Definisi
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus (Sylvia A, Price, 2012). Hal ini dapat terjadi dikarenakan kelainan didalam
lumen usus, dinding usus atau benda asing diluar usus yang menekan, serta kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang dapat menyebabkan nekrosis segmen usus
(Indrayani, 2013).
Ileus Obstruktif disebut juga Ileus Mekanis (Ileus Dinamik). Suatu penyebab
fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik sebahagian maupun
total.Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat
karsinoma yang melingkari (Indrayani, 2013).
B. Klasifikasi
Menurut (Kozier, 2010), jenis obstruksi ada 2 tipe proses:
1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik.Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis
akibat karsinoma yang melingkari.Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan
neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan
abses.
2. Neurogonik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan
peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi usus.Contohnya
amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, atau
gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.
C. Etiologi
Penyebab ileus obstruksi berkaitan pada kelompok usia yang terserang dan
letak obstruksi, 50% terjadi pada kelompok usia pertengahan dan tua akibat
perlekatan oleh pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan
penyebab tersering obstruksi usus besar pada usiapertengahan dan orang tua, kanker
kolon merupakan penyebab dari 90% ileus obstruksi yang terjadi (Kasminata, et.al,
2013). Penelitian Obaid J.K, (2011), di Malaysia menunjukkan bahwa dari 92 kasus
obstruksi usus didapatkan persentase penyebab obstruksi usus diantaranya, hernia
eksternal sebesar 38%, adhesi sebesar 25%, neoplasma sebesar 15,2%, volvulus
sebesar 8,6%, intususepsi sebesar 5,4%, dan penyebab lainnya sebesar 2,17%. Secara
keseluruhan persentase kejadian obstruksi pada usus halus adalah 73,9%, sedangkan
pada obstruksi usus besar adalah 26,1%.3 Banyak proses patologis yang
menyebabkan obstruksi usus (Obaid KJ. 2011)
D. Manifestasi Klinis
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian
oral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri
kram pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan
timbul gejala muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun
obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering
dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas. Semakin distal
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Tanda vital normal
pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat kehilangan cairan
dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomendapat
dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada
sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound”
dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tandatanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang
sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi
segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan -lahan dengan nyeri akibat sumbatan
biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus
menunjukkanadanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan
timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum
obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah
refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak
gangguan pada usus halus. Muntah feka lakan terjadi kemudian. Pada keadaan
valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan
perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dandindingnya yang lebih tipis.
Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan
usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan terdengar metallic sound
pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya
strangulasi (Melnyk, 2011).
E. Patofisiologi
Semua peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpamemandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab
mekanik atau non mekanik.Perbedaan utama adalah pada obstruksi paralitik
peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik
mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. Sekitar 6-8 liter
cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari. Sebagian besar cairan
diasorbsi sebelum mendekati kolon. Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi
ususadalah adanya lumen usus yang tersumbat, ini menjadi tempat perkembangan
bakteri sehinggaterjadi akumulasi gas dan cairan (70% dari gas yang tertelan).
Akumulasi gas dan cairan dapatterjadi di bagian proksimal atau distal usus. Apabila
akumulasi terjadi di daerah distalmengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan
intra abdomen dan intra lumen. Hal ini dapatmeningkatkan terjadinya peningkatan
permeabilitas kapiler dan ekstravasasi air dan elektrolit di peritoneal. Dengan
peningkatan permeabilitas dan ekstravasasi menimbulkan retensi cairan diusus dan
rongga peritoneum mengakibatakan terjadi penurunan sirkulasi dan volume
darah.Akumulasi gas dan cairan di bagian proksimal mengakibatkan kolapsnya usus
sehingga terjadidistensi abdomen. Terjadi penekanan pada vena mesenterika yang
mengakibatkan kegagalanoksigenasi dinding usus sehingga aliran darah ke usus
menurun, terjadilah iskemi dan kemudiannekrotik usus. Pada usus yang mengalami
nekrotik terjadi peningkatan permeabilitas kapiler dan pelepasan bakteri dan toksin
sehingga terjadi perforasi. Dengan adanya perforais akanmenyebabkan bakteri akan
masuk ke dalam sirkulasi sehingga terjadi sepsis dan peritonitis.
Masalah lain yang timbul dari distensi abdomen adalah penurunan fungsi usus
dan peningkatansekresi sehingga terjadi peminbunan di intra lumen secara progresif
yang akan menyebabkanterjadinya retrograde peristaltic sehingga terjadi kehilangan
cairan dan elektrolit. Bila hal ini tidakditangani dapat menyebabkan syok
hipovolemik. Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih berdampak pada
penurunanan curah jantung sehingga darah yang dipompakan tidak dapatmemenuhi
kebutuhan seluruh tubuh sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan pada otak, sel
danginjal. Penurunan perfusi dalam sel menyebabkan terjadinya metabolisme
anaerob yang akan meningkatkan asam laktat dan menyebabkan asidosis metabolic.
Bila terjadi pada otak akanmenyebabkan hipoksia jaringan otak, iskemik dan infark.
Bila terjadi pada ginjal akanmerangsang pertukaran natrium dan hydrogen di tubulus
prksimal dan pelepasan aldosteron,merangsang sekresi hidrogen di nefron bagian
distal sehingga terjadi peningaktan reabsorbsiHCO3- dan penurunan kemampuan
ginjal untuk membuang HCO3. Hal ini akan menyebabkanterjadinya alkalosis
metabolic (Price &Wilson,2012).
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak mempunyai ciri-ciri khusus.Pada urinalisa, berat jenis bisa meningkat dan
ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik. Leukosit
normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah terjadi
peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosa ileus
obstruksi. Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar.
Posisi datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk
melihat batas udara dan air serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan
kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi pada usus halus biasanya tidak tampak.
terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukkan
gambaran seperti ‘pigura’ dari dinding abdomen. Kemampuan diagnostik
kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan bariumkontras ganda.
Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis neoplasma dan
bahkan bisa langsung dilakukan biopsi (Nursalam. 2011).
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan
foto abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen
ini antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi:
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction)
dankolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
-Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen
-Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus paralitik
gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh dari gaster
sampai rectum
Gambar 1. Ileus Obstruktif . Tampak coil spring dan herring bone appearance
Gambar 2. Ileus Paralitik. Tampak dilatasi usus keseluruhan
G. Penatalaksanaan
1. Tindakan Operasi
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Umtuk menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang
suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di
rumah sakit.. Persiapan Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah,
mencegah aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan
laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan
pemantauan dan konservatif.
Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka
tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan
bedah yang dilakukan pada obstruksi ileus:
(Moorhead, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, M.G dkk.(2013). Nursing Interventions Classification (NIC), 6 th.
Indonesian edition. Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPN
LAPORAN PENDAHULUAN
Disusun untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners pada Stase Keperawatan
Medikal Bedah I di Ruang Teratai Lantai 4 Selatan Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati
Di susun oleh:
Syarifah Aini