Bismillah Seminar KMB Kel 10
Bismillah Seminar KMB Kel 10
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
1
1) Untuk mengetahui definisi pneumonia
2) Untuk mengetahui penyebab pneumonia
3) Untuk mengetahui patofisiologi pneumonia
4) Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumonia
5) Untuk mengetahui penatalaksanaan pneumonia
6) Agar mengerti pemeriksaan penunjang pada pasien pneumonia
7) Agar mengetahui komplikasi yang terjadi pada pneumonia
8) Agar mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
pneumonia
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan
dasarnya, yaitu diafragma. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian
meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Ketika kapasitas dalam dada
meningkat, udara masuk melalui trakea (inspirasi), karena penurunanan
tekanan di dalam, dan mengembangkan paru. Ketika dinding dada dan
diafragma kembali ke ukurannya semula (ekspirasi), paru-paru yang elastis
tersebut mengempis dan mendorong udara keluar melalui bronkus dan trakea.
Fase inspirasi dari pernapasan normalnya membutuhkan energi; fase ekspirasi
normalnya pasif. Inspirasi menempati sepertiga dari siklus pernapasan,
ekspirasi menempati dua pertiganya. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E (2015.).
Lobus. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas
lobus bawah dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah,
dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang
dipisahkan oleh fisura, yang merupakan perluasaan pleura.
4
Bronkus dan Bronkiolus. Terdapat beberapa divisi bronkus didalam
setiap lobus paru. Pertama adalah bronkus lobaris (tiga pada paru kanan dan
dua pada paru kiri). Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (10
pada paru kanan dan 8 pada paru kiri), yang merupakan struktur yang dicari
ketika memilih posisi drainage postural yang paling efektif untuk pasien
tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus
subsegmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri,
limfatik, dan saraf.
Alveoli. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun
dalam kluster anatara 15 sampai 20 alveoli. Begitu banyaknya alveoli ini
5
sehingga jika mereka bersatu untuk membentuk satu lembar, akan menutupi
area 70 meter persegi (seukuran lapangan tennis). Terdapat tiga jenis sel-sel
alveolar. Sel-sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding
alaveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang aktif secara metabolic,
mensekresi surfaktan, suatu fosfolid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang
merupakan sel-sel fagositis yang besar yang memakan benda asing (mis.,
lender, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan yang penting.
Faktor fisik yang mengatur aliran udara masuk dan keluar paru-paru
secara bersamaan disebut sebagai mekanisme ventilasi dan mencakup varians
tekanan udara, resistensi terhadap aliran udara, dan kompliens paru. Varians
tekanan udara, udara mengalir dari region yang tekanannya tinggi ke region
dengan tekanan lebih rendah. Selama inspirasi, gerakan diafragma dan otot-
otot pernapasan lain memperbesar rongga toraks dan dengan demikian
menurunkan tekanan dalam toraks sampai tingkat di bawah atmosfir.
Karenanya, udara tertarik melalui trakea dan bronkus ke dalam alveoli.
Selama ekspirasi normal, diafragma rileks, dan paru mengempis,
mengakibatkan penurunan ukuran rongga toraks. Tekanan alveolar kemudian
melebihi tekanan atmosfir, dan udara mengalir dari paru-paru ke dalam
atmosfir.
6
tampak pada emfisema, juga dapat mengubah diameter bronkial karena
jaringan ikat paru mengelilingi jalan udara dan membantunya tetap terbuka
selama inspirasi dan ekspirasi. Dengan meningkatnya resistensi, dibutuhkan
upaya pernapasan yang lebih besar dari normal untuk mencapai tingkat
ventilasi normal. (Smelzer,
suzanne C. 2016)
Kompliens, gradien
tekanan antara rongga toraks dan
atmosfir menyebabkan udara
untuk mengalir masuk dan
keluar paru- paru. Jika perubahan
tekanan diterapkan dalam paru
normal, maka terjadi perubahan yang porposional dalam volume paru. Ukuran
elastisita, ekspandibilitas, dan distensibilitas paru-paru dan strukur torakas
disebut kompliens. Factor yang menentukan kompliens paru adalah tahanan
permukaan alveoli (normalnya rendah dengan adanya surfaktan) dan jaringan
ikat, (mis., kolagen dan elastin) paru-paru. Alsagaff Hood (2015).
2.2 Pneumonia
7
1. Pengertian
Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru (Betz,
2002). Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
bermacam- macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (Staf
FKUI, 2006).
Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut bawah. Bila
seseorang menderita pneumonia, nanah dan cairan mengisi alveoli dalam paru
yang mengganggu penyerapan oksigen, dan membuat sulit bernapas (WHO,
2006).
Pneumonia paling umum digunakan untuk menunjukkan infeksi saluran
napas bawah yang bisa disebabkan oleh virus, bakteri, jamur protozoa, atau
parasit dan yang bisa didapat dari komunitas, perawatan di rumah atau di
rumah sakit (nosokomial) (Brashers, 2007: 101).
Pneumonia merupakan infeksi akut pada jaringan paru oleh
mikroorganisme, merupakan infeksi saluran napas bagian bawah yang
sebagian besar disebabkan oleh bakteri yang terjadi secara primer atau
sekunder setelah infeksi virus (Corwin, 2009: 541).
2. Etiologi
Etiologi pneumonia yaitu bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Berdasarkan anatomis dari struktur paru yang terkena infeksi, pneumonia
dibagi menjadi pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkhopneumonia),
dan pneumonia intersitialis (bronkiolitis). Bronkhopneumonia merupakan
penyakit radang paru yang biasanya didahului dengan infeksi saluran
8
pernafasan akut (ISPA) bagian atas dan disertai dengan panas tinggi. Keadaan
yang menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, yaitu aspirasi, penyakit
menahun, gizi kurang/malnutrisi energi protein (MEP), faktor patrogenik
seperti trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika yang tidak
sempurna merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya
bronkhopneumonia(Depkes, 2009). Pneumonia bisa dikatakan sebagai
komplikasi dari penyakit yang lain ataupun sebagai penyakit yang terjadi
karena etiologi di bawah ini :
1. Bakteri
Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah
steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus
pyogenis.
2. Virus
Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini
disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung.
4. Protozoa
3. Patofisologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari
bayi sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri
pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru.
9
Kerusakan jaringan paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan
peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung
merusak sel-sel sistem pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis
menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika
terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru (tiga di paru kanan, dan dua di
paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Pneumonia adalah
bagian dari penyakit infeksi pneumokokus invasif yang merupakan
sekelompok penyakit karena bakteri streptococcus pneumoniae. Kuman
pneumokokus dapat menyerang paru selaput otak, atau masuk ke pembuluh
darah hingga mampu menginfiltrasi organ lainnya. infeksi pneumokokus
invasif bias berdampak pada kecacatan permanen berupa ketulian, gangguan
mental, kemunduran intelegensi, kelumpuhan, dan gangguan saraf, hingga
kematian.
4. Manifestasi Klinik
Menggigil, demam
Nyeri dada
Takipnea
Sesak nafas
Batuk
Kelelahan
10
5. Komplikasi
Efusi pleura
Hipoksemia
Pneumonia kronik
Bronkaltasis
6. Klasifikasi
Berdasarkan Penyebab
Jenis
Etiologi Faktor Resiko Tanda dan Gejala
Pneumonia
11
bisa timbul
sianosis
12
paru-paru Drug abuse Batuk
melalui aliran Abses intra abdomen nonproduktif dan
darah: Pyelonefritis nyeri pleuritik
Staphylococcus Empiema kandung sama dengan
, E. coli, dan kemih yang terjadi pada
anaerob enteric emboli paru-paru
1) Bronkopneumonia
Ditandai oleh bercak-bercak konsolidasi eksudatif pada parenkim
paru: stafilokokus, pneumokokus, Haemophilus influenza, Pseudomonas
aeruginosa dan bakteri koliformis merupakan agen penyebab yang paling
sering ditemukan. Secara makroskopik, paru-paru memperlihatkan daerah
konsolidasi dan supurasi yang terdispersi, menonjol, bersifat fokal serta
dapat diraba. Secara histologik terlihat eksudasi supuratif (neutrofilik) akut
yang mengisi saluran napas serta rongga udara dan biasanya disekitar
bronkus dan bronkiolus.
2) Pneumonia Lobaris
Mengenai sebagian besar atau seluruh lobus paru. Sebagian besar
pneumonia lobaris disebabkan oleh pneumokokus yang masuk ke dalam
paru lewat saluran napas. Kadang-kadang infeksi ini terjadi karena
mikroorganisme lain (K. Pneumoniae, stafilokokus, streptokokus, H.
influenzae).
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi
Chest X-ray: Teridentifikasi adanya penyebaran (misal: lobus dan
bronchial); dapat juga menunjukkan multipel abses/infiltrate (bakterial);
atau penyebaran/ekstensif nodul infiltrate (sering kali viral), pada
pneumonia mycoplasma chest x-ray mungkin bersih.
Pemeriksaan Fungsi Paru-paru
Fungsi paru-paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar): tekanan saluran udara meningkat dan kapasitas pemenuhan
udara menurun, hipoksemia.
Pemeriksaan Laboratorium
13
1) Analisis gas darah (Analysis Blood Gasses –ABGs) dan Pulse
Oximetry: abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya
kerusakan paru-paru.
2) Pewarnaan Gram/Culture Sputum dan Darah: didapatkan dengan
needle biopsy, aspirasi transtrakeal, fiberoptic bronchoscopy, atau
biopsy paru-paru terbuka untuk mengeluarkan organisme penyebab.
Lebih dari satu tipe organisme yang dapat ditemukan, seperti
Diplococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, A. hemolytic
streptococcus, dan Hemophilus influenzae.
3) Periksa Darah Lengkap (Complete Blood Count—CBC): leukositosis
biasanya timbul, meskipun nilai pemeriksaan darah putih (white blood
count—WBC) rendah pada infeksi virus.
4) Tes Serologi: membantu dalam membedakan diagnosis pada
organisme secara spesifik.
5) LED: meningkat, tanda adanya infeksi.
6) Elektrolit: sodium dan klorida mungkin rendah.
7) Bilirubin: mungkin meningkat.
8. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009: 544) , Brashers (2007: 104), dan Smeltzer (2001:
575) penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai
yang ditentukan berdasarkan pemeriksaan sampel sputum prapengobatan.
Terapi yang dapat dilakukan antara lain:
a. Farmakologi
1) Antibiotik, terutama untuk pneumonia bakteri. Pneumonia lain dapat
diobati dengan antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi bakteri
sekunder yang dapat berkembang dari infeksi asal, misalnya penisilin
G merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae.
Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin, klindamisin,
sefalosporin generasi kedua dan ketiga, trimetoprimsulfametoksazol
(Bactrim).
2) Oksigen dan hidrasi bila ada indikasi.
b. Nonfarmakologi
1) Istirahat
2) Perbaikan nutrisi
3) Hidrasi untuk membantu mengencerkan sekresi
4) Teknik napas dalam dan batuk efektif, fisioterapi dada bila tersedia.
9. Pencegahan
14
Menurut Smeltzer (2001: 573) pencegahan pneumonia yang dapat
dilakukan adalah:
1) Berikan dorongan untuk sering batuk dan mengeluarkan sekresi.
2) Ajarkan teknik napas dalam.
3) Ubah posisi dengan teratur.
4) Lakukan penghisapan trakeobronkial bagi pasien-pasien yang beresiko
tidak dapat batuk spontan.
5) Tingkatkan hygiene oral bagi pasien-pasien yang menjalani regimen
NPO (puasa) atau mendapat antibiotic untuk meminimalkan kolonisasi
organisme.
6) Berikan sedative dan opiod dengan pertimbangan sangat bijak untuk
menghindari supresi pernapasan.
7) Waspadalah terhadap pneumonia pada lansia., pasien pascaoperatif,
mereka dengan supresi sistem imun, mereka dengan supresi sistem
imun, mereka yang mengalami gangguan fungsi pernapasan, dan
mereka yang tidak sadar.
8) Pastikan bahwa peralatan pernapasan telah dibersihkan dengan tepat.
9) Berikan dorongan individu untuk berhenti merokok dan mengurangi
alkohol.
15
Virus, bakteri, jamur, protozoa, Inhalasi droplet pada saluran
teraspirasi nafas bagian atas
WOC PNEMUMONIA
(Pneumonia)
Respon inflamasi
B1 B2 B3 B5 B6 Psikologik
pada alveolar paru
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Umur : 56 tahun
Pendidikan : SD
STATUS KESEHATAN
Ny. A Mengatakan sesak, pundak terasa berat dan batuk disertai secret.
Riwayat Kesehatan :
17
1. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang :
Ny A mengatakan sejak 2 minggu yang lalu mengeluh batuk dan panas selama
2 minggu, setelah itu dibawa ke bidan tetapi tetap saja tak kunjung sembuh dan
lebih parah batuk secret disertai dengan darah setelah itu dibawa ke IGD RS
Siti Khodijah pada pukul 20.00, di IGD pasien di infus PZ dan dipasang O2
nassal. Lalu dibawa ke paviliun Multazam pada pukul 21.30. di Multazam
pasien di observasi TTV dan cek darah untuk laboratorium. Saat pengkajian
pasien mengatakan sesak, pundak terasa berat dan batuk disertai secret.
Riwayat Kesehatan/Penyakit Dahulu :
Ny. PR Mengatakan tidak pernah menderita cerita penyakit dahulu
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga :
Ny. PR mengatakan tidak ada penyakit yang di derita pada keluarga
3. Genogram
x x x
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
--- : Tinggal Serumah
4. Vital Signs :
Kesadaran/GCS : 456
Tekanan Darah : 120/60 mmhg
Frekuensi Nafas : 33 x/menit
Suhu : 37,1 C
Nadi : 111 x/menit
Berat Badan : 42 Kg
Tinggi Badan : 152 Cm
18
POLA FUNGSI KESEHATAN :
19
Ny. A Mengatakan, dirumah BAK ≥8 x/sehari, warna kuning dan selama MRS
BAK ≥ 6 x/sehari Ny A tidak terpasang kateter
Alvi:
Ny. PR Mengatakan, dirumah BAB 1x sehari, dan selama MRS belum BAB,
Feses lunak
Data Obyektif :
Abdomen tidak ada lesi, tidak ada kembung, tidak terpasang kateter kateter
Abdomen
I : Tidak ada lesi, terlihat gemuk
P : Timpani
P : Tidak ada nyeri tekan
A : Bising Usus 10 x/mnt
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
4. Pola Aktivitas
Data Subyektif :
SMRS :
Ny A mengatakan saat di rumah melakukan aktivitas rumah tangga, mampu
melakukan aktivitas tanpa menggunakan alat bantu. Sejak sakit melakukan
aktivitas dengan di bantu.
Data Obyektif :
Aktivitas 0 1 2 3 4 Keterangan :
Makan V 4 : Mandiri
Mandi v 3 : Membutuhkan Alat Bantu
Berpakaian v 2 : Membutuhkan Pertolongan
Toileting v 1 : Membutuhkan Pertolongan dan
Mobilisasi v Alat Bantu
Tidur V 0 : Ketergantungan
Ambulasi V
-
Kardiovaskuler: TD : 120/80 mmhg, Nadi : 111 x/mnt, Nadi teratur, suara
jantung S1/S2 tunggal,SPO2 : 97%
-
Respirasi = Dispneu (+), Batuk (+),Sputum(+), RR; 33x/mnt, suara nafas
vesikuler, auskultasi dada ronchi
-
Terpasang 02 nasal 8 lpm
-
Aktivitas dan perawatan diri Nampak dibantu oleh keluarga
Masalah Keperawatan :
Intoleransi aktivitas
20
5. Pola Istirahat Tidur
Data Subyektif :
Ny. PR Mengatakan jarang tidur siang dan malam hari jam 22 malam. Setelah
MRS pasien lebih banyak tidur dan istirahat dan agak terganggu ketika terasa
sesak nafas.
Data Obyektif :-
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
21
Pasien Mengatakan tinggal bersama suami dan anak ke duanya. Memiliki
hubungan baik dengan keluarga maupun tetangga sekitar
Persepsi Klien tentang peran dan tanggung jawab :
Pasien Mengatakan memiliki tanggung jawab dan berperan sebagai istri, ibu
dan nenek. Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dengan perannya.
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan adanya masalah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
22
MCV 78,9 fl 82 – 92
MCHC 34,4 g/dL 32 – 37
WBC 20,08 10^3/uL 4 – 11
PDW 7,4 fl 9 – 13
MPV 7,4 fl 7,2 – 11,1
P-LCR 7,4 % 15 – 25
PCT 0,22 % 0,150 – 0,400
24-11- Gula Darah Acak / sewaktu 114 < 200 mg/dL
2019
25-11- Specimen serum :
2019 Ureum 16,8 17- 43 mg/dL
Bun 7,9 7 – 20 mg/dL
Kreatinin serum 0,5 0,5 – 0,9 mg/dL
Elektrolit
Natrium 126 136 – 145 mmol/L
Kalium 2,6 3,5 – 5,1 mmol/L
Klorida 85 98 – 107 mmol/L
2. Pemeriksaan Radiologi
24-11-19
Foto thorax luar
25-11-19
Ekg
26-11-19
CT Scan thorax dengan kontras
-
Pneumonia dengan infected cystis brochiertans paru kanan dan regmen
posterobasal lobus inferior
-
Atelektans lobus medius paruu kanan
-
Efusi pleur kanan minimal
-
Multiple kirta hepar kanan kiri ukuran terbeesar 2,1 cm
23
-
P.O Analsik 3x1
-
P.O Trizedon 2x1
-
P.O Alinamin 2x1
24
ANALISA DATA
sesak ↓
Data Obyektif : Respon antigen-antibody POLA NAFAS
-
TD : 120/80 mmhg TIDAK EFEKTIF
-
N : 111 x/mnt ↓
-
S : 37,1 C
-
RR : 33 x/mnt Pengaktifan kaskade
-
Menggunakan O2 nasal komplemen
Kanul 8 lpm ↓
-
Dispneu (+)
-
KU : lemah Kemotaksis Netrofil dan
Magrofah
Komplience kemampuan
pengembangan paru turun
25
Data Subyektif : Polusi Udara, Infeksi
-
Pasien mengatakan Virus
batuk disertai sputum
-
Pasien kesulitan Asap/ Virus Influenza BERSIHAN JALAN
mengeluarkan secret Mengiritasi Jalan Nafas NAPAS TIDAK
-
Pasien mengatakan EFEKTIF
sesak Hipersekresi Lender +
Data Obyektif : Inflamasi
-
TD : 120/80 mmhg
-
N : 111 x/mnt
- Fungsi Silia Menurun
S : 37,1 C
-
RR : 33 x/mnt
-
Terpasang O2 nasal
Produksi Secret
Kanul 8 lpm
- Meningkat
Suara jantung S1/S2
tunggal
-
Auskultasi terdengar Mucus Kental
suara ronki
-
Dispneu (+)
Batuk Berdahak
26
-
Aktivitas dan
perawatan diri
Nampak dibantu oleh
keluarga
-
Aktivitas perawatan
diri: Makan (4),
Mandi(2),
Berpakaian(2),
Toileting(2),
Mobilisasi(1),
Tidur(4), ambulasi(2)
27
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN SIKI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak Tujuan: Manjemen jalan nafas 1) Untuk mengetahui adanya kelainan
1) Monitor pola nafas
efektif Setelah dilakukan pada pola nafas yang terjadi
( frekuensi, kedalaman, 2) Agar dapat dilakukan tindakan medis
tindakan keperawatan
usaha nafas). selanjutnya
selama 1 x 24 jam
2) Monitor bunyi nafas 3) Agar pasien merasa nyaman dan dapat
masalah dapat teratasi
tambahan (misalnya membantu nafas pasien agar ebih rilex
dengan 4) Untuk mengencerkan secret pada pasien
gurgling, mengi, wheezing,
5) Untuk membantu nafas pasien
Kriteria hasil :
ronkhi kering). 6) Untuk mengeluarkan secret
a. dipsnea menurun 3) Posisikan semi-fowler atau 7) Untuk membantu pengobatan pasien
b. Penggunaan otot fowler. secara farmakologi
4) Berikan minum hangat
bantu napas menurun
5) Berikan oksigen
c. Frekuensi nafas 6) Ajarkan teknik batuk efektif
membaik
d. Kedalaman nafas
28
membaik
2. Bersihan jalan napas Tujuan: Latihan batuk efektif
Setelah dilakukan 1) Identifikasi kemampuan 1) Untuk mengetahui kemampuan pasien
tidak efektif
perawatan selama 3-6 batuk untuk batuk
2) Atur posisi semi-fowler atau 2) Agar pasien merasa nyaman dan sesak
jam masalah
fowler berkurang
ketidakefektifan
3) Pasang perlak dan bengkok 3) Untuk secret yang akan dikeluarkan
bersihahan jalan nafas 4) Agar sputum tidak berceceran
di pangkuan pasien
5) Agar pasien mengerti batuk efektif
dapat teratasi. 4) Buang secret pada tempat
6) Untuk mengeluarkan secret
Kriteria hasil:
sputum 7) Untuk mengulangi cara batuk efektif
a. Batuk efektif
5) Jelaskan tujuan dan prosedur 8) Untuk membantu tindakan medis
meningkat
batuk efektif secaara farmaakologi
b. Produksi
6) Anjurkan Tarik nafas dalam
sputum
melalui hidung selama 4
menurun
detik, ditahan selama 2 detik,
c. Dipsnea
kemudian keluarkan dari
menurun
d. Frekuensi mulut dengan bibir mencucu
napas (dibulatkan) Selama 8 detik
7) Anjurkan mengulangi tarik
membaik
e. Pola napas nafas dalam hingga 3 kali.
8) Kolaborasi pemberian
membaik
mukolitik atau ekspetoran,
29
jika perlu.
30
IMPLEMENTASI
-
12.00 Bina hubungan saling percaya pada pasien dan
keluarga
-
Melakukan pengkajian
Respon pasien kooperatif dan menjawab semua
pertanyaan
-
12.30 Mengkaji fungsi pernafasan pasien
Frekuensi nafas 33x/menit, tidak terlihat
pernafasan cuping hidung, pasien tampak sesak,
pasien menggunakan oksigen nasal 8 lpm
-
13.00 Memberikan obat oral codein
Respon pasien kooperatif
-
14.00 Memberikan posisi semi fowler 30-45o
Pasien nyaman dengan posisi setengah duduk
karena sesak berkurang
-
15.00 Menganjurkan pasien minum air hangat
Respon pasien kooperatif dan mengerti apa yang
di jelaskan oleh perawat
-
16.00 Memberikan Injeksi Asam traneksamat 2x50
mg/Iv
Respon pasien kooperatif
-
Melakukan Observasi Vital Signs
TD : 120/80 mmHg
N : 111x/mnt
31
RR : 33x/mnt
Suhu : 37,1oC
Spo2 : 97 %
-
17.00 Mengganti cairan Pz 7 tpm
-
18.00 Observasi fungsi pernafasan pasien
-
19.00 Mengajarkan pasien batuk efektif
Respon pasien mendengarkan dg baik dan berlatih
batuk efektif
-
21.00 Mengingatkan agar pasien dan keluarga untuk
meningkatkan istirahat dan membatasi
aktifitas agar sesak berkurang
Pasien kooperatif
-
05.00 Observasi TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 99 x/mnt
S : 36
-
RR : 22x/menit
Selasa,
26-11-19
-
07.00 Operan shif pagi
-
08.30 Mengkaji fungsi pernafasan pasien (frekuensi
nafas 29x/menit,tidak aada pernafasaan cuping
hidung,pasien menggunaakan oksigen nasal 8
lpm)
-
08.45 Infus pasien dengan fenvlon no 18
-
09.00 Mengantar pasien ke radiologi untuk CT Scan
Thorax dengan kontras
-
09.50 Mempertahankan pasien dalam posisi semi
flower 30-45oC
Pasien nyaman dengan posisi setengah duduk
karena sesak berkurang
-
11.00 Observasi TTV
32
TD : 100/80 mmHg
N : 80x/mnt
S : 36,5
RR : 20x/menit
-
12.00 Injeksi pantoprazole sodium
-
13.00 Memberian obat oral analsik dan kodein
-
Mengingatkan kembali keluarga dan pasien
untuk tingkatkan istirahat dan beraktifitas
-
14.00 Mengajarkan pasien batuk efektif
Respon pasien mendengarkan dg baik dan berlatih
batuk efektif
-
17.00 Menganti cairan infus PZ+drip KCL 25 meg 7
tpm/menit
-
Observasi Vital Sign
TD : 100/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,5
RR : 20x/menit
-
20.00 Memberian obat oral analsik, codein dan
trizedon
-
22.00 Kontrol cairan pasien dan control pasien
istirahat
-
05.00 Observasi TTV
TD : 100/80 mmHg
N : 97 x/menit
S : 36,2
RR : 22x/menit
Rabu
27-11-12
-
07.00 Operan shif pagi
-
Memberi obat oral codein, analsik dan trizedon
-
09.00 Mengkaji fungsi pernafasan pasien
(frekuensi nafas 29x/menit,tidak aada pernafasaan
33
cuping hidung,pasien menggunaakan oksigen
nasal 4 lpm)
-
11.00 Observasi TTV
TD : 100/80 mmHg
N : 97x/menit
S : 36,2
RR : 22x/menit
-
11.40 Mengajarkan pasien batuk efektif
Respon pasien mendengarkan dengan baik dan
berlatih batuk efektif
-
12.00 Injeksi pantoprazole sodium
-
13.00 Memberikan obat oral codein dan analsik
-
17.00 Injeksi cebactam 2xi /Iv
-
20.00 Memberikan obat oral codein, analsik,
trizedon, dan alinamin
-
22.00 Kontrol cairan pasien dan control pasien
istirahat
-
05.00 Observasi TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 97 x/menit
S : 36,2
-
RR : 21x/menit
34
EVALUASI
TGL/JAM DIAGNOSA
KEPERAWATAN EVALUASI
Senin S : Pasien mengatakan sesak nafas
25-11-12 Pola nafas O : KU lemah,terpasang oksigen nasal kanul
tidakefektif 8 lpm
TD : 120/80 mmHg
N : 111x/mnt
RR : 33x/mnt
Suhu : 37,1oC
Spo2 : 97 %
Diapneu (+)
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5 dan 6
Senin Bersihan jalan S : Pasien mengatakan batuk disertai sputum,
25-11-12 nafas tidak efektif kesulitan mengeluarkan secret dan sesak
Obyektif :
TD : 120/80 mmhg
N : 111 x/mnt
S : 37,1 C
RR : 33 x/mnt
Terpasang O2 nasal Kanul 8 lpm
Suara jantung S1/S2tunggal
Auskultasi terdengar suara ronki
Dispneu (+)
A : Masalahkeperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6 dan 7
Selasa Pola nafas S : Pasien mengatakan sesak berkurang
26-11-19 tidakefeltif O : KU membaik,terpasang oksigen nasal
35
kanul 8 lpm
TD : 110/80 mmHg
N : 90x/mnt
RR : 29x/mnt
Suhu : 36,3oC
Spo2 : 97 %
Diapneu (+)
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi 1,2,3,5 dan 6
Selasa Bersihan jalan S : Pasien mengatakan batuk disertai sputum,
26-11-19 nafas tidak efektif kesulitan mengeluarkan secret dan sesak
berkurang
Obyektif :
TD : 110/80 mmhg
N : 90 x/mnt
S : 36,3 C
RR : 29 x/mnt
Terpasang O2 nasal Kanul 8 lpm
Suara jantung S1/S2tunggal
Auskultasi terdengar suara ronki
Dispneu (+)
A : Masalahkeperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 6 dan 7
Rabu Pola nafas tidak S : Pasien mengatakan tidak sesak
27-11-19 efektif O : KU baik,sudah tidak terpasang oksigen o2
nasal kanul
TD : 100/80 mmHg
N : 97x/mnt
RR : 22x/mnt
Suhu : 36,2oC
Spo2 : 97 %
Diapneu (+)
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
36
Rabu Bersihan jalan S : Pasien mengatakan batuk disertai sputum,
27-11-19 nafas tidak efektif sesak berkurang,pasien tidak sesak
Obyektif :
TD : 100/80 mmhg
N : 97 x/mnt
S : 36,2 C
RR : 22 x/mnt
Tidak tererpasang O2 nasal Kanul
Suara jantung S1/S2tunggal
Auskultasi terdengar suara ronki
A : Masalahkeperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 6 dan 7
37
BAB IV
PRESENTASI JURNAL
Critical Appraisal
Evaluasi penggunaan antibiotik pada pennyakit pneumonia di rumah sakit umum daerah
purbalingga
Mengapa penelitian ini Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien pneumonia yang meliputi umur dan jenis
dilakukan? kelamin paasien di rumah sakit umum daerah purbalingga dan mengetahui gambaran pengguaan antibiotik serta
keseuaian pengguaan antibiotik pada pasien pneumonia yang meliputi jenis antibiotik, ketepaatan dosis
antibiotik, cara memberian antibiotik daan lama pemberian antibiotik di rumah sakit umum daerah purbalingga
Apakah instrument yang Dalam penelitian ini peneliti tidak mencantumkan intrumen yang digunakan dan tidak ada untuk valid dan
digunakan sudah valid reliabel pada penelitian ini.
dan reliable?
38
Bagaimana data ini Penelitian ini membadingkan data hasil analisis dengan stadart terapi yang di gunakan. Data dianalisis seacara
dianalisis? diskriptif non analtik..
Bagaimana hasil Dalam jurnal ini peneliti tidak mencantumkan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pada penelitian –
penelitian ini sejalan penelitian sebelumnya
dengan penelitian
sebelumnya?
Apa aplikasi klinis dari pemberian intervensi antibiotik dapat membantu membunuh bakteri atau virus secara menyeluruh dan tidak
hasil penelitian tersbut? memperburuk keadaan pasien
39
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Pneumotoraks adalah keluarnya udara dari paru yang cidera, ke
dalam ruang pleura sering diakibatkan karena robeknya pleura ( Suzanne C.
Smeltzer, 2001). Pneumotoraks dapat diklasifikasikan sesuai dengan
penyebabnya :
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
40
Alsagaff Hood (2015). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University Press
Alimul, Aziz. 2010. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Guyton, Arthur, C. Hall, John, E (2015). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta:EGC
Smelzer, suzanne C. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Burner
dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta. EGC
41