TINEA KAPITIS
Presentan:
Preseptor:
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis tinea dibutuhkan uji diagnostik untuk
mengisolasi dan mengidentifikasi jamur. Gambaran klinis tinea berupa kelainan
kulit yang berbatas tegas disertai peradangan dengan bagian tepi lebih nyata
daripada bagian tengah.
1. Pemeriksaan elemen jamur
Spesimen kerokan kulit diambil dari daerah pinggir lesi yang meninggi
atau aktif. Hasil pemeriksaan mikroskopik secara langsung dengan KOH 10-20%
didapatkan hifa (dua garis lurus sejajar transparan, bercabang dua/dikotom dan
bersepta) dengan atau tanpa artrospora (deretan spora di ujung hifa) yang khas
pada infeksi dermatofita. Pemeriksaan mikroskopik langsung untuk
mengidentifikasi struktur jamur merupakan teknik yang cepat, sederhana,
terjangkau, dan telah digunakan secara luas sebagai teknik skrining awal. Teknik
ini hanya memiliki sensitivitas hingga 40% dan spesifisitas hingga 70%. Hasil
negatif palsu dapat terjadi hingga pada l5% kasus, bahkan bila secara klinis sangat
khas untuk dermatofitosis.3
2. Pemeriksaan Wood's lamp
Pemeriksaan dengan lampu Wood’s akan memberikan fluoresensi pada
tinea kapitis yaitu berwarna hijau kekuningan.4
3. Pemeriksaan kultur
Kultur jamur merupakan metode diagnostik yang lebih spesifik namun
membutuhkan waktu yang lebih lama dan memiliki sensitivitas yang rendah,
harga yang lebih mahal Pemeriksaan kultur tidak rutin dilakukan pada diagnosis
dermatofitosis. Biasanya digunakan hanya pada kasus yang berat dan tidak
berespon pada pengobatan sistemik. Kultur dilakukan untuk mengetahui golongan
ataupun spesies dari jamur penyebab tinea kapitis. Kultur perlu dilakukan untuk
menentukan spesiesnya karena semua spesies dermatofita tampak identik pada
sediaan langsung. Media biakan yang digunakan adalah agar dekstrosa
Sabourraud yang ditambah antibiotik, contohnya kloramfenikol, dan
sikloheksimid untuk menekan pertumbuhan jamur kontaminan/ saprofit
(contohnya jamur non-Candida albicans, Cryptococcus, Prototheca sp.,
P.werneckii, Scytalidium sp., Ochroconis gallopava), disimpan pada suhu kamar
25-30oC selama tujuh hari, maksimal selama empat pekan dan dibuang jika tidak
ada pertumbuhan. Untuk menentukan spesies penyebab dilakukan identifikasi
makroskopis dan mikroskopis. Secara makroskopis, tampak gambaran gross
koloni dengan tekstur, topografi dan pigmentasinya, sedangkan identifikasi
mikroskopi dibuat preparat dengan penambahan lactophenol cotton blue (LPCB)
dan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 40 x. Gambaran
mikroskopis yang harus diperhatikan adalah morfologi hifa, pigmentasi dinding
sel jamur, dan karakteristik sporulasi (makronidia dan mikronidia).3
Diagnosa Banding
Bergantung variasi gambaran klinis, tinea kapitis kadang sulit dibedakan
dengan beberapa kelainan kulit yang lainnya seperti dermatitis seboroik dan
psoriasis. Untuk alasan ini, tes laboraturium sebaiknya dilakukan pada kasus
dengan lesi kulit yang tidak jelas penyebabnya.5
Dermatitis seboroik terlihat pada tempat predileksi yang mirip dengan
tinea kapitis yaitu, kulit kepala. Kelainan kulit pada dermatitis seboroik selain
dapat menyerupai tinea kapitis, biasanya dapat terlihat pada tempat-tempat
predileksi, misalnya dikulit kepala, lipatan-lipatan kulit, misanya belakang telinga,
daerah nasolabial dan sebagainya. Psoriasis dapat dikenal dari kelainan kulit dari
tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor, misalnya lutut, siku dan punggung.
Kulit kepala berambut juga sering terkena pada penyakit ini. Adanya lekukan
lekukan pada kuku dapat pula menolong untuk menentukan diagnosis.
Tatalaksana
Penatalaksanaan tinea dibagi menjadi dua, yaitu tatalaksana umum dan
khusus. Tatalaksana khusus tinea juga dibagi menjadi dua, yaitu tatalaksana
topikal dan sistemik.
1. Tatalaksana Umum
Secara umum, tatalaksana tinea berupa edukasi untuk mencegah infeksi
berulang. Daerah yang terinfeksi dijaga agar tetap kering dan terhindar dari
sumber infeksi serta mencegah pemakaian peralatan mandi bersama. Pengurangan
keringat dan penguapan, seperti penggunaan pakaian yang menyerap keringat dan
longgar juga penting dalam pencegahan. Pencucian rutin pakaian, sprei, handuk
yang terkontaminasi dan penurunan berat badan pada seorang dengan obesitas
juga dapat dilakukan.6
2. Tatalaksana Khusus
Untuk lesi yang ringan dan tidak luas cukup diberikan terapi topikal saja.
Terapi sistemik diberikan untuk lesi yang lebih luas dan meradang, sering kambuh
dan tidak sembuh dengan obat topikal yang sudah adekuat.3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : AP
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Alamat : Ampang pulai tarusan, Pesisir Selatan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Nama Ibu Kandung : Ny. R
Suku : Minang
Negeri Asal : Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 2 Desember 2019
II. ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki, berusia 4 tahun datang ke Poliklinik Kulit
dan Kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 2 Desember 2019,
dengan :
a. Keluhan Utama
Bercak putih disertai sisik putih halus di kepala sejak 1 bulan yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Awalnya 1 bulan yang lalu, bercak putih disertai sisik putih muncul
di kepala bagian belakang, lalu lama-kelamaan muncul di bagian
kepala yang lain.
- Bercak putih diserati sisik putih halus tersebut ditemukan semakin
meningkat lebih kurang 1 minggu ini.
- Pasien merasakan gatal
- Riwayat memelihara hewan berbulu rontok tidak ada.
- Riwayat sering main dengan tanah ada.
- Teman sepermainan ada yang memiliki bercak putih di kepala.
- Pasien mandi dua kali sehari.
- Riwayat penggunaan handuk bersama ada, pasien menggunakan
handuk ibunya.
c. Riwayat Pengobatan
- Pasien diobati dengan salep Pi Kang Shuang namun keluhan tidak
berkurang.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga/Riwayat Atopi/Alergi
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.
- Bersin pagi hari (-), asma (-), mata merah, gatal dan berair (-), alergi
makanan (-), alergi obat (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
Tekanan Darah : Dalam batas normal
Nadi : Dalam batas normal
Nafas : Dalam batas normal
Suhu : Afebris
Berat Badan : 13 Kg
Tinggi Badan : 155 cm
IMT : 20,5 kg/m2
Status Gizi : Normoweight
Pemeriksaan torak : Dalam batas normal
Pemeriksaan abdomen : Dalam batas normal
Pemeriksaan ekstremitas : Tidak ada kelainan
Status Dermatologikus
Lokasi : Kepala bagian atas, samping kiri, samping kanan,
belakang.
Distribusi : Terlokalisir
Bentuk : Bulat
Susunan : Anular
Batas : Tegas
Ukuran : Numular-plakat
Efloresensi : Plak/Bercak keputihan dengan skuama halus
Status Venerologikus : Tidak dilakukan pemeriksaan
IV. RESUME
Seorang pasien laki-laki, berusia 4 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 2 Desember 2019, dengan
keluhan timbul bercak putih disertai sisik putih halus di kepala sejak 1 bulan yang
lalu.
Awalnya 1 bulan yang lalu, bercak putih disertai sisik putih muncul di
kepala bagian belakang sebesar, lalu lama-kelamaan muncul di bagian kepala
yang lain. Bercak putih diserati sisik putih halus tersebut ditemukan semakin
meningkat lebih kurang 1 minggu ini. Pasien merasakan gatal, Pasien tidak
memiliki riwayat memelihara hewan berbulu rontok. Pasien sering main dengan
tanah. Teman sepermainan ada yang memiliki bercak putih di kepala. Pasien
mandi dua kali sehari. Pasien memiliki riwayat penggunaan handuk bersama
dengan ibunya. Pasien diobati dengan salep Pi Kang Shuang namun keluhan tidak
berkurang.
Dari pemeriksaaan dermatologikus ditemukan lesi di kepala, dengan
distribusi terlokalisir, bentuk bulat, susunan anular, batas tegas, ukuran numular-
plakat, dengan efloresensi plak/ bercak putih dengan skuama halus.
V. DIAGNOSIS KERJA
- Diagnosis Kerja : Tinea kapitis
- Diagnosis Banding : Tidak ditemukan diagnosis banding
VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN ANJURAN
a. Pemeriksaan Rutin
Mikologi (kerokan kulit + KOH 20%)
Ditemukan hifa berkelompok bersekat, bercabang, dan artrospora.
Wood’s Lamp
Ditemukan fluoresensi hijau kekuningan
b. Pemeriksaan Anjuran
Kultur dengan agar sabaroud
VII. DIAGNOSIS
Tinea kapitis
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Umum
- Menjelaskan tentang penyakit bahwa penyakitnya bisa menular
melalui kontak langsung baik dengan manusia maupun dengan
binatang
- Pengobatan oral cukup lama sampai 8 minggu jadi pasien harus
teratur minum obat.
- Sebaiknya rambut dipotong pendek.
- Hindari pemakaian topi atau helm yang tidak dicuci
- Hindari pemakaian minyak rambut.
b. Khusus
- Sistemik
Griseofulvin 25-5 mg/kgBB/hari selama 8 minggu
- Topikal
Ketokonazol shampoo 2%, 2 hari sekali selama 2-4 minggu
IX. PROGNOSIS
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam
Quo ad Kosmetikum : Bonam
X. RESEP
dr. Gladys Olivua
Praktik Umum
SIP: 10061407
Hari:Senin-Jumat
Jam 16.00-18.00
Alamat: Jalan Jati V no. 2
No Telp 082174643521
Pro : AP
Usia : 4 tahun
Alamat : Pesisir selatan
BAB III
DISKUSI