Anda di halaman 1dari 12

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ARKEOLOGI ISLAM

BERBASIS WebGIS: KAJIAN ARKEOLOGI PUBLIK

Makmur
Balai Arkeologi Sulawesi Selatan, Jl. Pajjaiyang No. 13, Sudiang, Makassar 90242
makmur1980@kemdikbud.go.id

Abstract. WebGIS-Based Archaeological Geographic Information System of Islam: Study on Public


Archaeology. Information technology has become a necessity in storing and providing information.
The availability of fast and accurate information is vital to human survival today. This study aims
to design Islamic archeology information systems in South, Southeast, and West Sulawesi based on
WebGIS. The research method used is literature study and system design using HTML (Hypertext
Markup Language) programming language, PHP (Hypertext Preprocessor), and JavaScript. A series
of program codes are connected to an open source program called MapServer and Google maps.
The method of data collection is to explore the reports of Archeology Research Institute of South
Sulawesi from 1996 to 2017, then the archaeological data are integrated into one database. Next,
all the archaeological data are compiled into spatial format in order to have the same geographical
reference. The overlay between Google maps with Islamic archaeological data in South, Southeast,
and West Sulawesi is very easily accessible effectively and efficiently by various parties due to the use
of the Information System of Islamic Archaeological based WebGIS.
Keywords: Archeology, Islam, Information Technology, WebGIS

Abstrak. Teknologi informasi sudah menjadi sebuah keharusan dalam penyediaan dan pemberian
informasi. Ketersediaan informasi yang cepat dan akurat menjadi hal penting bagi kelangsungan
hidup manusia saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem informasi peninggalan
arkeologi Islam di Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat berbasis WebGIS. Metode penelitian yang
digunakan ialah studi pustaka dan perancangan sistem dengan menggunakan bahasa pemrograman
HTML (Hypertext Markup Language), PHP (Hypertext Preprocessor), dan JavaScript. Rangkaian
kode-kode program dikoneksikan dengan sebuah program open source bernama MapServer dan peta
Google. Metode pengumpulan data yaitu mengeksplorasi laporan hasil penelitian Balai Arkeologi
Sulawesi Selatan dari tahun 1996 sampai 2017, kemudian data arkeologi diintegrasikan kedalam satu
database, selanjutnya menset-up seluruh data arkeologi kedalam format spasial agar memiliki referensi
geografis yang sama. Hasil penyatuan (overlay) antara peta Google dengan data-data arkeologi Islam
yang ada di Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat sangat mudah diakses secara efektif dan efisien
oleh berbagai pihak yang berkepentingan karena sudah menggunakan Sistem Informasi Arkeologi
Islam berbasis WebGIS.
Kata Kunci: Arkeologi, Islam, Teknologi Informasi, WebGIS

1. Pendahuluan artefak, yaitu benda yang dibuat atau dimodifi-


Arkeologi merupakan suatu studi yang kasi oleh manusia serta dapat dipindahkan,
sistematik tentang benda-benda kuno sebagai contoh alat-alat batu, logam, alat terbuat dari
suatu alat untuk merekonstruksi masa lampau, tulang, dan gerabah. Ekofak ialah benda alam
baik dari aspek sosial, ekonomi, kebudayaan, yang diduga telah dimanfaatkan oleh manusia
keagamaan serta alam lingkungannya seperti tulang, sisa tumbuhan, serbuk sari, arang,
(Tjandrasasmita 2009, 1-2). Arkeologi selalu dan sedimen. Fitur adalah benda yang dibuat
mengacu kepada sumber data material seperti atau dimodifikasi oleh manusia namun tidak
Naskah diterima tanggal 26 Februari 2018, diperiksa 20 April 2018, dan disetujui tanggal 25 Juni 2018.

55
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 36 No. 1, Juni 2018 : 1-66

dapat dipindahkan seperti candi, masjid, saluran tanah, produksi Digital Elevation Model
irigasi, dan kolam (Simanjuntak dkk. 2008, 14). (DEM), dan peta tematik digital situs arkeologi.
Pemanfaatan teknologi informasi Aplikasi GIS dalam arkeologi mulai menyebar
dibidang pengolahan data-data arkeologi, di seluruh Eropa pada awal 1990-an, sebagian
khususnya Sistem Informasi Geografis besar GIS banyak digunakan yang berkaitan
(SIG) atau Geographic Information System dengan Manajemen Sumber Daya Budaya
(GIS) sangat membantu para arkeolog dalam (Scianna dan Villa 2011, 337-338). Pada tahun
mengelola, menganalisa dan mengeksplorasi 2000-an apalikasi Geographic Information
data arkeologi (Moreau, Rodier dan Corns System (GIS) sudah mulai masif digunakan oleh
2014, 143; Tomaszewski 2009, 21; Gaffney dan para arkeolog di seluruh dunia, bahkan sudah
Stančič 1991, 4). Sistem Informasi Geografis banyak kegiatan pertemuan tingkat dunia yang
(SIG) merupakan teknologi yang menjadi alat hanya membahas tentang penggunaan teknologi
bantu dan sangat esensial untuk menyimpan, GIS dalam bidang arkeologi, seperti Kegiatan
memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan International Conference on Remote Sensing
kembali kondisi alam dengan bantuan data atri- Archaeology (Konferensi Internasional Tentang
but dan keruangan (Harseno dan Tampubolon, Arkeologi Penginderaan Jauh) yang dimulai
2007, 66). Sistem Informasi Geografis (SIG) dari tahun 2004 di Beijing Cina, 2006 di Roma
dalam pengelolahan data selalu dirancang Italia, 2009 di Tiruchirappalli India, 2012 di
untuk bekerja dengan data berkoordinat, yaitu Beijing Cina, dan 2014 di Carolina Amerika
data yang memiliki informasi spasial (Nugroho Sertikat (Rajani dan Kasturirangan 2009, 2;
2016, 85). Forte 2014, 1).
Sejak diperkenalkan pada Tahun Secara praktis, teknologi Geographic
1967 di Kanada oleh General Assembly dari Information System (GIS) telah membantu
International Geographical Union, SIG telah arkeolog di Amerika Serikat dalam berkerja,
mengalami kemajuan yang pesat. Sejak saat itu dimana sebelum penggunaan GIS arkeolog
Sistem Informasi Geografis (SIG) berkembang merasa, mencatat sumber daya budaya di wilayah
di beberapa benua terutama Benua Amerika, federal Amerika Serikat selalu menjadi usaha
Benua Eropa, Benua Australia, dan Benua yang membosankan, pembuatan peta situs budaya
Asia. Perkembangan perangkat lunak atau yang digambar manual dengan menggunakan
aplikasi SIG saat ini sudah sangat banyak, koordinat dari data GPS, kehilangan data yang
namun dapat bagi ke dalam dua kelompok diakibatkan kesalahan tempat penyimpanan
yaitu, aplikasi SIG Open Source (sumber file, dan pencarian data membutuhkan waktu
terbuka atau tak berbayar) diantaranya aplikasi terlalu lama. Semua kendala tersebut sudah
GRASS, PostGIS, GeoTools, QuantumGis dan berakhir ketika Bureau of Land Management
MapServer. Kelompok aplikasi yang kedua (BLM) Amerika Serikat membuat database
ialah aplikasi komersial (berbayar) diantaranya sumber daya budaya menggunakan ArcGis, dan
aplikasi ArcGIS, ArcView ESRI, MapInfo, dan saat ini sudah sekitar tujuh ribu situs yang telah
Oracle Spasial (Hua 2015, 25). berhasil didigitalkan. Penggunaan ArcGis sangat
Penggunaan Sistem Informasi Geografis membatu para arkeolog yang bekerja di Bureau
(SIG) dalam dunia arkeologi sudah mulai of Land Management (BLM) Amerika Serikat
sejak tahun 1970-an untuk membuat aplikasi untuk menganalisis secara statistik, menentukan
kartografi dibidang arkeologi. Pada tahun 1980- penelitian arkeologi secara sistematis, dan
an teknologi GIS kemudian berkembang di pencarian data secara cepat untuk membuat
Amerika Utara untuk pemodelan permukaan keputusan (Garrett 2009, 29-31).

56
Sistem Informasi Geografis Arkeologi Islam Berbasis WebGIS: Kajian Arkeologi Publik. Makmur

Masih diwilayah Amerika Serikat menggunakan metode stereoskopik untuk


tempatnya di Negara Bagian Arizona, pendirian perolehan model pengamatan 3 dimensi (3D).
National Heritage Area (NHA) di Lembah Hasil dari foto udara ditemukannya struktur
Santa Cruz di Arizona yang merupakan tempat garis bersilang tegak lurus diduga sebagai jalan
tinggal manusia sejak tahap awal pendudukan dan garis-garis yang diindikasikan sebagai kanal
dunia baru hingga 13.000 tahun yang lalu dan lama karena adanya hubungan (koneksitas) dari
lokasi ini juga merupakan situs pertanian awal setiap kanal terhadap sistem aliran sungai.
sejak 4.000 tahun yang lalu di Arizona Amerika Validasi temuan foto udara dilakukan
Serikat. Pembangunan kawasan warisan pengecekan lapangan dengan cara survei
nasional Santa Cruz County Arizona mendorong geomagnetik, geo-listrik, dan kenampakan
Pusat Arkeologi Gurun mengembangkan arkeologisnya. Hasil survei lapangan kemudian
peta dari ArcGis tentang kepekaan arkeologi diintegrasikan dengan data interpretasi foto udara
Santa Cruz County untuk membantu dalam kedalam satu Sistem Informasi Geografis (SIG),
perencanaan pembangunan (Hill, Devitt dan hasilnya memberikan dukungan dan kesesuaian
Sergeyeva 2009, 39-40). di dalam menafsirkan jalur-jalur sungai dan
Implementasi aplikasi ArcGIS Versi jalan. Pemanfaatan GIS dan penginderaan jauh
9.3 digunakan untuk menganilisis visibilitas dalam bidang arkeologis terbukti sangat mampu
data arkeologi untuk studi studi lanskap di dan efisien dalam memberikan informasi spasial
Skotlandia. Aplikasi GIS sangat membantu lanskap yang lebih komprehensif (Subagio dan
dalam menganilisis visibilitas situs-situs yang Poniman 2010, 101-113).
ada di Skotlandia untuk mengeksplorasi lanskap Pemetaan pola aliran air tanah di kawasan
masa lalu dan mempelajari masyarakat manusia candi Borobudur di Jawa Tengah menggunakan
di masa lalu (Alblas 2012, 1-3). aplikasi Geographic Information System (GIS).
Di Balai Arkeologi Maluku, para Fokus lokasi penelitian terletak di zona III
arkeolog melakukan perekam posisi koordinat candi Borobudur karena merupakan kawasan
situs arkeologi menggunakan alat GPS (Global pemukiman padat penduduk. Perekaman data
Positioning System). Data yang diperoleh titik koordinat sumur diambil menggunakan
dari lapangan kemudian diolah menggunakan GPS, untuk pengukuran ke dalam sumur
aplikasi ArcGIS. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan meter. Sedangkan data elevasi
menggunakan Sistem Informasi Geografis muka air menggunakan sumber data peta
(GIS) sangat membantu dalam proses penelitian Rupa Bumi Indoensia (RBI) skala 1:25.000,
arkeologi, baik di lapangan maupun saat proses dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial
analisis dan penyajian informasi terkait hasil (BIG) tahun 2013. Data tersebut kemudian
penelitian arkeologi (Mujabuddawat 2016, 29- diolah kedalam komputer dengan menggunakan
42). aplikasi ArcGIS dan ArcView, hasil dari
Pemanfaatan Geographic Information pengolahan data mendapatkan informasi peta
System (GIS) dilakukan untuk merekonstruksi pola aliran air tanah dari barat laut mengalir
kawasan Trowulan. Dalam pemetaan menuju ke arah tenggara sampai Sungai Progo
menggunakan media foto udara sensor (Ekarini 2011, 25-29).
multispektral dan foto udara sensor inframerah Pendekatan Sistem Informasi Geografis
semu (false infrared). Kedua foto udara ini (SIG) dilakukan untuk mengidentifikasi
kemudian diinterpretasi untuk menemukenali kawasan cagar budaya situs Kerajaan Islam
unsur-unsur arkeologis peninggalan Majapahit. Mataram di Pleret Bantul. Hasil observasi
Proses interpretasi foto udara dilakukan dengan lapangan berupa sumur Gumilang, situs

57
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 36 No. 1, Juni 2018 : 1-66

Umpak di SMA 1 Pleret, dan bekas pagar WebGIS juga dapat dilihat dari pembangunan
berbahan batu bata di Dusun Pungkuran. Semua sistem untuk menyajikan informasi situs
temuan tersebut diduga merupakan bagaian arkeologi kompleks kuno Comum Oppidum
dari kawasan keraton Kerajaan Islam Mataram di Spina Verde belakang pusat kota Como
di Pleret. Data arkeologi tersebut kemudian Lombardy Italia. Hasil publikasi tersebut
diintegrasikan dengan peta kedalam aplikasi masyarakat dapat mengakses informasi prasasti,
ArcGIS dan memperoleh gambaran tentang struktur tempat tinggal, dan pabrik serta
kawasan Kerajaan Mataram Islam di Pleret lingkungnya (Brovelli dan Magni 2003, 89-90).
secara baik dan meluas (Rosidi, Darmawan dan Pemanfaatan publikasi berbasis website
Rahmawati 2013, 17-23). (WebGIS) dilakukan di situs kompleks
Kegiatan penelitian arkeologi dengan pemakaman bersejarah di Ninth dan Pleasant
menggunakan teknik ekskavasi yang Streets di Boulder, Colorado Columbia.
merupakan metode penelitian arkeologi untuk Kompleks makam tersebut awalnya didirikan
merekonstruksi kehidupan masa lampau. Untuk pada 1870, saat ini memiliki 6.500 penguburan
membantu para arkeolog dalam menentukan dan 3.000 batu nisan yang terbuat dari berbagai
lokasi penggalian di Situs Kaunos Turki telah jenis seperti, marmer, granit, batu pasir, batu
diterapkan aplikasi GIS untuk memetakan kapur, dan kayu. Batu nisan tidak hanya
wilayah situs (Baybas 2013, 1-3). Begitu pula menandai makam tetapi juga merupakan narasi
di Situs Mayaxtlahuaca Aztec-Period Meksiko, yang menggambarkan struktur sosial dan
untuk mendapatkan informasi tentang dimensi ekonomi, ajaran agama, dan komposisi etnisnya.
spasial secara keseluruhan dari sebuah situs Tujuan publikasi situs kompleks pemakaman
berdasarkan jenis artefak yang ditemukan dan bersejarah di Ninth dan Pleasant Streets sebagai
untuk membuat keputusan tentang area mana alat terbaik untuk menumbuhkan apresiasi
di dalam situs yang akan mendapat prioritas dan penghormatan, yang pada akhirnya akan
diekskavasi maka dilakukan pemetaan dengan mendorong orang untuk membantu melindungi
aplikasi ArcGIS (Tomaszewski 2009, 19-23). peninggalan budaya (McNellan dan White,
Seiring dengan perkembangan teknologi 2009, 7-11).
pemetaan dari aplikasi desktop (offline) ke Dari berbagai hasil pemanfaatan Sistem
aplikasi pemetaan yang berbasis website Informasi Geografis (SIG) dalam pengolahan
(online). Implementasi aplikasi pemetaan data arkeologi telah menghasilkan berbagai
berbasis website (WebGIS) diterapkan pada karya, namun rasa-rasanya sebagian besar baru
situs kompleks candi Batujaya Karawang Jawa di sekitar arkeologi untuk arkeolog khususnya
Barat karena banyaknya arkeolog dari berbagai aplikasi pemetaan berbasis desktop (offline).
institusi melakukan kegiatan ekskavasi. Kelebihan sistem informasi yang berbasis
Pemetaan tersebut dilakukan agar tidak terjadi WebGIS (online) karena sangat mudah diakses
tumpang tindih dengan kegiatan yang sama. oleh banyak pihak, kelebihan tersebut menjadi
Hasil pembangunan aplikasi WebGIS dapat inspirasi bagi penulis untuk membuat informasi
menyediakan informasi detail mengenai posisi arkeologi berbasis WebGIS. Sistem informasi
kotak galian serta temuan yang diperoleh dari yang akan dibangun berfokus kepada temuan
hasil ekskavasi. Untuk memperoleh informasi situs arkeologi Islam dari hasil penelitian Balai
tersebut sangat mudah karena dapat diakses Arkeologi Sulawesi Selatan dari tahun 1996
melalui jaringan internet tanpa menggunakan sampai 2017. Aplikasi ini dinamakan Sistem
aplikasi khusus (Maharoesman, Suwardhi, dan Informasi Geografis Arkeologi Islam disingkat
Indrajaya 2013, 34-42). Kelebihan teknologi SIAGA Islam.

58
Sistem Informasi Geografis Arkeologi Islam Berbasis WebGIS: Kajian Arkeologi Publik. Makmur

Sistem ini akan menampilkan data (Hypertext Markup Language), PHP (Hypertext
persebaran situs-situs arkeologi Islam yang Preprocessor), dan JavaScript. Rangkaian kode-
terdapat di Propinsi Sulawesi Selatan, kode program dikoneksikan dengan sebuah
Tenggara, dan Barat. Dari ekspektasi tersebut program open source bernama MapServer
maka permasalahannya adalah bagaimana dan peta Google. Metode pengumpulan data
penyampaian informasi kepada masyarakat dengan cara melakukan eksplorasi laporan hasil
mengenai letak situs-situs arkeologi Islam penelitian Balai Arkeologi Sulawesi Selatan dari
yang terdapat di Sulawesi Selatan, Tenggara, tahun 1996 sampai 2017.
dan Barat? dan bagaimana merancang serta Analisis yang dilakukan terhadap data
mengimplementasikan aplikasi Sistem arkeologi dengan cara mengintegrasikan data
Informasi Geografis Arkoelogi Islam berbasis kedalam satu database, kemudian melakukan
WebGIS? pemeriksaan terhadap atribut data. Langkah
selanjutnya menset-up data arkeologi kedalam
2. Metode Penelitian format spasial agar memiliki referensi geografis
Perancangan Sistem Informasi Geografis yang sama. Analisis berikutnya pada aspek
Arkeologi Islam berbasis WebGIS merupakan kebutuhan software untuk mendukung dalam
penelitian untuk mengembangkan dan pembangunan Sistem Informasi Geografis
menfaatkan data arkeologi untuk dipublikasi Arkeologi Islam secara online.
kemasyarakat secara luas (arkeologi publik)
tentang persebaran situs-situs arkeologi Islam 3. Hasil dan Pembahasan
yang terdapat di Sulawesi Selatan, Tenggara, 3.1. Perancangan Sistem
dan Barat. Jenis penelitian ini adalah studi Perancangan sistem informasi merupakan
pustaka dan perancangan sistem dengan kegiatan yang dilakukan untuk membuat analisis
menggunakan bahasa pemrograman HTML kebutuhan komponen atau bagian-bagian yang
nantinya dapat berinteraksi antara satu dengan
yang lainya, untuk melakukan suatu kegiatan
atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu
(Sigit 1993, 2). Hasil interaksi dari berbagai
komponen yang tepat akan dapat menghasilkan
suatu informasi yang memiliki nilai manfaat
bagi masyarakat (Jogiyanto 2001, 8).
Pembangunan sistem informasi geografis
arkeologi Islam berbasis WebGIS sebagai sarana
yang menghubungkan para peneliti arkeologi
dengan masyarakat secara luas (arkeologi
publik) untuk mempublikasi hasil penelitian
arkeologi. Karena para arkeolog saat ini, dituntut
tidak hanya menyajikan informasi arkeologi ke
masyarakat secara pasif, tetapi didorong untuk
dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk
berinteraksi secara aktif dengan publik (Dufton,
Durusu dan Alcock 2014, 14).
Gambar 1. Gambaran Umum Sistem (Sumber: Penulis)
Sistem informasi geografis arkeologi

59
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 36 No. 1, Juni 2018 : 1-66

Gambar 2. Komponen Pembangunan Sistem (Sumber: Penulis)

Islam yang digunakan oleh para arkeolog untuk Geografis Arkeologi Islam menggunakan
menyebarkan informasi hasil-hasil penelitian, bahasa pemrograman (coding) HTML
khsususnya informasi persebaran situs-situs (Hypertext Markup Language), PHP (Hypertext
arkeologi Islam di Sulawesi Selatan, Tenggara, Preprocessor), dan JavaScript. Rangkaian kode-
dan Barat membutuhkan empat bagian atau kode program dikoneksikan dengan sebuah
komponen yang saling terkait, yaitu Hardware program open source bernama MapServer.
(perangkat keras), Software (perangkat lunak), MapServer merupakan aplikasi yang
data arkeologi, dan sumber daya manusia. awalnya dikembangkan oleh tim dari Universitas
Minnesota Amerika Serikat. Aplikasi ini
a. Hardware (Perangkat Keras) berfungsi untuk menghubungkan data spasial
Kebutuhan perangkat keras dalam yang terdapat di dalam database dengan
pembuatan dan pengolahan sistem WebGIS, layer peta Google. Media penghubung antara
memang membutuhkan spesifikasi yang sedikit MapServer dengan peta Google ialah Google
lebih tinggi dari spesifikasi yang biasa digunakan API (Application Programming Interface) yang
untuk kebutuhan perkantoran secara umum. terdiri dari rangkaian kode-kode berupa huruf
Karena dalam pembuatan dan pengolahan dan angka.
sistem WebGIS selalu berkaitan dengan peta-
peta resolusi tinggi yang diakses secara online. c. Data
Bagian perangkat keras dalam komputer/laptop Data merupakan bahan pokok dalam
yang paling diperhatikan ialah spesifikasi penyajian informasi, sehingga validasi dan
processor minimal 5 Ghz, RAM minimal 4 GB, akurasi datanya harus dipastikan. Data yang
dan VGA 128 GB. digunakan bersumber dari hasil penelitian
arkeologi yang dilakukan oleh Balai Arkeologi
b. Software (Perangkat Lunak) Sulawesi Selatan dari tahun 1997 sampai 2017.
Dibalik tampilan aplikasi yang biasa Verifikasi data arkeologi langsung dilakukan
kita nikmati dari layar komputer/laptop dari sumber laporan hasil penelitian, kemudian
dibangun dari serangkain kode-kode bahasan data dikelompokan ke dalam data spasial dan
pemrograman. Pembuatan Sistem Informasi non-spasial.

60
Sistem Informasi Geografis Arkeologi Islam Berbasis WebGIS: Kajian Arkeologi Publik. Makmur

Gambar 3. Alur Software (Sumber: Penulis)

d. Manusia penyebarluasan hasil-hasil penelitian arkeologi


Brainware (manusia) merupakan karena sangat mudah dalam pengoprasian,
bagian yang penting dalam komponen masyarakat tidak perlu mahir menggunakan
pembangunan sistem, baik sebagai pembuat aplikasi GIS seperti ArcGIS, ArcView, PostGis,
sistem maupun sebagai pengguna. Pemilihan dan lain-lain untuk dapat mengakses informasi
teknologi informasi berbasis WebGIS dalam arkeologi.

Gambar 4. Rancangan Database (Sumber: Penulis)

61
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 36 No. 1, Juni 2018 : 1-66

3.2 Impelementasi Sistem Islam dilakukan pada localhost.


Implementasi merupakan tahapan hasil Pada saat mengakses sistem informasi
penyusunan serangkaian kode-kode program arkeologi Islam, pengunjung akan langsung
yang membentuk tampilan (interface) untuk berada pada halaman utama sistem yang
mempermudah pengguna berinterkasi dengan menampilkan peta Pulau Sulawesi. Tampilan
sistem agar dapat mengakses informasi untuk wilayah propinsi Sulawesi Selatan,
arkeologi Islam. Pada tahapan implementasi Tenggara, dan Barat terdapat angka-angka yang
dan uji program Sistem Informasi Arkeologi merupakan jumlah situs arekeologi Islam yang

Gambar 5. Tampilan Halaman Utama Sistem (Sumber: Penulis)

Gambar 6. Halaman Pembesaran Tampilan Detail Lokasi Situs Arkeologi Islam (Sumber: Penulis)

62
Sistem Informasi Geografis Arkeologi Islam Berbasis WebGIS: Kajian Arkeologi Publik. Makmur

terdapat pada wilayah-wilayah tertentu. situs arkeologi Islam.


Pada saat di pembesaran tampilan (zoom Setelah masyarakat mendapatkan lokasi
in) untuk mendapatkan detail lokasi yang situs yang di cari, maka dia dapat mengklik
diinginkan maka, pengunjung akan disajikan markers atau ikon tertentu seperti bentuk
informasi persebaran yang lebih detail tentang makam atau masjid. Pada saat masyarakat
keberadaan situs arkeologi Islam. Masyarakat mengklik simbol ikon situs yang dipilih maka
akan mendapatkan informasi letak geografis akan muncul informasi singkat tentang situs
dan informasi apa saja yang terdapat di sekitar tersebut.

Gambar 7. Tampilan Halaman Detail Informasi Situs Arkeologi Islam (Sumber: Penulis)

Gambar 8. Tampilan Halaman Login Member Sistem (Sumber: Penulis)

63
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 36 No. 1, Juni 2018 : 1-66

Gambar 9. Tampilan Halaman Form Input Data Situs Arkeologi Islam (Sumber: Penulis)

Aktifitas pengelolaan Sistem Informasi bersumber dari hasil penelitian Balai Arkeologi
Arkeologi Islam seperti input data dan update Sulawesi Selatan dapat menghasilkan Sistem
data, pengelola sistem dapat mengklik tombol Informasi Arkeologi Islam yang berbasis
“login member” untuk dapat masuk ke dalam WebGIS.
sistem pengelolaan data. Setelah memilih login Penggunaan teknologi sistem informasi
member maka akan ada tampilan keamanan berbasis WebGIS dalam penyebaran informasi
sistem berupa username dan password yang arkeologi Islam yang terdapat di Sulawesi
harus dimasukkan. Selatan, Tenggara, dan Barat akan berjalan
Jika username dan password yang efektif dan efisien karena masyarakat dapat
dimasukan benar, maka member pengelola mengakses data peninggalan arkeologi Islam
sistem akan masuk ke halaman member agar dimana dan kapan saja sebab teknologi WebGIS
dapat melakukan aktifitas seperti menginput berbasis online.
data, mengedit dan menghapus data situs Pengoperasian sistem infomeasi
arkeologi Islam. arkeologi Islam berbasis WebGIS sangat mudah
dalam penggunaannya, sebab masyarakat tidak
4. Penutup perlu mahir menggunakan aplikasi pemetaan
Hasil penyatuan (overlay) antara peta GIS sperti ArcGIS, ArcView, PostGis, dan lain
Google dengan data-data arkeologi Islam di sebagainya untuk dapat mengakses informasi
Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat yang arkeologi yang bersifat spasial.

64
Sistem Informasi Geografis Arkeologi Islam Berbasis WebGIS: Kajian Arkeologi Publik. Makmur

Daftar Pustaka Practices GIS for Archaeology ESRI, 39-


Alblas, Linda. 2012. “Archaeological Visibility 40.
Analysis With GIS.” The Council of Hua, Ang Kean. 2015. “Sistem Informasi
European Geodetic Surveyors Comite de Geografi (GIS): Pengenalan Kepada
Liaison Des Geometres Europeens, 1-7. Perspektif Komputer.” GEOGRAFIA
Baybas, Gizem. 2013. “The Council of European Online, Malaysian Journal of Society and
Geodetic Surveyors Comite de Liaison Space 11 (1): 24-31.
Des Geometres Europeens.” Middle East Jogiyanto, H.M. 2001. Analisis Dan Disain
Technical University. Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur.
Brovelli, M. A. & Magni, D. 2003. “An Yogyakarta: Andi Publisher.
Archaeological Web GIS Application Maharoesman, Zulhans Ramadhan & Suwardhi,
Based on Mapserver And PostGis.” Deni & Indrajaya, Agustijanto. 2013.
The International Archives of the “Pembangunan Sistem Informasi
Photogrammetry, Remote Sensing and Geografis Berbasis Web Untuk Kegiatan
Spatial Information Sciences XXXIV Ekskavasi Situs Warisan Budaya
(Part 5/W12): 89-94. Indonesia (Studi Kasus : Kompleks Candi
Dufton, J. Andrew & Durusu, Müge & Alcock, Batujaya).” Borobudur 2 (2): 34-42.
Susan. 2014. “Archaeology At Large: McNellan, Mary Reilly & White, Kip. 2009.
Embracing Massive Audiences For “Archaeology, Genealogy, and GIS
Online Applications.” In CAA 2014 Meet at Columbia Cemetery : Building a
PARIS 21st Century Archaeology, 107. Unique, Informative Web Site in Boulder,
Ekarini, Dian Fr. 2011. “Aplikasi GIS Untuk Colorado.” In GIS Best Practices GIS for
Pemetaan Pola Aliran Air Tanah Di Archaeology ESRI, 7-11.
Kawasan Borobudur.” Borobudur V (5): Moreau, Anne & Rodier, Xavier & Corns,
25-29. Anthony. 2014. “GIS, a New Trowel for
Forte, Maurizio. 2014. “5th International Archaeologists? The Challenges of Using
Conference on Remote Sensing in GIS in Preventive Archaeology.” In CAA
Archaeology.” Amerika Serikat. 2014 PARIS 21st Century Archaeology,
134. Prancis.
Gaffney, Vincent & Stančič, Zoran. 1991. “GIS
Approaches to Regional Analysis: A Case Mujabuddawat, Al Muhammad. 2016.
Study of the Island of Hvar.” Institut “Perangkat Sistem Informasi Geografis
Filozofske Fakultete Ljubljana. (SIG) Dalam Penelitian Dan Penyajian
Informasi Arkeologi.” Kapata Arkeologi
Garrett, Bradley L. 2009. “Bureau of Land 12 (1): 29-42.
Management’s Cultural Resource
Database Goes Digital : California Field Nugroho, Asep Hardiyanto. 2016. “Aplikasi
Offi Ces Unlock Data for Archaeology Sistem Informasi Geografis Berbasis
Program.” In GIS Best Practices GIS for Web Pemetaan Lokasi Kota Tangerang.”
Archaeology ESRI, 29-31. Jurnal Teknologi Informatika Dan
Komputer Atma Luhur 3 (1): 84-90.
Harseno, Edy & Tampubolon, Vickey Igor
R. 2007. “Aplikasi Sistem Informasi Rajani, M.B. & Kasturirangan, K. 2009.
Geografis Dalam Pemetaan Batas “Satellite Image and India’s Past.” Tata
Administrasi, Tanah, Geologi, Intitusi of Fundamental Research, 1-10.
Penggunaan Lahan, Lereng, Daerah Rosidi, M. & Darmawan, A. & Rahmawati,
Istimewa Yogyakarta Dan Daerah Aliran K. 2013. “Indentifikasi Kawasan Cagar
Sungai Di Jawa Tengah Menggunakan Budaya Situs Kerajaan Islam Mataram Di
Software Arcview GIS.” Majalah Ilmiah Pleret, Bantul Dengan Pendekatan Sistem
UKRIM I: 63-80. Informasi Geografis (SIG).” Borobudur 2
Hill, J. Brett & Devitt, Mathew & Sergeyeva, (2): 17-23.
Marina. 2009. “Understanding Past
and Future Land Use: Modeling
Archaeological Aensitivity.” In GIS Best

65
AMERTA, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Vol. 36 No. 1, Juni 2018 : 1-66

Scianna, Andrea & Villa, Benedetto. 2011. Tjandrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam
“GIS Applications In Archaeology.” Nusantara. Jakarta: KPG (Kepustakaan
Archeologia E Calcolatori 22: 337-363. Populer Gramedia).
Sigit, Ponco W. 1993. Analisis Dan Disain Tomaszewski, Brian. 2009. “A Cost-Effective
Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Approach to GPS/GIS Integration for
Teori Dan Praktek Aplikasi Bisnis. Archaeological Surveying: Investigation
Yogyakarta: Andi Publisher. Focus at Mexico’s Aztec-Period
Calixtlahuaca Site De-Emphasizes
Simanjuntak, Truman. dkk. 2008. Metode
Temples and Tombs.” In GIS Best
Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat
Practices GIS for Archaeology ESRI, 19-
Penelitian dan Pengembangan Arkeologi
23.
Nasional.
Subagio, Habib & Poniman, Aris. 2010.
“Pemanfaatan Gis Untuk Rekontruksi
Kawasan Strategis Nasional Trowulan.”
Globë 12 (2): 101-113.

66

Anda mungkin juga menyukai