Perkembangan komunisme yang sangat pesat pada tahun 1950-1960-an tidak dapat
dilepaskan dari awal mula kemunculan dan inkorporasinya dalam organisasi massa pada periode
Pergerakan Nasional. Perkembangan komunisme memiliki hubungan erat dengan organisasi
Sarekat Islam yang berada di Semarang. Sarekat Islam dapat dikatakan berperan sebagai embrio
penyebaran komunisme di kalangan masyarakat luas. Gagasan komunisme ternyata memiliki
pendukung dari sebagian kalangan Sarekat Islam. Namun demikian, dalam perkembangannya
muncul perdebatan. Perdebatan ini bahkan berujung pada pecahnya Sarekat Islam. Hasil dari
perpecahan Sarekat Islam inilah yang kelak menjadi embrio dari partai komunis di Indonesia2. Di
1
GERAKAN SAREKAT BURUH SEMARANG TAHUN 1913-1925 Angghi Novita Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial,
Universitas Negeri Semarang historiaunnes@gmail.com
2
SAREKAT ISLAM DAN GERAKAN KIRI DI SEMARANG 1917-1920 Tsabit Azinar Ahmad Jurusan Sejarah,
Universitas Negeri Semarang
Semarang sendiri Sarekat Islam memiliki jumlah anggota yang semakin bertambah pesat, di bulan
April 1913 memiliki jumlah anggota 12.216 orang dan di akhir tahun 1915 hampir dua kali lipat.
Pada tanggal 6 Mei 1917 kepemimpinan Sarekat Islam di Semarang beralih dari M. Joesof
ke Semaoen. Perubahan dalam kepemimpinan Sarekat Islam Semarang mencerminkan adanya
perubahan pendukung, yakni para pendukung Sarekat Islam banyak yang berasal dari kaum buruh
dan rakyat kecil (Gie, 1999:6)3. Dengan begitu perkembangan komunisme pada tubuh Sarekat
Islam di Semarang tidak terhindar dari tokoh Semaoen. Sarekat Islam memiliki media gerak
bernama Sinar Djawa, harian ini menjadi salah satu senjata bagi Sarekat Islam untuk memperluas
pemikiran komunisme, disini Semaoen menjadi pemimpin redaksi.
3
Podo meneh tsabit