharaan 25 S:
kesehatan tidak september Ny. S mengatakan masih Ã
efektif berhubungan 2019 suka makan yang manis
dengan sama asin, apabila tidak
ketidakmampuan memakan makanan yang
mengatasi masalah manis dan asin Ny.S tidak
nafsu makan.
O:
Klien kooperatif
A:
Masalah belum teratasi
P:
 Lanjutkan intervensi
motivasi klien untuk
mengurangi makan
makanan manis dan
asin
 Mengecek gula darah
dan tekanan darah
klien

33
BAB 5

KESIMPULAN

5.1. Simpulan
Dari malah yang dibuat, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit
Diabetes Mellitus (DM) disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan
seseorang menderita penyakit diabetes mellitus. Seperti, obasitas (berat
badan berlebih), faktor genetic, pola hidup yang tidak sehat (jarang
berolahraga), kurang tidur, dan masalah banyak yang lain.
5.2. Saran
Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini sebagai berikut:
1. Selalu berhati-hati dalam menjaga pola hidup, sering berolahraga dan
istirahat yang cukup.
2. Menjaga pola makan, jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan
atau minuman yang terlalu manis, karena itu dapat menyebabkan kadar
gula menjadi meningkat.

34
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E J. 2009. Buku Saku Patifisiologi. Jakarta : EGC.


Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :
Deepublish.
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Putri. 2015. Pengaruh Kadar Glukosa Darah Terhadap Fungsi Kognitif Pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di GRHA Diabetika Surakarta.
Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Rusnoto. 2014. Pemberian Kompres Hangat Memakai Jahe Untuk Meringankan
Skala Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di Desa Kedungwungu Grobogan.
STIKES Muhamadiyah Kudus
Sudoyo, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV.Pusat.
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai