Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap


tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika.Meskipun
sudah ada kemajuan dalam bidang antibiotic, pneumonia tetap merupakan
penyebab keatian keenam di Amerika Serikat.Mnculnya orhanisme
nosokomial, yang resisten terhadap antibiotic, ditemukannya organism-
organisme baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang
lemah daya tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin
memperluas spectrum dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab
pneumonia, dan ini juga menjelaskan mengapa pneumonia masih
merupakan masalah kesehatan yang mencolok.Bayi dan anak kecil lebih
rentan terhadap penyakit ini karena respon imunitas mererka masih belum
berkembang dengan baik.Pneumonia pada orang tua dan orang yang lemah
akibat penyakit kronik tertentu.Pasien peminum alcohol, pasca bedah dan
penderita penyakit pernapasan kronik atau infeksi virus juga mudah
terserang penyakit ini. Hampir 60% dari pasien-pasien yang kritis di ICU
dapat mendeerita pneumonia, dan setengah dari pasien-pasien tersebut
akan meninggal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pneumonia itu?


2. Apa penyebab atau etiologi pneumonia?
3. Bagaimana patofisiologi pneumonia?
4. Apa sajakah tanda dan gejala pneumonia?
5. Bagaimana penatalaksanaan pneumonia?
6. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik yang dilakukan?
7. Apakah komplikasi yang sering terjadi?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pneumonia?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

1
1) Untuk mengetahui definisi pneumonia
2) Untuk mengetahui penyebab pneumonia
3) Untuk mengetahui patofisiologi pneumonia
4) Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumonia
5) Untuk mengetahui penatalaksanaan pneumonia
6) Agar mengerti pemeriksaan penunjang pada pasien pneumonia
7) Agar mengetahui komplikasi yang terjadi pada pneumonia
8) Agar mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
pneumonia
2. Tujuan Khusus

Untuk memenuhi tugas pengalaman profesi ners keperawatan medical


bedah di Ruang Multazam RS Siti Khodijah Muhammadiyah Cabang
Sepanjang

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan agar saat bekerja


di lapangan kerja atau rumah sakit dapat memberikan asuhan kepada
pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan
karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu
tindakan yang seharusnya diambil.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah


kepustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surabaya dan menjadi bahan masukan sebagai dasar penelitian
selanjutnya.

3. Bagi Praktisi Di bidang keperawatan

rumah sakit sangat penting bahwa tim perawatan kesehatan dapat


memberikan perawatan sesuai kebutuhan pasien dalam upaya
meningkatkan drajat kesehatan pasien.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Paru


Paru adalah struktur elastic yang dibungkus dalam sangkar toraks,
yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan

3
tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan
dasarnya, yaitu diafragma. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian
meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Ketika kapasitas dalam dada
meningkat, udara masuk melalui trakea (inspirasi), karena penurunanan
tekanan di dalam, dan mengembangkan paru. Ketika dinding dada dan
diafragma kembali ke ukurannya semula (ekspirasi), paru-paru yang elastis
tersebut mengempis dan mendorong udara keluar melalui bronkus dan trakea.
Fase inspirasi dari pernapasan normalnya membutuhkan energi; fase ekspirasi
normalnya pasif. Inspirasi menempati sepertiga dari siklus pernapasan,
ekspirasi menempati dua pertiganya. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E (2015.).

Pleura. Bagian terluar dari paru-paru dikelilingi oleh membran halus,


licin, pleura juga meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan
permukaan superior diafragma. Pleura parietalis melapisi toraks, dan pleura
viseralis melapisi paru-paru. Antar kedua pleura ini terdapat ruang, yang
disebut spasium pleura, yang mengandung sejumlah kecil cairan yang
melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas
selama ventilasi. Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup
untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.
Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan
hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap
kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-
20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini
mencapai 1 liter seharinya.

Mediastinum. Mediatinum adalah dinding yang membagi rongga


toraks menjadi dua bagian membagi rongga toraks menjadi dua bagian.
Mediastinum terbentuk dari dua lapisan pleura. Semua struktuk toraks kecuali
paru-paru terletak antara kedua lapisan pleura.

Lobus. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas
lobus bawah dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah,
dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang
dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasaan pleura.

4
Bronkus dan Bronkiolus. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam
setiap lobus paru. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan
dua pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (10
pada paru kanan dan 8 pada paru kiri), yang merupakan struktur yang dicari
ketika memilih posisi drainage postural yang paling efektif untuk pasien
tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus
subsegmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri,
limfatik, dan saraf.

Bronkus subsegmental kemudian membentuk percabangan menjadi


bronkiolus, yang tidak mempunyai kartilago dalam dindingnya. Patensi
bronkiolus seluruhnya tergantung pada recoil elastik otot polos sekelilinginya
dan pada tekanan alveolar.

Brokiolus mengandung kelenjar submukosa, yang memproduksi lendir


yang membentuk selimut tidak terputus untuk lapisan bagian dalam jalan
napas. Bronkus dan bronkiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang permukaannya
dilapisi oleh “rambut” pendek yang disebut silia. Silia ini menciptakan
gerakan menyapu yang konstan yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir
dan benda asing menjauhi paru menuju laring.

Bronkiolus kemudian membentuk percabangan menjadi bronkiolus


terminalis, yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus
terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori, yang dianggap menjadi
saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran
gas. Sampai pada titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml
udara dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam
pertukaran gas. Ini dikenal sebagai ruang rugi fisiologik. Bronkiolus
respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar
kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi dalam
alveoli. Alsagaff Hood (2015).

Alveoli. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun
dalam kluster anatara 15 sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini

5
sehingga jika mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan menutupi
area 70 meter persegi (seukuran lapangan tennis). Terdapat tiga jenis sel-sel
alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
alaveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang aktif secara metabolic,
mensekresi surfaktan, suatu fosfolid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang
merupakan sel-sel fagositis yang besar yang memakan benda asing (mis.,
lender, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting.

Selama inspirasi, udara mengalir dari lingkungan sekitar ke dalam


trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Selama ekspirasi, gas alveolar
menjalani rute yang sama dengan arah yang berlawanan.

Faktor fisik yang mengatur aliran udara masuk dan keluar paru-paru
secara bersamaan disebut sebagai mekanisme ventilasi dan mencakup varians
tekanan udara, resistensi terhadap aliran udara, dan kompliens paru. Varians
tekanan udara, udara mengalir dari region yang tekanannya tinggi ke region
dengan tekanan lebih rendah. Selama inspirasi, gerakan diafragma dan otot-
otot pernapasan lain memperbesar rongga toraks dan dengan demikian
menurunkan tekanan dalam toraks sampai tingkat di bawah atmosfir.
Karenanya, udara tertarik melalui trakea dan bronkus ke dalam alveoli.
Selama ekspirasi normal, diafragma rileks, dan paru mengempis,
mengakibatkan penurunan ukuran rongga toraks. Tekanan alveolar kemudian
melebihi tekanan atmosfir, dan udara mengalir dari paru-paru ke dalam
atmosfir.

Resistensi jalan udara, ditentukan terutama oleh diameter atau ukuran


saluran udara tempat udara mengalir. Karenanya setiap proses yang mengubah
diameter atau kelebaran bronkial akan mempengaruhi resistensi jalan udara
dan mengubah kecepatan aliran udara sampai gradient tekanan tertentu selama
respirasi. Factor-faktor umum yang dapat mengubah diameter bronkial
termasuk kontraksi otot polos bronkial, seperti pada asma ; penebalan mukosa
bronkus, seperti pada bronchitis kronis ; atau obstruksi jalan udara akibat
lender, tumor, atau benda asing. Kehilangan elastisitas paru seperti yang

6
tampak pada emfisema, juga dapat mengubah diameter bronkial karena
jaringan ikat paru mengelilingi jalan udara dan membantunya tetap terbuka
selama inspirasi dan ekspirasi. Dengan meningkatnya resistensi, dibutuhkan
upaya pernapasan yang lebih besar dari normal untuk mencapai tingkat
ventilasi normal. (Smelzer,
suzanne C. 2016)

Kompliens, gradien
tekanan antara rongga toraks dan
atmosfir menyebabkan udara
untuk mengalir masuk dan
keluar paru- paru. Jika perubahan
tekanan diterapkan dalam paru
normal, maka terjadi perubahan yang porposional dalam volume paru. Ukuran
elastisita, ekspandibilitas, dan distensibilitas paru-paru dan strukur torakas
disebut kompliens. Factor yang menentukan kompliens paru adalah tahanan
permukaan alveoli (normalnya rendah dengan adanya surfaktan) dan jaringan
ikat, (mis., kolagen dan elastin) paru-paru. Alsagaff Hood (2015).

Kompliens ditentukan dengan memeriksa hubungan volume-tekanan


dalam paru-paru dan toraks. Dalam kompliens normal, paru-paru dan toraks
dapat meregang dan membesar dengan mudah ketika diberi tekanan.
Kompliens yang tinggi atau meningkat terjadi ketika diberi tekanan.
Kompliens yang tinggi atau meningkat terjadi ketika paru-paru kehilangan
daya elastisitasnya dan toraks terlalu tertekan (mis., emfisema). Saat paru-paru
dan toraks dalam keadaan “kaku”, terjadi kompliens yang rendah atau turun.
Kondisi yang berkaitan dengan hal ini termasuk pneumotorak, hemotorak,
efusi pleura, edema pulmonal, atelektasis, fibrosis pulmonal. Paru-paru
dengan penurunan kompliens membutuhkan penggunaan energi lebih banyak
dari normal untuk mencapai tingkat ventilasi normal.

2.2 Pneumonia

7
1. Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru (Betz,
2002). Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Staf
FKUI, 2006).
Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut bawah. Bila
seseorang menderita pneumonia, nanah dan cairan mengisi alveoli dalam paru
yang mengganggu penyerapan oksigen, dan membuat sulit bernapas (WHO,
2006).
Pneumonia paling umum digunakan untuk menunjukkan infeksi saluran
napas bawah yang bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur protozoa, atau
parasit dan yang bisa didapat dari komunitas, perawatan di rumah atau di
rumah sakit (nosokomial) (Brashers, 2007: 101).
Pneumonia merupakan infeksi akut pada jaringan paru oleh
mikroorganisme, merupakan infeksi saluran napas bagian bawah yang
sebagian besar disebabkan oleh bakteri yang terjadi secara primer atau
sekunder setelah infeksi virus (Corwin, 2009: 541).

Pneumonia adalah setiap penyakit radang paru yang dapat disebabkan


oleh bakteri, virus, atau jamur. Bahan kimia atau agen lain bisa menyebabkan
paru menjadi meradang. Suatu jenis pneumonia yang terkait dengan influenza
kadang-kadang berakibat fatal.

2. Etiologi
Etiologi pneumonia yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Berdasarkan anatomis dari struktur paru yang terkena infeksi, pneumonia
dibagi menjadi pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkhopneumonia),
dan pneumonia intersitialis (bronkiolitis). Bronkhopneumonia merupakan
penyakit radang paru yang biasanya didahului dengan infeksi saluran

8
pernafasan akut (ISPA) bagian atas dan disertai dengan panas tinggi. Keadaan
yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, yaitu aspirasi, penyakit
menahun, gizi kurang/malnutrisi energi protein (MEP), faktor patrogenik
seperti trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak
sempurna merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya
bronkhopneumonia(Depkes, 2009). Pneumonia bisa dikatakan sebagai
komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi
karena etiologi di bawah ini :
1. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah
steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus
pyogenis.
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini
disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung.
4. Protozoa

Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti


pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

3. Patofisologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
bayi sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri
pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru.

9
Kerusakan jaringan paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan
peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung
merusak sel-sel sistem pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis
menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika
terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru (tiga di paru kanan, dan dua di
paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Pneumonia adalah
bagian dari penyakit infeksi pneumokokus invasif yang merupakan
sekelompok penyakit karena bakteri streptococcus pneumoniae. Kuman
pneumokokus dapat menyerang paru selaput otak, atau masuk ke pembuluh
darah hingga mampu menginfiltrasi organ lainnya. infeksi pneumokokus
invasif bias berdampak pada kecacatan permanen berupa ketulian, gangguan
mental, kemunduran intelegensi, kelumpuhan, dan gangguan saraf, hingga
kematian.

4. Manifestasi Klinik

 Menggigil, demam

 Nyeri dada

 Takipnea

 Bibir dan kuku sianosis

 Sesak nafas

 Batuk

 Kelelahan

10
5. Komplikasi

 Efusi pleura

 Hipoksemia

 Pneumonia kronik

 Bronkaltasis

 Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-


paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).

 Komplikasi sistemik (meningitis)

6. Klasifikasi

 Berdasarkan Penyebab

Etiologi dan jenis/klasifikasi pneumonia beserta tanda dan gejalanya


menurut Somantri (2007: 68) adalah:

Jenis
Etiologi Faktor Resiko Tanda dan Gejala
Pneumonia

Sindrom  Streptococcus  Sickle cell disease  Onset mendadak


tipikal pneumonia  Hipogammaglobulinemi dingin,
jenis a menggigil, dan
pneumonia  Multiple myeloma demam (39-40ºC)
tanpa penyulit.  Nyeri dada
 Streptococcus pleuritis
Pneumonia  Batuk produktif,
dengan sputum hijau,
penyulit. purulen, dan
mungkin
mengandung
bercak darah,
serta hidung
kemerahan.
 Retraksi
interkostal,
penggunaan otot
aksesorius, dan

11
bisa timbul
sianosis

Sindrom  Haemophilus  Usia tua  Onset bertahap


atipikal influenza  COPD dalam 3-5 hari
 Staphylococcus  Flu  Malaise, nyeri
aureus kepala, nyeri
tenggorokan, dan
 Mycoplasma  Anak-anak batuk kering
pneumonia  Dewasa muda  Nyeri dada
 Virus pathogen karena batuk
Aspirasi  Aspirasi basil  Kondisi lemah karena  Anaerobik
gram negative: konsumsi alkohol campuran:
Klebsiela,  Perawatan (misalnya mulanya onset
Pseudomonas, infeksi nosokomial) perlahan
Enterobacter,  Gangguan kesadaran  Demam rendah,
Escherichia dan batuk
proteus, dan  Produksi
basil gram sputum/bau
positif, busuk
Staphylococcus  Foto dada
 Aspirasi asam jaringan
lambung interstitial yang
terkena
tergantung bagian
yang terkena di
paru-parunya.
 Infreksi gram
negatif atau
positif
 Gambaran klinik
mungkin sama
dengan
pneumonia klasik
 Distres respirasi
mendadak,
dispnea berat,
sianosis, batuk,
hipoksemia, dan
diikuti tanda
infeksi sekunder.
Hematogen  Terjadi bila  Kateter IV yang  Gejala pulmonal
kuman terinfeksi timbul minimal
pathogen  Endokarditis disbanding gejala
menyebar ke septikemia

12
paru-paru  Drug abuse  Batuk
melalui aliran  Abses intra abdomen nonproduktif dan
darah:  Pyelonefritis nyeri pleuritik
Staphylococcus  Empiema kandung sama dengan
, E. coli, dan kemih yang terjadi pada
anaerob enteric emboli paru-paru

 Klasifikasi Berdasarkan lokasi paru yang terkena menurut Robbins &


Cotran (2008: 448) adalah:

1) Bronkopneumonia
Ditandai oleh bercak-bercak konsolidasi eksudatif pada parenkim
paru: stafilokokus, pneumokokus, Haemophilus influenza, Pseudomonas
aeruginosa dan bakteri koliformis merupakan agen penyebab yang paling
sering ditemukan. Secara makroskopik, paru-paru memperlihatkan daerah
konsolidasi dan supurasi yang terdispersi, menonjol, bersifat fokal serta
dapat diraba. Secara histologik terlihat eksudasi supuratif (neutrofilik) akut
yang mengisi saluran napas serta rongga udara dan biasanya disekitar
bronkus dan bronkiolus.
2) Pneumonia Lobaris
Mengenai sebagian besar atau seluruh lobus paru. Sebagian besar
pneumonia lobaris disebabkan oleh pneumokokus yang masuk ke dalam
paru lewat saluran napas. Kadang-kadang infeksi ini terjadi karena
mikroorganisme lain (K. Pneumoniae, stafilokokus, streptokokus, H.
influenzae).

7. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan Radiologi
Chest X-ray: Teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan
bronchial); dapat juga menunjukkan multipel abses/infiltrate (bakterial);
atau penyebaran/ekstensif nodul infiltrate (sering kali viral), pada
pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
 Pemeriksaan Fungsi Paru-paru
Fungsi paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan
udara menurun, hipoksemia.
 Pemeriksaan Laboratorium

13
1) Analisis gas darah (Analysis Blood Gasses –ABGs) dan Pulse
Oximetry: abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya
kerusakan paru-paru.
2) Pewarnaan Gram/Culture Sputum dan Darah: didapatkan dengan
needle biopsy, aspirasi transtrakeal, fiberoptic bronchoscopy, atau
biopsy paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab.
Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti
Diplococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, A. hemolytic
streptococcus, dan Hemophilus influenzae.
3) Periksa Darah Lengkap (Complete Blood Count—CBC): leukositosis
biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood
count—WBC) rendah pada infeksi virus.
4) Tes Serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada
organisme secara spesifik.
5) LED: meningkat, tanda adanya infeksi.
6) Elektrolit: sodium dan klorida mungkin rendah.
7) Bilirubin: mungkin meningkat.

8. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009: 544) , Brashers (2007: 104), dan Smeltzer (2001:
575) penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai
yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan sampel sputum prapengobatan.
Terapi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Farmakologi
1) Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakteri. Pneumonia lain dapat
diobati dengan antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi bakteri
sekunder yang dapat berkembang dari infeksi asal, misalnya penisilin
G merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae.
Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin,
sefalosporin generasi kedua dan ketiga, trimetoprimsulfametoksazol
(Bactrim).
2) Oksigen dan hidrasi bila ada indikasi.
b. Nonfarmakologi
1) Istirahat
2) Perbaikan nutrisi
3) Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
4) Teknik napas dalam dan batuk efektif, fisioterapi dada bila tersedia.

9. Pencegahan

14
Menurut Smeltzer (2001: 573) pencegahan pneumonia yang dapat
dilakukan adalah:
1) Berikan dorongan untuk sering batuk dan mengeluarkan sekresi.
2) Ajarkan teknik napas dalam.
3) Ubah posisi dengan teratur.
4) Lakukan penghisapan trakeobronkial bagi pasien-pasien yang beresiko
tidak dapat batuk spontan.
5) Tingkatkan hygiene oral bagi pasien-pasien yang menjalani regimen
NPO (puasa) atau mendapat antibiotic untuk meminimalkan kolonisasi
organisme.
6) Berikan sedative dan opiod dengan pertimbangan sangat bijak untuk
menghindari supresi pernapasan.
7) Waspadalah terhadap pneumonia pada lansia., pasien pascaoperatif,
mereka dengan supresi sistem imun, mereka dengan supresi sistem
imun, mereka yang mengalami gangguan fungsi pernapasan, dan
mereka yang tidak sadar.
8) Pastikan bahwa peralatan pernapasan telah dibersihkan dengan tepat.
9) Berikan dorongan individu untuk berhenti merokok dan mengurangi
alkohol.

Hospitalisasi diindikasikan bila (Brashers, 2007: 104):


1) Usia di atas 65 tahun, tunawisma, dirawat di rumah sakit karena
pneumonia di tahun yang lalu.
2) Denyut nadi > 140/menit, frekuensi respirasi >30/menit, hipotensi.
3) Temperature >38,3ºC
4) Penurunan status mental, sianosis.
5) Imunosupresi, kondisi penyerta.
6) Mikroorganisme resiko tinggi (misal infeksi pseudomonas nosokomial
yang terbaru).
7) SDP <4000 atau > 30.000/μL
8) Tekanan parsial oksigen dalam darah arteri (PaO2) <60 atau PaCO2 >50.
9) Foto ronsen dada dengan keterlibatan banyak lobus atau progresi cepat

15
Virus, bakteri, jamur, protozoa, Inhalasi droplet pada saluran
teraspirasi nafas bagian atas
WOC PNEMUMONIA

Bakteri/virus masuk saluran


nafas bawah

Daya tahan tubuh lemah

Radang pada parenkim paru

(Pneumonia)

Respon inflamasi
B1 B2 B3 B5 B6 Psikologik
pada alveolar paru

Pelepasan Pelepasan mediator Pe suplai


hiperplasia sel goblet
Cairan masuk pirogen kimia: prostaglandin, O2 ke otot
dan disfungsi silia Akumulasi
ke alveoli endogen histamine, bradikinin secret pada Kurang
saluran informasi
Pe produksi pernapasan Terganggunya
Eksudasi Masuk hipotalamus Berikatan dengan
mukus proses
dalam reseptor IP3
melalui sirkulasi metabolisme di
alveoli
tubuh
Bau dan
Akumulasi Impuls nyeri diantar ke rasa sputum
Mengganggu Pelepasan SSP melalui serabut saraf
mucus pada di mulut
difus 02 asam Energy yang
saluran
pernafasan arakidonat dihasilkan
\ Medula spinalis
Nafsu
Terjadi makan
hipoksia, Metabolisme
Ketidakefektifan Thalamus
hiperkarbi menjadi Kelemahan fisik
bersihan jalan nafas prostaglandin
Ketidakseimbangan
Korteks serebri nutrisi kurang dari
Metabolisme Intoleran
anaerob Perubahan kebutuhan tubuh
termostat Aktivitas
Gangguan Rasa
hipotalamu 16(nyeri)
Nyaman
Ketidakefektifan
pola pernapasan Hipertermi Peningkatan Asupan cairan Kekurangan volume
metabolisme berkurang cairan
BAB II

LAPORAN KASUS

Ruangan : Pavilium Multazam RS Siti Khodijah

Tanggal Pengkajian : Senin, 25 november 2019 Jam : 08.00 WIB

IDENTITAS

Nama Pasien : Ny. A

Umur : 56 tahun

No. Register : 5954xx

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku Bangsa : WNI

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

Alamat : Buyutan Sidoarjo

Tanggal MRS : 24 November 2019

Diagnosa Medis : Pneumonia

STATUS KESEHATAN

Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit :

Ny. A mengatakan sesak

Keluhan Utama Saat Pengkajian :

Ny. A Mengatakan sesak, pundak terasa berat dan batuk disertai secret.

Riwayat Kesehatan :

17
1. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang :
Ny A mengatakan sejak 2 minggu yang lalu mengeluh batuk dan panas selama
2 minggu, setelah itu dibawa ke bidan tetapi tetap saja tak kunjung sembuh dan
lebih parah batuk secret disertai dengan darah setelah itu dibawa ke IGD RS
Siti Khodijah pada pukul 20.00, di IGD pasien di infus PZ dan dipasang O2
nassal. Lalu dibawa ke paviliun Multazam pada pukul 21.30. di Multazam
pasien di observasi TTV dan cek darah untuk laboratorium. Saat pengkajian
pasien mengatakan sesak, pundak terasa berat dan batuk disertai secret.
Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu :
Ny. PR Mengatakan tidak pernah menderita cerita penyakit dahulu
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga :
Ny. PR mengatakan tidak ada penyakit yang di derita pada keluarga
3. Genogram

x x x

Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
--- : Tinggal Serumah
4. Vital Signs :
Kesadaran/GCS : 456
Tekanan Darah : 120/60 mmhg
Frekuensi Nafas : 33 x/menit
Suhu : 37,1 C
Nadi : 111 x/menit
Berat Badan : 42 Kg
Tinggi Badan : 152 Cm

18
POLA FUNGSI KESEHATAN :

1. Pola Penatalaksanaan Kesehatan/Persepsi Sehat


Data Subyektif :
Pasien mengatakan jika pasien sakit berobat ke puskesmas, pasien tidak
mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes militus, pasien tidak mempunyai
alergi obat dan makanan, pasien mengetahui bahwa mempunyai penyakit sesak
dan selalu berobat ke puskesmas apabila sesak kambuh. Lingkungan rumah
pasien di jalan raya jadi banyak debu di lingkungan rumah pasien.
Data Obyektif :
K/U Cukup, GCS 456, Kesadaran composmenthis, TD : 120/80 mmhg, Nadi :
111 x/mnt, RR: 33 x/mnt, pasien terlihat sesak nafas, pasien menggunakan O2
Nassal 8 lpm, terdapat secret.
Masalah Keperawatan :
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Pola nafas tidak efektif

2. Pola Nutrisi – Metbolik


Data Subyektif :
SMRS :
Ny A mengatakan saat di rumah makan 3 kali sehari porsi sedkit makan selalu
tidak habis. Ny A minum ≤ 8 gelas/hari
MRS :
Ny A mengatakaan saat di rumah sakit pasien makan 3 kali sehari porsi habis.
Ny A minum 1500 ml/hari
Data Obyektif :
K/U : Kulit Normal Tidak ada Luka tidak ada lesi, badan terlihat kurus, rambut
bersih , kuku bersih agak panjang, mukosa bibir lembab, tidak ada masalah
gusi, suhu tubuh normal 37,1 C, BB : 42 kg, TB : 152 cm, IMT : 18,1 (berat
badan kurang). Terpasang infus di tangan kanan 1000 cc/24 jam (7 tpm).
Abdomen :
I : Tidak ada lesi, terlihat kurus
P : Timpani
P : Tidak ada nyeri tekan
A : Bising Usus 10 x/mnt
Masalah Keperawatan :
Tidak ada Masalah Keperawatan

3. Pola Eliminas Alvi & Uri


Data Subyektif :
Uri :

19
Ny. A Mengatakan, dirumah BAK ≥8 x/sehari, warna kuning dan selama MRS
BAK ≥ 6 x/sehari Ny A tidak terpasang kateter
Alvi:
Ny. PR Mengatakan, dirumah BAB 1x sehari, dan selama MRS belum BAB,
Feses lunak
Data Obyektif :
Abdomen tidak ada lesi, tidak ada kembung, tidak terpasang kateter kateter
Abdomen
I : Tidak ada lesi, terlihat gemuk
P : Timpani
P : Tidak ada nyeri tekan
A : Bising Usus 10 x/mnt
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

4. Pola Aktivitas
Data Subyektif :
SMRS :
Ny A mengatakan saat di rumah melakukan aktivitas rumah tangga, mampu
melakukan aktivitas tanpa menggunakan alat bantu. Sejak sakit melakukan
aktivitas dengan di bantu.
Data Obyektif :

Aktivitas 0 1 2 3 4 Keterangan :
Makan V 4 : Mandiri
Mandi v 3 : Membutuhkan Alat Bantu
Berpakaian v 2 : Membutuhkan Pertolongan
Toileting v 1 : Membutuhkan Pertolongan dan
Mobilisasi v Alat Bantu
Tidur V 0 : Ketergantungan
Ambulasi V

-
Kardiovaskuler: TD : 120/80 mmhg, Nadi : 111 x/mnt, Nadi teratur, suara
jantung S1/S2 tunggal,SPO2 : 97%
-
Respirasi = Dispneu (+), Batuk (+),Sputum(+), RR; 33x/mnt, suara nafas
vesikuler, auskultasi dada ronchi
-
Terpasang 02 nasal 8 lpm
-
Aktivitas dan perawatan diri Nampak dibantu oleh keluarga

Masalah Keperawatan :

Intoleransi aktivitas

20
5. Pola Istirahat Tidur
Data Subyektif :
Ny. PR Mengatakan jarang tidur siang dan malam hari jam 22 malam. Setelah
MRS pasien lebih banyak tidur dan istirahat dan agak terganggu ketika terasa
sesak nafas.
Data Obyektif :-
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

6. Pola Kognitif dan Persepsi


Data Subyektif :
Ny.A Mengatakan tidak ada yang bermasalah dalam penglihatan dan
pendengaran serta penciuman.
Data Obyektif :
-
Bentuk telinga simetris, terlihat bersih, tidak ada kemerahan atau
pembengkakan
-
Pasien dapat mengingat dan menjawab semua pertanyaan saat pengkajian
-
Pasien tidak menggunakan alat bantu kacamata maupun alat bantu dengar
-
Pasien berkomunikasi dengan baik dan berbahasa indonesia

Masalah Keperawatan :

tidak ada masalah keperawatan

7. Pola Konsep diri dan Persepsi diri


Data Subyektif:
-
Ny.A merasa sakit yang dideritanya sebagai ujian dalam hidupnya dan
berharap setelah keluar dari rumah sakit dan menjalani aktivitas sehari-hari
seperti sebelum sakit
-
Ny.A merasa kondisi sakitnya saat ini membuat dirinya tidak dapat
melakukan aktivitas di karenakan pasien merasa sesak
-
Ny.A tidak memiliki masalah dengan identitas dirinya, beliau adalah
perempuan berusia 56 tahun
-
Ny.A merasa tidak mengalami perubahan peran, beliau adalah seorang istri,
ibu dan nenek.
Data Obyektif:
Penampilan rapi, keadaan umum cukup, GCS 456 kesadaran composmentis
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

8. Pola Hubungan Peran


Persepsi Klien tantang pola hubungan :

21
Pasien Mengatakan tinggal bersama suami dan anak ke duanya. Memiliki
hubungan baik dengan keluarga maupun tetangga sekitar
Persepsi Klien tentang peran dan tanggung jawab :
Pasien Mengatakan memiliki tanggung jawab dan berperan sebagai istri, ibu
dan nenek. Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan perannya.
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan adanya masalah

9. Pola Reproduksi Seksual


Data Subyektif :
Ny. A Mengatakan sudah tidak pernah berhubungan seksual dengan suami
karena sudah tua, pasien mengalami menopause setelah mempunyai 2 anak,
pasien menggunakan kb suntik 3 bulan, riwayat menstruasi : menarche pada
saat kelas 6 sd, 6-7 hari, teratur.
Data Obyektif: genitalia terlihat bersih, payudara bersih.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

10. Mekanisme Koping


Kemampuan mengendalikan stress
Pasien mengatakan aktivitas dirumah selain menjadi Ibu Rumah Tangga,
bermain dengan anak dan cucunya membuat pasien merasa senang.
Sumber Pendukung
Keluarga
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan


Pasien Mengatakan beragama islam dan mempercayai bahwa segala apapun
yang terjadi pada hidupnya adalah kehendak tuham
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan Lab Hasil Nilai Normal


24-11- Darah lengkap
2019 HGB 10,3 g/dl 11,5 - 16,5
RBC 3,79 10^6 uL 4,0 – 5,0
HCT 29,9 % 37 – 45

22
MCV 78,9 fl 82 – 92
MCHC 34,4 g/dL 32 – 37
WBC 20,08 10^3/uL 4 – 11
PDW 7,4 fl 9 – 13
MPV 7,4 fl 7,2 – 11,1
P-LCR 7,4 % 15 – 25
PCT 0,22 % 0,150 – 0,400
24-11- Gula Darah Acak / sewaktu 114 < 200 mg/dL
2019
25-11- Specimen serum :
2019 Ureum 16,8 17- 43 mg/dL
Bun 7,9 7 – 20 mg/dL
Kreatinin serum 0,5 0,5 – 0,9 mg/dL
Elektrolit
Natrium 126 136 – 145 mmol/L
Kalium 2,6 3,5 – 5,1 mmol/L
Klorida 85 98 – 107 mmol/L

2. Pemeriksaan Radiologi
24-11-19
Foto thorax luar
25-11-19
Ekg
26-11-19
CT Scan thorax dengan kontras
-
Pneumonia dengan infected cystis brochiertans paru kanan dan regmen
posterobasal lobus inferior
-
Atelektans lobus medius paruu kanan
-
Efusi pleur kanan minimal
-
Multiple kirta hepar kanan kiri ukuran terbeesar 2,1 cm

3. Terapi dan Diet


-
Infus PZ 1000 cc/24 jam
-
Injeksi Ondancentron 2x1 g/Iv
-
Injeksi Asam traneksamat 2x50 mg/Iv
-
Injeksi Pantoprazole sodium 1x1 amp/Iv
-
Injeksi cefoprazone
-
P.O Codein 3x1
-
P.O Ksr 1x1

23
-
P.O Analsik 3x1
-
P.O Trizedon 2x1
-
P.O Alinamin 2x1

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS


2. BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
3. INTOLERANSI AKTIVITAS

24
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. A No. Register : 59-54-xx

Umur : 56 tahun Diagnosa Medis : Pneumonia

DATA ETIOLOGI PROBLEM


Data Subyektif : Infeksi oleh
-
Pasien mengatakan mikroorganisme patogen

sesak ↓
Data Obyektif : Respon antigen-antibody POLA NAFAS
-
TD : 120/80 mmhg TIDAK EFEKTIF
-
N : 111 x/mnt ↓
-
S : 37,1 C
-
RR : 33 x/mnt Pengaktifan kaskade
-
Menggunakan O2 nasal komplemen
Kanul 8 lpm ↓
-
Dispneu (+)
-
KU : lemah Kemotaksis Netrofil dan
Magrofah

Aktifasi proses fagositosis


oleh netrofil dan
magrofah

Konsolidasi lekosit dan


fibrin dalam paru

Konsolidasi jaringan paru

Komplience kemampuan
pengembangan paru turun

Pola napas tidak efektif

25
Data Subyektif : Polusi Udara, Infeksi
-
Pasien mengatakan Virus
batuk disertai sputum
-
Pasien kesulitan Asap/ Virus Influenza BERSIHAN JALAN
mengeluarkan secret Mengiritasi Jalan Nafas NAPAS TIDAK
-
Pasien mengatakan EFEKTIF
sesak Hipersekresi Lender +
Data Obyektif : Inflamasi
-
TD : 120/80 mmhg
-
N : 111 x/mnt
- Fungsi Silia Menurun
S : 37,1 C
-
RR : 33 x/mnt
-
Terpasang O2 nasal
Produksi Secret
Kanul 8 lpm
- Meningkat
Suara jantung S1/S2
tunggal
-
Auskultasi terdengar Mucus Kental
suara ronki
-
Dispneu (+)
Batuk Berdahak

Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif
Data Subyektif : Hemaptoe INTOLERANSI
-
Pasien mengatakan AKTIVITAS
saat melakukan Anemia
aktivitas dibantu oleh
keluarga Hb Turun
-
Pasien mengatakan
saat melakukan Suplai O2 ke jaringan
aktivitas berat pasien turun
merasa sesak
Data Obyektif : Kelelahan
-
TD : 120/80 mmhg
-
N : 111 x/mnt
-
S : 37,1 C
-
RR : 33 x/mnt Intoleransi Aktivitas

26
-
Aktivitas dan
perawatan diri
Nampak dibantu oleh
keluarga
-
Aktivitas perawatan
diri: Makan (4),
Mandi(2),
Berpakaian(2),
Toileting(2),
Mobilisasi(1),
Tidur(4), ambulasi(2)

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidakefektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas di


tandai dengan pasien merasa sesak
TTV : (TD : 120/80 mmhg,N : 111 x/mnt,S : 37,1 C,RR : 33 x/mnt SPO2 :
97%) Menggunakan O2 nasal Kanul 8 lpm,dispneu (+)
2. Kebersihan jalan nafas tidakefektif di tandai dengan hipersekresi jalan
nafas di tandai dengan pasien mengatakan bantuk dan sesak
TTV : (TD : 120/80 mmhg,N : 111 x/mnt,S : 37,1 C,RR : 33 x/mnt,SPO2 :
97%) Terpasang O2 nasal Kanul 8 lpm,Suara jantung S1/S2
tunggal,Auskultasi terdengar suara ronki,Dispneu (+)

27
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. A No. Register : 59-54-xx

Umur : 56 tahun Diagnosa Medis : Pneumonia

DIAGNOSA
NO TUJUAN SIKI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak Tujuan: Manjemen jalan nafas 1) Untuk mengetahui adanya kelainan
1) Monitor pola nafas
efektif Setelah dilakukan pada pola nafas yang terjadi
( frekuensi, kedalaman, 2) Agar dapat dilakukan tindakan medis
tindakan keperawatan
usaha nafas). selanjutnya
selama 1 x 24 jam
2) Monitor bunyi nafas 3) Agar pasien merasa nyaman dan dapat
masalah dapat teratasi
tambahan (misalnya membantu nafas pasien agar ebih rilex
dengan 4) Untuk mengencerkan secret pada pasien
gurgling, mengi, wheezing,
5) Untuk membantu nafas pasien
Kriteria hasil :
ronkhi kering). 6) Untuk mengeluarkan secret
a. dipsnea menurun 3) Posisikan semi-fowler atau 7) Untuk membantu pengobatan pasien
b. Penggunaan otot fowler. secara farmakologi
4) Berikan minum hangat
bantu napas menurun
5) Berikan oksigen
c. Frekuensi nafas 6) Ajarkan teknik batuk efektif
membaik
d. Kedalaman nafas

28
membaik
2. Bersihan jalan napas Tujuan: Latihan batuk efektif
Setelah dilakukan 1) Identifikasi kemampuan 1) Untuk mengetahui kemampuan pasien
tidak efektif
perawatan selama 3-6 batuk untuk batuk
2) Atur posisi semi-fowler atau 2) Agar pasien merasa nyaman dan sesak
jam masalah
fowler berkurang
ketidakefektifan
3) Pasang perlak dan bengkok 3) Untuk secret yang akan dikeluarkan
bersihahan jalan nafas 4) Agar sputum tidak berceceran
di pangkuan pasien
5) Agar pasien mengerti batuk efektif
dapat teratasi. 4) Buang secret pada tempat
6) Untuk mengeluarkan secret
Kriteria hasil:
sputum 7) Untuk mengulangi cara batuk efektif
a. Batuk efektif
5) Jelaskan tujuan dan prosedur 8) Untuk membantu tindakan medis
meningkat
batuk efektif secaara farmaakologi
b. Produksi
6) Anjurkan Tarik nafas dalam
sputum
melalui hidung selama 4
menurun
detik, ditahan selama 2 detik,
c. Dipsnea
kemudian keluarkan dari
menurun
d. Frekuensi mulut dengan bibir mencucu
napas (dibulatkan) Selama 8 detik
7) Anjurkan mengulangi tarik
membaik
e. Pola napas nafas dalam hingga 3 kali.
8) Kolaborasi pemberian
membaik
mukolitik atau ekspetoran,

29
jika perlu.

30
IMPLEMENTASI

Nama Pasien : Ny. A No. Register : 59-54-xx

Umur : 56 tahun Diagnosa Medis : Pneumonia

Tanggal IMPLEMENTASI TTD


Jam
Senin,
25-11-19

-
12.00 Bina hubungan saling percaya pada pasien dan
keluarga
-
Melakukan pengkajian
Respon pasien kooperatif dan menjawab semua
pertanyaan
-
12.30 Mengkaji fungsi pernafasan pasien
Frekuensi nafas 33x/menit, tidak terlihat
pernafasan cuping hidung, pasien tampak sesak,
pasien menggunakan oksigen nasal 8 lpm
-
13.00 Memberikan obat oral codein
Respon pasien kooperatif
-
14.00 Memberikan posisi semi fowler 30-45o
Pasien nyaman dengan posisi setengah duduk
karena sesak berkurang
-
15.00 Menganjurkan pasien minum air hangat
Respon pasien kooperatif dan mengerti apa yang
di jelaskan oleh perawat
-
16.00 Memberikan Injeksi Asam traneksamat 2x50
mg/Iv
Respon pasien kooperatif

-
Melakukan Observasi Vital Signs
TD : 120/80 mmHg
N : 111x/mnt

31
RR : 33x/mnt
Suhu : 37,1oC
Spo2 : 97 %
-
17.00 Mengganti cairan Pz 7 tpm
-
18.00 Observasi fungsi pernafasan pasien
-
19.00 Mengajarkan pasien batuk efektif
Respon pasien mendengarkan dg baik dan berlatih
batuk efektif
-
21.00 Mengingatkan agar pasien dan keluarga untuk
meningkatkan istirahat dan membatasi
aktifitas agar sesak berkurang
Pasien kooperatif
-
05.00 Observasi TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 99 x/mnt
S : 36
-
RR : 22x/menit
Selasa,
26-11-19

-
07.00 Operan shif pagi
-
08.30 Mengkaji fungsi pernafasan pasien (frekuensi
nafas 29x/menit,tidak aada pernafasaan cuping
hidung,pasien menggunaakan oksigen nasal 8
lpm)
-
08.45 Infus pasien dengan fenvlon no 18
-
09.00 Mengantar pasien ke radiologi untuk CT Scan
Thorax dengan kontras
-
09.50 Mempertahankan pasien dalam posisi semi
flower 30-45oC
Pasien nyaman dengan posisi setengah duduk
karena sesak berkurang
-
11.00 Observasi TTV

32
TD : 100/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36,5
RR : 20x/menit
-
12.00 Injeksi pantoprazole sodium
-
13.00 Memberian obat oral analsik dan kodein
-
Mengingatkan kembali keluarga dan pasien
untuk tingkatkan istirahat dan beraktifitas
-
14.00 Mengajarkan pasien batuk efektif
Respon pasien mendengarkan dg baik dan berlatih
batuk efektif
-
17.00 Menganti cairan infus PZ+drip KCL 25 meg 7
tpm/menit
-
Observasi Vital Sign
TD : 100/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5
RR : 20x/menit
-
20.00 Memberian obat oral analsik, codein dan
trizedon
-
22.00 Kontrol cairan pasien dan control pasien
istirahat
-
05.00 Observasi TTV
TD : 100/80 mmHg
N : 97 x/menit
S : 36,2
RR : 22x/menit
Rabu
27-11-12
-
07.00 Operan shif pagi
-
Memberi obat oral codein, analsik dan trizedon
-
09.00 Mengkaji fungsi pernafasan pasien
(frekuensi nafas 29x/menit,tidak aada pernafasaan

33
cuping hidung,pasien menggunaakan oksigen
nasal 4 lpm)
-
11.00 Observasi TTV
TD : 100/80 mmHg
N : 97x/menit
S : 36,2
RR : 22x/menit
-
11.40 Mengajarkan pasien batuk efektif
Respon pasien mendengarkan dengan baik dan
berlatih batuk efektif
-
12.00 Injeksi pantoprazole sodium
-
13.00 Memberikan obat oral codein dan analsik
-
17.00 Injeksi cebactam 2xi /Iv
-
20.00 Memberikan obat oral codein, analsik,
trizedon, dan alinamin
-
22.00 Kontrol cairan pasien dan control pasien
istirahat
-
05.00 Observasi TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 97 x/menit
S : 36,2
-
RR : 21x/menit

34
EVALUASI

Nama Pasien : Ny. A No. Register : 59-54-xx

Umur : 56 tahun Diagnosa Medis : Pneumonia

TGL/JAM DIAGNOSA
KEPERAWATAN EVALUASI
Senin S : Pasien mengatakan sesak nafas
25-11-12 Pola nafas O : KU lemah,terpasang oksigen nasal kanul
tidakefektif 8 lpm
TD : 120/80 mmHg
N : 111x/mnt
RR : 33x/mnt
Suhu : 37,1oC
Spo2 : 97 %
Diapneu (+)
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5 dan 6
Senin Bersihan jalan S : Pasien mengatakan batuk disertai sputum,
25-11-12 nafas tidak efektif kesulitan mengeluarkan secret dan sesak
Obyektif :
TD : 120/80 mmhg
N : 111 x/mnt
S : 37,1 C
RR : 33 x/mnt
Terpasang O2 nasal Kanul 8 lpm
Suara jantung S1/S2tunggal
Auskultasi terdengar suara ronki
Dispneu (+)
A : Masalahkeperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6 dan 7
Selasa Pola nafas S : Pasien mengatakan sesak berkurang
26-11-19 tidakefeltif O : KU membaik,terpasang oksigen nasal

35
kanul 8 lpm
TD : 110/80 mmHg
N : 90x/mnt
RR : 29x/mnt
Suhu : 36,3oC
Spo2 : 97 %
Diapneu (+)
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,5 dan 6
Selasa Bersihan jalan S : Pasien mengatakan batuk disertai sputum,
26-11-19 nafas tidak efektif kesulitan mengeluarkan secret dan sesak
berkurang
Obyektif :
TD : 110/80 mmhg
N : 90 x/mnt
S : 36,3 C
RR : 29 x/mnt
Terpasang O2 nasal Kanul 8 lpm
Suara jantung S1/S2tunggal
Auskultasi terdengar suara ronki
Dispneu (+)
A : Masalahkeperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 6 dan 7
Rabu Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan tidak sesak
27-11-19 efektif O : KU baik,sudah tidak terpasang oksigen o2
nasal kanul
TD : 100/80 mmHg
N : 97x/mnt
RR : 22x/mnt
Suhu : 36,2oC
Spo2 : 97 %
Diapneu (+)
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

36
Rabu Bersihan jalan S : Pasien mengatakan batuk disertai sputum,
27-11-19 nafas tidak efektif sesak berkurang,pasien tidak sesak
Obyektif :
TD : 100/80 mmhg
N : 97 x/mnt
S : 36,2 C
RR : 22 x/mnt
Tidak tererpasang O2 nasal Kanul
Suara jantung S1/S2tunggal
Auskultasi terdengar suara ronki
A : Masalahkeperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 6 dan 7

37
BAB IV

PRESENTASI JURNAL

Critical Appraisal

Evaluasi penggunaan antibiotik pada pennyakit pneumonia di rumah sakit umum daerah
purbalingga

Mengapa penelitian ini Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien pneumonia yang meliputi umur dan jenis
dilakukan? kelamin paasien di rumah sakit umum daerah purbalingga dan mengetahui gambaran pengguaan antibiotik serta
keseuaian pengguaan antibiotik pada pasien pneumonia yang meliputi jenis antibiotik, ketepaatan dosis
antibiotik, cara memberian antibiotik daan lama pemberian antibiotik di rumah sakit umum daerah purbalingga

Berapa besar jumlah


populasi dan Populasi sejumlah 132 responden mencakup Semua pasien penderita pneumonia yang di rawat inap RSUD
sampelnya? purbalingga. Sampel sejumlah 84 pasien anak,48 pasien dewasa,70 pasien laki-laki dan 62 pasien perempuan

Apakah instrument yang Dalam penelitian ini peneliti tidak mencantumkan intrumen yang digunakan dan tidak ada untuk valid dan
digunakan sudah valid reliabel pada penelitian ini.
dan reliable?

38
Bagaimana data ini Penelitian ini membadingkan data hasil analisis dengan stadart terapi yang di gunakan. Data dianalisis seacara
dianalisis? diskriptif non analtik..

Adakah kejadian yang Peneliti tidak menjelaskan dalam jurnal penelitian


tidak diinginkan?

Bagaimana hasil Dalam jurnal ini peneliti tidak mencantumkan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada penelitian –
penelitian ini sejalan penelitian sebelumnya
dengan penelitian
sebelumnya?
Apa aplikasi klinis dari pemberian intervensi antibiotik dapat membantu membunuh bakteri atau virus secara menyeluruh dan tidak
hasil penelitian tersbut? memperburuk keadaan pasien

39
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.
Pneumotoraks adalah keluarnya udara dari paru yang cidera, ke
dalam ruang pleura sering diakibatkan karena robeknya pleura ( Suzanne C.
Smeltzer, 2001). Pneumotoraks dapat diklasifikasikan sesuai dengan
penyebabnya :

 Pneumotoraks Spontan (primer dan sekunder)


Pneumotoraks spontan primer terjadi tanpa disertai penyakit paru yang
mendasarinya, sedangkan pneumotoraks spontan sekunder merupakan
komplikasi dari penyakit paru yang mendahuluinya.
 Tension Pneumotoraks
Disebabkan trauma tajam, infeksi paru, resusitasi kardiopulmoner.

B. SARAN

Kami selaku penyusun makalah ini mengharapkan adanya koreksi dalam


pembuatan makalah ini dan semoga dengan adanya tugas ini kami bisa
lebih bermanfaat. Kami sebagai penyusun menyadari keterbatasan
kemampuan yang menyebabkan kekurangan dalam pembuatan makalah
ini.Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk perbaikan agar selanjutnya dapat lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

40
Alsagaff Hood (2015). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press
Alimul, Aziz. 2010. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Arief Mansjoer. 2013. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta.

Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8,


Vol. 1, EGC, Jakarta.

Doengoes, Mariyym E. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman


Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Jakarta : EGC

Guyton, Arthur, C. Hall, John, E (2015). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta:EGC
Smelzer, suzanne C. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Burner
dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta. EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia Edisi 1. Jakarta: PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaram Keperawatan


Indonesia Edisi 1. Jakarta: PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia Edisi 1. Jakarta: PPNI

41

Anda mungkin juga menyukai